• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN PRESENTASI DIRI REMAJA KONSUMEN DISTRO DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK (STUDI DESKRIPTIF) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBUTUHAN PRESENTASI DIRI REMAJA KONSUMEN DISTRO DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK (STUDI DESKRIPTIF) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN PRESENTASI DIRI REMAJA KONSUMEN DISTRO

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK (STUDI DESKRIPTIF)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Warih Wiratmojo

NIM: 081114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(2)

i

KEBUTUHAN PRESENTASI DIRI REMAJA KONSUMEN DISTRO

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK (STUDI DESKRIPTIF)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Warih Wiratmojo

NIM: 081114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

(4)
(5)

iv MOTTO

“Ya Bapa

-Ku, jikalau Engkau berkenan ambilah cawan

ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah menurut

kehendak-Ku, melainkan kehendak-

Mu yang terjadi”

(Matius 26:39)

“Life For Nothing Or Die For Something”

(Serigala Malam)

“Sugih tanpa ba

ndha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa

bala, menang tanpa ngasorake”

(Pitutur Jawi)

“Don’t forget your roots”

(H2O)

(6)

v

Kupersembahkan Karyaku ini untuk:

Allah Bapa disurga, Yesus Kristus, Bunda Maria Praise The Lord ....

Bapakku Damianus Tusar Dadang, Ibuku Elisabeth Suharini, Kakakku Yohanes Ari Fajar Nugroho, dan Adikku Agustinus Wahyu Pambengkas, Serta

My Lovely girl Brigitta Indriyantika

You all my inspiration. Segala niat, proses, hasil dan karya tulisan ini hanya untuk kalian.

(7)

vi

(8)
(9)

viii ABSTRAK

KEBUTUHAN PRESENTASI DIRI REMAJA KONSUMEN DISTRO

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK (STUDI DESKRIPTIF)

Warih Wiratmojo, 2014

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan alasan seseorang memakai produk-produk distro. (2) Mengidentifikasi hal-hal mengenai rasa bangga dan lain-lain yang diperoleh ketika remaja memakai produk-produk distro (tujuan dari presentasi diri). (3) Merumuskan kebutuhan-kebutuhan presentasi diri apa saja yang terpenuhi ketika seseorang memakai produk distro. (4) Merumuskan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai dengan kelompok remaja konsumen distro

berdasaran tugas perembangan remaja.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Presentasi Diri Remaja Konsumen Distro dengan jumlah 26 item. Aspek-aspek kebutuhan presentasi diri adalah Integration, Self-promotion, Intimidation, Supplication,

Exemplification, Self-handicapping, dan Bask In Reflected Glory. Subjek

penelitian adalah pria atau wanita yang berusia remaja sekitar 13-24 tahun yang pada saat pengambilan data berlangsung, mereka (subjek penelitian) sedang berada di salah satu distro Origin Merchandise, Rumble Royale, Ouval RSCH

Building ER#6, Sevensouls de Arcade, Nimco Royal Store, atau Slackers.

Hasil penelitian (1) remaja konsumen distro memiliki kebutuhan presentasi diri yang rendah (1,67%), kurang (78,33%), cukup tinggi (20,00%) terhadap konsumsi produk-produk distro. (2) Aspek afeksi yang paling dominan adalah aspek self-promotion, dengan terdapat 44 orang (73,33%) dari 60 orang responden yang masuk dalam kategori cukup tinggi self-promotion-nya terhadap konsumsi produk-produk distro. (3) Diperoleh 3 aspek dominan kebutuhan presentasi diri remaja konsumen distro, yaitu self-promotion, Bask in Reflected

Glory, Exemplification. Ketiga aspek tersebut kemudian dijadikan dasar

penyusunan topik-topik bimbingan kelompok.

(10)

ix

ABSTRACT

THE NEEDS OF TEENAGERS’ PRESENTATION AS DISTRO

CUSTOMER AND ITS IMPLICATIONS TO THE TOPICS OF GROUP GUIDANCE presentation when one is using the distro products, (4) formulate topics of group guidance appropriate to the teenagers as customer of distro based on the task of teenagers development.

The research instrument used is questionnaire of teenagers’ self -presentation as distro customer which consists of 26 items. The aspects of self-presentation needs are Ingratiation, Self-promotion, Intimidation, Supplication, Exemplification, Self-handicapping, and Bask in Reflected Glory. The subject is male or female teenagers of about 13 to 24 years old in which the data collection was taking place, they (the subjects) are in distro of Origin Merchandise, Rumble Royale, RSCH Ouval Building ER#6, Sevensouls de Arcade, Nimco Royal Store, or Slackers.

The results show that: (1) The percentage of teenagers as distro customer who have low self-presentation needs is 1.67%, the percentage of teenagers as

distro customer who have moderate self-presentation needs is 78.33%, and the

(11)

x

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat kasih karunia serta bimbingan-Nya selama proses penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Kebutuhan Presentasi Diri Remaja Konsumen

Distro Dan Implikasinya Pada Topik-Topik Bimbingan Kelompok”. Penyusunan

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Banyak pengalaman telah penulis dapatkan selama proses penulisan skripsi ini. Baik pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang kurang menyenangkan, namun semua pengalaman tersebut menjadikan sebuah pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis pada masa mendatang.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, membantu, menginspirasi dan memberikan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, daam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

xi

2. Ibu Dr. MM Sri Hastuti, M. Si., selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberi kesempatan, waktu, dan tenaga untuk membimbing serta memberi motivasi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. R. Budi Sarwono, M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta dukungan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sampai selesai. Matur sembah nuwun Pak Budi.

4. Bapak dan ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan tatap muka, dan semua ilmu tersebut sangat berguna bagi penulis.

5. Para owner dari Origin Merchandise, Rumble Royale, Ouval RSCH Building ER#6, Sevensouls de Arcade, Nimco Royal Store, Slackers beserta para karyawannya yang telah sudi memberi izin, meluangkan tempat serta waktunya untuk penulis dalam proses pengambilan data kuesioner para konsumen distro. Support your local movement !!!

6. Para konsumen setia distro Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

(13)

xii

spiritual dan menjadi sumber semangat terdalam serta sumber inspirasi bagiku menempuh studi. I love you all...

8. Keluarga besar UKM Band SEXEN, kalian telah memperdengarkanku dengan berbagai lirik-lirik dan nada-nada tentang indahnya hitam putih dunia.

You Rock Guys... !!

9. Keluarga besar kos “Namira 16” Karangnongko, Maguwoharjo. Disinilah tempatku bernaung, berbagi rasa suka dan duka dengan sahabat-sahabat setiaku. Kikit, Agus, Sugeng, Econ, Rivo, Baron, Kristi, Aji, Mas Wawan, Mas Eko, Kang Edi, Mas Ricky (gondrong), Aan, Mamat Murr Baut Tatto, Galuh Sablon, Bowo, Thomas gudix, Adit menying, Istas, dan semuanya saja yang pernah ngekos dan ngglandang di sini. Takkan kulupakan tangis, canda tawa, dan perjuangan kita di Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Terima kasih juga untuk mas Uung dan Mbak Dewi.

10. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2008, 2009, 2007 yang selalu memberikan semangat, berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis selama proses penulisan skripsi. Judith, Yeti, Eva, Bagus, Agus, Stanis, Chandra, Galih, Dita, Anggita, Vincent, Vita, Tika, Teo, Eros, Elok, Ira, Jarot, Kiyat, Ivone, terima kasih telah memberi warna bagi kehidupanku.

11. Brigitta Indriyantika, terima kasih telah menjadi pengisi hari-hariku, inspirasi, dan motivasiku dalam menempuh studiku dan menyelesaikan skripsiku ini.

Love you... (titik dua bintang)

(14)
(15)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Presentasi Diri ... 14

B. Pengertian Pakaian Distro ... 17

C. Bimbingan Kelompok ... 20

D. Remaja dan Tugas Perkembangannya ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

G. Pengembangan Instrumen ... 51

H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Topik-Topik Bimbingan Kelompok ... 72

(16)

xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Kuisoner Presentasi Diri Konsumen Distro ... 46 Tabel 2: Tabel Kriteria Guildford ... 51 Tabel 3: Tabel Perolehan Skor Kebutuhan Presentasi Diri Remaja Konsumen

Distro ... 56 Tabel 4: Tabel Perolehan Skor Aspek Self-Promotion ... 65 Tabel 5: Tabel Aspek-Aspek Presentasi Diri Remaja Konsumen Distro

Yang Berkategori Tinggi ... 67 Tabel 6: Tabel Total Presentasi Diri Remaja Konsumen Distro ... 69 Tabel 7: Usulan Topik-Topik Bimbingan Kelompok ... 73

(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1: Diagram Garis Total Presentasi Diri Remaja Konsumen

Distro... 57 Diagram 2: Diagram Perolehan Skor Aspek Self Promotion ... 65 Diagram 3: Diagram Batang Aspek-Aspek Presentasi Diri Konsumen

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Tabulasi Skor Kuesioner Kebutuhan Presentasi Diri

Remaja Konsumen Distro ... 84

Lampiran 2: Data Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 86

Lampiran 3: Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner ... 95

Lampiran 4: Kuesioner Penelitian ... 104

Lampiran 5: Surat Pengantar Uji Coba dan Penelitian ... 107

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Secara mendasar kebutuhan pokok manusia terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan papan. Namun pada zaman modern ini kebutuhan manusia semakin beragam. Tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin beragam dan terus menerus mengalami progress mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam menentukan kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Perkembangan masyarakat dari tradisional menuju masyarakat modern memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pola hidup (gaya hidup). Masyarakat tradisional cenderung memiliki pola pemenuhan kebutuhan yang bersifat satu arah, yakni mengarah pada pemenuhan kebutuhan pokok saja. Apabila kebutuhan pokok tersebut telah tercapai, masyarakat tradisional cenderung mengalami titik kulminasi atau mengalami tingkat kepuasan tertinggi untuk beberapa waktu.

(21)

2

setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Kebutuhan masyarakat modern yang beragam dan pola pemenuhan kebutuhan tersebut sampai saat ini masih terus menjadi topik yang menarik dan memiliki keunikan tersendiri. Konsumsi masyarakat modern kini lebih dari kebutuhan yang ada sebelumnya. Hal ini lebih sebagai suatu perkara akal dan pikiran, daripada sekedar pemenuhan kebutuhan biologis saja. Pergeseran ini menjadi salah satu poin yang menarik dalam melihat kehidupan masyarakat modern.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Hal ini berarti bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang mengikuti setiap perkembangan zaman, kebudayaan, dan berbagai simbol kekinian. Kebutuhan masyarakat modern sangat rentan dengan perubahan zaman, perkembangan kebudayaan, dan sangat terkait dengan simbol-simbol kekinian. Menurut Abraham Maslow dalam buku Psikologi Pertumbuhan karangan Schultz, (1991: 90) manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hierarki kebutuhan mulai dari yang paling mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat.

Hierarki Kebutuhan Maslow (dalam Schultz: 1991: 90) biasanya digambarkan dengan bentuk piramida sehingga disebut Piramida Maslow. Hierarki ini, menggambarkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia (basic

needs) terdiri dari lima tingkatan. Urutan tingkat kebutuhan dari rendah ke

(22)

3

tinggi yaitu, (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan, dan (5) kebutuhan-kebutuhan akan aktualisasi. Keempat tingkat terbawah digolongkan menjadi satu sebagai D-needs (deficiency needs

atau kebutuhan defisiensi) dan berkaitan dengan kebutuhan fisiologis; sementara tingkat teratas merupakan B-needs, yaitu being/growth needs atau kebutuhan untuk menjadi atau bertumbuh (Maslow dalam Schultz: 1991: 94).

Kebutuhan akan penghargaan diri atau kebutuhan untuk dihargai melibatkan dua kelompok. Pertama, merupakan hasrat akan kekuatan, akan pencapaian, akan kecukupan, akan kenyamanan di mata dunia, dan akan kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, adalah hasrat akan reputasi dan prestise

(yang didefinisikan sebagai respek atau penghormatan dari orang lain), pengenalan, perhatian, kepentingan, atau apresiasi. Pemenuhan kebutuhan ini akan mengakibatkan perasaan nyaman, berpunya, kuat, mampu, dan berkecukupan untuk menjadi penting di dunia. Namun kegagalan kebutuhan ini membawa orang pada perasaan inferior dan kelemahan.

(23)

4

dari impression management individu melakukan presentasi diri (self

presentation) seperti yang di inginkan dengan berbagai macam tujuan.

Menurut Jones & Pittman (dalam Sarwono, 2009: 61) disebutkan bahwa ada lima strategi presentasi diri dengan tujuan yang berbeda. Pertama adalah ingratiation, dengan tujuan agar disukai dan membuat orang lain senang. Kedua, self-promotion dengan tujuan agar dianggap kompeten. Ketiga, intimidation dengan tujuan agar ditakuti. Keempat, supplication, dengan tujuan supaya dikasihani orang lain. Terakhir adalah exemplification, dengan tujuan supaya dianggap memiliki integritas moral yang tinggi. Masyarakat modern, khususnya di sebagian kalangan remaja sekarang ini, kebutuhan akan presentasi dan penghargaan diri lambat laun mendominasi dalam setiap pola dan gaya hidup mereka.

Penelitian yang dilakukan Widjayanti (2009) mengenai Prospek Bisnis Distro di Indonesia menunjukkan bahwa 8 dari 10 remaja usia 15-20 tahun lebih memilih memakai barang-barang keluaran distro daripada dari toko pakaian lainnya karena sudah menjadi bagian dari lifestyle. Remaja mempunyai kemampuan beli yang tinggi karena pada umumnya remaja dalam berpakaian, berdadan, gaya rambut, tingkah laku, kesenangan terhardap musik, dalam pertemuan-pertemuan dan pesta mempunyai ciri khas tersendiri dan kebanyakan membelanjakan uangnya untuk keperluan yang sebenarnya kurang perlu (Monks dkk, 2006: 281).

(24)

5

B. Gaya Hidup Remaja Konsumen Distro

Di dalam kehidupan sekarang ini, penampilan diri justru mengalami estetisisasi kehidupan sehari-hari dan menjadi sebuah proyek penyemaian

gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang cocok

untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya (Chaney, 1996: 15). Penampakan luar menjadi salah satu faktor yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan, gaya dan desain akan menjadi lebih penting daripada substansi dan fungsinya. Kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar gaya hidup terutama dalam hal fashion. Chaney juga mengatakan bahwa pada akhir modernitas yang kita miliki akan menjadi budaya tontonan (a culture of spectacle). Semua orang ingin menjadi penonton dan sekaligus ditonton. Ingin melihat sekaligus dilihat. Disinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan manusia modern.

Dalam masyarakat modern, gaya menjadi galanya dan segala-galanya adalah Gaya. Generasi muda adalah komponen utama dalam masyarakat yang mendominasi pada masa sekarang ini. Hal ini terjadi karena generasi muda memiliki tingkat kebutuhan aktualisasi diri yang lebih tinggi dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Dalam hal ini pakaian distro

merupakan salah satu industri tekstil yang dianggap sebagai inovasi, trend

(25)

6

terlebih dahulu di tempat lain, namun tidak mampu mengubah pengaruhnya terhadap individu yang membayangkannya sebagai sesuatu yang baru.

Salah satu wujud inovasi yang diterima sebagai gaya hidup di kalangan remaja adalah pakaian distro. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yaitu kebutuhan sandang. Di dunia modern pakaian juga salah satu kebutuhan yang selalu megikuti trend atau mode saat ini, artinya bahwa jika ada perubahan zaman maka gaya hidup termasuk cara berpakaian seseorang sangat berpengaruh pada aspek penampilan, yang kemudian dijadikan sebagai bentuk untuk mempertinggi nilai estetika seseorang.

Larson (dalam Santrock, 2007: 20) mendefinisikan masa remaja

(Adolsence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980: 206). Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk, 2006: 260) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Sementara itu, menurut Mappiare (dalam Ali, 2004: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan

(26)

7

17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.

Generasi muda adalah suatu kelompok masyarakat yang sangat ideal untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan yang disertai dengan sejumlah pergaulan dan gaya hidup mereka. Sebagian generasi muda saat ini selalu hadir sebagai sosok yang penuh dengan inovasi, kreasi dengan sejumlah aksesoris dan pernak pernik modern serta futuristik. Inilah wujud nyata dari presentasi diri di kalangan remaja. Menggunakan barang-barang branded, mengunjungi distro, factory outlet, dan tempat-tempat yang menyediakan berbagai barang bermerek, sekarang marak dilakukan oleh banyak kawula remaja di kota-kota besar, seperti di kota Yogyakarta. Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja menjadi pramuniaga di sebuah distro

ternama di Yogyakarta, setiap hari 60 orang diantara 70 orang pengunjung adalah para remaja. Sisanya adalah anak-anak dan orang-orang dewasa. Seakan sudah menjadi barang yang wajib dimiliki di antara mereka, seperti tas, topi, sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, jam tangan, t-shirt, dan kotak pensil, dan perlengkapan sekolah lain harus bermerek distro.

(27)

8

memperkuat sebuah komunitas yang diturunkan dalam bentuk gaya berpakaian, akhirnya distro menjadi tempat penitipan berbagai macam merek lokal yang memproduksi sendiri produknya seperti, t-shirt, tas, dompet, jaket, dan lain-lain. Produk-produk yang tersedia di distro merupakan produk lokal yang sarat akan kebebasan menuangkan ide dan kreasi yang diwujudkan di dalam bentuk-bentuk dan desain-desain yang unik dan jarang ditemukan di

outlet maupun di toko-toko pakaian lain. Untuk meningkatkan penjualan,

terkadang distro-distro meng-endorse artis lokal, yaitu kerjasama dengan artis sebuah band dalam bentuk kontrak kerja, dengan cara artis tersebut mengenakan produk dari distro yang bersangkutan saat show.

Produk Distro memiliki sifat eksklusif atau cenderung tidak menjual banyak produk untuk setiap desainnya. Beberapa clothing company memang membatasi kuantitas produknya dengan hanya satu kali produksi untuk satu desain. Distro juga memiliki suasana akrab, dengan tampilan dan desain toko yang dibuat nyaman dengan berbagai aksesoris, artwork, ditambah dengan pendingin ruangan dan alunan musik indie, pop, rock, atau jenis musik lain yang sedang kondang dan biasa didengar oleh anak muda sehingga konsumen merasa nyaman untuk mampir, melihat, memilih dan berbelanja.

Distro merupakan singkatan dari distribution store atau distribution

outlet yang fungsinya menerima titipan dari berbagai macam merek clothing

company lokal yang memproduksi sendiri produknya (t-shirt, topi, sepatu,

kaos kaki, ikat pinggang, jam tangan tas, dompet, jaket, dan lain-lain) yang

(28)

9

belum memiliki jalur pemasaran sendiri ataupun sekedar untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan. Penggunaan produk-produk distro secara tidak langsung akan menjadi sebuah persaingan yang semu di antara para remaja yang mengkonsumsinya. Bahkan bisa menjadi tolok ukur mereka dalam memilih teman bergaul dan eksistensi. Rata-rata para remaja konsumen

distro menggunakan produk-produk distro untuk menunjukkan eksistensi dan

reputasi mereka, supaya mereka mendapatkan cap “gaul”, dan tidak dicap

sebagai remaja cupu (lugu) atau ndeso oleh teman-temannya. Untuk itu, biasanya mereka akan memilih teman bergaul dengan sesama penikmat/pemakai produk distro.

(29)

10

C. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang dijawab melalui penelitian ini dirumuskan secara operasional sebagai berikut:

1. Apa alasan seseorang memilih untuk memakai produk-produk distro? 2. Aspek afeksi apa yang diperoleh ketika memakai produk-produk distro? 3. Kebutuhan presentasi diri apa yang terpenuhi ketika seseorang memakai

produk distro?

4. Topik-topik bimbingan kelompok apa saja yang sesuai diberikan untuk kelompok para remaja konsumen distro?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan alasan seseorang memakai produk-produk distro.

2. Mengidentifikasi hal-hal mengenai rasa bangga (afeksi) dan lain-lain yang diperoleh ketika remaja memakai produk-produk distro (tujuan dari presentasi diri)

3. Merumuskan kebutuhan-kebutuhan presentasi diri apa saja yang terpenuhi ketika seseorang memakai produk distro.

4. Merumuskan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai dengan kelompok remaja konsumen distro berdasaran tugas perembangan remaja.

(30)

11

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk presentasi diri yang sesuai dengan tugas perkembangan seorang remaja bagi pengembangan diri dan kelangsungan hidupnya.

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu sekolah-sekolah (SMA) yang berada di Kota Yogyakarta dalam memberikan materi pelayanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa.

3. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sekaligus mampu memberikan stimulus bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang terkait dengan dunia fashion khususnya fashion

distro dan masalah-masalah perkembangan remaja sehingga studi

bimbingan dan konseling selalu mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

F. Definisi Operasional

(31)

12

nyaman, berpunya, kuat, mampu, dan berkecukupan untuk menjadi penting di dunia.

2. Distro adalah singkatan dari distribution store atau distribution outlet yang

fungsinya menerima titipan dari berbagai macam merek clothing company

lokal yang memproduksi sendiri produknya (t-shirt, tas, dompet, jaket, dan lain-lain) yang belum memiliki pemasaran sendiri ataupun sekedar untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan, maka tentunya clothing

company sangat berhubungan baik dan saling membutuhkan. Clothing

Company adalah perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah

merek sendiri, clothing merupakan kategori untuk merek yang mengeluarkan produk pakaian jadi.

3. Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Perkembangan merupakan istilah yang menunjukkan suatu perubahan pada aspek psikis dan lebih bersifat kualitatif, seperti aspek emosi, kognisi, bahasa, keagamaan, keluwesan dalam bertindak, dan sebagainya. Pertumbuhan lebih menunjukkan pada perubahan individu dari segi fisik dan bersifat kuantitatif, seperti pertambahan tinggi badan, pertambahan atau perubahan jumlah tulang belulang, pertumbuhan gigi, dan lain-lain. Istilah kematangan menunjukkan pada suatu fase kesiapan individu untuk menjalankan fungsi tertentu (kesiapan untuk berubah)

(32)

13

sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhannya. Umpamanya kematangan reproduktif yang ditandai dengan menstruasi pertama yang dialami remaja putri, atau polusi atau mimpi basah yang dialami remaja putra, kesiapan untuk berjalan, kesiapan untuk sekolah, dan sebagainya. Dan istilah belajar lebih mengacu pada upaya individu untuk terjadinya perubahan perilaku. Tugas pokok perkembangan bagi usia remaja adalah mempersiapan diri memasuki masa remaja.

(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini peneliti akan memperjelas pemahaman mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan topik penelitian. Landasan teori ini meliputi: pembahahasan mengenai pengertian presentasi diri, pengertian pakaian distro, bimbingan kelompok, serta remaja dan tugas perkembangannya.

A. Pengertian Presentasi Diri

Saat berinteraksi dengan orang lain, sering kali perhatian individu tertuju pada bagaimana orang akan menilai. Individu berusaha mengontrol bagaimana orang lain berpikir, sehingga ia perlu melakukan impression

management, yaitu usaha untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap

mengenai kita, baik secara sadar maupun tak sadar (Schlenker dalam Sarwono, 2009: 60). Sebagai bagian dari impression management,seseorang akan melakukan presentasi diri (self presentation) seperti yang dirinya inginkan dengan berbagai macam tujuan.

Menurut Jones & Pittman (dalam Sarwono, 2009: 61) ada lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah sebagai berikut:

1. Ingratiation

Dengan tujuan agar disukai, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang ingin membuat orang lain senang. Cara ini apabila dilakukan

(34)

15

secara berlebihan (misalnya, ABS = Asal Bapak Senang) dapat membuat orang lain merasa terganggu jika orang yang menjadi sasaran tidak menyukainya atau merasa “dijilat”.

1. Self-promotion

Dengan tujuan agar dianggap kompeten, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang memiliki kekuatan atau kelebihan baik dalam hal kemampuan atau trait pribadi.

2. Intimidation

Dengan tujuan agar ditakuti, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang berbahaya dan menakutkan.

3. Supplication

Dengan tujuan agar dikasihani, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang lemah dan tergantung.

4. Exemplification

Dengan tujuan supaya dianggap memiliki integritas moral yang tinggi, seseorang menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain.

Selain lima strategi tersebut, Sarwono juga menambahkan dua strategi presentasi diri yang lain, yaitu:

1. Self-handicapping

(35)

16

dalam Sarwono, 2009: 61). Tujuan dalam strategi ini adalah melindungi harga diri sebagai antisipasi terhadap orang lain yang tidak sesuai harapan.

2. Bask In Reflected Glory

Seseorang mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan orang lain, bukan keberhasilan dirinya sendiri. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan harga diri (Sarwono, 2009: 61). Contohnya, di hari senin Susilo memakai kaos grup band Metallica kesayangannya, setelah pada hari minggu band tersebut menggelar konser di Indonesia. Dengan memakai kaos itu Ia ikut merasa senang dan bangga.

Sedangkan istilah harga diri menunjukkan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif. Seseorang termotivasi untuk memperoleh harga diri yang positif dan hal ini mempengaruhi tingah laku kita, termasuk menimbulkan bias dalam tingkah laku (Sarwono, 2009: 62). Ada dua alasan mengapa seseorang menginginkan harga diri yang positif menurut Vaughan dan Hogg (dalam Sarwono, 2009: 57), yang pertama adalah harga diri yang positif membuat orang merasa dirinya nyaman di tengah kepastian akan kematian yang suatu watu akan dihadapinya. Yang kedua, harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan, kesepian, dan penolakan sosial. Dalam hal ini, harga diri menjadi semacam alat ukur sosial untuk melihat sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Dengan

(36)

17

demikian, semakin merasa diterima dan menyatu dengan orang-orang di sekitarnya. (Vaughan dan Hogg, dalam Sarwono, 2009: 57)

B. Pengertian Pakaian Distro

1. Definisi Pakaian Distro

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Sementara

distro merupakan tempat penitipan atau penjualan pakaian tersebut. Secara

keseluruhan, pakaian distro bisa ditafsirkan sebagai alat untuk menutupi dan melindungi diri manusia, dan sekaligus sebagai simbol status, jabatan atau kedudukan seseorang yang memakainya, dan dijual di suatu tempat yang disebut distro.

Distro merupakan singkatan dari distribution store atau

distribution outlet merupakan sebuah toko kecil yang menjadi fasilitas

(37)

18

ataupun sekedar untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan.

Distro merupakan jenis usaha industri kecil dan menengah yang bergerak

dalam lingkup sandang dengan merek independen yang dikembangkan oleh kalangan muda. Biasanya produk yang disajikan oleh distro tidak diproduksi secara massal, mereka umumnya hanya memproduksi satu lusin sampai seratus eksemplar per desainnya dan tidak akan diproduksi ulang jika produk itu sudah habis terjual. Ini dimaksudkan untuk mempertahankan sifat eksklusif suatu produk yang mereka hasilkan.

Maka dari itu, tentunya distro dan clothing company sangat berhubungan baik dan saling membutuhkan. Clothing adalah istilah untuk menyebut perusahaan pembuat t-shirt. Istilah lengkapnya adalah Clothing

Company atau perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah

merek sendiri. Clothing merupakan kategori untuk merek yang mengeluarkan produk pakaian jadi. Pakaian jadi ini sebagian besar adalah

t-shirt yang kemudian berkembang ke berbagai perlengkapan yang

menunjang gaya hidup seperti kemeja, sepatu, tas, kacamata, jam tangan bahkan mp3 player.

Beberapa distro kemudian muncul dengan sifat eksklusif namun mengetengahkan idealisme komunitas mereka sendiri. Distro selanjutnya menjadi semacam counter culture baik bagi produsennya maupun bagi para konsumennya terutama para remaja. Saat ini industri distro sudah berkembang kian pesat. Bukan sebatas industri kecil, namun distro bahkan dianggap telah menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas

(38)

19

ekspor. Pada tahun 2007 saja diperkirakan telah terdapat 700 unit usaha

distro di Indonesia (Rohanto, 2010: 2). Dua ratus diantaranya terdapat di Yogyakarta.

2. Karakteristik Pakaian Distro

Pakaian distro ditandai dengan memperhatikan beberapa karakteristik, antara lain :

a. Keunikan

(39)

20

b. Limited Edition

Limited edition atau edisi terbatas adalah sesuatu (produk)

yang jumlah atau persediaannya terbatas dan tidak dapat ditambah atau diproduksi lagi bila setiap waktu diperlukan (Anorga, 1993: 282). Produk distro merupakan produk limited edition yang memberikan gambaran kualitas terbaik dari sekian banyak (produk) yang dikeluarkan, serta tidak mengeluarkan kembali produk yang sejenis di kemudian hari setelah persediaan produk tersebut habis. Setiap desain hanya diproduksi sebanyak tiga sampai lima buah untuk setiap ukurannya, sehingga jumlah total hanya ada 12 – 24 eksemplar untuk satu desain produk. Produksinya memang dibatasi di setiap desainnya karena selalu menjaga dan mempertahankan eksklusifitas produk.

C. Bimbingan Kelompok 1. Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia dapat mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel dan Hastuti, 2004: 29).

(40)

21

2. Kelompok

a. Pengertian Kelompok

Kelompok diterjemahkan dari kata group yang diartikan secara harafiah sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang mengadakan interaksi baik secara fisik atau juga psikologis dengan konstan. Atau juga sebagai satu kesatuan yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan (Fahrchild dalam Sudjarwo, 2011: 1).

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Sudjarwo, 2011: 2) kelompok dipandang sama dengan organisasi. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa sesuatu dapat dikatakan kelompok manakala: 1) Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian

dari kelompok.

2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.

3) Minimal ada suatu faktor yang merupakan milik bersama sehingga mempererat hubungan mereka.

4) Mempunyai strutur sebagai kaidah perilaku. 5) Memiliki sistem dan proses.

Shaw (dalam Sudjarwo, 2011: 2) membuat sintesa tentang pengertian kelompok dalam statemen sebagai berikut:

“Kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang

(41)

22

Sebenarnya upaya yang dapat dilakukan ialah sekedar mengidentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh masing-masing definisi, kemudian dalam penggunaan tinggal mengadakan penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Adapun identifikasi tersebut adalah: 1) Sesuatu itu disebut kelompok bila memiliki anggota minimal dua

orang.

2) Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola ketergantungan. 3) Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan pada

pencapaian tujuan.

4) Tujuan kelompok dimanifestasikan sebagai tujuan anggota.

5) Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan terpelihara secara terbuka adanya penambahan anggota baru.

b. Ciri Kelompok

Jumlah keanggotaan dalam kelompok terutama kelompok kecil

(small group) tidak ada batasan yang pasti. Ada ahli yang mengatakan

bahwa small group memiliki anggota maksimal 20 orang. Namun ada ahli lain yang mengatakan tidak lebih dari 5 orang. Hanya saja ada keseragaman diantara mereka dalam melihat ciri kelompok. Sherif & Sherif menyimpulan ciri kelompok sebagai berikut:

1) Anggota memiliki motivasi yang sama, dan ini mendorong mereka berinteraksi dalam mencapai tujuan.

(42)

23

2) Kelompok terdiri/memiliki struktur, status, peran yang semua itu terjadi karena perbedaan kebutuhan.

3) Organisasi di dalam kelompok yang sifatnya tegas akan mempermudah memberikan ciri pada kelompok tersebut.

4) Adanya norma yang tegas dari kelompok tersebut. (Gerungan dalam Sudjarwo, 2011: 4)

Dalam sebuah kelompok, norma menjadi sesuatu yang vital dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Norma kelompok yang bersifat mengikat ke dalam dan norma ini memiliki karakteristik: 1) Norma terbentuk karena adanya upaya melindungi kepentingan

kelompok.

2) Norma dapat diterima oleh berbagai macam tingkatan atau lapisan yang ada di dalam kelompok.

3) Norma hanya dapat berlaku pada sebagian kelompok saja. (Gibson dalam Sudjarwo, 2011: 5)

c. Fungsi Kelompok

(43)

24

1) Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua anggotanya sehingga merasa memiliki terhadap kelompoknya. 2) Munculnya kader yang menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan

sosial.

3) Memberikan rasa aman pada semua anggotanya.

4) Adanya penghargaan melalui status dan peran masing-masing anggotanya.

5) Ada tujuan ideal tertentu dari kelompok.

6) Kelompok dapat berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan. 7) Anggota kelompok sebagai individu merasa sebagai organ dari

kelompok. d. Tipe Kelompok

Bila dikaji dari sudut sosiologi maka pada dasarnya kelompok itu memiliki klasifikasi, yang oleh Lidgren (dalam Sudjarwo 2011: 7) klasifikasi tersebut dipilah menjadi:

1) Kelompok Primer dan Sekunder a) Kelompok Primer

Kelompok ini adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan satu dengan yang lain secara langsung, intim dan akrab serta sifatnya personal. Ikatannya lebih bersifat emosional dan pembentukannya lebih dikarenakan bersifat fisik langsung.

(44)

25

b) Kelompok Sekunder

Anggota kelompok ini hubungannya lebih bersifat impersonal (tidak bersifat pribadi) dengan peran yang jelas, dan intersaksinya selalu berorientasi pada tujuan. Kelompok sekunder pola hubungannya kurang erat, walaupun antara kelompok sekunder maupun primer sebenarnya memiliki kesamaan fungsi yaitu sama-sama mencapai tujuan bersama. 2) Kelompok Formal dan Informal

a) Kelompok Formal

Kelompok formal ialah kelompok yang keanggotaannya berdasarkan suatu struktur resmi. Maksudnya ialah bahwa tanda kelompok formal itu keanggotaannya memiliki peran khusus dan jelas.

b) Kelompok Informal

Kelompok informal adalah kelompok yang terbentuk karena tertarik berdasarkan kebutuhan bersama atau juga karena adanya kesamaan tertentu dari anggotanya.

3) In-group dan Out-group

a) In-group

(45)

26

b) Out-group

Adalah suatu unit sosial dimana kita tidak termasuk atau memihak dengannya.

4) Membership Group dan Reference Group

Istilah membership group merujuk pada suatu unit sosial dimana orang-orang secara nyata benar masuk dalam unit sosial.

Reference group menunjuk pada suatu unit sosial dengan terlibatnya

orang-orang ke dalam unit sosial tadi. Perbedaan yang jelas dari keduanya ialah bahwa reference group ditandai oleh adanya perasaan para anggotanya untuk lebih terikat kepada ketentuan-ketentuan dan kepentingan kelompok. Sedangkan pada membership

group itu karena atas dasar ketentuan formal atau karena seseorang

telah memenuhi ketentuan formal.

5) Exclusive Group dan Inclusive Group

Kelompok exclusive cenderung terbentuk karena sekelompok individu yang memiliki minat dan latar belakang yang sama, sehingga anggota kelompok dibatasi sesuai dengan kualitas yang dituntut oleh kelompok tersebut. Pada masyarakat tradisional bentuk exclusive ini lebih menyerupai status sosial bila dibandingkan dengan masyarakat equqlitarian yang anggotanya lebih banyak dan luas. Tipe masyarakat kedua inilah yang tergolong inclusive. Akan tetapi untuk pemilahan kelompok kepada kedua kategori tadi bukanlah sesuatu yang mudah ditetapkan.

(46)

27

Dalam penelitian ini para konsumen distro dapat dikategorian ke dalam tipe kelompok informal yang eksklusif, karena kelompok para konsumen distro terbentuk atas dasar ketertarikan bersama dan kebutuhan (niat beli) bersama akan pakaian distro. Eksklusifitasnya terlihat dalam jumlah penggemar/konsumen produk pakaian distro yang hanya sebagian orang diantara banyak orang yang membutuhkan pakaian secara normal.

e. Teori Terbentunya Kelompok

Dalam buku Sudjarwo (2011), Dinamika Kelompok pada halaman 10-12 dipaparkan sejumlah teori dari beberapa ahli yang menjelaskan mengapa seseorang memasuki kelompok diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Domisili Theory

(47)

28

2) Similiar Attitude Theory

Teori ini disebut juga dengan teori kesamaan sikap. Teori ini dicetuskan oleh Newcomb. Dasar pendekatannya bahwa:

“Seseorang akan cenderung tertarik dengan orang lain

dan bergabung, apabila diantara mereka ada kesamaan sikap”

Asumsinya adalah orang yang ingin belajar tentu akan mencari orang yang sama-sama ingin belajar. Alasannya antara lain:

a) Karena kesamaan sikap membuat orang merasa terikat satu dengan yang lainnya.

b) Orang yang memiliki kesamaan dalam sikap lebih mudah untuk berinteraksi.

c) Karena kesamaan sikap maka cenderung akan terjadi kesamaan perilaku.

d) Adanya dugaan dari para pelaku kalau orang mempunyai sikap yang sama maka akan mudah menyatukan pendapat. (Newcomb dalam Sudjarwo, 2011: 11)

3) Activity-Interaction-Sentiment Theory

Konsep dasar teori ini berpijak pada dasar pemikiran Hommans:

a) Makin banyak orang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka makin beraneka ragam interaksi yang dikembangkan. b) Semakin seseorang melakukan interaksi maka semakin sering

orang tersebut membagikan perasaan dengan orang lain.

(48)

29

c) Semakin memahami perasaan orang lain maka semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan. (Hommans dalam Sudjarwo, 2011: 11)

4) Practicality Theory

Orang akan mengelompok apabila ada alasan praktis. Umumnya, alasan ekonomi menjadi alasan yang utama. Alasan praktis inilah membuat orang berafiliasi dalam sebuah kelompok.

5) The Principle of Complementary Theory

Teori ini ditemukan oleh Winh (dalam Sudjarwo 2011: 11). Pada dasarnya teori ini membantah teori kesamaan sikap. Teori ini mengatakan bahwa daya tarik interaksi itu ditentukan oleh prinsip atau asas saling melengkapi ketidakadaan pada diri tadi guna mendapatkannya dari orang lain.

6) Exchange Theory

Dasar teori ini ialah interaksi itu terjadi karena adanya reward dan

cost (imbalan dan korbanan/hukuman). Reward tidak harus berwujud

benda, akan tetapi dapat saja berbentuk tingkat kepuasan atau bentuk-bentuk immaterial lainnya. Demikian juga dengan cost dapat saja berupa kepatuhan akan sesuatu.

Dalam penelitian ini kelompok para konsumen distro dapat terbentuk karena adanya kesamaan sikap dan adanya kesamaan perilaku

(similiar attitude theory) yakni sama-sama tertarik dan mengkonsumsi

(49)

30

3. Bimbingan Kelompok

a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Sementara Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Menurut Nurihsan (2006: 23) bimbingan kelompok adalah bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok, bimbingan kelompok berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Winkel & Hastuti (2004: 547) mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai kegiatan kelompok diskusi yang menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja

(50)

31

sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.

b. Tujuan Bimbingan Kelompok

(51)

32

Prayitno (1997:78) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok adalah untuk memungkinkan siswa secara bersama memperoleh berbagai bahan dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Selain itu, melalui layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal itu, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok.

Prayitno (1995: 178) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah:

1) Mampu berbicara di depan orang banyak.

2) Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak.

3) Belajar menghargai pendapat orang lain.

4) Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

5) Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif).

6) Dapat bertenggang rasa.

7) Menjadi akrab satu sama lainnya.

8) Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

(52)

33

D. Remaja dan Tugas Perkembangannya 1. Remaja

Manusia selalu mengalami perubahan, baik itu perubahan yang bersifat fisik (bentuk tubuh) maupun yang bersifat nonfisik (sifat dan tingkah laku). Masa remaja merupakan masa yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada masa ini, pola pikir kita mengalami peralihan dari pola pikir yang masih bersifat kekanak-kanakan menjadi pola pikir yang lebih dewasa. Setelah melewati masa remaja maka setiap orang akan memasuki sebuah tahapan atau fase yag disebut dengan fase pendewasaan. Di dalam fase ini manusia mengalami perubahan pola pikir menjadi lebih matang secara bertahap.

(53)

34

Hurlock (1980: 206) menjelaskan bahwa adolescence (remaja) berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence seperti yang digunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkakan oleh Piaget (dalam Hurlock 1980: 206) dengan mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah usia di mana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, lebih kurang berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Hurlock juga mengatakan bahwa konformitas atau penyesuaian terhadap standar budaya kawula muda mempunyai dua efek yang serius dan mendasar. Pertama, konformitas menyebaban alienasi (keterasingan) dan protes terhadap budaya dewasa dan kedua, konformitas merupakan persiapan yang buruk untuk memasuki masyarakat dewasa yang ditandai oleh nilai-nilai dewasa. Para remaja harus mengikuti standar kawula muda bila ingin diterima oleh kelompok sebayanya harus mempelajari standar perilaku dan nilai-nilai yang nantinya harus diubah sebelum mereka

(54)

35

diterima oleh budaya dewasa. Misalnya, gaya pakaian (distro) dan tata rambut yang tidak rapih, yang didukung standar budaya kawula muda saat ini tidak diterima oleh budaya dewasa dan harus dubah secara drastis kalau remaja, dalam menyongsong kematangan secara hukum, ingin menjadi bagian dari budaya orang dewasa.

Sepanjang usia remaja, penyesuaian diri dengan kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Seperti telah ditunjukkan, dalam hal berpakaian (distro), berbicara dan berperilaku. Pada awal tahun masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan keadaan mereka pada masa kanak-kanak yang lalu. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status seperti dalam pemakaian produk-produk

distro dan pemakaian barang-barang lain yang unik dan mudah terlihat.

Dengan cara ini remaja menarik perhatian pada orang lain agar dipandang sebagai individu yang berbeda.

2. Tugas Perkembangan Remaja a. Pengertian Tugas Perkembangan

(55)

36

diartikan sebagai suatu tantangan yang berupa aneka tugas yang dihadapi oleh individu pada masa tertentu dalam hidupnya (Winkel dan Hastuti, 2004: 226). Menurut Herdian dan Siska (1999: 60) tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh individu sesuai dengan harapan sosial masyarakat.

Mubin dan Cahyadi (2006: 34) berpendapat bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan, dipecahkan, dan diselesaikan oleh setiap individu dalam tahap-tahap perkembangannya agar individu tersebut menjadi bahagia. Sedangkan Havighurst (dalam Yusuf dan Juntika, 2010: 196) berpendapat bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam tentang kehidupan individu. Apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan berikutnya. Tugas perkembangan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik akan menimbulkan dampak negatif. Menurut Ali dan Asrori (2005: 164) ada tiga macam dampak negatif yang menjadi penghambat penyelesaian perkembangan, yaitu:

1) Harapan-harapan yang kurang tepat. Individu maupun lingkungan sosial mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologinya.

2) Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tersebut.

(56)

37

3) Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan yang lainnya.

Yusuf dan Juntika (2010: 196) mengungkapkan apabila seorang individu gagal menuntaskan tugas perkembangannya, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

b. Tujuan Tugas Perkembangan

Hurlock (1980: 9) menjelaskan bahwa ada tiga tujuan tugas perkembangan, yaitu:

1) Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka ada usia-usia tertentu. Misalnya orang tua mengajari anak untuk bergabung dalam suatu kelompok belajar atau organisasi di sekitar tempat tinggalnya.

2) Memberi motivasi pada individu untuk melakukan apa yang diharapan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang hidup mereka.

(57)

38

c. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Havighurst mengemukakan sepuluh tugas perembangan remaja dalam bukunya yang berjudul “Human Development and Education”.

Tugas-tugas perkembangan tersebut yaitu:

1) Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya dari dua enis elamin. Kegagalan dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini akan menyebabkan remaja tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan remaja tersebut mengalami ketergantungan (Havighurst, 1953: 113).

2) Mencapai peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan. Tujuan dari tugas perkembangan ini yaitu supaya menerima dan mempelajari peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan (Havighurst, 1953: 115).

3) Menerima tubuhnya sendiri dan menggunakannya secara efektif. Tujuan dari tugas perkembangan remaja ini yaitu supaya remaja menjadi bangga atau paling tidak menghargai tubuhnya. Selain itu agar ia menggunakan dan melindungi tubuhnya secara efektif (Havighurst, 1953: 120).

4) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Tujuan dari tugas perkembangan ini yaitu supaya remaja bebas dari perasaan tergantung dari orang tua, mampu mengembangkan perasaan cinta kasih pada orang tua, dan mampu

(58)

39

mengembangkan rasa hormat terhadap orang dewasa lainnya (Havighurst, 1953: 123).

5) Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi. Tujuan tugas perkembangan remaja ini yaitu membentuk kemauan pada diri remaja untuk bekerja atau mencari nafkah (Havighurst, 1953: 127).

6) Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Tujuan dari tugas perkembangan ini supaya remaja memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan mampu mempersiapkan pekerjaan tersebut (Havighurst, 1953: 128).

7) Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga. Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah mengembangan sikap positif terhadap kehidupan berkeluarga dan memiliki anak. Tujuan yang kedua adalah supaya remaja memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mengatur rumah tangga dan membesarkan anak (Havighurst, 1953: 133).

(59)

40

memecahkan masalah demorkrasi modern secara efektif (Havighurst, 1953: 136).

9) Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab. Tujuan dari tugas perkembangan remaja ini supaya remaja berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat, daerah, dan bangsa. Selain itu supaya para remaja menghargai nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku (Havighurst, 1953: 142).

10) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etik sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Tujuan dari tugas perkembangan ini yaitu (1) untuk membentuk seperangat nilai yang dapat dipraktekkan; (2) mengembangkan suatu tujuan untuk merealisasikan nilai-nilai; (3) mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam lingkungan tempat tingganya; (4) membentuk keseimbangan harmoni antara pandangan dunia dan nilai-nilai pada seseorang (Havighurst, 1953: 147).

(60)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subek penelitian, metode pengumpulan data, validitas, reliabilitas, pengembangan instrumen, serta teknik pengumpulan dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

(61)

42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa distro di Yogyakarta, yakni:

a. Origin Merchandise, Jl.Anyelir CT X No.09, Karang Asem Baru,

Yogyakarta.

b. Rumble Royale, Jalan R.E. Martadinata No. 114, Wirobrajan, Yogyakarta.

c. Ouval RSCH Building ER#6, jalan Cendrawasih No. 8, Demangan Baru,

Yogyakarta.

d. Sevensouls de Arcade, Jalan Cendrawasih No. 4, Demangan Baru,

Yogyakarta.

e. Nimco Royal Store, Jalan Cendrawasih No. 25, Demangan Baru,

Yogyakarta.

f. Slackers, Jalan Ringroad Utara, Km 1,5 No. 08, Maguwoharjo, Sleman,

Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 sampai dengan 6 Oktober 2013 dengan rincian sebagai berikut.

a. Pengambilan data di Origin Merchandise, dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Oktober 2013, pukul 14.00-16.30 WIB, mendapatkan 10 orang responden. b. Pengambilan data di Rumble Royale, dilaksanakan pada hari Rabu, 2

Oktober 2013, pukul 18.00-20.30 WIB, mendapatkan 10 orang responden.

(62)

43

c. Pengambilan data di Ouval RSCH Building #ER6, dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Oktober 2013, pukul 14.00-16.30 WIB, mendapatkan 10 orang responden.

d. Pengambilan data di Sevensouls de Arcade, dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Oktober 2013, pukul 16.30-19.00 WIB, mendapatkan 10 orang responden.

e. Pengambilan data di Nimco Royal Store, dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Oktober 2013, pukul 19.00-21.30 WIB, mendapatkan 8 orang responden. f. Pengambilan data di Slackers, dilaksanakan pada hari Minggu, 6 Oktober

2013, pukul 18.00-20.00 WIB, mendapatkan 12 orang responden.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Karakteristik subjek penelitian ini adalah:

1. 60 orang sebagai konsumen distro di Yogyakarta. 10 orang di setiap distro. 2. Pria atau wanita yang berusia remaja sekitar 13-24 tahun.

(63)

44

4. Pada saat pengambilan data berlangsung, mereka (subjek penelitian) sedang berada di salah satu distro Origin Merchandise, Rumble Royale, Ouval RSCH

Building ER#6, Sevensouls de Arcade, Nimco Royal Store, atau Slackers.

Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dalam pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang dipandang memiliki keterkaitan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya. Sampel ini cocok digunakan untuk penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2008: 68). Dalam hal ini peneliti melakukan penelititian tentang presentasi diri remaja yang mengkonsumsi produk distro, maka sampel sumber datanya adalah para remaja konsumen distro.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas dasar pertanyaan tersebut (Umar, 2005: 49). Kuesioner cocok digunakan karena jumlah responden penelitian ini relatif cukup besar. Kuesioner ini berupa daftar pernyataan/pertanyaan tertutup. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner secara langsung kepada para pengunjung distro sebagai konsumen. Jumlah item pernyataan dalam kuesioner

(64)

45

ini adalah 36 item, yang terdiri dari 18 item favorable dan 18 item unfavorable

Kuesioner dalam penelitian ini berisi pernyataan-pernyataan favorable dan pernyataan-pernyataan yang unfavorable. Subjek menanggapi setiap pernyataan dalam kuesioner dengan cara memilih salah satu alternatif jawaban saja. Hadi (1991: 10) menjelaskan bahwa kuesioner dalam penelitian ini dapat diukur dengan metode summated rating menggunakan format skala Likert 4 kategori jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Jawaban Ragu-Ragu (R) yang berada pada kategori netral atau tengah tidak diberikan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya. Selain itu juga bisa diartikan bahwa subjek belum dapat memutuskan (Hadi, 1991: 9). Maksud dari kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat subjek, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Pada setiap pernyataan, subjek diharuskan untuk menilai setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan diri mereka (Hadi, 1991: 20).

(65)

46

1, Setuju (S) mempunyai skor 2, Tidak Setuju (TS) mempunyai skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) mempunyai skor 4.

Dalam kuisioner ini responden diminta untuk menjawab sejumlah pernyataan mengenai presentasi diri ketika mengenakan produk distro. Penyusunan butir-butir kuesioner bertolak dari tujuh aspek, yaitu: Ingratiation, Self-promotion, Intimidation, Supplication, Exemplification, Self-handicapping,

dan Bask In Reflected Glory.

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Presentasi Diri Konsumen Distro

No.

1.1 Suka membuat orang lain

senang 1 16 2

1.2 Supaya disukai oleh orang

lain 8 4 2

2. Self-promotion

2.1 Suka pamer 21 35 2

2.2 Supaya dicap sebagai orang

yang “gaul” 3 15, 27 3

2.3 Supaya orang lain tahu tentang hobinya (musik, sport,dll)

28 2 2

3.

Intimidation

3.1 Supaya ditakuti oleh orang

lain 30 14 2

3.2 Menggunakan aksesoris (topi, belt, bandana, gelang, dompet, dll) band beraliran cadas (punk, hardcore, metal, dll).

25 19 3

(66)

47

4.1 Meminjam produk distro

dari orang lain untuk dikenakan sendiri

13 24 2

4.2Meminjam/Meminta uang orang lain untuk membeli produk distro produk distro kepada temannya

6 23 2

5.2 Rela meminjamkan produk-produk distro yang dipunyai untuk orang lain (cari nama)

33 29 2

6.

Self-handicapping

6.1 Adanya keinginan untuk

tampil rapi 12 31 2

6.2 Adanya keinginan untuk

(67)

48

E. Validitas

Validitas, dalam pengertian secara umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2005:7). Validitas instrumen digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu instrumen (kesahihan). Masidjo (1995:244) menjelaskan, validitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan 2007: 293). Kualitas instrumen penelitian ini diperiksa menggunakan validitas isi (content validity), karena penyusunan instrumen dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Validitas isi yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995:243). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2005:64).

Pengujian validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang dilakukan secara terpisah oleh bapak Drs. R. Budi Sarwono, MAselaku dosen pembimbing skripsi, guna menelaah setiap butir item pernyataan kuesioner presentasi diri konsumen distro, yang bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan, bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pernyataan per

Gambar

Kisi-kisi Kuesioner Presentasi Diri Konsumen Tabel 1 Distro
Tabel 2 Tabel Kriteria Guildford
Tabel Perolehan Skor Kebutuhan Presentasi Diri Remaja Konsumen Tabel 3: Distro
Tabel Perolehan Skor Aspek Self-Promotion
+5

Referensi

Dokumen terkait

Intensitas mengikuti Pembinaan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat tinggi-rendahnya usaha pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Untuk meringankan atau membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada di MIN Demangan Kota Madiun dengan dibuatnya perancangan sistem peminjaman buku, yang kedepannya

Ami azonban bizonyos, hogy a jövőben a területi közigazgatásban súlypontáttolódásnak kell végbemennie ahhoz, hogy az önkormány- zati típusú igazgatás előnyeit valóban

Efek pertama yang akan kita mainkan adalah efek “Cut Out”, yang artinya teks tersebut tampak seolah-olah melesak ke dalam gambar latar belakang.. Teknik ini sangat gampang

Inokulan cair yang dapat digunakan hanya inokulan yang menghasilkan gas yang dapat membuat plastik menjadi menggelembung apabila plastik tidak menggelembung maka inokulan cair

Keberhasilan sebuah brand extension sangat tergantung pada kemampuan sub brand untuk memperoleh brand equity-nya sendiri pada segmen yang baru, dan kontribusi sub brand