• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2 SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL

ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE

AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh:

Dionisius Reinard Sugianto

085314018

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

ROUTING TABLE CONVERGENCE SPEED COMPARISON

DYMO AND AODV PROTOCOL ON MOBILE AD HOC

NETWORK WITH NS2 SIMULATOR

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

to Obtain The Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Department

Created By:

Dionisius Reinard Sugianto

085314018

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2013

(3)
(4)

iv

(5)
(6)

vi

(7)

vii

HALAMAN MOTTO

Semua hal dalam hidup adalah sementara.

Jika berlangsung baik, nikmatilah

karena tidak akan bertahan selamanya.

Jika berlangsung salah, jangan khawatir

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan YME yang selalu

menjadi kekuatanku saat menghadapi masalah, dan menyertaiku

dalam menyelesaikan skripsi.

Untuk Bapak, Ibu, Adik, dan Keluarga besar yang selalu

memberikan doa, dukungan, dan semangat selama studi dan

perkuliahan .

Buat kekasih saya , Anna Setiawan , atas dukungan dan kritik dalam

menyelesaikan skripsi.

(9)

ix

ABSTRAK

MANET (Mobile Ad Hoc Network)

adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat

mengkonfigurasi dirinya sendiri pada saat bekerja. Sifat protokol

MANET

ada

banyak, contohnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Protokol

DYMO

dan

AODV

merupakan contoh dari protokol

MANET

yang bersifat reaktif. Sifat reaktif

bekerja ketika ada permintaan, ketika ada permintaan, protokol yang bersifat

reaktif akan membentuk tabel routing, dimana hal ini membutuhkan waktu untuk

mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol

mungkin berbeda, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada

permintaan.

Untuk itu, dilakukanlah perbandingan antara protokol

DYMO

dan

AODV

dengan parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda. Kemudian dilakukan

analisa waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol tersebut.

Dari pengujian yang dilakukan menggunakan Network Simulator dengan

parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda terlihat bahwa protokol AODV

memiliki waktu konvergensi yang lebih cepat dibandingkan protokol DYMO.

(10)

x

ABSTRACT

MANET (Mobile Ad Hoc Network) is a type of Ad hoc network that can

configure itself on the job. There are many types of MANET protocols, including

reactive and proactive. DYMO and AODV protocols are examples of a reactive

MANET protocol. The characteristic of a reactive MANET protocol is that when

there is demand, a reactive protocol will form the routing table where it will take

time to converge the routing table. The time taken by the two protocols may be

different, therefore the convergence becomes important when there is demand.

A comparison between DYMO and AODV protocols with a number of

different jump parameters is conducted. After that, the time taken by the two

protocols will be analyzed.

After the tests performed using the Network Simulator with a different

number of jump parameters, the results are AODV protocol has faster

convergence time than the DYMO protocol.

Keywords: MANET, DYMO, AODV, Convergence, Routing.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan

anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir

Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tabel Routing Protokol

DYMO dan AODV Pada Mobile Ad Hoc Network dengan Simulator NS2

ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan

sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Tuhan Yesus Kristus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis

dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini.

2.

Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom., selaku dosen

pembimbing tugas akhir penulis.

3.

Bapak Iwan Binanto M.Cs dan Bapak S. Yudianto Asmoro, S.T.,

M.Kom., selaku panitia penguji yang telah memberikan banyak

kritik dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

4.

Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan doa, materi, serta

semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh

kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi

(12)

xii

5.

Teman-teman seperjuangan TI angkatan 2008 yang telah

menemani selama menimba ilmu di Program Studi Teknik

Informatika Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk

pertemanannya selama ini.

6.

Untuk pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(13)

xiii

DAFTAR

ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...

Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ...

Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...

Error!

Bookmark not defined.

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar belakang ... 1

1.2.

Rumusan masalah ... 3

1.3.

Tujuan ... 3

1.4.

Batasan masalah ... 3

1.5.

Metodologi penelitian ... 4

1.6.

Sistematika penulisan ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 6

2.1.

MANET (Mobile Ad Hoc Network) ... 6

2.2.

AODV (Ad-hoc On Demand Distance Vector) ... 6

2.3.

DYMO (Dynamic MANET On-demand) ... 10

2.4.

Konvergensi tabel routing ... 13

2.5.

Network simulator ... 13

2.6.

Pemrograman TCL (Tool Command Language) ... 16

2.6.1.

Pengertian TCL ... 16

2.6.2.

Fitur TCL ... 16

(14)

xiv

BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN ... 18

3.1.

Parameter simulasi ... 18

3.2.

Skenario simulasi ... 22

3.3.

Parameter kinerja ... 27

3.4.

Topologi jaringan ... 27

3.5.

Contoh data hasil simulasi ... 28

3.6.

Contoh cara pengolahan ... 28

3.7.

Keluaran yang diharapkan ... 29

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 31

4.1. Pengambilan data ... 33

4.1.1. Pengambilan data dua lompatan ... 33

4.1.2. Pengambilan data tiga lompatan ... 35

4.1.3. Pengambilan data empat lompatan ... 36

4.2. Analisis ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1. Kesimpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(15)

xv

DAFTAR

GAMBAR

Gambar 2.1. AODV dan DYMO ... 12

Gambar 2.2. trace format ... 14

Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO ... 21

Gambar 3.2. Flowchart cara kerja ... 23

Gambar 3.3. Flowchart program hopcount.awk ... 24

Gambar 3.4. Flowchart program konvergen.awk ... 25

Gambar 3.5. contoh posisi node awal ... 26

Gambar 3.6. contoh posisi node mengalami perubahan ... 26

Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing ... 27

Gambar 3.8. contoh hasil output ... 28

Gambar 3.9. contoh file awk ... 28

Gambar 3.10. contoh grafik pengaruh penambahan jumlah hop terhadap kecepatan

konvergensi routing ... 30

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Dua Lompatan ... 34

Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tiga Lompatan... 35

Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Empat Lompatan .... 37

(16)

xvi

DAFTAR

TABEL

Tabel 3.1. Parameter Simulasi ... 19

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol

AODV ... 29

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol

AODV ... 29

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol

AODV ... 29

Tabel 3.3. contoh perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi routing untuk

semua percobaan antara protokol AODV dan DYMO ... 30

Tabel 4.1. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol AODV ... 33

Tabel 4.2. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol DYMO ... 34

Tabel 4.3. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol AODV ... 35

Tabel 4.4. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol DYMO ... 35

Tabel 4.5. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol AODV ... 36

Tabel 4.6. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol DYMO ... 36

Tabel 4.7. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi Protokol AODV dan

DYMO ... 38

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya

sendiri pada saat bekerja [8]. Topologi jaringan manet tidak terstruktur di mana

tiap node bisa masuk dan keluar dari jaringan sekehendaknya. Tiap node bisa

berkomunikasi dengan node lainnya dalam jangkauan transmisi tertentu. Untuk

komunikasi diluar jangkauan, suatu node membutuhkan bantuan node lain yang

bertindak sebagai jembatan sehingga node dalam MANET bisa bertindak sebagai

terminal dan router.

Banyak protokol routing yang dikembangkan untuk MANET dalam

beberapa tahun ini. Protokol routing yang dikembangkan ada yang bersifat

proaktif dan ada juga yang bersifat reaktif. Contoh dari protokol yang bersifat

proaktif adalah OLSR (Optimized Link State protocol), HRP (Hierarchical State

Routing protocol), DSDV (Highly Dynamic Destination-Sequenced Distance

Vector routing protocol), dan lain-lain. Sedangkan contoh dari protokol yang

bersifat reaktif adalah AODV (Ad hoc On-demand Distance Vector), DSR

(Dynamic Source Routing), DYMO (Dynamic Manet On-demand routing

protocol), dan lain-lain.

Protokol DYMO merupakan turunan dari protokol AODV yang digunakan

(18)

2

menawarkan kecepatan untuk beradaptasi terhadap topologi jaringan nirkabel

yang berubah-ubah dan menentukan rute unicast antara node dalam jaringan.

Operasi dasar dari protokol DYMO adalah penemuan rute dan pemeliharaan rute

dalam jaringan nirkabel. Protokol DYMO dapat menangani berbagai pola

mobilitas dengan menentukan rute yang dibutuhkan secara dinamis dan dapat

menangani berbagai pola lalu lintas data. Dalam jaringan dengan jumlah router

yang besar, protokol DYMO paling cocok untuk skenario lalu lintas data yang

jarang di mana router hanya meneruskan paket yang berisi sebagian kecil

informasi dari router DYMO yang lainnya, hal ini dikarenakan sifat dari protokol

DYMO yang reaktif, penemuan rute dan pemeliharaan rute.

Sifat reaktif atau On-demand bekerja ketika ada permintaan, ketika ada

permintaan, protokol yang bersifat reaktif akan membentuk tabel routing, dimana

protokol-protokol yang bersifat reaktif ini membutuhkan waktu untuk

mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol

mungkin berbeda karena cara kerja protokol AODV dan protokol DYMO tidaklah

sama, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada permintaan,

protokol yang bersifat reaktif harus melakukan konvergensi tabel routing secara

cepat.

Dari latar belakang tersebut, akan dilakukan perbandingan kecepatan waktu

konvergensi antara protokol DYMO dan protokol AODV, seberapa cepat kedua

protokol melakukan konvergensi tabel routing dengan jumlah lompatan yang

bervariasi, contohnya, dua lompatan, tiga lompatan dan seterusnya.

(19)

1.2.

Rumusan masalah

Bagaimana unjuk kerja routing protokol AODV dan DYMO dilihat dari

waktu konvergensi dengan parameter jumlah hop yang bervariasi?

1.3.

Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah menganalisa unjuk kerja waktu

konvergensi routing DYMO dan AODV dengan menggunakan software simulator

NS-2.

1.4.

Batasan masalah

Agar simulasi yang dibuat dapat mencapai tujuan pembuatan simulasi maka

dilakukan pembatasan masalah antara lain sebagai berikut :

Network Simulator yang digunakan adalah network simulator 2

(NS-2) seri 2.34.

Implementasi DYMO yang digunakan adalah DYMOUM v0.3 yang

sesuai dengan DYMO draft -04 dan -05.

Node yang digunakan untuk simulasi tidak lebih dari 25 node.

Metode routing yang digunakan adalah DYMO dan AODV.

Jenis transport agent yang digunakan adalah CBR (Constant Bit Rate).

Jumlah paket CBR yang dikirim hanya satu paket.

(20)

4

1.5.

Metodologi penelitian

Adapun metodologi penelitian dan langkah-langkah yang digunakan dalam

pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur mengenai :

a. Teori Network Simulator 2

b. Teori Protokol AODV dan Protokol DYMO

c. Tahap-tahap dalam membangun simulasi

2. Perencanaan dan pembangunan simulasi

3. Pengambilan data hasil simulasi

4. pengukuran data simulasi

5. Analisis data simulasi

(21)

1.6.

Sistematika penulisan

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Balakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika

Penulisan laporan.

Bab II DASAR TEORI

Bab ini berisi tentang dasar teori yang digunakan penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Bab III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN

Bab ini berisi tentang perencanaan simulasi jaringan.

Bab IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi tentang pelaksanaan simulasi dan hasil analisis data simulasi

jaringan.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran

(22)

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

MANET (Mobile Ad Hoc Network)

MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya

sendiri pada saat bekerja. Karena MANET memiliki sifat mobile, MANET dapat

menggunakan koneksi nirkabel untuk terhubung ke berbagai jaringan. Ini bisa

menjadi koneksi Wi-Fi standar, atau media lain, seperti transmisi seluler atau

satelit. [8]

2.2.

AODV (Ad-hoc On Demand Distance Vector)

Ad-hoc On Demand Distance Vector merupakan jenis protokol reaktif yang

digunakan pada jaringan ad-hoc. AODV menggunakan dua jenis operasi yaitu

menemukan rute (Route Discovery) dan pemeliharaan rute (Route Maintenance).

Route Discovery adalah proses pembuatan rute ke tujuan ketika sebuah node

memerlukannya. Ketika sebuah node S ingin berkomunikasi dengan node T, node

S akan mengeluarkan pesan RREQ(Route Request) yang termasuk urutan angka

terakhir dari node T dan id pesan RREQ dari setiap node akan disimpan dan akan

bertambah seiring dengan bertambahnya node yang dilewati. Pesan RREQ ini

akan dikirimkan ke semua node yang ada pada jaringan tersebut kecuali yang

telah dilewati sebelumnya, id RREQ digunakan untuk mendeteksi sebuah node

telah dilewati atau belum dilewati. Setiap node yang meneruskan paket RREQ ini

(23)

akan membuat suatu rute terbalik yang digunakan untuk mengetahui rute balik

menuju ke node asal.

Ketika RREQ mencapai node tujuan T, sebuah pesan RREP akan

dikirimkan kembali, yang berisi banyaknya jumlah lompatan ke node T dan

urutan angka untuk rute tersebut. Sebuah node perantara hanya harus

mengirimkan kembali jika ada rute terbaru, yaitu angka urutan yang lebih besar

dari atau sama dengan angka urutan tujuan RREQ tersebut. Karena balasan akan

dikirim pada jalan terbalik, AODV tidak mendukung hubungan asimetris. Setiap

node yang menerima RREP ini akan menciptakan rute menuju ke node T dalam

tabel routing, dan menambahkan node yang ditransmisikan oleh RREP dalam

daftar sebelumnya. Daftar sebelumnya adalah daftar node yang mungkin

menggunakan node ini sebagai hop berikutnya ke tujuan.

Jika sebuah node perantara memiliki rute ke tujuan yang diminta dan

mengirimkan pesan RREP kembali, pesan RREQ harus dihapus. Selanjutnya,

node tersebut mungkin mengirim RREP sembarang ke node tujuan dan nomor

urutan untuk node yang membuat pesan RREQ. Pesan RREP sembarang ini akan

dikirimkan ke seluruh rute jaringan untuk meringankan setiap rute yang telah

ditemukan oleh node tujuan, yang dimana node tersebut mungkin belum

menerima pesan RREQ apapun dan tidak memiliki rute ke node pembuat RREQ

awal.

Route Maintenance adalah sebuah proses yang bergantung pada perubahan

topologi. Untuk menjaga rute, setiap node akan mencoba untuk mendeteksi

(24)

8

peristiwa yang membatasi sebuah komunikasi) secara terus menerus. Node

mendengarkan pesan RREQ dan RREP untuk melakukan ini. Selain itu, setiap

node melakukan perjanjian untuk mengirim pesan setiap detik n. Jika tidak ada

RREQ atau RREP yang dikirimkan selama periode itu maka pesan Hello akan

dikirim untuk menunjukan bahwa node tersebut masih hidup atau tidak. Cara lain

adalah mekanisme lapisan link-layer dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan

koneksi. Selain melakukan pengamatan sebuah kesalahan koneksi, sebuah node

juga harus merespon ketika menerima data paket yang tidak memiliki rute tujuan.

Ketika sebuah node mendeteksi adanya kesalahan koneksi, atau menerima data

paket yang tidak memiliki tujuan, node tersebut akan membuat paket Route Error

(RERR) untuk memberitahukan ke node yang lain bahwa ada kesalahan. Paket

RERR ini berisi daftar tujuan yang tidak terjangkau. Jika sebuah kesalahan

koneksi terjadi, node akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut

kedalam sebuah daftar. Jika node menerima paket yang tidak memiliki rute

ketujuan, maka node juga akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut

kedalam daftar. Dalam kedua kasus, semua masukan dalam tabel routing yang

menggunakan rute melalui node didalam daftar tersebut akan ditambahkan

kedalam daftar. Daftar tersebut akan dihapus ketika daftar node pendahulu tidak

ada, yaitu tujuan yang tidak memiliki node tetangga yang menggunakan node

tersebut. Pesan RERR adalah baik unicast atau broadcast ke semua node tetangga

yang memiliki rute ke tujuan didaftar yang dihasilkan. Ketika sebuah node

menerima RERR, node tersebut akan membandingkan tujuan yang ditemukan di

RERR dengan tabel routing lokal dan setiap entri yang memiliki pemancar RERR

(25)

sebagai hop berikutnya, tetap didalam daftar node tidak terjangkau. Tujuannya

adalah untuk memberitahukan semua node menggunakan link ketika terjadi

kegagalan. Untuk menemukan rute baru, node asal dapat menjalankan route

discovery untuk tujuan yang tidak terjangkau, atau node tujuan putus secara loka

mungkin mencoba untuk memperbaiki rute tersebut, baik dalam kasus

mengirimkan sebuah pesan RREQ dengan nomor urutan bertambah satu.

Keuntungan utama dari protokol ini adalah bahwa rute yang didirikan pada

permintaan dan nomor urut tujuan digunakan untuk menemukan rute terbaru

untuk tujuan. Sambungan konfigurasi delay lebih rendah. Ini tidak menciptakan

lalu lintas tambahan untuk komunikasi sepanjang link yang ada. Selain itu, jarak

vector routing sederhana, dan tidak memerlukan banyak memori atau perhitungan.

Kekurangan dari Protokol AODV yaitu membutuhkan lebih banyak waktu untuk

membuat sambungan, dan komunikasi awal untuk mendirikan sebuah rute lebih

berat dari beberapa pendekatan lain. Juga, intermediate node dapat menyebabkan

rute konsisten jika nomor urutan sumber sangat tua dan node intermediate

memiliki tinggi tetapi tidak nomor urutan tujuan terbaru, sehingga memiliki entri

basi. Juga beberapa paket RouteReply dalam menanggapi paket RouteRequest

tunggal dapat menyebabkan pengeluaran pengendali berat. Kelemahan lain dari

AODV adalah bahwa beaconing periodik menyebabkan konsumsi bandwidth

(26)

10

2.3.

DYMO (Dynamic MANET On-demand)

Dynamic MANET On-demand (DYMO) routing protokol dimaksudkan

untuk digunakan oleh wireless mobile router, jaringan multihop. DYMO

menentukan rute unicast antara router DYMO dalam jaringan pada mode

permintaan, DYMO menawarkan konvergensi yang ditingkatkan pada topologi

jaringan yang dinamis.

DYMO termasuk jenis protokol Reactive, yang bersifat menemukan rute

pada saat ada permintaan dan membanjiri jaringan dengan paket permintaan.

Selama Route Discovery, sumber router DYMO memulai penyebaran Route

Request (RREQ) di seluruh jaringan untuk menemukan rute ke target router

DYMO. Selama proses penyebaran hop-by-hop ini, setiap router DYMO

mencatat rute menuju originator. Ketika target router DYMO menerima RREQ,

target router DYMO ini menanggapi dengan Route Reply (RREP) yang dikirim

hop-by-hop ke arah sumber. Setiap router DYMO yang menerima RREP

menciptakan sebuah rute ke target, dan kemudian RREP unicast hop-by-hop ke

arah sumber. Ketika sumber router DYMO menerima RREP, rute telah dibentuk

antara sumber router DYMO dan target DYMO router di kedua arah.

Route Maintenance terdiri dari dua operasi. Dalam rangka untuk

mempertahankan rute yang digunakan, router DYMO memperpanjang TTL rute

setelah berhasil forwarding paket. Dalam rangka untuk bereaksi terhadap

perubahan dalam topologi jaringan, router DYMO memantau rute di mana lalu

lintas mengalir. Ketika paket data yang diterima untuk forwarding dan rute untuk

tujuan yang tidak diketahui atau jalur rusak, maka paket dari sumber router

(27)

DYMO akan diberitahu. Sebuah Route Error (RERR) dikirim ke arah sumber

paket untuk menunjukkan rute ke tujuan tertentu yang tidak sah atau hilang.

Ketika sumber router DYMO menerima RERR, hal ini akan menghapus rute. Jika

sumber router DYMO ini kemudian menerima paket untuk forwarding untuk

tujuan yang sama, hal ini akan diperlukan untuk melakukan penemuan rute lagi

untuk tujuan itu.

DYMO menggunakan nomor urut untuk memastikan bebas dari loop.Nomor

urut ini memungkinkan router DYMO untuk menentukan urutan waktu rute

DYMO penemuan pesan, dengan demikian menghindari penggunaan informasi

routing yang tidak diperlukan.

Protokol DYMO menyajikan berbagai fitur baru dari AODV. Keuntungan

dari protokol DYMO adalah :

• Hemat energi ketika jaringan besar dan menunjukkan mobilitas tinggi.

• Tabel routing DYMO memakan memori relatif kurang dari AODV bahkan

dengan fitur penghitungan rute.

• Biaya overhead untuk protokol DYMO menurun dengan ukuran jaringan

meningkat dan mobilitas tinggi.

Protokol DYMO, bagaimanapun, tidak bekerja dengan baik pada mobilitas

rendah. Biaya Overhead atas pesan untuk skenario seperti itu agak tinggi dan tidak

dibutuhkan. Keterbatasan lain terletak pada penerapan protokol sebagaimana

tercantum dalam draft DYMO yang menyatakan bahwa protokol DYMO bekerja

dengan baik ketika lalu lintas data diarahkan dari satu bagian ke bagian jaringan

(28)

12

sangat rendah dan biaya overhead routing melebihi lalu lintas yang sebenarnya.

[9]

Perbedaan mendasar antara protokol DYMO dan AODV adalah pada

protokol AODV, jika suatu node ingin berkomunikasi dengan node lainnya yang

tidak terdaftar pada tabel routing, maka protokol AODV akan menyebarkan

broadcast kesemua router yang menggunakan protokol AODV, pada proses

penyebaran ini, yang dibawa hanya node sumber, dan setelah menemukan node

tujuan, hanya node tujuan yang diberitahukan kepada node sumber, sedangkan

untuk protokol DYMO, pada saat mengirimkan broadcast, urutan node yang

dibawa adalah urutan node dari node sumber ke tujuan, dan setelah menemukan

node tujuan, dilakukan yang sebaliknya. Sebagai contoh dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Gambar 2.1. AODV dan DYMO

(29)

2.4.

Konvergensi tabel routing

Konvergensi adalah bagian dari proses memperbarui tabel routing. Ketika

koneksi putus atau berubah, pembaruan akan dikirim diseluruh jaringan yang

mengalami perubahan dalam topologi jaringan. Kemudian setiap router

menjalankan algoritma routing untuk menghitung ulang rute dan membangun

tabel routing yang baru berdasarkan informasi. Setelah semua router dalam

jaringan telah memperbarui tabel routing mereka, konvergensi selesai. [4]

2.5.

Network simulator

Network Simulator adalah simulator kejadian diskrit yang ditargetkan

pada penelitian jaringan. Network simulator memberikan dukungan substansial

untuk simulasi TCP, routing, dan protokol multicast melalui jaringan kabel dan

nirkabel (lokal dan satelit). [12]

Hasil dari network simulator merupakan file berbentuk log data

berekstensi ".tr". File log ini dapat dihitung ataupun dianalisa menggunakan cara

(30)

14

Network Simulator memiliki dua bagian trace format yaitu :

Gambar 2.2. trace format

1.

Basic Trace String : bagian ini mirip dengan trace paket normal. Bagian ini

berlabel nomor dari satu sampai 12 ($1 sampai dengan $12)

2.

Additional Trace String : string khusus NS2. Sebagai contoh, string jejak

untuk IP Trace dan Format Jejak AODV-RREQ ditampilkan di atas.

Ketika NS2 tidak melacak informasi ini dua. Garis-garis ini tidak akan

muncul sebagai bagian dari jejak string, tapi jejak tali Dasar masih akan

muncul pada string.

(31)

hasil log data dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :

s 0.013354748 _1_ RTR --- 0 cbr 532 [0 0 0 0] --- [1:0 5:0 30 8]

$1 : Aksi (s/r/d) = s

$2 : Waktu = 0.013354748

$3 : Node sumber = 1

$4 : Layer (AGT/RTR/LL/IFQ/MAC/PHY) = RTR (routing)

$6 : Id paket = 0

$7 : Tipe paket = cbr (Constant Bit Rate)

$8 : Ukuran paket = 532

[a b c d] = [0 0 0 0]

$9 : a = durasi header paket didalam layer mac

$10 : b = mac sumber

$11 : c = mac tujuan

$12 : d = tipe mac didalam paket

Flag [a:b c:d e f] = [1:0 5:0 30 8]

$13 : a = ip node sumber

$14 : b = nomor port ip sumber

$15 : c = ip node tujuan

$16 : d = nomor port ip tujuan

$17 : e = jumlah TTL ip header

(32)

16

2.6.

Pemrograman TCL (Tool Command Language)

2.6.1.

Pengertian TCL

Tcl adalah bahasa pemrograman sederhana yang bersifat open

source multiparadigm. Bahasa pemrograman ini telah berjalan pada hampir

semua OS yang modern, misalnya, Unix (Linux dan non-Linux), MacOS,

Windows (NT versi keluarga dan kemudian, dengan didukung oleh rilis

95/98 tua), sistem PDA, ponsel, dan banyak lagi. [5]

2.6.2.

Fitur TCL

Tcl menyediakan berbagai macam fitur, segala sesuatu yang

diperlukan untuk menulis program yang sangat besar dan komprehensif:

Penanganan string.

File sistem akses.

Ekspresi reguler.

dan lain-lain.

2.7.

Pemrograman AWK [2]

Awk adalah bahasa pemrograman operasi dasar yang berguna untuk

mencari satu set file pola, dan untuk melakukan tindakan tersebut awk membuat

seleksi data tertentu dan transformasi operasi yang mudah untuk diungkapkan.

Awk adalah bahasa pemrograman yang dirancang untuk membuat banyak

pencarian informasi umum dan teks tugas manipulasi mudah untuk negara dan

untuk melakukan. Operasi dasar awk adalah untuk memindai satu set baris input

dalam rangka, mencari baris yang cocok salah satu set pola yang pengguna telah

(33)

tentukan. Untuk masing-masing pola, suatu tindakan dapat ditentukan; inilah

tindakan yang akan dilakukan pada setiap baris yang cocok dengan pola yang

ditentukan.

Awk biasanya dipakai untuk analasis log yang panjang atau grab text lalu

di-modify. AWK adalah bahasa pemrograman ditafsirkan biasanya digunakan

sebagai ekstraksi data dan alat pelaporan. Ini adalah fitur standar yang paling

mirip Unix sistem operasi.

AWK diciptakan di Bell Labs pada tahun 1970, dan namanya berasal dari

nama keluarga penulisnya - Alfred Aho, Peter Weinberger, dan Brian Kernighan.

Nama ini tidak umum diucapkan sebagai string surat terpisah melainkan sebagai

akronim, terdengar sama dengan nama burung, Auk (yang bertindak sebagai

lambang dari bahasa seperti pada sampul buku AWK Programming Language -

yang buku ini sering disebut dengan singkatan TAPL). Ketika ditulis dalam huruf

kecil semua, seperti awk, mengacu pada program 9 Unix atau Rencana yang

(34)

18

BAB III

PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN

3.1.

Parameter simulasi

Metode yang digunakan pada tugas akhir ini adalah simulasi. Adapun

software simulasi yang digunakan adalah Network Simulator-2 (NS-2). Program

DYMO yang digunakan adalah code yang tersebar bebas yaitu DYMOUM,

sedangkan untuk AODV sudah tersedia didalam Network Simulator-2. Node

sumber dan node tujuan tersebar secara acak dalam jaringan, model ini dapat

membuat sebuah node memilih tujuannya dan akan berpindah ke arah mana

dengan kecepatan yang dapat ditentukan. Ketika sebuah node mencapai posisi

tujuannya, node tersebut akan berhenti sebanyak waktu yang ditentukan sebelum

mencari tujuan acak lainnya dan mengulangi proses tersebut. Komunikasi antar

node akan dibuat model acak, dan menggunakan jenis paket CBR (Constant Bit

Rate).

(35)

Adapun parameter yang digunakan sebagai berikut :

Parameter

Nilai

Tipe Kanal

Wireless Channel

Model Propagasi

Two Ray Ground

Tipe Network Interface

Wireless

Tipe MAC

IEEE 802.11

Maks. Paket dalam Antrian

50

Waktu simulasi

5 detik

Jenis paket

CBR (Constant Bit Rate)

Routing Protokol

DYMO / AODV

Model pergerakan node

Random Way Point

Kecepatan

2 m/s

Tabel 3.1. Parameter Simulasi

Area simulasi menunjukan banyaknya node diarea tersebut dimana sebuah

MANET akan berjalan. Dalam skenario ini area simulasi dibuat 1000m x 1000m.

Area simulasi dibuat seperti ini agar node dapat bebas bergerak dan dapat

menggunakan protokol routing secara benar tanpa harus bertumpuk disatu tempat.

Untuk area 1000m x 1000m node maksimalnya adalah 25. Hal ini diperoleh dari

perhitungan jarak komunikasi terjauh dari sebuat node jika didalam suatu area.

Jarak komunikasi terjauh adalah 250m.

Jarak radio wireless didapat dari percobaan sederhana. Node A berada pada

posisi X=0, Y=50 dan posisi node B X=40, Y=50, skenario sederhana adalah

seperti berikut, pada detik 10 node B mulai bergerak menjauhi node A sampai

dengan posisi X=400, kemudian kembali lagi ke posisi X=250, pada posisi ini,

(36)

20

kembali lagi ke posisi X=251, dan yang terjadi node A dan B tidak dapat

berkomunikasi lagi.

Kecepatan node bergerak dibuat 2 m/s dengan membayangkan seperti orang

yang lagi berjalan, bertujuan untuk mengukur performa protokol yang digunakan,

berjalan dengan baik atau tidak. Performa dari protokol routing sangat

berpengaruh pada kecepatan node berpindah tempat, semakin cepat node

berpindah maka koneksi yang dibuat juga akan semakin sulit.

Protokol routing yang digunakan adalah dua jenis tipe protokol jaringan

ad-hoc reaktif, yang terdaftar pada IETF, yaitu : AODV dan DYMO.

Routing antar node dapat dijalankan (khusus protokol DYMO, karena

protokol ini adalah protokol baru yang diimplementasikan kedalam NS-2),

dibuktikan dengan percobaan sederhana, 3 node dibuat membentuk seperti

segitiga, dan diberi jarak agar dapat melakukan proses routing, pada detik ke 5

node A mulai mengirimkan paket CBR ke node C, pada saat node C tidak berada

pada jangkauan radio node A, node A mulai mencari node yang dapat meneruskan

paket CBR ke node C, node A yang mengetahui node B berada dalam

jangkuannya mulai mengirimkan Hello Packet agar node A mengetahui informasi

node apa saja yang berada dalam jangkauan node B, setelah diketahui node C

berada dalam jangkauan node B, node A menggunakan node B sebagai router agar

paket CBR dengan tujuan node C dapat disampaikan. Contoh gambar :

(37)

1

2

3

± 400m

± 200m

± 200m

Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO

Untuk pembangunan jaringan pertama-tama dibentuk 25 node dengan node

dengan posisi random dengan menggunakan setdest, setdest adalah tool yang telah

disediakan oleh NS-2 untuk membuat jaringan secara otomatis.

Format perintah setdest :

./setdest

n (jumlah node)

p (waktu pause)

s (kecepatan)

t (waktu

simulasi)

x (panjang area)

y (lebar area) > (File keluaran).

Contoh :

./setdest –n 25 –p 0 –M 20.0 –t 10.0 –x 1000 –y 1000 >

scen-25-1000-1000-1

Selanjutnya akan dibangun koneksi menggunakan cbrgen, cbrgen adalah

tool yang telah disediakan oleh NS-2 untuk membuat koneksi pada jaringan secara

otomatis.

(38)

22

ns cbrgen.tcl

type (tcp/cbr)

nn (jumlah node)

seed (bilangan acak

pertama)

mc (koneksi maksimal)

rate (banyak paket tiap detik) > (File

keluaran).

Contoh :

ns cbrgen.tcl –type cbr –nn 25 –seed 1 –mc 1 –rate 2.0 >

cbr-25-1-2

Setelah jaringan dibentuk selanjutnya dibuat koneksi antar node, dengan

menggunakan cbrgen, maka koneksi random akan dibentuk mengikuti jaringan

yang telah dibuat. Langkah selanjutnya adalah menjalankan script tcl di NS-2.

Dengan menjalankan script tersebut maka akan mengeluarkan output Trace file

dan NAM file.

3.2.

Skenario simulasi

Skenario simulasi digunakan untuk mengukur kinerja protokol AODV dan

protokol DYMO yang dibentuk secara random. Digunakan beberapa asumsi untuk

membuat skenario simulasi dengan parameter yang ditetapkan diatas :

1. luas skenario : 1000m x 1000m

2. waktu simulasi : 5 detik.

3. jumlah node : 25 node.

Dengan parameter diatas, skenario akan dibuat hingga mencapai jumlah

yang dibutuhkan dengan syarat memiliki dua lompatan, tiga lompatan dan empat

lompatan.

(39)

Start

Bentuk Node

Jika jumlah hop == 2 / 3 / 4 Bentuk Koneksi

Jalankan Simulasi

Hasil

Jalankan hopcount.awk

Jalankan konvergen.awk

Selesai Ya

Jika jumlah hop AODV == DYMO

Ya Tidak

A

A

(40)

24

Start

Jumlah forward = 0 Jumlah lompatan = 0

(Action == “f”) &&

(Protocol == “cbr”) &&

(Mac == “RTR”)

Jumlah forward ++

Jumlah lompatan = jumlah forward + 1

Selesai Ya

Tidak

Tampilkan jumlah lompatan Action = $1

Mac = $4 Protocol = $7 Buka file trace

End Of File

Ya

Tidak Scan baris

baris +1

Gambar 3.3. Flowchart program hopcount.awk

(41)

Start

Waktu = 0

Action = $1 Time = $2 Node = $3 Mac = $4 Protocol = $7

(Action == “s”) &&

(Node == “_1_”) &&

(Mac == “RTR”) &&

(Protocol == “cbr”)

Waktu = Time

Tampilkan Waktu

Selesai Ya

Tidak

Buka file trace

Scan baris

End Of File

Ya

baris +1

Tidak

(42)

26

1000m x 1000m dengan jumlah node 25

2 12

Gambar 3.5. contoh posisi node awal

1

15 16 11

5

6 4

1000m x 1000m dengan jumlah node 25

2

Gambar 3.6. contoh posisi node mengalami perubahan

(43)

1

15 16 11

5

6 4

1000m x 1000m dengan jumlah node 25

2

12

7

8 14 3

9

13

10 18

17

19 24

25

22 21

23

20

Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing

3.3.

Parameter kinerja

Parameter yang akan dianalisa adalah :

1.

Kecepatan konvergensi routing

Kecepatan konvergensi routing sebelum sebuah paket dikirim atau

pembuatan tabel routing pertama kali.

3.4.

Topologi jaringan

Bentuk topologi dari jaringan ad-hoc untuk tugas akhir ini dibuat secara

random. Hasil dari setiap skenario yang akan dijalankan, baik posisi node,

(44)

28

3.5.

Contoh data hasil simulasi

M 0.00000 0 (228.08, 60.91, 0.00), (374.95, 124.83), 3.33 M 0.00000 1 (335.53, 81.55, 0.00), (13.97, 100.16), 11.34

s 0.000000000 _0_ RTR --- 0 DYMOUM 24 [0 0 0 0] --- [0:255 -1:255 1

Gambar 3.8. contoh hasil output

3.6.

Contoh cara pengolahan

Pengolahan akan dilakukan menggunakan script awk yang akan mengolah

file berekstensi “.tr”. Contoh file Awk :

BEGIN {

printf "cbr s:%d r:%d, r/s Ratio:%.4f, f:%d \n", sendline, recvline, (recvline/sendline), forwardline;

}

Gambar 3.9. contoh file awk

(45)

3.7.

Keluaran yang diharapkan

Keluaran yang diharapkan adalah hasil perhitungan rata-rata kecepatan

konvergensi routing antara protokol DYMO dan AODV

Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian dua

lompatan

1

2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

29

30

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan

protokol AODV

Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian tiga

lompatan

1

2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

29

30

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan

protokol AODV

Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian empat

lompatan

1

2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

29

30

Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan

(46)

30

Contoh tabel perbandingan rata-rata kecepatan routing semua percobaan

skenario.

AODV

DYMO

2 hop

3 hop

4 hop

Tabel 3.3. contoh perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi routing

untuk semua percobaan antara protokol AODV dan DYMO

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

2 hop

3 hop

4 hop

ke

cepatan

kon

ve

rg

e

n

si

(se

c)

DYMO

AODV

Gambar 3.10. contoh grafik pengaruh penambahan jumlah hop terhadap

kecepatan konvergensi routing

Dari tabel-tabel dan grafik diatas dapat ditarik kesimpulan antara protokol

DYMO dan AODV.

(47)

31

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk melakukan perbandingan konvergensi routing tabel pada protokol

AODV dan DYMO, akan dilakukan seperti pada tahap skenario perencanaan

simulasi jaringan dengan parameter yang telah ditentukan. Jaringan yang

digunakan bersifat dinamis maka tidak diperlukan bentuk topologi secara khusus.

Topologi akan dibuat secara acak dari posisi awal node maupun pergerakan node

tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan yang akan di bandingkan, akan

digunakan program tcl script untuk trace file yang dihasilkan oleh NS-2. Hal

pertama yang dilakukan adalah membuat scenario acak menggunakan program

default dari NS-2 yaitu cbrgen.tcl dan setdest. File cbrgen.tcl digunakan untuk

membuat file yang menentukan tipe paket yang digunakan. Sedangkan file setdest

digunakan untuk membuat file yang menentukan pergerakan node, mengatur

kecepatan dan maksimum luas area yang digunakan secara acak. Contoh untuk

hasil file cbrgen.tcl dan setdest dapat dilihat pada lampiran no 6 dan no 7.

Penghitungan waktu konvergensi pertama kali menggunakan cara manual,

yaitu melihat langsung dari hasil output simulasi yang berbentuk log data.

s 0.000000000 _1_ AGT --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4 r 0.000000000 _1_ RTR --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4

Data diatas merupakan proses dimulainya pengiriman data, tetapi karena disini

belum terbentuk rute untuk sampai ke tujuan, maka paket dikembalikan ke node

(48)

32

M 0.00000 0 (258.23, 256.30, 0.00), (478.82, 43.43), 19.23 M 0.00000 1 (312.74, 11.87, 0.00), (45.27, 433.71), 3.04 .

. .

M 0.00000 24 (282.82, 84.11, 0.00), (118.27, 287.51), 19.48

Data diatas merupakan proses penempatan node berdasarkan file setdest yang

berguna untuk mengacak lokasi penempatan node awal.

s 0.000000000 _1_ RTR 0 AODV 48 [0 0 0 0] [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)

r 0.000988261 _8_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)

r 0.000988753 _6_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)

r 0.000988819 _3_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)

. . .

r 0.013354748 _1_ RTR --- 0 AODV 44 [13a 1 8 800] --- [5:255 1:255 29 1] [0x4 2 [5 4] 10.000000] (REPLY)

Proses diatas merupakan proses penemuan jalur, atau proses pembentukan tabel

routing. Proses diatas dimulai dengan proses broadcasting ke node-node terdekat

dari node sumber, kemudian mulai membentuk tabel routing sesuai dengan

protokol yang digunakan.

s 0.013354748 _1_ RTR --- 0 cbr 532 [0 0 0 0] --- [1:0 5:0 30 8] [0] 0 2

Baris ini merupakan baris dimana proses penemuan jalur telah berakhir dan

dimulainya pengiriman paket. Pada baris ini juga menandakan bahwa proses

konvergensi routing tabel telah selesai.

Proses selanjutnya adalah mencari jumlah lompatan, dengan cara mencatat

jumlah forwarding paket cbr, yang dimana penulis sengaja hanya membuat

skenario yang hanya mengirimkan satu paket cbr. Disini penulis menggunakan

cara menjumlah total forwarding paket ditambahkan dengan satu. Mengapa

ditambahkan dengan satu, karena satu forwarding paket adalah dua lompatan.

Forwarding paket dapat dilihat pada baris file trace :

(49)

f 0.021353307 _8_ RTR --- 0 cbr 532 [13a 8 1 800] --- [1:0 5:0 29 5] [0] 1 2

Tanda "f" pada awal mula baris merupakan tanda bahwa paket tersebut di

teruskan ke node selanjutnya.

Contoh hasil trace secara lengkap dapat dilihat pada lampiran no 4 untuk protokol

AODV dan no 5 untuk protokol DYMO.

4.1. Pengambilan data

Pengambilan data akan dilakukan sesuai dengan skenario perencanaan

simulasi yang telah ditentukan dengan menggunakan script tcl. Setiap skenario

akan di gunakan untuk dua protokol yang berbeda, yaitu AODV dan DYMO.

Dimulai dari mencari 90 skenario acak yang didapat menggunakan fungsi acak

dari NS-2 yang akan digunakan oleh kedua protokol, 90 skenario ini dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu dua lompatan, tiga lompatan dan empat lompatan.

Data-data ini akan ditampilkan ke dalam sebuah tabel dan juga grafik.

4.1.1. Pengambilan data dua lompatan

Pengambilan data dua lompatan:

0.013

(50)

34

Tabel 4.2. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol DYMO

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Dua Lompatan

Gambar 4.1. adalah hasil dari data-data yang diambil dan dipilih agar lebih

memudahkan perbandingan antara dua protokol. Jika dilihat disini, protokol

AODV tetap lebih unggul dibandingkan protokol DYMO.

(51)

4.1.2. Pengambilan data tiga lompatan

Pengambilan data tiga lompatan:

0.024

Tabel 4.3. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol AODV

0.039

Tabel 4.4. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol DYMO

(52)

36

Setelah data diambil kembali dan dipilih agar memudahkan perbandingan,

dari gambar 4.2. dapat dilihat protokol AODV tetap lebih unggul dari protokol

DYMO.

4.1.3. Pengambilan data empat lompatan

Pengambilan data empat lompatan :

0.040

Tabel 4.5. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol AODV

0.049

Tabel 4.6. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol DYMO

(53)

Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Empat Lompatan

Gambar 4.3. adalah pengambilan data ulang setelah dipilih. Disini dapat

diketahui protokol AODV lebih unggul dibandingkan protokol DYMO. Dari 30

data yang diambil, protokol AODV unggul 30 kali dibandingkan protokol

(54)

38

Data perbandingan rata-rata :

2 hop

3 hop

4 hop

AODV

0.01832663

0.031190834

0.041866738

DYMO

0.027531397

0.041841326

0.052628031

Tabel 4.7. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi Protokol AODV dan

DYMO

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi

Dari gambar 4.4. dapat dilihat perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi

routing tabel antara protokol AODV dan DYMO. Disini protokol AODV lebih

unggul dari protokol DYMO berdasarkan dua lompatan, tiga lompatan dan empat

lompatan.

(55)

4.2. Analisis

Berdasarkan data-data yang telah diambil dan dibandingkan, penambahan

jumlah lompatan tidak berpengaruh pada protokol AODV dan protokol DYMO.

Pada gambar 4.1. yang merupakan contoh pengambilan data dua lompatan, disini

protokol AODV lebih unggul dibandingkan protokol DYMO. Protokol AODV

sudah seharusnya lebih unggul dibandingkan protokol DYMO pada jumlah

lompatan yang sedikit, karena protokol AODV tidak membutuhkan waktu yang

banyak untuk melakukan konvergensi tabel routing yang hanya mencatat

sequence number dari setiap node yang menjadi rute pengiriman paket data,

sedangkan protokol DYMO membutuhkan waktu yang lebih banyak, karena pada

protokol DYMO semua node mencatat setiap rute yang dibutuhkan untuk

mengirimkan paket data mulai dari node pertama atau node pengirim hingga node

terakhir atau node tujuan.

Pada gambar 4.2. terlihat protokol AODV masih lebih unggul

dibandingkan protokol DYMO untuk tiga lompatan. Dan pada gambar 4.3.

protokol AODV selalu unggul disetiap data yang diambil dibandingkan protokol

DYMO. Setelah semua data diambil, disini semua data akan dirata-ratakan, pada

gambar 4.4. dapat dilihat hasil rata-rata kecepatan konvergensi antara protokol

AODV dan DYMO, disini protokol AODV lebih unggul seluruhnya,

dibandingkan dengan protokol DYMO yang memiliki waktu konvergen yang

sangat besar. Protokol AODV selalu unggul pada pengujian dua lompatan, tiga

(56)

40

Berdasarkan dasar teori, DYMO memiliki keunggulan tersendiri

dibandingkan AODV, keunggulan DYMO akan terlihat jika menggunakan

topologi dengan jumlah jaringan yang besar dan mobilitas yang tinggi (koneksi

putus sambung), karena protokol DYMO memiliki informasi routing yang

lengkap dibandingkan dengan AODV dan lebih hemat energi. Keunggulan ini

tidak akan terlihat pada penelitian yang penulis lakukan, karena penulis tidak

meneliti tentang kemampuan kedua protokol pada saat koneksi putus sambung.

(57)

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan

beberapa hal :

1.

Protokol AODV memiliki waktu konvergensi tabel routing lebih cepat

dibandingkan protokol DYMO berdasarkan pengujian dua lompatan, tiga

lompatan dan empat lompatan.

5.2. Saran

1.

Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat menggunakan implementasi DYMO

versi terbaru.

2.

Melakukan penelitian dengan skenario koneksi yang berubah-rubah (putus

(58)

42

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Agrawal, Sudhir, Sanjeev Jain, Sanjeev Sharma, Roopam Gupta. 2011.

Mobility based Performance Analysis of AODV and DYMO under Varying

Degree of Node Misbehavior

. International Journal of Computer

Applications (0975

8887) Volume 30

No.7.

[2]

Aho, Alfred V, Brian W. Kernighan, , Peter J. Weinberger. 1978.

Awk --

A Pattern Scanning and Processing Language (Second Edition)

. Bell

Laboratories Murray Hill, New Jersey 07974.

[3]

Chakeres, I. 26 July 2010. Dynamic MANET On-demand (DYMO)

Routing. http://tools.ietf.org/html/draft-ietf-manet-dymo-21. (10

November 2011)

[4]

Convergence of Routing Tables.

http://www.linktionary.com/c/converge_routing.html. ( 10 Oktober 2012)

[5]

Kupris, A. What is Tcl. http://wiki.tcl.tk/299. (9 November 2011)

(59)

[6]

Lee, Fenglien. 2011. Routing in Mobile Ad hoc Networks, Mobile Ad-Hoc

Networks: Protocol Design, Prof. Xin Wang (Ed.), ISBN:

978-953-307-402-3, InTech, Available from:

http://www.intechopen.com/books/mobile-adhoc-networks-protocol-design/routing-in-mobile-ad-hoc-networks

[7]

List of ad hoc routing protocols.

http://www.enotes.com/topic/List_of_ad_hoc_routing_protocols. (5

November 2011)

[8]

MANET. http://www.techterms.com/definition/manet. (15 November

2011)

[9]

Nerurkar, Nishad. Dynamic MANET On-demand (DYMO) Routing

Protocol. Rochester Institute of Technology. Computer Engineering

Department.

[10]

Patching DYMO-UM in NS-2.

http://khaledben.wordpress.com/2011/04/16/patching-dymo-um-in-ns-2/

(10 November 2011)

[11]

Ros, Francisco J. DYMOUM.

(60)

44

[12]

The Network Simulator

ns- 2. http://isi.edu/nsnam/ns/. (18 November

2011)

[13]

Thorup, Rolf Ehrenreich. 2007.

Implementing and Evaluating the DYMO

Routing Protocol

.

(61)

45

LAMPIRAN

1.

Listing program node.tcl

puts "masukan nomor penanda : " gets stdin b set opt(prop) Propagation/TwoRayGround ;#

radio-propagation model

# check for random seed #

if {$opt(seed) > 0} {

puts "Seeding Random number generator with $opt(seed)\n" ns-random $opt(seed)

}

#

# create simulator instance #

(62)

46

#

# control DYMOUM behaviour from this script #

Agent/DYMOUM set debug_ false Agent/DYMOUM set no_path_acc_ true Agent/DYMOUM set reissue_rreq_ true Agent/DYMOUM set s_bit_ true

Agent/DYMOUM set hello_ival_ 1

#

# open traces #

set tracefd [open $opt(adhocRouting)-$opt(nn)-$opt(n).tr w] #set namtrace [open dymo-9-$opt(n).nam w]

$ns_ trace-all $tracefd

#$ns_ namtrace-all-wireless $namtrace $opt(x) $opt(y) #

# create topography object #

set topo [new Topography] #

# define topology #

$topo load_flatgrid $opt(x) $opt(y) #

# create God #

set god_ [create-god $opt(nn)] #

# configure mobile nodes #

$ns_ node-config -adhocRouting $opt(adhocRouting) \ -llType $opt(ll) \

# source connection-pattern and node-movement scripts #

if { $opt(cp) == "" } {

#puts "*** NOTE: no connection pattern specified."

(63)

set opt(cp) "none" } else {

#puts "Loading connection pattern..." source $opt(cp)

#puts "Loading scenario file..." source $opt(sc)

#puts "Load complete..." }

#

# define initial node position in nam #

for {set i 0} {$i < $opt(nn)} {incr i} { $ns_ initial_node_pos $node_($i) 10 }

#

# tell all nodes when the simulation ends #

for {set i 0} {$i < $opt(nn) } {incr i} { $ns_ at $opt(stop).0 "$node_($i) reset"; }

$ns_ at $opt(stop).0002 "puts \"NS EXITING---\" ; $ns_ halt"

$ns_ at $opt(stop).0001 "stop"

proc stop {} {

2.

Listing program hopcount.awk

(64)

48

END {

jmlhop = jmlforwading+1;

printf("Jumlah Lompatan = %d\n",jmlhop); }

3.

Listing program konvergen.awk

BEGIN {

if (action == "s" && node == "_1_" && mac == "RTR" && protocol == "cbr") {

waktu = time }

} END {

print("waktu yg dibutuhkan =", waktu) }

4.

Contoh hasil trace file empat lompatan protokol AODV

s 0.000000000 _1_ AGT --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4

r 0.000000000 _1_ RTR --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4

M 0.00000 0 (891.17, 814.20, 0.00), (698.15, 176.53), 19.33 M 0.00000 1 (640.65, 10.09, 0.00), (67.06, 514.12), 11.75 M 0.00000 2 (441.86, 550.73, 0.00), (251.15, 837.33), 0.74 M 0.00000 3 (702.94, 358.13, 0.00), (581.50, 713.63), 7.91 M 0.00000 4 (315.95, 618.63, 0.00), (319.82, 775.48), 19.23 M 0.00000 5 (831.07, 927.42, 0.00), (897.06, 894.46), 17.19 M 0.00000 6 (71.95, 15.49, 0.00), (345.74, 991.83), 10.88 M 0.00000 7 (651.44, 125.28, 0.00), (940.52, 941.04), 8.25 M 0.00000 8 (564.03, 555.31, 0.00), (911.19, 66.54), 6.82 M 0.00000 9 (328.38, 785.40, 0.00), (128.51, 579.72), 14.63 M 0.00000 10 (119.98, 777.47, 0.00), (949.50, 493.90), 19.35 M 0.00000 11 (128.53, 308.40, 0.00), (354.15, 884.61), 8.71 M 0.00000 12 (428.68, 145.40, 0.00), (428.77, 333.56), 2.23 M 0.00000 13 (279.76, 53.93, 0.00), (615.64, 949.97), 19.11 M 0.00000 14 (969.06, 103.62, 0.00), (474.46, 80.61), 15.83 M 0.00000 15 (419.37, 38.11, 0.00), (272.20, 108.10), 18.03 M 0.00000 16 (542.27, 982.96, 0.00), (853.27, 161.73), 1.84 M 0.00000 17 (743.72, 461.03, 0.00), (688.16, 874.75), 15.27 M 0.00000 18 (149.46, 551.44, 0.00), (371.48, 539.75), 2.34 M 0.00000 19 (282.12, 86.31, 0.00), (141.56, 890.59), 19.19 M 0.00000 20 (800.84, 594.87, 0.00), (788.28, 13.02), 15.30 M 0.00000 21 (313.65, 477.00, 0.00), (866.40, 42.52), 19.02 M 0.00000 22 (353.96, 960.11, 0.00), (108.27, 890.51), 17.45

(65)
(66)

-50

(67)

s 0.020024003 _2_ RTR --- 0 AODV 44 [0 0 0 0] --- [2:255

(68)

52

5.

Contoh hasil trace file empat lompatan protokol DYMO

s 0.000000000 _1_ AGT --- 25 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4

r 0.000000000 _1_ RTR --- 25 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4

M 0.00000 0 (891.17, 814.20, 0.00), (698.15, 176.53), 19.33 M 0.00000 1 (640.65, 10.09, 0.00), (67.06, 514.12), 11.75 M 0.00000 2 (441.86, 550.73, 0.00), (251.15, 837.33), 0.74 M 0.00000 3 (702.94, 358.13, 0.00), (581.50, 713.63), 7.91 M 0.00000 4 (315.95, 618.63, 0.00), (319.82, 775.48), 19.23 M 0.00000 5 (831.07, 927.42, 0.00), (897.06, 894.46), 17.19 M 0.00000 6 (71.95, 15.49, 0.00), (345.74, 991.83), 10.88 M 0.00000 7 (651.44, 125.28, 0.00), (940.52, 941.04), 8.25 M 0.00000 8 (564.03, 555.31, 0.00), (911.19, 66.54), 6.82 M 0.00000 9 (328.38, 785.40, 0.00), (128.51, 579.72), 14.63 M 0.00000 10 (119.98, 777.47, 0.00), (949.50, 493.90), 19.35 M 0.00000 11 (128.53, 308.40, 0.00), (354.15, 884.61), 8.71 M 0.00000 12 (428.68, 145.40, 0.00), (428.77, 333.56), 2.23 M 0.00000 13 (279.76, 53.93, 0.00), (615.64, 949.97), 19.11 M 0.00000 14 (969.06, 103.62, 0.00), (474.46, 80.61), 15.83 M 0.00000 15 (419.37, 38.11, 0.00), (272.20, 108.10), 18.03 M 0.00000 16 (542.27, 982.96, 0.00), (853.27, 161.73), 1.84 M 0.00000 17 (743.72, 461.03, 0.00), (688.16, 874.75), 15.27 M 0.00000 18 (149.46, 551.44, 0.00), (371.48, 539.75), 2.34 M 0.00000 19 (282.12, 86.31, 0.00), (141.56, 890.59), 19.19 M 0.00000 20 (800.84, 594.87, 0.00), (788.28, 13.02), 15.30 M 0.00000 21 (313.65, 477.00, 0.00), (866.40, 42.52), 19.02 M 0.00000 22 (353.96, 960.11, 0.00), (108.27, 890.51), 17.45 M 0.00000 23 (571.25, 925.63, 0.00), (679.13, 691.87), 12.92 M 0.00000 24 (461.94, 33.38, 0.00), (57.79, 148.53), 3.87

s 0.000000000 _0_ RTR --- 0 DYMOUM 24 [0 0 0 0] --- [0:255

(69)

Gambar

tabel routing, dan menambahkan node yang ditransmisikan oleh RREP dalam
gambar dibawah ini :
tabel routing yang baru berdasarkan informasi. Setelah semua router dalam
Gambar 2.2. trace format
+7

Referensi

Dokumen terkait

bertujuan untuk menjadikan area Pasar Lama sebagai pusat transit kota Tangerang yang bebas dari kemacetan, aksebilitas pejalan kaki yang tidak nyaman, hunian, dan

Steker mini stereo 3.5 mm (dengan konektor bentuk “L”) (tidak disediakan) Anda dapat menghubungkan komponen eksternal ke jack input auxiliary pada panel kontrol (F-AUX) dan/atau

Berdasarkan observasi yang dilakukan Penulis berinisiatif ingin membangun sebuah server untuk memfilter domain-domain yang kurang layak untuk diakses oleh staff dikantor,

Tidak bersifat time dependent (berbeda dengan transmisi audio/video) Ukuran gambar bergantung pada format representasi gambar yang dipergunakan untuk transmisi.. Raw image

Tidak hanya itu saat ini sebagai bentuk pem- anfaatan energi terbarukan, Indonesia Power bekerjasama dengan Kansai Electric Power Inc tengah men- jalankan proyek Pembangkit Listrik

Hasil produksi, varietas tahan hama penyakit, daya tumbuh benih, pemupukan sesuai rekomendasi, pengendalian hama dan penyakit dengan pengendalian hama terpadu, tanam

Dari hasil analisa SWOT dihasilkan formulasi strategi pemasaran yang dapat dikembangkan meliputi 4 bentuk dasar : (1) strategi pemasaran berbasis Kekuatan-

Konsep kualitas tak dapat dilepaskan dari manajemen mutu, sebab kualitas bukan barang tambang yang sudah jadi, melainkan sebuah proses dinamis yang baru dicapai setelah