• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2.1

WILAYAH ADMINISTRASI

Secara administratif luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW Tahun 2012-2032

adalah 81.495 Ha, yang terdiri dari luas daratan 50.330,57 Ha dan luas lautan 31.164,03

Ha. Secara geografis Kota Balikpapan terletak pada posisi 116,50 Bujur Timur dan 117,00

Bujur Timur serta diantara 1,00Lintang Selatan dan 1,50 Lintang Selatan dengan

batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13

Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Dati

II Samarinda dan Balikpapan dalam Wilayah Provinsi Dati I Kalimantan Timur, Kota

Balikpapan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh

Kelurahan dalam wilayah Kota Balikpapan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor

8 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota

Balikpapan, secara administratif wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam)

Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Kelurahan.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan

No Kecamatan/ Kelurahan Luas Daerah

(km²)

Jumlah RT

A. Kec. Balikpapan Timur 1. Manggar B. Kec. Balikpapan Selatan

1. Damai Baru C. Kec. Balikpapan Tengah

(3)

No Kecamatan/ Kelurahan Luas Daerah (km²)

Jumlah RT

6. Karang Jati 3,411 37

D. Kec. Balikpapan Utara 1. Gunung Samarinda 2. Muara Rapak 3. Batu Ampar 4. Karang Joang

5. Gunung Samarinda Baru 6. Graha Indah E Kec. Balikpapan Barat

1. Baru Ilir F Kec. Balikpapan Kota

1. Prapatan

Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar

(4)
(5)

2.2

POTENSI WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

Perbedaan kondisi geografis wilayah mengakibatkan perbedaan sumber daya alam

yang dimiliki, sehingga berdampak pada perbedaan komoditi unggulan yang diusahakan

di setiap wilayah.

Oleh karena itu Kota Balikpapan memiliki komoditi unggulan yang dihasilkan oleh

masing-masing wilayah, baik sektor pertanian maupun dari sektor Industri pengolahan

yang memanfaatkan bahan baku hasil pertanian.

Diantara komoditi-komoditi unggulan yang dimiliki masing-masing wilayah di Kota

Balikpapan, terdapat beberapa komoditi yang menjadi unggulan tidak hanya di tingkat

Kota Balikpapan tetapi sampai ke tingkat Provinsi dan Nasional. Komoditi-komoditi

tersebut diantaranya dapat dikategorikan sebagai komoditi khas Kota Balikpapan.

Khasnya komoditi unggulan tersebut dapat dilihat dari jenis komoditinya yang hanya

dihasilkan atau sebagian besar produksinya terpusat di Kota Balikpapan, dan juga dapat

dilihat dari cita rasa yang dimiliki berbeda dengan komoditi yang sama yang

dihasilkan daerah lain.

Komoditi-komoditi khas yang menjadi unggulan di Kota Balikpapan diantaranya dari

sektor pertanian yaitu pepaya mini, karet, salak, nenas. Sementara dari sektor Industri

diantaranya industri kerajinan manik-manik dan batu permata, industri rumput laut.

a. Perikanan

Wilayah pesisir laut Kota Balikpapan masih menyimpan potensi sumberdaya yang

terbaharui (renewable resources) khususnya potensi sumber daya perikanan yang

belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu kawasan pesisir dan laut juga

memiliki berbagai fungsi ekonomi, antara lain dipergunakan untuk aktivitas

pemanfaatan sumberdaya perikanan, pertambangan, pertanian, rekreasi dan

pariwisata, kawasan industri, permukiman serta pelabuhan / transportasi.

Pembangunan yang berbasis potensi daerah menjadi relevan untuk dikaji dan

didorong pengembangannya. Dalam hal ini Kota Balikpapan yang memiliki potensi

perikanan dan kelautan yang cukup besar bisa memainkan peran strategis dalam

menopang dan membanguan pondasi ekonomi kota yang kuat. Arti dan peran

strategis penting sektor perikanan dan kelautan dalam pembangunan diantaranya:

1. Sumberdaya disektor perikanan dan kelautan merupakan sumberdaya yang selalu

dibaharui (renewable resources) sehingga bertahan dalam jangka panjang asal

(6)

2. Investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi dan daya serap

tenaga kerja relatif tinggi.

3. Produk perikanan dan kelautan memiliki prospek pasar yang baik dengan pangsa

pasar yang terus meningkat.

4. Industri di sektor perikanan dan kelautan memiliki keterkaitan yang kuat dengan

industri – industri yang lain.

5. Sumberdaya laut yang besar baik kuantitas maupun diversitas, bukan hanya di

perairan Balikpapan, tetapi juga perairan Selat Makasar.

6. Produk ekspor perikanan dan kelautan memiliki daya saing yang tinggi

sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikiya serta produksi yang

dihasilkannya.

Pada umumnya masyarakat nelayan Kota Balikpapan masih mengandalkan kegiatan

perikanan tangkap sampai sekarang, sedangkan kapasitas ruang dan volume ikan

semakin berkurang. Hal ini disebabkan kualitas perairan semakin menurun dan

kerusakan ekosistem yang terus meningkat. Akibatnya ketersediaan nutrien alam di

perairan mengalami keterbatasan sehingga sumberdaya laut berupa ikan,

kerang-kerangan, udang dan lain-lain tidak mampu bertahan sampai dapat dikonsumsi.

Salah satu komitmen yang perlu digalakkan oleh Kota Balikpapan untuk menjaga

kelestarian lingkungan pesisir dan meningkatnya income masyarakat nelayan

Balikpapan adalah dengan mengalihkan kegiatan penangkapan selama ini ditekuni

kebentuk usaha budidaya berbagai jenis biota laut yang cocok untuk dikembangkan.

Pengembangan sektor perikanan budidaya di Kota Balikpapan memiliki proses yang

baik dilihat dan ketersediaan lahan dan potensi pemasarannya.

Wilayah perairan yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya perikanan

adalah perairan Kariangau sampai Manggar, Teritip dan Lamaru. Jenis Budidaya ikan

selama ini dilakukan dalam tambak dan karamba jaring apung. Disisi lain pada

kawasan pesisir dan lautan Kota Balikpapan sangat potensial untuk dikembangkan

budidaya ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting selain udang dan bandeng

adalah ikan kerapu (kerapu tiks, kerapu macan, kerapu sunu, dan kerapu lumpur)

maupun rumput laut dan jenis kerang-kerangan.

b. Industri

Posisi strategis dan keunggulan kompratif yang dimiliki oleh Kota Balikpapan

menjadikan visi pembangunan kota kedepan sebagai sentra jasa, perdagangan dan

(7)

memadai serta terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif untuk memacu

pertumbuhan dunia usaha kecil.

Melihat visi dan perkembangan kota yang cukup pesat, maka pengembangan kota

diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi yang potensial dan mempunyai unggulan,

termasuk industri kecil/ rumah tangga yang pada saat ini tersebar di beberapa

wilayah Kota Balikapapan.Pengembangan IK/IRT pada saat krisisekonomi yang

melanda Indonesia, merupakan refleksi dari pemberdayaan ekonomi

kerakyatan, namun demikian keberadaannya di pusat perkotaan akan menimbulkan

berbagai permasalahan lingkungan hidup akibat pengolahan hasil produksi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Pemerintah Kota Balikpapan sejak

tahun 1994 melalui Program Jangka Menengah menyusun rencana Relokasi Industri

kecil/rumah tangga yang pada tahap I diprioritaskan pada pengrajin tahu/tempe

Balikpapan. Pada tahun 1995 telah mulai dilakukan pembangunan berbagai

fasilitas KIKS tetapi pada tahun 1997 mengalami penundaan akibat pengaruh krisis

moneter.

Kemudian sejak tahun 2000 dilakukan lagi pembangunan sarana/prasarana yang

pada tahap awal Perumnas ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan rumah produksi

dan rumah tinggal yang telah selesai sebanyak 50 unit. Proyek Relokasi Industri ini

berlaku di Somber km.3,5 kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara

dengan luas lahan 9 ha yang mempunyai daya tampung 150 - 200 pengusaha industri

kecil, lokasi proyek telah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)

Kota Balikpapan tahun 1994-2004 (pada saat lokasi KIKS ditetapkan).

c. Pariwisata

Dalam pengembangan sektor Pariwisata Kota Balikpapan mempunyai cukup banyak

potensi dan sebagian besar merupakan wisata alam dan Peninggalan Sejarah.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional,

Kota Balikpapan mengemban fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan

Strategis Nasional (KSN). Adapun fungsi dan peran Kota Balikpapan dalam konteks

perwilayahan pembangunan adalah sebagai berikut:

1. Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional.

Aktivitas-aktivitas yang ada di Kota Balikpapan diarahkan mempunyai skala

pelayanan tingkat nasional serta diarahkan untuk dapat menjadi wilayah maju dan

mempunyai peran dominan terhadap perkembangan perekonomian Negara

(8)

Beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan tingkat nasional adalah status

Balikpapan yang merupakan produsen komoditi industri pengolahan minyak (1,3

juta ton) dalam lingkup nasional. Produsen dan konsumen komoditi industri

pengolahan non migas (852 ribu dan 679 ribu ton) dengan lingkup antar pulau dan

nasional. Dalam RTRW Provinsi disebutkan pula bahwa kota Balikpapan diarahkan

sebagai Pusat Pelayanan Orde I, sehingga Balikpapan berfungsi sebagai pusat yang

melayani seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Wilayah

Nasional/Internasional.

Adapun fungsi utama Kota Balikpapan sebagai Pusat Pelayanan Orde I yaitu:  Pusat Perdagangan dan Jasa Regional

 Pusat Distribusi dan kolektor barang dan jasa regional

 Pusat Pelayanan Jasa Transportasi Laut, Udara, Sungai dan Darat  Pusat Industri Pengolahan

 Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata

2. Peran Balikpapan sebagai lokasi Pelabuhan Laut Internasional

Untuk mendukung fungsi Kota Balikpapan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional)

maka keberadaan sarana prasarana pendukung segala aktivitas yang berlangsung

dalam wilayah PKN itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut maka di wilayah Kota Balikpapan dikembangkan

Pelabuhan Laut Internasional sebagai transit point distribusi barang skala nasional

dan internasional. Kondisi ini didukung oleh lokasi Kota Balikpapan yang berbatasan

langsung dengan laut yang merupakan ALKI II.

3. Peran Balikpapan sebagai Kawasan Lindung Nasional, yang memiliki:

1. Hutan Lindung S. Wain seluas 9.872,9 Ha.

2. Hutan Lindung S. Manggar seluas 4.999 Ha.

4. Kawasan Andalan yang berada di kawasan Bontang-Samarinda

Tenggarong-Balikpapan, Penajam dan sekitarnya dengan aktivitas seperti:  Industri

 Perkebunan  Pertambangan  Kehutanan  Perikanan  Pariwisata

(9)

Kota Balikpapan merupakan kota yang strategis dalam Master Plan Pengembangan

dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), mengingat di wilayah Kota Balikpapan

terdapat kegiatan ekonomi utama untuk minyak dan gas dikoridor Ekonomi

Kalimantan direncanakan terdapat di lokus Balikpapan berupa proyek-proyek utama

seperti penambahan kapasitas produksi BBM dan berbagai pembangunan

infrastruktur yang mendukung Kalimantan sebagai koridor III dalam pengembangan

perekonomian nasional.

2.3

DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1

Jumlah penduduk dan KK keseluruhan

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Balikpapan mengalami peningkatan dari tahun 2013 jumlah

penduduk 599.685 jiwa dan pada tahun 2014 menjadi 610.313 jiwa.

Dari 6 (enam) kecamatan di Kota Balikpapan, Kecamatan Balikpapan Utara mempunyai

jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 134.146 jiwa atau sekitar 21,98% penduduk,

sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk paling sedikit

70.295 jiwa atau sekitar 11,5%.

Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah

Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah dengan luas wilayah

hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 103.254 jiwa, atau dengan kepadatan penduduk sekitar

9.324 jiwa per Km2 sedangkan Kecamatan Balikpapan Barat dengan wilayah terluas

179,95 Km2 hanya dihuni oleh 90.344 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 502

jiwa per Km2. Adapun rincian jumlah dan komposisi penduduk Kota Balikpapan dapat

(10)

Tabel 2.2

Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015

Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2016

B. Jumlah KK Keseluruhan

Jumlah KK keseluruhan di Kota Balikpapan pada tahun 2015 adalah sekitar 123.115 jiwa.

Dengan rincian jumlah KK paling tinggi terdapat di Kecamatan Balikpapan Utara sekitar

27.135 KK sedangkan jumlah KK paling sedikit terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur

sebanyak 13.347 KK jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3

Data KK Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015

No Kecamtan Jumlah Penduduk Jumlah KK

1 Balikpapan Selatan 123.778 24.756

2 Balikpapan Timur 66.735 13.347

3 Balikpapan Utara 135.675 27.135

4 Balikpapan Tengah 109.208 21.842

5 Balikpapan Barat 92.457 18.491

6 Balikpapan Kota 87.721 17.544

Balikpapan 615.574 123115

Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2016

2.3.2

Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk miskin di Kota Balikpapan pada tahun 2015 adalah sekitar 24.740

jiwa. Dengan rincian jumlah penduduk miskin paling tinggi terdapat di Kecamatan

(11)

terdapat di Kecamatan Balikpapan Kota sebanyak 2.169 jiwa. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4

Data Keluarga Miskin Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah KK Jumlah Jiwa

1 Balikpapan Timur 1.291 3.725

2 Balikpapan Utara 1.720 4.641

3 Balikpapan Selatan 2.462 6.848

4 Balikpapan Kota 674 2.169

5 Balikpapan Tengah 1.331 3.804

6 Balikpapan Barat 1.240 3.573

Jumlah 8.718 24.740

Sumber: 6 Kecamatan Kota Balikpapan

2.3.3

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan

Bila diproyeksikan sampai dengan tahun 2034, maka jumlah penduduk Kota Balikpapan

mencapai 1.198.411 jiwa dan kepadatan 2.381 jiwa/km2.

Tabel 2.5

Proyeksi Penduduk Kota Balikpapan Per-Kecamatan s.d Tahun 2034

KECAMATAN Luas

(Km2)

2014

(Jiwa) 2015 2024 2029

2034

Jiwa Jiwa/Km2

Balikpapan Selatan 33,93 145.915 159.915 187.854 220.673 245.680 7.241 Balikpapan Kota 14,02 99.905 113.048 132.799 156.000 173.677 12.388

Balikpapan Barat 179,95 104.305 116.734 137.129 161.086 179.341 997 Balikpapan Timur 132,16 81.580 87.899 103.255 121.295 135.040 1.022 Balikpapan Tengah 11,07 119.801 134.701 158.235 185.880 206.944 18.694 Balikpapan Utara 132,17 154.908 167.758 197.066 231.496 257.729 1.950

Jumlah 503,30 706.414 780.055 916.338 1.076.430 1.198.411 2.381

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan, 2014, diolah.

2.3.4

Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah

Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah pada tahun 2015 dengan

luas wilayah hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 103.254 jiwa, atau dengan kepadatan

penduduk sekitar 9.324 jiwa per Km2.

Karakteristik urbanisasi di Balikpapan yakni merupakan migrasi jenis desa-kota dan

kota-kota dari pelbagai wilayah. Urbanisasi tersebut didominasi oleh tiga etnis, yaitu

Jawa, Bugis/Makassar dan Buton; yang dipengaruhi oleh pandangan yang menganggap

(12)

menjadi kota utama pusat pertumbuhannya, dan dicap sebagai kota yang kaya raya.

Stigma seperti itu diharapkan akan bisa berkorelasi linier dengan pola penghidupan

ketika tinggal di Balikpapan, sehingga Balikpapan menjadi kota sasaran pendatang.

Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan permasalahan kependudukan yang pada

akhirnya semakin mendongkrak laju kemiskinan di Balikpapan. Berdasarkan proyeksi

jumlah penduduk, dengan adanya urbanisasi maka diperkirakan jumlah penduduk Kota

Balikpapan yang mendiami pusat kota yaitu Kecamatan Balikpapan Tengah pada tahun

2034 mencapai 206.944 jiwa.

2.4

ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

1. PDRB Harga Berlaku

Di antara sektor–sektor pembentuk PDRB di Kota Balikpapan, bahwa kontribusi sektor

Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran memberikan kontribusi yang

besar bagi pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Balikpapan,

perkembangan kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat

membangun yang mengindikasi meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan

dengan kata lain semakin menggeliatnya perkembangan perekonomian kota. Sektor

bangunan merupakan sektor yang mengalami kenaikan Berdasarkan Harga berlaku, pada

tahun 2013 sektor ini mempunyai nilai sebesar Rp.10.961.496,08 juta, sektor ini

mengalami pertumbuhan sebesar 37,69% dari tahun sebelumnya sebesar 35,43%.

Diproyeksi nilai sektor ini pada tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 12,014,875,43 juta,

dan Rp. 13,430,324,17 juta. Sektor Perdagangan Hotel dan restoran pada tahun 2013

mempunyai nilai sebesar Rp. 8.302.663,84 Juta atau mengalami pertumbuhan sebesar

28,55% dari tahun sebelumnya sebesar 29,62% dan di proyeksikan nilai sektor ini pada

tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 8,911,410,27 Juta dan Rp. 9,495,018,41. Juta.

Sektor ketiga penyumbang PDRB kota Balikpapan adalah sektor pengangkutan dan

komunikasi tahun 2013 adalah sebesar 4.155.198,64 juta rupiah, sehingga andilnya

mencapai 14,29 % Sektor ini mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dan cenderung

stabil dengan pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008-2013 sebesar 14,38 %. Apabila

dilihat dari komponen penyusunnya, Nilai Tambah Bruto (NTB) yang disumbangkan dari

sektor ini adalah berasal dari Sub Sektor Angkutan khususnya angkutan udara dimana

(13)

pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 3,86% dan proyeksi meningkat pada tahun

2014 dan 2015 sebesar 50,84% dan 53,29%.

2. PDRB Harga Konstan

Sama halnya dengan PDRB harga berlaku, sampai dengan tahun 2013 sektor Bangunan

dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran masih merupakan sektor dominan dalam

pembentukan PDRB di Kota Balikpapan dengan peranannya sekitar 23,20% dan 26,64%

berdasarkan harga konstan. Pada urutan ketiga adalah sektor angkutan dan komunikasi

dengan peranannya sebesar 14,29%.

Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp.

18.779.453,86 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,06%. Diproyeksikan pada

tahun 2014 PDRB Kota Balikpapan berdasarkan harga Konstan sebesar 19,321,404,34

juta rupiah pada tahun 2015 sebesar 20,165,003,41 juta rupiah.

2.4.2 Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

 Pendapatan perkapita Kota Balikpapan jika dihitung dengan migas pada 2013

sebesar Rp 74,89 juta setahun. Hal ini didasarkan pada pendapatan per kapita

Balikpapan dari tahun ke tahun, di mana tahun 2010 sebesar Rp 47,17 juta, di tahun

2011 sebesar Rp 52,02 juta dan pada tahun 2012 sebesar Rp 62,42 juta.

Sedangkan pendapatan perkapita dengan non migas sebesar Rp 51,87 juta pada 2013,

yang didasarkan pendapatan per kapita Balikpapan di tahun 2010 sebesar Rp 27,65

juta, di tahun 2011 sebesar Rp 31,79 juta, dan di tahun 2012 sebesar 40,61 juta.  Proprsi penduduk miskin di Kota Balikpapan tahun 2015 adalah sebesar 3,66% dari

jumlah penduduk Kota Balikpapan tahun 2015 secara keseluruhan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6

Data kemiskinan di Kota Balikpapan Tahun 2013-2015

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan (%)

2013 669.685 23.700 3,54%

2014 706.414 19.710 2,79%

2015 735.850 24.740 3,66%

(14)

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis

A. Topografi

Secara umum Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 sampai 100 meter di atas

permukaan laut. Klasifikasi terbesar yaitu berada pada ketinggian 20-100 mdpl dengan

luas 20.090,57 ha atau 51,66 % dari luas wilayah, ketinggian >10-20 mdpl seluas 17.260

ha atau 34,17% dari luas wilayah dan ketinggian 0-10 mdpl seluas 6.980 Ha atau 13 %

dari luas wilayah. Berikut tabel luas wilayah Kota Balikpapan dirinci menurut topografi

(ketinggian).

Tabel 2.7 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Menurut Topografi (Ketinggian)

No Ketinggian mdpl

Luas Wilayah

(Ha) (%)

1. 0-10 6.980,00 13,64 2. >10-20 17.260,00 34,70 3. >20-100 26.090,57 51,66

Jumlah 50.330,57 100,00

Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014

Lereng menggambarkan sudut kemiringan permukaan tanah terhadap bidang horisontal.

Besaran lereng merupakan faktor penting yang menentukan mudah tidaknya tanah

untuk diusahakan/ digunakan. Tanah dengan medan datar lebih mudah diusahakan

daripada tanah berlereng terjal. Kemiringan tanah juga menentukan sifat tanah yang

lain, yaitu menentukan kepekaan erosi dan drainase permukaan. Pada lereng yang besar

maka drainase permukaannya lebih cepat/ baik tetapi tanah lebih peka terhadap erosi.

Dari sisi topografis sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan

lereng antara 15-40% yaitu seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah

keseluruhan. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan rincian luas wilayah Kota Balikpapan

berdasarkan kelerengan.

Tabel 2.8 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci Menurut

1. 0-2 7.050,00 14,01

2. > 2-15 3.325,00 6,61 3. > 15-40 21.305,57 42,33 4. > 40 18. 650,00 37,05

Jumlah 50.330,57 100,00

(15)

Secara morfologis Kota Balikpapan terdiri dari 85% kawasan perbukitan dengan jenis

tanah podsolik merah kuning yang memiliki karakter topsoil tipis, struktur tanah mudah

tererosi. Sedangkan 15% lainnya merupakan daerah dataran yang terletak di sepanjang

pantai timur dan selatan wilayah Kota Balikpapan dengan jenis tanah umumnya adalah

alluvial.

Untuk mengetahui kondisi keleregan Kota Balikpapan berikut merupakan visualisasi dari

kondisi kelerengan Kota Balikpapan dalam bentuk peta kelerengan pada gambar 4.29 di

bawah ini:

Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kota Balikpapan

B. Geohidrologi

Berdasarkan peta Hidrogeologi Lembar Balikpapan, Kota Balikpapan secara umum dapat

dilihat dari komposisi litologi batuan dan kelulusannya serta keterdapatan air tanah dan

produktivitas akuifer. Berdasarkan kondisi tersebut, Kota Balikpapan dapat dijelaskan

sebagai berikut

1. Komposisi Litologi Batuan dan Kelulusannya.

Berdasarkan komposisi litologi dan kelulusannya Kota Balikpapan seluruhnya masuk

dalam kategori batu pasir, batu lempung pasiran, serpih dan konglomerat dengan

sisipan napsi, batubara dan batu gamping.

(16)

Berdasarkan keterdapatan airtanah dan produktivitas akuifer, Kota Balikpapan dapat

dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu :

a. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, yaitu :

 Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas

Akuifer dengan keterusan beragam, muka air tanah umumnya kurang dari 3

meter di bawah muka tanah setempat, debit maair umumnya kurang dari 10

l/detik. Akuifer ini umumnya tersebar di Kecamatan Balikpapan Utara,

sebagian kecil dari Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah dan di

bagian selatan dari, Kecamatan Balikpapan Selatan

 Setempat, Akuifer produktif

Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya muka airtanahnya dalam,

dibeberapa tempat matair dengan debit kurang dari 2 liter/detik. Akuifer ini

pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur, sebagian Kecamatan

Balikpapan Selatan dan Tengah

b. Akuifer bercelah atau jarang, produktif kecil dan daerah air tanah langka, yaitu

akuifer produktif kecil, setempat berarti.

Akuifer ini umumnya keterusan rendah, setempat airtanah dangkal dalam jumlah

terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah dan zona pelapukan batuan padu.

Akuifer ini pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Barat, sebagian kecil

di Kecamatan Balikpapan Utara, Barat dan Timur

C. Geologi

Berdasarkan struktur geologi, Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan

geomorfik, yaitu satuan perbukitan bergelombang sedang, satuan perbukitan

bergelombang lemah dan satuan dataran aluvial. Berikut merupakan penjelasan lebih

lanjut mengenai struktur geologi Kota Balikpapan.

1. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang Sedang

Satuan geomorfik ini menempati area dengan luas kurang lebih 55%, mempunyai

kemiringan lereng rata-rata 15-40% dengan beda tinggi kurang lebih 10-30 meter.

Satuan geomorfik ini menempati sebagian besar Kota Balikpapan terutama di bagian

Utara - Barat Laut yang merupakan daerah hutan lindung, sebagian di timur laut

meliputi sebagian dari Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara,

Kecamatan Balikpapan tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan

Balikpapan Timur. Litologi penyusunan satuan geomorfik ini adalah perselingan

(17)

dengan dikontrol struktur geologi berupa antiklin dan siklin dengan kemiringan

sayap-sayapnya yang relatif landai sampai sedang.

2. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang lemah

Satuan geomorfik ini membentuk pola selingan dengan perbukitan bergelombang

sedang yang membujur barat daya - timur laut dengan luas kurang lebih 30%,

umumnya mempunyai kemiringan lereng 5-15% dengan beda tinggi kurang lebih 3-15

meter. Satuan geomorfik ini menempati bagian tengah Kota Balikpapan tepatnya di

lembah Sungai Wain, Daerah Gunung Bahagia sampai Gunung Binjai yang masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara,

Kecamatan Balikpapan Tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kecamatan

Balikpapan Timur dengan litologi penyusunan batu pasir kuarsa, batupasir dengan

konkresi/nodul besi, serpih, batu lanau, sisipan batubara dan dikontrol struktur

geologi berupa homoklin yang merupakan sayap antiklin atau siklin dengan

kemiringan landai sehingga membentuk suatu lembah homoklin.

3. Satuan Dataran Alluvial

Satuan ini tersebar sebagian besar di pinggir pantai dan lembah-lembah sungai

dengan luas kurang lebih 15%, material penyusunnya merupakan endapan kerakal

-lempung yang belum terkonsolidasi atau bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil

pengendapan aktivitas sungai dan air laut. Kemiringan lereng umumnya 0-5% dengan

beda tinggi kurang lebih 0-2 meter. Menempati pantai sebelah timur dari Sepinggan

hingga teritip, lembah-lembah disekitar S. Wain, S. Somber dan S. Manggar Besar dan

sebagian pantai di Teluk Balikpapan.

Berdasarkan stratigrafi menururt Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan

tersusun atas empat satuan batuan, yaitu :

a. Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial)

Satuan ini sebagian besar tersebar disepanpang pantai timur dari Kota Balikpapan,

terutama daerah Manggar, Lamaru, Teritip demikian juga di kiri-kanan Sungai

Wien dan Sungai Somber.

b. Formasi Kampung Baru

Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa,

serpih dengan sisipan batubara, lignit dan napal. Singkapan batubara yang cukup

tebal (> 3 m) dapat dijumpai di Dusun Gunung Binjai. Adapun penyebarannya

meliputi wilayah di bagian utara dan tengah tepatnya Kecamatan Balikpapan Barat,

Balikpapan Utara, Balikpapan tengah dan Balikpapan Timur.

(18)

Bagian atas dari satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan-sisipan

batulempung, batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal,

batupasir gampingan, batu bara. Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di

bagian barat laut dan barat daya wilayah Kota Balikpapan, meliputi Kecamatan

Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah' dan sebgaian Kecamatan

Balikpapan Barat.

d. Formasi P. Balang

Satuan ini secara regional terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir gampingan,

batulanau dengan sisipan batubara. Satuan ini tersingkap di P. Balang serta bagian

ujung barat laut wilayah Kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah

Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tabel 2.9 Luas Wilayah Kota Balikpapan Menurut Jenis Batuan (Geologi)

No Jenis Luas Wilayah

(Ha) (%)

1 Satuan Endapan Pasir (Alluvial)

9.994,40 19,86

2 Formasi Kampung Baru 31.100,76 61,79 3 Formasi Balikpapan 8,561,16 17,01 4 Formasi Pulau Balang 671,25 1,33

Jumlah 50.330,57 100,00

Sumber: RTRW Kota Balikpapan, 2012 – 2032

(19)

D. Klimatologi

1. Iklim

Kota Balikpapan beriklim tropis, mempunyai musim yang hampir sama dengan

wilayah yang ada di Kalimantan Timur pada umumnya., yaitu adanya musim

kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan Mei

sampai Bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada Bulan Nopember

sampai dengan Bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang

diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Seiain itu, karena

letaknya di daerah katulistiwa maka ikiim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi

oleh angin Muson, yaitu angin Muson barat Nopember - April dan Angin Muson Timur

Mei - Oktober.

Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Balikpapan kadang tidak

menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak

ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau

bahkan terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.

2. Suhu dan Kelembaban

Secara umurn Kota Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun

berkisar dari 22,4oC sampai 34,70C. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota

Balikpapan mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar

antara 82-93%.

3. Curah Hujan dan Keadaan Angin

Curah hujan di Kota Balikpapan sangat beragam menurut bulan. Catalan curah

hujan bulanan sepanjang tahun 2010 terjadi pada Bulan Oktober sebesar 279,5 mm

dan rata-rata curah hujan paling rendah terjadi pada Bulan September yang hanya

mencapai 35,9 mm.

Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun 2010 yang dipantau dari Stasiun

Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan, menunjukkan bahwa kecepatan angin

berkisar antara. 4 sampai 7 knot. Kecepatan angin paling tinggi 7 knot terjadi pada

bulan September sedang terendah 4 knot terjadi pada bulan April dan Desember.

2.4.4 Data Risiko Bencana Alam

1. Banjir yang terjadi di Balikpapan, pada intinya ada 2 hal pokok penyebabnya.

Berdasarkan survei primer, masalah drainase dan pembukaan lahan baru

menyebabkan adanya genangan di sekitar jalan khususnya untuk beberapa daerah

(20)

drainase yang tidak berjalan sebagaimana mestinya mengakibatkan genangan

setempat. Hal ini perlu diwaspadai karena akan berbahaya jika tidak segera

ditangani. Permasalahan lain hasil dari konsultasi dengan warga, masalah

pembukaan lahan untuk perumahan baru mengakibatkan munculnya masalah

genangan. Daerah yang seharusnya dijadikan resapan justru dibuka lahan baru dan

ini memang berbahaya ketika daerah yang tadinya tidak banjir, menjadi daerah

banjir. Baru ilir dan Margasari menjadi salah satu daerah yang sering terkena banjir,

selain lokasinya di muara sungai, marga sari juga menerima banjir kiriman dari

muara rapak sehingga semakin sering terjadi genangan pasca hujan. Risiko terbesar

adalah daerah disepanjang jalan karena luapan air pada saluran drainase yang tidak

dapat menampung air. Selain itu, lokasi margasari yang memang di daerah muara

sungai menyebabkan pendangkalan karena sedimentasi di sungai dan di muara.

Untuk keluarahan damai bahagia, Damai, dan Damai Baru, risiko banjir ada di

sekitar jalan khususnya jalan Beler dimana daerah ini telah ditetapkan sebagai

daerah rawan bencana. Selain itu buruknya drainase yang menimbulkan banjir juga

menyebabkan beberapa kerusakan infrastruktur khususnya jalan. Bencana di jalan

beler ini memang rutin terjadi setiap tahun khsusunya pada musim penghujan dan

hal ini disebabkan karena drainase. Selain itu daerah berisiko disekitar daerah jalan

beler ini memang berada di bawah jalan, artinya jalan yang memang kondisinya

diatas lahan milik warga memberikan limpasan air dan hal ini diperparah oleh

buruknya drainase.

Sistem drainase sudah direncanakan dengan baik dan Balikpapan juga telah memiliki

masterplan drainase, namun pelaksanaan dan implementasi di lapangan masih

belum sesuai harapan, sehingga perlu adanya kontrol dari pemerintah dan

masyarakat dalam menjaga infrastruktur drainase supaya sesuai fungsinya dan dapat

membantu dalam proses pengaliran air limpasan.

Masalah-masalah banjir lainnya yang terjadi di Balikpapan seperti di kelurahan

Gunung sari dan gunung Samarinda, lebih disebabkan karena berkurangnya daerah

resapan air karena pembukaan lahan baru untuk permukiman, sehingga perlu adanya

pengetatan regulasi yang dapat melindungi berkurangnya lahan resapan dan alih

fungsi lahan. Hal ini perlu pengendalian khususnya untuk pembukaan lahan baru

yang dekat dengan sempadan sungai dan berada pada daerah resapan.

2. Bencana kedua yang sering terjadi di Balikpapan adalah tanah longsor. Tanah

longsor pada beberapa tahun terakhir terjadi bersamaan dengan bencana banjir.

(21)

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan. Berikut

dokumentasi di beberapa tempat dengan risiko longsor tinggi.

3. Bencana Kebakaran Permukiman dan Hutan

Kebakaran merupakan bencana yang juga menjadi catatan khusus di kota

Balikpapan karena memiliki risiko yang besar. Khusus di perkotaan Balikpapan,

bencana kebakaran sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh kerapatan bangunan dan

kurangnya upaya yang ada dalam tanggap darurat khususnya penyediaan sarana

prasarana pertolongan pertama kebakaran sehingga risiko menjadi besar.

Penyediaan sarpras seperti hidran setempat dan pompa siram menjadi hal yang

penting khususnya pada daerah yang susah dijangkau oleh mobil pemadam

kebakaran karena masalah lebar jalan seperti di beberapa kelurahan di Kecamatan

Balikpapan Selatan dan Balikpapan Kota.

Selain itu ada beberapa temuan menarik mengenai upaya pengurangan risiko

bencana di Kelurahan Margasari salah satu daerah dengan risiko tinggi dimana

kawasan ini dekat dengan areal Pertamina yang juga rawan terjadi kebakaran.

Temuan tersebut adalah konsep integrasi IPAL yang airnya dapat ditampung

sementara dengan membuatkan bak penampung serta menyediakan pompa yang

dapat menjadi hidran sementara sehingga akan sangat bermanfaat untuk warga

sekitar. Namun upaya meminimalkan risiko kebakaran ini membutuhkan dana yang

besar sehingga perlu peran pemerintah dan swasta dalam pendanaannya. Upaya

lain adalah menjadikan coastal road di selatan sebagai jalur evakuasi, hal ini sangat

menunjang khsusnya untuk daerah di balikpapan kota dan selatan yang padat

penduduk dan kurang akses sehingga jika coastal road dapat dimanfaatkan untuk

akses evakuasi maka akan sangat bermanfaat.

Selain bencana kebakaran permukiman, kebakaran hutan menjadi salah satu hal

yang harus diwaspadai, dari analisis risiko sebenarnya kebakaran hutan masuk

dalam kategori risiko rendah karena kerawanan titik kebakaran tidak langsung

berdampak pada kerugian, namun kondisi ini juga harus diperhatikan secara serius,

karena ada satwa langka khususnya di hutan lindung sungai Wein dan juga dekat

dengan Kebun Raya Balikpapan. Selanjutnya berikut pemetaan risiko untuk tiap

daerah rawan bencana kebakaran di Balikpapan secara makro dan detail tiap

kelurahan

4. Untuk risiko angin topan memang tidak dapat diprediksi zonasi daerah, namun

berdasarkan historis bencana, daerah berisiko adalah disepanjang pesisir Kota

(22)

memetakan laju arah angin juga dilakukan dimana daerah dengan permukiman

dengan konstruksi tidak tahan gempa menjadi daerah dengan risiko tinggi, termasuk

keberadaan permukiman kumuh di dekat Coastal road. Berikut analisis risiko dengan

pendekatan pemodelan GIS yang menghasilkan peta-peta risiko bencana.

5. Salah satu bencana yang cukup sering terjadi di Kota Balikpapan adalah bencana

abrasi. Pada prinsipnnya, bencana ini terjadi pada kawasan yang terletak di wilayah

pesisir. Sementara itu Kota Balikpapan merupakan lokasi pergerakan kulit bumi.

Berdasarkan analisis risiko diperoleh 3 tingkat klasifikasi yaitu resiko rendah seluas

931 ha, resiko sedang seluas 1.136 ha, dan resiko tinggi seluas 1.783 ha. Berikut

peta analisis dengan GIS modelling untuk daerah risiko bencana abrasi di Kota

Balikpapan.

2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Isu-isu strategis terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta karya Kota Balikpapan

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10

Isu-isu strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota Balikpapan

SEKTOR ISU STRATEGIS

Perumahan dan

Permukiman

Adanya Permukiman kumuh di Kota Balikpapan, yaitu di Kelurahan Muara Rapak Kecamatan Balikpapan Utara seluas 27,88Ha .

Air Minum Pemerintah Kota Balikpapan telah memiliki Perusahaan Daerah yang menangani air minum akan tetapi persen pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM Kota Balikpapan sampai tahun 2014 mencapai 77 %. Kondisi geografis, topografi dan geologis yang berbeda di setiap wilayah di Kota Balikpapan, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda pada masing-masing wilayah.

Drainase 1. Sungai-sungai yang ada di wilayah Kota Balikpapan difungsikan sebagai pembuangan akhir sistem drainase, sebagai saluran primer atau saluran sekunder.

2. Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem drainase kota belum memadai ditinjau dari segi jumlah (panjang) saluran yang dibutuhkan, kapasitas saluran dan kondisi salurannya.

3. Wilayah perumahan, perkantoran atau pertokoan belum semuanya memiliki sistem drainase tersier yang baik dan mencukupi untuk menampung dan mengalirkan limpasan hujan.

(23)

SEKTOR ISU STRATEGIS

Air Limbah 1. Belum kuatnya legalisasi pengelolaan air limbah di Kota Balikpapan; 2. Belum kuatnya kualitas kelembagaan pengelolaan air limbah Kota

Balikpapan;

3. Masih rendahnya cakupan pelayanan IPAL Margasari (1.200 SR atau sekitar 40 – 50% dari jumlah KK yang terdaftar di Kelurahan Margasari); 4. Belum berkembangnya sistem off-site skala kawasan;

5. Masih rendanya cakupan pelayanan dan efisiensi pengolahan IPLT Manggar;

6. Kurangnya dana untuk pengelolaan air limbah Kota Balikpapan, baik untuk pembangunan maupun operasional.

Persampahan Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Balikpapan dikelola oleh DKPP. Tapi sebagian besar sampah masih dibuang secara langsung ke sungai-sungai, ditanam maupun dibakar.

Gambar

Tabel 2.3Data KK Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015
Tabel 2.4Data Keluarga Miskin Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015
Tabel 2.6Data kemiskinan di Kota Balikpapan Tahun 2013-2015
Tabel 2.7 Luas Wilayah Kota BalikpapanDirinci Menurut Topografi (Ketinggian)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain  berdasarkan  hasil  analisis  diatas,  potensi  unggulan  suatu  daerah  juga 

Dengan kondisi geografis dan fisiografi wilayah yang merupakan dataran rendah dan pantai serta berada pada bagian hilir daerah aliran sungai yang besar, yaitu

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui daerah-daerah rawan banjir Kecamatan Balikpapan Timur dari analisis faktor-faktor penyebab banjir yaitu curah hujan, kelerengan,

Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang memiliki 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Metro Utara, Metro Barat, Metro Pusat, Metro Selatan dan Metro Timur..

Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadikan 45% wilayahnya menjadi kawasan lindung. Sebagian kawasan lindung di luar kawasan hutan merupakan hutan rakyat

Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan terluas dengan luas wilayah mencapai 19,33% dari total luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah..

Untuk dapat mengetahui lebih jelas lagi mengenai jenis hutan yang terdapat di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada tabel

Pantai Timur Bagian Barat Perda No.. Oksibil