• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI FATHU MAKKAH MELALUI METODE BERMAIN CERITA DAN MENYANYI PADA SISWA KELAS V MI ASINAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI FATHU MAKKAH MELALUI METODE BERMAIN CERITA DAN MENYANYI PADA SISWA KELAS V MI ASINAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MATERI FATHU MAKKAH MELALUI METODE BERMAIN

CERITA DAN MENYANYI PADA SISWA KELAS V

MI ASINAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh ISBANI NIM 114 12 015

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MATERI FATHU MAKKAH MELALUI METODE BERMAIN

CERITA DAN MENYANYI PADA SISWA KELAS V

MI ASINAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh ISBANI NIM 114 12 015

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengamalkannya”.

( HR. Muttafaqun ‘alaih )

PERSEMBAHAN

Bapakku Ridwan dan ibuku Kamini yang telah mengiringi perjalanan hidupku dengan untaian doa.

Istriku tercinta yang telah mewarnai hari-hari indah dalam kebersamaannya dan yang selalu ada serta menemani hari-hariku dan menghiburku setiap saat.

Keluarga Besar PAI Ekstensi IAIN Salatiga Angkatan Tahun 2012, yang selalu memberikan dukungan dalam perjalanan menimba ilmu pengetahuan.

Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu ada di saat suka maupun duka.

Keluarga besar MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Keluarga besar TK-TPA Al-‘Alaq Desa Asinan kecamatan Bawen

Pengurus Badko TK-TPA Kecamatan Bawen.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI FATHU MAKKAH MELALUI METODE BERMAIN CERITA DAN MENYANYI PADA SISWA KELAS V MI ASINAN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.

Di dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

(9)
(10)

x ABSTRAK

Isbani, 2016. Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Materi Fathu Makkah Melalui Metode Bermain Cerita Menyanyi Pada Siswa Kelas V MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode BCM (Bermain Cerita dan Menyanyi, dan SKI.

Skripsi ini membahas peningkatan hasil belajar siswa kelas V tentang materi Peristiwa Fathu Makkah melalui metode BCM ( Bermain Cerita dan Menyanyi). Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Apakah penggunaan metode BCM pada materi Peristiwa Fathu Makkah dapat meningkatkan hasil belajar SKI pada siswa kelas V MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah melalui metode BCM pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tidakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V. Melihat hasil belajar siswa kelas V selama ini yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 61. Hal ini dapat dilihat dari ulangan harian dengan prosentase kelulusan 22,2% yang belum mencapai KKM. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode BCM pada mata pelajaran SKI materi Peristiwa Fathu Makkah kelas V di MI Asinan. Dengan harapan dapat meingkatkan hasil belajar siswa kelas V di MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... I LEMBAR BERLOGO ... Ii JUDUL ... Iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Iv PENGESAHAN KELULUSAN ... V PERNYATAAN KEASLIAN ... Vi MOTTO ... Vii DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ... Xv DAFTAR LAMPIRAN ... Xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5

E. Indikator keberhasilan ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Devisi Operasional ... 7

H. Metodologi Peneltian ... 9

I. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 16

1. Pengertian Hasil Belajar ... 16

2. Macam-macam Hasil Belajar ... 17

(12)

xii

4. Penilaian Hasil Belajar ... 22

B. Metode Pembelajaran ... 24

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 24

2. Faktor-faktor Dalam Memilih Metode Pembelajaran. 25 C. Metode BCM (Bermain Cerita dan Menyanyi) ... 28

1. Bermain... 28

2. Cerita... 32

3. Bernyanyi ... 38

4. Kelemahan dan Kelebihan Metode BCM ... 39

D. Sejarah Kebudayaan Islam ... 40

1. Pengertian SKI ... 40

2. Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup SKI di MI ... 41

3. SK dan KD SKI Kelas V ... 43

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 44

1. Gambaran umum MI Asinan ... 44

2. Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Diskripsi Siklus I ... 46

C. Deskripsi Siklus II... 50

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK dan KD SKI kelas V ...43

Tabel 3.1 Nama siswa kelasV MI Asinan ...45

Tabel 4.1Nilai ulangan harian siswa ...55

Tabel 4.2 Presentase nilai ulangan harian siswa kelas V ...55

Tabel 4.3 Data nilai SKI siklus I ...58

Tabel 4.4 Presentase nilai SKI siklus I ...58

Tabel 4.5 Data nilai SKI Siklus II ...61

Tabel 4.6 Presentase nilai SKI siklus II ...61

Tabel 4.7 Perbandingan nilai SKI ...63

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahap Penelitian ... 10

Gambar 4.1 Diagram nilai ulangan harian siswa kelas V ... 56

Gambar 4.2 Diagram nilai SKI siklus I ... 59

Gambar 4.3 Gambar 4.3 Diagram Nilai SKI Siswa Siklus II ... 62

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan

untuk mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik agar lebih mampu

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Menurut

Al-Ghazali, tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi, yaitu

insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, insan purna

yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan hal tersebut Pendidikan Agama Islam harus sudah

dilaksanakan mulai sejak usia belajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah). Salah satu

unsur yang turut menentukan kualitas insan purna yaitu penguasaan Sejarah

Kebudayaan Islam. Salah satu mata pelajaran yang ada di MI yang perlu

ditingkatkan kualitasnya adalah Sejarah Kebudayaan Islam dan di MI

merupakan tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar Sejarah

Kebudayaan Islam, karena itu pengetahuan yang diterima siswa hendaknya

menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tinggi

di samping mempunyai nilai-nilai Islami yang terkandung dalam Sejarah

Kebudayaan Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 2008 Mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah

adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

(16)

2

menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

(way of life) melalui kegiatan bimbingan,pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI meliputi: Sejarah Arab

pra islam , sejarah Rasulullah SAW. dan Khulafa’ ar-Rasyidin. Sejarah

Kebudayaan Islam merupakan ilmu yang mempelajari tentang sejarah akan

tetapi dalam indikator pencapaian tidak hanya mencapai ranah kognitif

ataupun psikomotorik saja, melainkan akan sampai pada capaian ranah

afektif. Dalam Sejarah Kebudayaan Islam tidak hanya sekedar tahu tentang

sejarah melainkan juga siswa dididik untuk mampu mengambil hikmah/ibrah

dan menerapkannya dalam kehidupannya dari sebuah cerita sejarah itu

sendiri. Jadi Sejarah Kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education).

Pembelajaran adalah kunci apakah materi ajar itu bisa diterima siswa

dengan baik atau tidak. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan

dalam Sejarah Kebudayaan Islam pembelajaran tidak hanya berupa

konsep-konsep saja akan tetapi merupakan suatu pengalaman belajar yang menarik

(17)

3

Sejarah Kebudayaan Islam hanya membahas tentang sebuah cerita. Hal

ini tentunya akan menumbuhkan pemikiran bahwa Sejarah Kebudayaan Islam

sangat membosankan karena cuma cerita. Oleh karena itu agar tidak

menimbulkan pemikiran seperti itu Maka pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di MI harus dikemas seefektif mungkin agar pembelajaran tidak terasa

membosankan.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga diperlukan suatu

pemahaman terhadap suatu materi yang dipelajari salah satunya menggunakan

metode BCM (Bermain Cerita Menyanyi). Metode ini merupakan metode

yang dapat diterapkan untuk anak usia MI. Dalam hal ini siswa aktif

melakukan eksplorasi atau observasi dengan bermain, cerita dan juga

menyanyi. Kegiatan yang menyenangkan ini dapat meningkatkan motivasi

siswa sehingga berpengaruh dengan meningkatnya intelektual siswa, dan hasil

belajar menjadi lebih tinggi serta dapat mengembangkan sikap atau nilai

positif terhadap SKI.

Hasil survey di MI Asinan kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

Tahun Ajaran 2015/2016. Ditemukan beberapa masalah yaitu rendahnya

minat belajar siswa di sebabkan penggunaan metode yang masih monoton,

sehingga ketuntasan belajar pada materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam belum maksimal. Rendahnya pemahaman ini dibuktikan dengan hasil

nilai yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Kriteria Ketuntasan

Minimal pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI Asinan adalah

(18)

4

Dalam proses belajar mengajar masih ditemukan siswa yang kurang menaruh

minat pada beberapa mata pelajaran, padahal pada umunya siswa-siswa

menaruh minat besar pada pelajaran tertentu. Kebanyakan anak didik belum

mampu untuk mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang

lain sangat diperlukan oleh peserta didik.

Metode Bermain Cerita dan Menyanyi merupakan Metode yang dapat

diterapkan untuk anak usia SD/MI. Dalam hal ini siswa aktif melakukan

eksplorasi atau observasi melalui kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan ini

dapat meningkatkan hasil belajar menjadi lebih baik serta dapat menghasilkan

pengetahuan yang menyeluruh baik secara afektif, psikomotorik dan kognitif

sehingga dapat mengembangkan sikap positif terhadap Sejarah Kebudayaan

Islam.

Oleh karena itu penulis menerapkan penggunaan metode BCM

(Bermain Cerita dan Menyanyi), agar lebih diutamakan dalam kegiatan

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Metode ini dapat digunakan pada

materi peristiwa fathu makkah di harapkan agar anak semangat dalam mengikuti pelajaran Sejarah Kebudayaan Isalm. Metode ini juga sangat

membantu siswa untuk memahami bagaimana peristiwa sejarah islam tentang

peristiwa fathu makkah dan bisa melekat pada diri siswa dalam jangka panjang karena siswa melakukan kegiatan yang menyenangkan dan

menumbuhkan motivasi siswa sehingga mereka mudah menerima materi

pembelajaran. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini

(19)

5

Peristiwa Fathu Makkah Melalui Metode BCM ( Bermain Cerita dan Menyanyi) Pada Siswa Kelas V MI Asinan Bawen Kabupaten Semarang

Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: “Apakah

penerapan metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM) dapat meningkatkan

hasil belajar peristiwa Fathu Makkah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas V MI Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten

Semarang Tahun 2015/2016? ”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: “untuk mengetahui peningkatan hasil belajar materi peristiwa Fathu Makkah

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas V MI Asinan

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2015/2016.”

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara dan masih bersifat teoritis

(Sukardi, 2008:41). Sehingga penelitian ini, dapat disimpulkan rumusan

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

“ Jika metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM) dilakukan dengan

baik, maka diharapkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Sejarah

Kebudayaan Islam kelas V materi peristiwa Fathu Makkah akan meningkat di

(20)

6 E. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM) dinyatakan

berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai, dalam penelitian ini

peneliti menggunakan KKM yang ditentukan oleh MI Asinan sebagai tolok

ukur keberhasilan siswa. Adapun indikator yang dirumuskan peneliti adalah:

1. Secara individual

Siswa dinyatakan tuntas apabila dapat mencapai skor ≥61 pada materi

peristiwa Fathu Makkah. 2. Secara klasikal

memberikan kontribusi dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan

literatur dalam penyempurnaan proses pembelajaran menuju terciptanya

suasana belajar-mengajar yang lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi Siswa

1) Memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada proses

pembelajaran.

2) Menumbuhkan mahabbah terhadap Rasulullah Saw.

(21)

7 b. Bagi Guru

1) Memiliki metode pembelajaran alternatif yang sesuai pada

kompetensi dasar.

2) Penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam proses belajar

mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran judul penelitian ini,

berikut dijelaskan tentang maksud yang terkandung dalam variabel judul

penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Hasil Belajar SKI

Hasil belajar menurut Gagne adalah pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian, sikap, apersepsi, dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sementara menurut Lindgren, hasil belajar melip uti kecakapan,

informasi, pengertian dan sikap.

Pengertian Sejarah menurut Murodi dapat dilihat dari dua aspek

bahasa, kata sejarah berasal dari bahasa arab yaitu syajarotun, yang artinya pohon. Sedang kata sejarah menurut istilah adalah peristiwa

yang terjadi pada masa lampau yang berkaitan dengan berbagai proses

kehidupan manusia dan dipelajari untuk diambil hikmahnya bagi

perjalanan kehidupan di masa-masa mendatang. Kebudayaan berasal dari kata “Budi” dan “Daya” kemudian di gabungkan menjadi

(22)

8

mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan

manfaat bagi hidup dan kehidupan.

Sejarah kebudayaan islam adalah studi tentang riwayat hidup

Rasulullah SAW, Sahabat-sahabat dan Imam-imam pemberi petunjuk

yang diceritakan kepada siswa-siswa sebagai contoh teladan yng utama

dari tingkah laku manusia yang ideal, baokdalam kehidupan pribadi

maupun sosial.

Jadi yang dimaksud hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah

suatu perubahan terhadap siswa mengenai pengetahuan tentang sejarah

islam. Selain dapat mengetahui sejarah islam siswa juga mampu mengambil ‘ibra, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah. Hasil

belajar Sejarah Kebudayaan Islam berbentuk sebuah pengetahuan,

pemahaman, penghayatan dan kepribadian siswa.

2. Metode Bermain Cerita dan Menyanyi (BCM)

Menurut Garvey dalam Wuntad (2008:15), mengemukakan bahwa

Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif

bagi anak. Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun

motivasinya lebih bersifat intrinsik. Bermain bersifat spontan dan suka

rela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak.

Bermain melibatkan peran aktif keikut sertaan anak. Bermain memiliki

hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,

seperti misalnya: kemampuan kreatifitas, kemampuan memecahkan

(23)

9

Menyanyi adalah bagian yang tak terpisahkan dari dunia

anak-anak. Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang, sungguh

merupakan kegiatan yang digandrunginya. Lagu pada dasarnya adalah

bentuk dari bahasa nada.

Jadi yang dimaksud judul skripsi metode Bermain Cerita dan

Menyanyi dapat diterapkan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam materi peristiwa Fathu Makkah pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Asinan Bawen.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (active research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. (Arikunto, 2006:58)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah peserta didik kelas V MI Asinan

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, dengan jumlah 9 siswa yang

terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Guru kelas V MI

(24)

10 3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Adapun skema dan penjelasan untuk masing-masing tahapan

adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1

Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007:74)

Penelitian tindakan kelas memiliki tahapan yang secara umum

terdiri atas 2 siklus atau lebih yang dibagi dalam empat langkah berikut :

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan

dalam melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Menyiapkan desain pembelajaran dengan metode Bermain, Cerita,

Menyanyi (BCM).

2) Menyiapkan lembar observasi (pengamatan) sebagai pedoman

atas proses pembelajaran dalam metode Bermain, Cerita,

Menyanyi (BCM).

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

(25)

11

3) Menyusun soal tes untuk menilai peningkatan hasil belajar siswa

terhadap materi yang diajarkan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan yaitu

bertindak di kelas, melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan

desain pembelajaran yang telah direncanakan. Pada saat pelaksaan

tindakan, dilakukan observasi terhadap proses belajar mengajar untuk

mengetahui perubahan yang terjadi akibat dari penggunaan metode

Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM).

c. Pengamatan (Observation)

Pengamatan (Observation) adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini peneliti

melakukan pengamatan terhadap segala perilaku dan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran dengan metode Bermain, Cerita,

Menyanyi (BCM).

d. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, dilakukan penilaian atas pembelajaran di kelas. Dari

hasil lembar observasi dan hasil post test dinilai apakah metode

pembelajaran yang dilakukan pendidik menghasilkan perubahan yang

signifikan. Apabila siklus I belum mencapai indikator yang

diharapkan atau belum bisa mengatasi masalah maka perlu

dilanjutkan pada siklus II dan seterusnya sampai diperoleh kemajuan

(26)

12 4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, menggunakan metode pengumpulan

sdata sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Menurut Anas Sudjono dalam (Irham, 2013: 239) observasi atau

pengamatan merupakan cara untuk menghimpun data atau bahan-bahan

keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamatan. Bentuk dari metode ini berupa lembar

observasi atau pengamatan yang ditujukan untuk siswa dan guru selama

proses pembelajaran berlangsung.

b. Metode Tes

Metode tes yang peneliti gunakan untuk pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini berupa tes tertulis. Bentuk soal tes tertulis yang

peneliti ambil berupa tes esai atau soal uraian, tes tersebut digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan

diberikan pada akhir pembelajaran.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data yang berupa catatan hasil belajar, transkrip nilai, foto-foto,

laporan pengamatan, tes dan dokumen lain yang mendukung selama

(27)

13 5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian,

yang terdiri atas:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi atau lembar pengamatan digunakan untuk

mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan siswa dan guru

selama proses pembelajaran dalam materi peristiwa Fathu Makkah

kelas V melalui metode Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM).

b. Analisis tes dan Butir soal

Analisis tes dan Butir soal merupakan suatu tahap yang harus

ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik secara

keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut.

Sebab itu, tes digunakan guru harus memliki kualitas yang baik.

Analisis tes berkaitan dengan pertanyaan apakah tes itu

mampudijadikan sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa

yang hendak di ukur?, dan sampai mana tes tersebut dapat diandalkan

dan berguna?.

6. Teknik Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik

sederhana yaitu teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data

secara kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil observasi

yang diperoleh dari siswa selama pembelajaran berlangsung dan untuk

(28)

14

mencari persentase tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan rumus

persentase (Djamarah, 2005:264-265). Adapun rumus penelitian sebagai

berikut:

Keterangan :

P : Prosentase

F : Jumlah siswa yang tuntas belajar

N : Jumlah semua siswa

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis menyusun sistematika skripsi penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN, yang berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Oprasional, Tempat, Waktu, Subyek dan obyek penelitian, Metodologi penelitian, Sistematika penulisan. 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, yang berisikan tema pertama yaitu definisi Hasil

(29)

15

3. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN, yang memuat Pelaksanaan Penelitian mengenai Deskripsi atau gambaran pelaksanaan peningkatan hasil pada mata pelajaran SKI melalui metode BCM (Bermain Cerita dan Bernyanyi ) pada siswa kelas V MIS Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Meliputi Laporan Situasi Umum MIS Asinan dan Laporan Kegiatan Per siklus; Deskripsi Pelaksanaan Pra siklus, Deskripsi pra siklus, Deskripsi pelaksanaan siklus I, Deskripsi Pelaksanaan Siklus II, dan Deskripsi pelaksanaan siklus III.

4. BAB IV PEMBAHASAN, Pembahasan mengungkap Analisis peningkatan hasil pada mata pelajaran SKI melalui metode BCM (Bermain Cerita dan Bernyanyi ) pada siswa kelas V MIS Asinan kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Meliputi Analisis Kegiatan Persiklus, Analisis hasil Pra siklus, Analisis Hasil siklus I, Analisis Hasil Siklus II, dan Analisis Hasil siklus III serta Pembahasan.

(30)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne, hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian, sikap, apersepsi, dan ketrampilan. Menurut Bloom, hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sementara menurut Lindgren, hasil belajar meliputi kecakapan, informasi,

pengertian dan sikap.

Menurut Nana Sudjana dalam Sopiatin (2011: 63-64)

mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang

dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan

tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini

dipengaruhi pula oleh guru sebagai perancang belajar mengajar. Secara

umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang

relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah

laku.

Menurut Reigeluth dalam Rusmono (2012:7) semua akibat yang

dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari

penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda adalah

(31)

17

dirancang, karena itu merupakan akibat yang diinginkan dan bisa berupa

akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif da psikomotorik

sebahai hasil dari kegiatan belajar. Hal ini dipertegas lagi oleh Nawawi

dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor dan diperoleh dari hasil

tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.(Susanto, 2013:5)

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi siswa

saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar

pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara terpisah,

melainkan komprehensif.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Ada beberapa macam hasil belajar sesuai potensi kemanusiaan peserta

didik yaitu sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

1) Pengetahuan: kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari.

2) Pemahaman: kemampuan mengangkat makna dari yang dipelajari.

3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah

(32)

18

4) Analisis: kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari ke

dalam unsur-unsurnya, supaya struktur organisasinya dimengerti.

5) Sintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk

membentuk suatu kesatuan yang baru.

6) Evaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang

dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu.

b. Ranah Afektif

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang datang kepada siswa dalam konteks situasi

dan gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datangnya dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus tadi.

4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakter nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimilki dan mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah Psikomotorik

1) Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

(33)

19

3) Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan

ketepatan. Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sopiatin, 2011:66-68)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

macam-macam hasil belajar yaitu baik secara kognitif, afektif dan

psikomotorik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Suryabrata dkk dalam buku Psikologi Belajar (Lilik

Sriyanti 2011:23) yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum penyebab keberhasilan

belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing

faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

individu. Dalam proses belajar disekolah, faktor eksternal berarti

faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Faktor-faktor eksternal

terdiri-dari :

(34)

20

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor

nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah,

keluarga, maupun masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa

peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar,

kondisi geografis sekolah dan rumah dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah

menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan anak).

Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan

antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran

dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan sebagainya.

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari :

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

(35)

21

Keadaan jasmani secara umum ini misalnya tingkat

kesehatan dan kebugaran fisik individu. Apabila badan

individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan

mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan individu

dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan

menghambat hasil belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah

keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, terutama terkait

dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu.

Panca indra merupakan masuknya pengetahuan dalam diri

individu.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam

diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat

kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,

kematangan dan lain sebagainya.tingkat kecerdasan akan

mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat

banyak memberikan warna terhadap aktifitas belajar. Bakat dan

minat terhadap sesuatu mata pelajaran akan mendorong

seseorang mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi

(36)

22

hanya yang bersangkutan perlu waktu lebih banyak dan kerja

keras untuk mendapatkan hasil yang baik.

Demikian halnya dengan kondisi kepribadian, ada siswa yang

mempunyai daya juang tinggi optimis, penuh semangat, sementara ada

siswa yang kepribadiannya mudah putus asa, kuarng energik gampang

menyerah. Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor yang berasal

dari dalam maupun luar individu siswa.

4. Penilaian Hasil Belajar

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil

belajar siwa merupakan objek yang akan dinilai, sedangkan hasil

belajar siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(Sudjana, 2009: 3)

Jadi, penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai

terhadap hasil belajar siswa dengan suatu cara tertentu. Guru dapat

mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi pembelajaran

melalui proses penilaian hasil belajar tersebut.

b. Fungsi Penilaian

1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.

(37)

23

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada

para orang tuanya. (Sudjana, 2009:3-4)

Jadi, fungsi penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa

mampu menguasai materi pembelajaran sehingga dapat dijadikan

bahan refleksi dan evaluasi untuk proses belajar selanjutnya. Selain itu

penilaian juga berfungsi sebagai apresiasi terhadap siswa yang sudah

melaksanakan pembelajaran.

c. Tujuan Penilaian

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang

studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan

perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan

pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak

sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemerintah,

masyarakat, orang tua siswa).(Sudjana, 2009:4)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan tujuan penilaian

(38)

24

mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan semua komponen

pembelajaran seperti guru, metode, dan metode pembelajaran.

B. Metode pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Hasibuan (1993:3), metode mengajar adalah alat yang

dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan

suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi merupakan saran atau

alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar

merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Majid (2014:193), metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan renana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut

David dalam Theacing Strategis For College Class Room (1976)

menyebutkan bahwa method is a way in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya, metode digunakan untuk merealisasikan

strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian

sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.

Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada

cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatau strategi

pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui

(39)

25

2. Faktor – faktor Dalam Memilih Metode Pembelajaran

Didalam pembelajaran guru harus kreatif dalam memilih metode

pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam

pandangan yang sudah diakui kebenaranya mengatakan, bahwa setiap

metode mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai

kebaikan-kebaikannya ataupun mengenai keburukan-keburukannya. Guru akan

lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan

kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat

masing-masing metode tersebut.

Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2006:78)

mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh

beberap faktor sebagai berikut:

a. Anak Didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan

pendidikan. Diruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah

anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.

berbeda pula setatus sosial mereka. Dalam aspek biologis, psikologis

dan intelektual masing-masing anak juga berbeda.

Dari aspek biologis tentu saja dapat terlihat dengan kasat mata,

tubuh mereka tinggi, sedang dan ada pula yang rendah. Ada yang

berjenis kelamin laki-laki ada pula yang perempuan.

Dari aspek intelektual juga ada perbedaan. Para ahli sepakat

(40)

26

Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap

rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan

lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan

oleh guru. Tinggi atau rendahnya kreativitas anak didik dalam

mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru bisa dijadikan tolok

ukur dari keerdasan seorang anak. Daya pikir anak bergerak dari cara

berfikir konkrit mrnjadi abstrak. Anak usia SD/MI lebih cenderung

berfikir konkrit. Sedangkan anak seusia diatas SD/MI sudah mulai

berfikir secara abstrak.

Dari aspek psikologis juga ada perbedaan. Ada

bermacam-macam perilaku anak. Ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang

suka bicara, ada yang tertutup, ada yang terbuka, ada yang pemurung,

ada yang periang, dan sebagainya.

Perbedaan individual anak dari ketiga aspek tersebut, akan

mempengaruhi metode yang mana sebaiknya guru pilih untuk

menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif

lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara

operasional.

b. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang dituju dari setiap

kegiatan belajar mengajar. Secara herarki tujuang bergerak dari yang

rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan pembelajaran, tujuan

(41)

27

pembelajaran merupakan tujuan yang paling langsung dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran dibagi menjadi dua

yaitu tujuan pembelajaran khusus dan umum.

Perumusan tujuan pembelajaran khusus, misalnya akan

mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang tertjadi pada diri

anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Demikian juga

penyeleksian metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf

kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap anak didik. Artinya

metodelah yang harus menyesuaikan tujuan bukan sebaliknya. Karena

itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka

metode harus mendukung sepenuhnya.

c. Situasi

Situasi belajar dari hari ke hari tentu saja tidak akan sama. Ada

saat saat dimana sisw belajar di alam terbuka. Tentu saja dengan situasi

berbeda maka berbeda pula metode yang digunakan untuk

pembelajarannya. Situasi sangat mempengaruhi pemilihan metode

untuk proses belajar mengajar.

d. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan

penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang

menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas

(42)

28 e. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada yang

yang suka berbicara, ada juga yang tidak suka berbicara. Ada guru

yang benar-benar menguasai banyak sekali metode pembelajaran dan

ada juga yang kurang begitu menguasai metode pembelajaran. Maka

dari itu hendaknya sebelum memilih metode yang baik, guru harus bisa

menguasai metode tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi

seorang guru dalam memilih metode pembelajaran adalah anak didik,

tujuan, situasi, fasilitas,guru. Selain itu banyak lagi faktor lain seperti

yang dikatakan Karo-Karo (1977:91) faktor faktor yang mempengaruhi

pemilihan metode pembelajaran adalah tujuan yang akan dicapai,

pelajar, bahan pelajaran, fasilitas, guru, situasi, partisipasi, kelemahan

dan kelebihan metode, dan filsafat.

C. Metode Bermain Cerita Menyanyi (BCM)

1. Bermain

Menurut Garvey dalam Wuntad (2008:15), mengemukakan bahwa

Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif

bagi anak. Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik, namun motivasinya

lebih bersifat intrinsik. Bermain bersifat spontan dan suka rela, tidak ada

unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak. Bermain melibatkan peran

aktif keikut sertaan anak. Bermain memiliki hubungan sistematik yang

(43)

29

kreatifitas, kemampuan memeccahkan masalah, belajar bahasa,

perkembangan sosial dan sebagainya.

Pengertian ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bermain

menyenangkan, maka anak akan terus melakukannya, namun bila sudah

tidak menyenangkan maka anakpun akan menghentikan permainan

tersebut. Menurut Wuntad 2008 klasifikasi permainan terdiri-dari:

a. Klasifikasi permainan ditinjau dari beberapa sudut pandang:

1) Permainan menurut sumber kebahagiaan

a) Permainan aktif: sumber kebahagiaan dari diri sendiri saat ia

melakukan permainan tersebut.

b) Permainan pasif: sumber kebahagiaan dari orang lain,

contohnya mendengarkan dongeng, menikmati musik dll,

2) Permainan menurut fungsinya

a) Permainan intelegensi, misalnya menerjemahkan sandi, kuis

islami dll.

b) Permainan rekeatif, misalnya aneka permainan tepuk,

sodaqoh berantai dll.

3) Permainan menurut jumlah pesertanya

a) Perorangan seperti KKM (Kegiatan Kreatif Mandiri)

b) Kelompok seperti jihad, bisik berantai dll.

c) Massal misalnya lingkaran sholat, elang dan induk ayam.

4) Permainan menurut tempatnya

(44)

30

b) In door (di dalam ruangan / kelas)

5) Permainan menurut sifatnya

a) Kompetitif yaitu permainan yang dilombakan

b) Konstruktif yaitu permainan yang membangun

c) Destruktif yaitu permainan membongkar

6) Permaian menurut usianya

a) Permainan anak kecil

b) Permainan anak besar

c) Permainan anak dewasa

b. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan bermain, antara lain:

1) Manfaat fisik

Permainan dapat melatih kesiapan fisik siswa. Terutama

permainan-permainan yang melibatkan panca indera.

2) Manfaat edukatif

Permainan dapat melatih daya pikir dan daya ingat siswa.

Permainan juga dapat mempermudah siswa dalam menyerap

materi pembelajaran.

3) Manfaat kreatif

Permainan dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk

berpikir kreatif dan menemukan ide-ide atau gagasan baru.

(45)

31

Permainan dapat memupuk dan menumbuhkan sikap sosial

terutama permainan-permainan yang melibatkan lebih dari satu

orang.

Seorang pendidik / pengasuh anak-anak yang kaya akan

permainan dan kreatif akan mudah akrab dengan peserta didiknya.

Namun hal ini belum menjamin bahwa ia akan berhasil membawa

peserta didiknya mencapai tujuan pendidikan yang maksimal. Untuk

itu seorang pendidik dituntut untuk mampu memilih metode permainan

yang dapat dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang

diinginkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh

lembaga.

c. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih permainan sebagai

metode pembelajaran antara lain:

1) Keselarasan antara materi dengan jenis permainan

Dalam memilih permainan harus relevan dan sesuai dengan

materi yang akan di sampaikan, sehingga tujuan pembelajaran

akan tetap tercapai.

2) Kondisi anak didik

Dalam memilih permainan harus sesuai dengan kondisi dan

karakter anak didik, sehingga anak didik mampu ikut serta

(46)

32 3) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh dalam pemilihan

sebuah permainan. Seperti kenyamanan dan keamanan siswa

ketika bermain.

Jadi, yang harus diperhatikan guru dalam memilih permainan

dalam metode pembelajaran selain permainan-permainan yang

menyenangkan juga harus relevan dengan materi pembelajaran

sehingga proses pembelajaran lebih berkesan dan bermakna. Permainan

juga harus memperhatikan kondisi siswa, baik secara biologis maupun

psikis.

2. Cerita

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al-qur’an ini kepadamu, ...”(QS.Yusuf 3)

Penggalan Al-Qur’an surat Yusuf ayat 3 diatas, dapatlah diambil

pelajaran bahwa secara implisit Allah menyebut Al-Qur’an dengan ‘kumpulan cerita yang paling baik’. Maksudnya dalam mengajak manusia

kedalam keimanan dan ketaatan pada Robbnya, Allahpun menggunakan

metode yang menyentuh hati nurani, yaitu cerita / kisah-kisah.hikmah

yang dapat diambil atas sebuah cerita / peristiwa yang pernah terjadi di

masa lalu adalah sungguh merupakan pengalaman yang sangat berharga

untuk kita beri’tibar atas peristiwa itu.

(47)

33

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka

berfikir.” (QS. Al-A’rof 176)

Ayat tersebut menunjukan bahwa secara khusus Allah hendak

mengajarkan kepada Rasulullah dan tentu juga kepada para pengikutnya

yang setia, bahwa cerita adalah metode tarbiyah yang paling tepat dan

efektif untuk mengajar manusia berbuat baik tanpa merasa digurui. Karena

itulah Allah sering kali menggunakan tamsil-tamsil, perumpamaan,

pelukisan-pelukisan untuk mengajar manusia menuju ketaatan syariat,

antara lain di ambil dari dunia binatang dan tumbuhan yang dilukiskan dalam Al Qur’an dengan bahasa yang indah dan mempesona.

Bercerita adalah kegiatan berbagi rasa. kedudukan cerita dalam

dunia pendidikan yang strategis ini memiliki manfaat dan fungsiyang luar

biasa.(Mufti 93 : 2008)

a. Fungsi cerita

1) Sarana kontak batin antara pendidik dan anak didik

Tekniknya dengan mengembangkan prinsip friendship.

Jarak antara kita dengan anak-anak hendaknya kita atur sedemikian

rupa sehingga mereka dapat dengan jelas melihat dan mendengar

suara kita, mimik muka maupun gerak kita, sehingga suasana

(48)

34 2) Pendidikan imajinasi / fantasi

Para pendidik dan ahli ilmu jiwa sepakat bahwa pada masa

anak-anak berimajinasi dan berfantasi adalah sebuah proses

kejiwaan yang sangat penting. Imajinasi dan fantasi akan

mendorong rasa ingin tahu anak. Rasa ingin tahu ini sangat penting

bagi perkembangan intelektual dan kreatifitas anak. Untuk

merangsang imajinasi dan memperkaya fantasinya, kita dapat

melakukannya secara efektif dengan cerita, salah satunya caranya

dengan mengoptimalkan unsur gerak, baik gerak bersifat umum

(tangan dan kepala) maupun gerak khusus/pantonim (misalnya

gerakan memanah, naik kuda, lari, dsb)

3) Pendidikan emosi (perasaan) anak didik.

Melalui cerita, emosi anak dapat kita latih, dengan diajak

mengarungi berbagai perasaan manusia. Anak kita dididik untuk

menghayati kesedihan, kemalangan, dan derita. Ia dapat juga

diajak untuk berbagi kegembiraan, keberuntungan dan keceriaan.

Maka hal ini dapat kita lakukan dengan cara bercerita secara

ekspresif. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa bercerita dengan

ekspresif merupakan salah satu kunci keberhasilan. Dalam cerita

lebih baik disampaikan dengan ekspresif dan penuh penghayatan

meskipun tidak lancar,daripada bercerita lancar tapi tidak

ekspresif. Sehingga teknik ekspresif ini sangat penting, misalnya

(49)

35

anak dapat dilatih untuk merasakan dan menghayati berbagai lakon

kehidupan manusia.

4) Sarana pendidikan bahasa anaka didik

Penanaman nilai-nilai ditinjau dari segi bahasa ini dapat

kita lakukan dengan memperbanyak unsur dialog antar para tokoh

dalam cerita dalam cerita tersebut daripada unsur narasi. Hal ini

membuat anak menjadi lebih konsentrasi dalam mendengarkan

cerita kita. Melalui unsur dialog inilah, disamping untuk lebih

memperkaya perbendaharaan kata/bahasa, juga untuk mendidik

anak tentang cara-cara menyampaikan isi hatinya kepada orang

lain dengan bahasa yang baik dan sopan.

5) Membantu proses identifikasi diri/perbuatan

Melalui cerita, anak-anak akan dengan mudah memahami

sifat-sifat, figur-figur dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan

sebaliknya. Dengan cerita kita dapat memperkenalkan akhlak dan

figur seorang muslim yang baik dan pantas diteladani, demikian

pula sebaliknya. Bercerita dapat berperan dalam proses

pembentukan watak seorang anak. Dalam hal ini teknik yang perlu

kita tonjolkan adalah teknik dramatisasi. Kita perlu

menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh protagonis

(tokoh baik) dengan antagonis (tokoh jahat) secara tajam. Inilah

(50)

36

6) Meyampaikan pesan / nilai-nilai agama.

Cerita sebagai metode yang akhirnya adalah penyapaian

pesan-pesan moral/agama. Menyampaikan nilai-nilai agama

biasanya akan lebih didengar anak daripada nasehat murni. Karena

anak senang , maka secara otomatis pesan-pesan agama yang kita

selipkan akan di dengar anak dengan senang hati pula.

7) Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan

Ditengah-tengah kepenatan anak mengaji atau belajar,

tentu mereka membutuhkan hiburan untuk mengendurkan urat

syarafnya, agar kembali fresh. Sehingga cerita dapat menarik kembali anak-anak yang mulai tidak aktif.

b. Teknik penyajian cerita

Bercerita juga harus menggunakan teknik-teknik yang sesuai agar

cerita mudah di pahami. Berikut teknik penyajian cerita sejarah:

1) Total

Artinya sungguh-sungguh dengan mengarahkan segala

kemampuan kita. Termasuk dalam pengertian totalitas disini adalah

ketulusan dan keiklasan kita.

2) Satukan perhatian anak

Menyita perhatian anak agar anak fokus terhadap jalanya cerita.

Dengan cara misalnya diajaka bermain tepuk, bernyanyi atau tanya

jawab sekilas, lalu buatlah kesepakatan dengan anak-anak untuk tidak

(51)

37 3) Detail

Gambarkanlah secara rinci cerita kita. Agar lebih detail, jelas

dan fokus. Gambarkan secara rinci persinifikasi tokoh-tokohnya,

adegan-adegannya, dialog antar tokohnya, dsb.

4) Dramatisasi

Menggambarkan perbedaan perilaku antara tokoh utama dengan

tokoh antagonis secara tajam. Inilah yang disebut dramatisasi

(menyangatkan). Pada adegan yang memang perlu di beri penekanan,

tonjolkan dengan maksimal.

c. Teknik menceritakan sejarah.

Dalam menceritakan tarikh atau sejarah harus menggunakan teknik

sebagai berikut:

1) Kuasailah alur cerita, adegan dan dialog dari sumber bacaan yang

ada. Bacalah berulang-ulang hingga benar-benar terkuasai.

2) Ceritakan sejarah itu apa adanya, tanpa bumbu-bumbu cerita yang

tidak relevan.

3) Fokuskan pada ekspresi, ketegangan dan penekanan pada

adegan-adegan heroik dan dialog-dialog yang kuat.

4) Cerita perlu diedit secara bijaksana sesuai dengan usia anak.

5) Sepakati anak untuk tidak mengganggu cerita dengan menebak

(52)

38

6) Berikan hikmah cerita dengan pendalaman materi. Berilah

pertanyaan-pertanyaan singkat agar menggugah daya pikir mereka

untuk menyampaikan hikmah cerita.

3. Menyanyi

Menyanyi adalah bagian yang tak terpisahkan dari dunia anak-anak.

Menyenandungkan lagu, apalagi yang berirama riang, sungguh merupakan

kegiatan yang digandrunginya. Bahasa nada membuat mereka lebih

mudah menyimpan kata-kata dan informasi-informasi.

Ketika anak-anak beranjak lebih besar, mereka akan semakin akrab

dengan lagu atau nyanyian. Asal melodinya tidak terlalu rumit , mereka

akan senang hati menyanyikannya. Mereka minta diajari menyanyi ,

melafalkan syairnya, belajar melafalkan kata-kata yang terdapat pada syair

lagu. Para ulama tempo dulu menciptakan banyak lagu/tembang sebagai

sarana dakwahnya. Nilai-nilai islami akan lebih mudah dikenal dan

dihafalkan oleh umat islam. Demikian pula ketika Nabi Muhammad SAW mengagumi lantuan suara Abu Musa Al Asy’ari membaca Al-Qur’an.

Melihat kegemaran anak-anak menyanyi tentu dengan segenap tingkah

lakunya dengan bernyanyi memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai pendidikan emosi

b. Pendidikan motorik

c. Pengembangan daya imajinasi

d. Peneguhan eksistensi diri

(53)

39 f. Pengembangan daya intelektual

g. Pengembangan kekayaan rohani dan pendidikan nilai-nilai moral.

D. Kelemahan dan Kelebihan Metode Bermain Cerita Menyanyi (BCM)

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan

masing-masing. Akan tetapi metode pembelajaran akan efektif jika pendidik

kreatif dalam menentukan dan memilih metode dengan memperhatikan

faktor-faktornya. Berikut kelemahan dan kelebihan metode BCM:

1. Kelebihan / keunggulan metode BCM

a. Tidak memerlukan biaya yang mahal.

b. Mengembangkan imajinasi anak.

c. Metode BCM adalah salah satu metode yang terkandung dalam AL-Qur’an.

d. Pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan membangkitkan

motivasi anak.

e. Memancing dan meningkatkan bakat dan minat siswa.

f. Membantu siswa lebih mudah menerima materi yang diajarkan.

g. Membantu siswa lebih bereksplorasi.

h. Memecah sepi dan membangkitkan semangat siswa.

i. Meningkatkan kemampuan berfikir siswa.

j. Memupuk kerjasama dalam kelompok.

(54)

40

2. Kekurangan / kelemahan metode BCM

a. Guru membutuhkan skill yang mumpuni dan tidak semua guru bisa mampu menerapkan metode ini.

b. Membutuhkan waktu yang lama.

c. Membutuhkan kerjasama dengan siswa yang lebih.

E. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Pengertian Sejarah menurut Murodi dapat dilihat dari dua aspek

bahasa, kata sejarah berasal dari bahasa arab yaitu syajarotun, yang artinya pohon. Sedang kata sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang

terjadi pada masa lampau yang berkaitan dengan berbagai proses

kehidupan manusia dan dipelajari untuk diambil hikmahnya bagi

perjalanan kehidupan di masa-masa mendatang. Kebudayaan berasal dari kata “Budi” dan “Daya” kemudian di gabungkan menjadi “Budidaya”

yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan

sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan

kehidupan.

Sejarah Kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat hidup

Rasulullah SAW, Sahabat-sahabat dan Imam-imam pemberi petunjuk

yang diceritakan kepada siswa-siswa sebagai contoh teladan yng utama

dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi

(55)

41

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah ini

meliputi: sejarah Arab pra Islam, sejarah Rosulullah saw. dan Khulafa’ ar

-Rasyidin, serta perjuangan tokoh-tokoh agama daerah masing-masing

(PMA NO 2:2008). Hal lain yang lebih mendasar adalah terletak pada

kemampuan menggali nilai, makna , aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan

teori dari fakta sejarah sampai pada capaian ranah afektif. Jadi Sejarah

Kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge tatapi juga

merupakan pendidikan nilai ( value education).

Mata pelajaran SKI Madrasah Ibtidaiyah ini meliputi: sejarah Arab

pra Islam, sejarah Rosulullah saw. Dan Khulafa’ ar-Rasyidin. Hal lain

yang lebih mendasar adalah terletak pada kemampuan menggalu nilai,

makna , aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah sampai

pada capaian ranah afektif. Jadi SKI tidak saja merupakan transfer of

knowledge tatapi juga merupakan pendidikan nilai ( value education). (Departemen agama RI, 2004: 64)

Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang

sejarah islam. SKI tidak hanya memberikan materi secara konsep saja,

akan tetapi juga mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah

islam yang akan dijadikan sebagai contoh peserta didik untuk memupuk

(56)

42

2. Tujuan, fungsi dan ruang lingkup SKI

a. Tujuan

1) Memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam dan

kebudayaan Islam kepada para peserta didik.

2) Mengambil ‘ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam

sejarah.

3) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk

berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang

ada.

4) Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadiannya

berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk

kepribadian yang luhur.

b. Fungsi

1) Fungsi edukatif

Sejarah-sejarah Islam yang pernah terjadi dapat dijadikan

sebagai pembelajaran untuk sekarang dan masa yang akan

datang. Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang

keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur

dan islami dalam kehidupan sehari-hari.

2) Fungsi keilmuan

Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang

(57)

43 3) Fungsi transformasi.

Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting

dalam rancang transformasi masyarakat.

c. Ruang Lingkup

Sejarah Kebudayaan Islam dipahami sebagai sejarah tentng

agama Islam dan kebudayaan (history of Islam and Islamic culture). SKI di MI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah. Di tingkat MI mengkaji tentang

sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah saw. dan Al-Khulafaur

Rosyidin.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKI kelas V

Tabel 2.1 SK dan KD SKI kelas V

3.1 Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya Fathul Mekah

3.2 Menceritakan kronologi peristiwa Fathul Mekah

3.3 Mengambil ibrah dari peristiwa Fathul Mekah

4.1 Menceritakan peristiwa-peristiwa di akhir hayat Rasulullah Saw

4.2 Mengambil hikmah dari peristiwa akhir hayat Rasulullah Saw

(58)

44

Jl.Tembus Tuntang KM 03 Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten

Semarang.

a. Identitas Madrasah

Nama Madrasah : MI ASINAN

NSM : 111233220106

NPSN : 60712775

NPWP : 00.382.460.4.505.000

Alamat : Baan, Asinan, Bawen, Kab.

Semarang

Kode pos : 50651

Status Madrasah : Swasta

Akreditasi : C

No. SK Akreditasi : 012767

Tanggal SK Pendirian : 01-01-1975

No.SK Pendirian : K/2063/III/75

(59)

45

No.SK Ijin Operasional : Lk/3.c/III/Pem MI/1978

b. Visi , Misi dan Tujuan Madrasah

1) Visi Madrasah

Membentuk generasi muslim yang cerdas, terampil dan

berkualitas dengan pembiasaan perilaku taqwa.

2) Misi Madrasah

a) Menanamkan nilai-nilai religius sebagai fundamental

menghadapi tantangan masa depan dalam era tekhnologi,

informasi dan globalisasi.

b) Memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakat.

c) Menumbuh kembangkan minat dan bakat dan bakat siswa

menuju kecakapan hidup dimana saja berada.

c. Karakteristik Siswa Kelas V

Kelas V dalam satu kelas terdapat 9 siswa , yang terdiri dari

4 siswi putri dan 5 siswa putra. Berikut daftar siswa kelas V:

Tabel 3.1 Nama Siswa kelas V MI Asinan

(60)

46 2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini menggunakan jam mata

pelajaran sesuai jadwal pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas V.

Waktu pelaksanaan sebagai berikut:

a) Kegiatan Siklus I : Selasa,15 Maret 2016.

b) Kegiatan Siklus II : Selasa,22 Maret 2016

B. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Tahap ini mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Persiapan materi pelajaran yang akan disampaikan serta absensi.

b. Persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Standar Kompetensi :

Mengenal Perisiwa Fathu Makkah.

Kompetensi Dasar :

- Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya Peristiwa Fathu Makkah

- Menceritakan kronologi peristiwa Fathu Makkah

- Mengambil ibrah dari peristiwa Fathu Makkah

Indikator :

(61)

47

c. Persiapan lembar pengamatan yang mencakup aspek-aspek

pembelajaran menggunakan pendekatan Bermain Cerita dan

Menyanyi (BCM).

d. Persiapan media pembelajaran yang mendukung kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan Bermain Cerita dan Menyanyi

(BCM).

e. Persiapan soal latihan dan soal evaluasi yang akan digunakan

untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Tindakan (Action)

Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 15 Maret

2016 dimulai pukul 07.15 – 08.25 (2 x 35 menit). Tahap ini

mengaplikasikan dari rancangan pembelajaran yang telah di susun oleh

peneliti yaitu guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode

Bermain Cerita dan Menyanyi (BCM). Langkah-langkahnya dalam

siklus I adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

- Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan

berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta didik.

- Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai

pembelajaran.

- Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.

(62)

48 b. Kegiatan Inti

1) Eksplorasi

- Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dengan kompetensi dasarnya.

- Guru menjelaskan secara singkat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan .

2) Elaborasi

- Guru memberikan penjelasan tentang Perang Mu’tah.

Guru dapat menggunakan alat bantu, seperti peta

Jazirah Arab.

- Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang telah diajarkan.

- Guru meminta siswa untuk bermain pesan berantai.

- Guru menyampaikan cerita atau mendongeng tentang

peristiwa PerangMu’tah.

- Guru dan siswa bernyanyi dengan judul Maju tak

gentar.

3) Konfirmasi

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi merangkum materi yang sudah disampaikan.

- Guru dan siswa menyimpulkan materi dan hikmah pembelajaran melalui metode tanya jawab.

Gambar

Gambar 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2007:74)
Tabel 2.1 SK dan KD SKI kelas V
Tabel 3.1 Nama Siswa kelas V MI Asinan
Tabel 4.2 Presentase Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas V
+7

Referensi

Dokumen terkait

menfokuskan perbaikan pembelajaran pada rumusan masalah sebagai berikut:.. Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan kreatifitas belajar bahasa. Indonesia materi

Pada penelitian ini ada beberapa aspek penelitian implementasi metode cerita dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu perencanaan pembelajaran yang menggunakan

Oleh  karena  itu  perlu  dilakukan  suatu  penelitian  terkait  dengan  penerapan  metode  bermain  peran  untuk  meningkatkan  keterampilan  sosial  anak. 

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan angket peneliti dengan pihak Taman Pendidikan Al-Qur’an tentang pengaruh penerapan metode bermain, cerita dan menyanyi

“Apabila dalam pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan metode bermain peran dengan menggunakan langkah- langkah secara tepat,

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang dipilih oleh peneliti adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran SKI materi peristiwa

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap kegiatan belajar mengajar menggunakan metode membaca cerita bergambar diperoleh prosentasi 80, menyatakan

Implementasi Metode Bermain, Cerita, dan Menyanyi BCM Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTsN 05 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022 Kata