i
PERBANDINGAN KECEPATAN KONVERGENSI TABEL
ROUTING PROTOKOL DYMO DAN AODV PADA MOBILE
AD HOC NETWORK DENGAN SIMULATOR NS2
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun oleh:
Dionisius Reinard Sugianto
085314018
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
ROUTING TABLE CONVERGENCE SPEED COMPARISON
DYMO AND AODV PROTOCOL ON MOBILE AD HOC
NETWORK WITH NS2 SIMULATOR
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
to Obtain The Sarjana Komputer Degree
in Informatics Engineering Department
Created By:
Dionisius Reinard Sugianto
085314018
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2013
iv
vi
vii
HALAMAN MOTTO
Semua hal dalam hidup adalah sementara.
Jika berlangsung baik, nikmatilah
karena tidak akan bertahan selamanya.
Jika berlangsung salah, jangan khawatir
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Tuhan YME yang selalu
menjadi kekuatanku saat menghadapi masalah, dan menyertaiku
dalam menyelesaikan skripsi.
Untuk Bapak, Ibu, Adik, dan Keluarga besar yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat selama studi dan
perkuliahan .
Buat kekasih saya , Anna Setiawan , atas dukungan dan kritik dalam
menyelesaikan skripsi.
ix
ABSTRAK
MANET (Mobile Ad Hoc Network)
adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat
mengkonfigurasi dirinya sendiri pada saat bekerja. Sifat protokol
MANET
ada
banyak, contohnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Protokol
DYMO
dan
AODV
merupakan contoh dari protokol
MANET
yang bersifat reaktif. Sifat reaktif
bekerja ketika ada permintaan, ketika ada permintaan, protokol yang bersifat
reaktif akan membentuk tabel routing, dimana hal ini membutuhkan waktu untuk
mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol
mungkin berbeda, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada
permintaan.
Untuk itu, dilakukanlah perbandingan antara protokol
DYMO
dan
AODV
dengan parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda. Kemudian dilakukan
analisa waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol tersebut.
Dari pengujian yang dilakukan menggunakan Network Simulator dengan
parameter jumlah lompatan yang berbeda-beda terlihat bahwa protokol AODV
memiliki waktu konvergensi yang lebih cepat dibandingkan protokol DYMO.
x
ABSTRACT
MANET (Mobile Ad Hoc Network) is a type of Ad hoc network that can
configure itself on the job. There are many types of MANET protocols, including
reactive and proactive. DYMO and AODV protocols are examples of a reactive
MANET protocol. The characteristic of a reactive MANET protocol is that when
there is demand, a reactive protocol will form the routing table where it will take
time to converge the routing table. The time taken by the two protocols may be
different, therefore the convergence becomes important when there is demand.
A comparison between DYMO and AODV protocols with a number of
different jump parameters is conducted. After that, the time taken by the two
protocols will be analyzed.
After the tests performed using the Network Simulator with a different
number of jump parameters, the results are AODV protocol has faster
convergence time than the DYMO protocol.
Keywords: MANET, DYMO, AODV, Convergence, Routing.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir
“
Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tabel Routing Protokol
DYMO dan AODV Pada Mobile Ad Hoc Network dengan Simulator NS2
”
ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan
sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Tuhan Yesus Kristus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis
dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini.
2.
Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom., selaku dosen
pembimbing tugas akhir penulis.
3.
Bapak Iwan Binanto M.Cs dan Bapak S. Yudianto Asmoro, S.T.,
M.Kom., selaku panitia penguji yang telah memberikan banyak
kritik dan saran dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
4.
Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan doa, materi, serta
semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh
kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi
xii
5.
Teman-teman seperjuangan TI angkatan 2008 yang telah
menemani selama menimba ilmu di Program Studi Teknik
Informatika Universitas Sanata Dharma. Terima kasih untuk
pertemanannya selama ini.
6.
Untuk pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
xiii
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ...
Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...
Error!
Bookmark not defined.
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar belakang ... 1
1.2.
Rumusan masalah ... 3
1.3.
Tujuan ... 3
1.4.
Batasan masalah ... 3
1.5.
Metodologi penelitian ... 4
1.6.
Sistematika penulisan ... 5
BAB II DASAR TEORI ... 6
2.1.
MANET (Mobile Ad Hoc Network) ... 6
2.2.
AODV (Ad-hoc On Demand Distance Vector) ... 6
2.3.
DYMO (Dynamic MANET On-demand) ... 10
2.4.
Konvergensi tabel routing ... 13
2.5.
Network simulator ... 13
2.6.
Pemrograman TCL (Tool Command Language) ... 16
2.6.1.
Pengertian TCL ... 16
2.6.2.
Fitur TCL ... 16
xiv
BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN ... 18
3.1.
Parameter simulasi ... 18
3.2.
Skenario simulasi ... 22
3.3.
Parameter kinerja ... 27
3.4.
Topologi jaringan ... 27
3.5.
Contoh data hasil simulasi ... 28
3.6.
Contoh cara pengolahan ... 28
3.7.
Keluaran yang diharapkan ... 29
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 31
4.1. Pengambilan data ... 33
4.1.1. Pengambilan data dua lompatan ... 33
4.1.2. Pengambilan data tiga lompatan ... 35
4.1.3. Pengambilan data empat lompatan ... 36
4.2. Analisis ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.1. Kesimpulan ... 41
5.2. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 45
xv
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.1. AODV dan DYMO ... 12
Gambar 2.2. trace format ... 14
Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO ... 21
Gambar 3.2. Flowchart cara kerja ... 23
Gambar 3.3. Flowchart program hopcount.awk ... 24
Gambar 3.4. Flowchart program konvergen.awk ... 25
Gambar 3.5. contoh posisi node awal ... 26
Gambar 3.6. contoh posisi node mengalami perubahan ... 26
Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing ... 27
Gambar 3.8. contoh hasil output ... 28
Gambar 3.9. contoh file awk ... 28
Gambar 3.10. contoh grafik pengaruh penambahan jumlah hop terhadap kecepatan
konvergensi routing ... 30
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Dua Lompatan ... 34
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Tiga Lompatan... 35
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Empat Lompatan .... 37
xvi
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.1. Parameter Simulasi ... 19
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol
AODV ... 29
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol
AODV ... 29
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan protokol
AODV ... 29
Tabel 3.3. contoh perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi routing untuk
semua percobaan antara protokol AODV dan DYMO ... 30
Tabel 4.1. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol AODV ... 33
Tabel 4.2. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol DYMO ... 34
Tabel 4.3. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol AODV ... 35
Tabel 4.4. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol DYMO ... 35
Tabel 4.5. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol AODV ... 36
Tabel 4.6. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol DYMO ... 36
Tabel 4.7. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi Protokol AODV dan
DYMO ... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya
sendiri pada saat bekerja [8]. Topologi jaringan manet tidak terstruktur di mana
tiap node bisa masuk dan keluar dari jaringan sekehendaknya. Tiap node bisa
berkomunikasi dengan node lainnya dalam jangkauan transmisi tertentu. Untuk
komunikasi diluar jangkauan, suatu node membutuhkan bantuan node lain yang
bertindak sebagai jembatan sehingga node dalam MANET bisa bertindak sebagai
terminal dan router.
Banyak protokol routing yang dikembangkan untuk MANET dalam
beberapa tahun ini. Protokol routing yang dikembangkan ada yang bersifat
proaktif dan ada juga yang bersifat reaktif. Contoh dari protokol yang bersifat
proaktif adalah OLSR (Optimized Link State protocol), HRP (Hierarchical State
Routing protocol), DSDV (Highly Dynamic Destination-Sequenced Distance
Vector routing protocol), dan lain-lain. Sedangkan contoh dari protokol yang
bersifat reaktif adalah AODV (Ad hoc On-demand Distance Vector), DSR
(Dynamic Source Routing), DYMO (Dynamic Manet On-demand routing
protocol), dan lain-lain.
Protokol DYMO merupakan turunan dari protokol AODV yang digunakan
2
menawarkan kecepatan untuk beradaptasi terhadap topologi jaringan nirkabel
yang berubah-ubah dan menentukan rute unicast antara node dalam jaringan.
Operasi dasar dari protokol DYMO adalah penemuan rute dan pemeliharaan rute
dalam jaringan nirkabel. Protokol DYMO dapat menangani berbagai pola
mobilitas dengan menentukan rute yang dibutuhkan secara dinamis dan dapat
menangani berbagai pola lalu lintas data. Dalam jaringan dengan jumlah router
yang besar, protokol DYMO paling cocok untuk skenario lalu lintas data yang
jarang di mana router hanya meneruskan paket yang berisi sebagian kecil
informasi dari router DYMO yang lainnya, hal ini dikarenakan sifat dari protokol
DYMO yang reaktif, penemuan rute dan pemeliharaan rute.
Sifat reaktif atau On-demand bekerja ketika ada permintaan, ketika ada
permintaan, protokol yang bersifat reaktif akan membentuk tabel routing, dimana
protokol-protokol yang bersifat reaktif ini membutuhkan waktu untuk
mengkonvergensi tabel routing. Waktu yang dibutuhkan oleh kedua protokol
mungkin berbeda karena cara kerja protokol AODV dan protokol DYMO tidaklah
sama, oleh karena itu konvergensi menjadi penting ketika ada permintaan,
protokol yang bersifat reaktif harus melakukan konvergensi tabel routing secara
cepat.
Dari latar belakang tersebut, akan dilakukan perbandingan kecepatan waktu
konvergensi antara protokol DYMO dan protokol AODV, seberapa cepat kedua
protokol melakukan konvergensi tabel routing dengan jumlah lompatan yang
bervariasi, contohnya, dua lompatan, tiga lompatan dan seterusnya.
1.2.
Rumusan masalah
Bagaimana unjuk kerja routing protokol AODV dan DYMO dilihat dari
waktu konvergensi dengan parameter jumlah hop yang bervariasi?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah menganalisa unjuk kerja waktu
konvergensi routing DYMO dan AODV dengan menggunakan software simulator
NS-2.
1.4.
Batasan masalah
Agar simulasi yang dibuat dapat mencapai tujuan pembuatan simulasi maka
dilakukan pembatasan masalah antara lain sebagai berikut :
Network Simulator yang digunakan adalah network simulator 2
(NS-2) seri 2.34.
Implementasi DYMO yang digunakan adalah DYMOUM v0.3 yang
sesuai dengan DYMO draft -04 dan -05.
Node yang digunakan untuk simulasi tidak lebih dari 25 node.
Metode routing yang digunakan adalah DYMO dan AODV.
Jenis transport agent yang digunakan adalah CBR (Constant Bit Rate).
Jumlah paket CBR yang dikirim hanya satu paket.
4
1.5.
Metodologi penelitian
Adapun metodologi penelitian dan langkah-langkah yang digunakan dalam
pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur mengenai :
a. Teori Network Simulator 2
b. Teori Protokol AODV dan Protokol DYMO
c. Tahap-tahap dalam membangun simulasi
2. Perencanaan dan pembangunan simulasi
3. Pengambilan data hasil simulasi
4. pengukuran data simulasi
5. Analisis data simulasi
1.6.
Sistematika penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Balakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, serta Sistematika
Penulisan laporan.
Bab II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang dasar teori yang digunakan penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Bab III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN
Bab ini berisi tentang perencanaan simulasi jaringan.
Bab IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang pelaksanaan simulasi dan hasil analisis data simulasi
jaringan.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapat dan saran-saran
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
MANET (Mobile Ad Hoc Network)
MANET adalah jenis jaringan ad hoc yang dapat mengkonfigurasi dirinya
sendiri pada saat bekerja. Karena MANET memiliki sifat mobile, MANET dapat
menggunakan koneksi nirkabel untuk terhubung ke berbagai jaringan. Ini bisa
menjadi koneksi Wi-Fi standar, atau media lain, seperti transmisi seluler atau
satelit. [8]
2.2.
AODV (Ad-hoc On Demand Distance Vector)
Ad-hoc On Demand Distance Vector merupakan jenis protokol reaktif yang
digunakan pada jaringan ad-hoc. AODV menggunakan dua jenis operasi yaitu
menemukan rute (Route Discovery) dan pemeliharaan rute (Route Maintenance).
Route Discovery adalah proses pembuatan rute ke tujuan ketika sebuah node
memerlukannya. Ketika sebuah node S ingin berkomunikasi dengan node T, node
S akan mengeluarkan pesan RREQ(Route Request) yang termasuk urutan angka
terakhir dari node T dan id pesan RREQ dari setiap node akan disimpan dan akan
bertambah seiring dengan bertambahnya node yang dilewati. Pesan RREQ ini
akan dikirimkan ke semua node yang ada pada jaringan tersebut kecuali yang
telah dilewati sebelumnya, id RREQ digunakan untuk mendeteksi sebuah node
telah dilewati atau belum dilewati. Setiap node yang meneruskan paket RREQ ini
akan membuat suatu rute terbalik yang digunakan untuk mengetahui rute balik
menuju ke node asal.
Ketika RREQ mencapai node tujuan T, sebuah pesan RREP akan
dikirimkan kembali, yang berisi banyaknya jumlah lompatan ke node T dan
urutan angka untuk rute tersebut. Sebuah node perantara hanya harus
mengirimkan kembali jika ada rute terbaru, yaitu angka urutan yang lebih besar
dari atau sama dengan angka urutan tujuan RREQ tersebut. Karena balasan akan
dikirim pada jalan terbalik, AODV tidak mendukung hubungan asimetris. Setiap
node yang menerima RREP ini akan menciptakan rute menuju ke node T dalam
tabel routing, dan menambahkan node yang ditransmisikan oleh RREP dalam
daftar sebelumnya. Daftar sebelumnya adalah daftar node yang mungkin
menggunakan node ini sebagai hop berikutnya ke tujuan.
Jika sebuah node perantara memiliki rute ke tujuan yang diminta dan
mengirimkan pesan RREP kembali, pesan RREQ harus dihapus. Selanjutnya,
node tersebut mungkin mengirim RREP sembarang ke node tujuan dan nomor
urutan untuk node yang membuat pesan RREQ. Pesan RREP sembarang ini akan
dikirimkan ke seluruh rute jaringan untuk meringankan setiap rute yang telah
ditemukan oleh node tujuan, yang dimana node tersebut mungkin belum
menerima pesan RREQ apapun dan tidak memiliki rute ke node pembuat RREQ
awal.
Route Maintenance adalah sebuah proses yang bergantung pada perubahan
topologi. Untuk menjaga rute, setiap node akan mencoba untuk mendeteksi
8
peristiwa yang membatasi sebuah komunikasi) secara terus menerus. Node
mendengarkan pesan RREQ dan RREP untuk melakukan ini. Selain itu, setiap
node melakukan perjanjian untuk mengirim pesan setiap detik n. Jika tidak ada
RREQ atau RREP yang dikirimkan selama periode itu maka pesan Hello akan
dikirim untuk menunjukan bahwa node tersebut masih hidup atau tidak. Cara lain
adalah mekanisme lapisan link-layer dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan
koneksi. Selain melakukan pengamatan sebuah kesalahan koneksi, sebuah node
juga harus merespon ketika menerima data paket yang tidak memiliki rute tujuan.
Ketika sebuah node mendeteksi adanya kesalahan koneksi, atau menerima data
paket yang tidak memiliki tujuan, node tersebut akan membuat paket Route Error
(RERR) untuk memberitahukan ke node yang lain bahwa ada kesalahan. Paket
RERR ini berisi daftar tujuan yang tidak terjangkau. Jika sebuah kesalahan
koneksi terjadi, node akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut
kedalam sebuah daftar. Jika node menerima paket yang tidak memiliki rute
ketujuan, maka node juga akan menambahkan node yang tidak terjangkau tersebut
kedalam daftar. Dalam kedua kasus, semua masukan dalam tabel routing yang
menggunakan rute melalui node didalam daftar tersebut akan ditambahkan
kedalam daftar. Daftar tersebut akan dihapus ketika daftar node pendahulu tidak
ada, yaitu tujuan yang tidak memiliki node tetangga yang menggunakan node
tersebut. Pesan RERR adalah baik unicast atau broadcast ke semua node tetangga
yang memiliki rute ke tujuan didaftar yang dihasilkan. Ketika sebuah node
menerima RERR, node tersebut akan membandingkan tujuan yang ditemukan di
RERR dengan tabel routing lokal dan setiap entri yang memiliki pemancar RERR
sebagai hop berikutnya, tetap didalam daftar node tidak terjangkau. Tujuannya
adalah untuk memberitahukan semua node menggunakan link ketika terjadi
kegagalan. Untuk menemukan rute baru, node asal dapat menjalankan route
discovery untuk tujuan yang tidak terjangkau, atau node tujuan putus secara loka
mungkin mencoba untuk memperbaiki rute tersebut, baik dalam kasus
mengirimkan sebuah pesan RREQ dengan nomor urutan bertambah satu.
Keuntungan utama dari protokol ini adalah bahwa rute yang didirikan pada
permintaan dan nomor urut tujuan digunakan untuk menemukan rute terbaru
untuk tujuan. Sambungan konfigurasi delay lebih rendah. Ini tidak menciptakan
lalu lintas tambahan untuk komunikasi sepanjang link yang ada. Selain itu, jarak
vector routing sederhana, dan tidak memerlukan banyak memori atau perhitungan.
Kekurangan dari Protokol AODV yaitu membutuhkan lebih banyak waktu untuk
membuat sambungan, dan komunikasi awal untuk mendirikan sebuah rute lebih
berat dari beberapa pendekatan lain. Juga, intermediate node dapat menyebabkan
rute konsisten jika nomor urutan sumber sangat tua dan node intermediate
memiliki tinggi tetapi tidak nomor urutan tujuan terbaru, sehingga memiliki entri
basi. Juga beberapa paket RouteReply dalam menanggapi paket RouteRequest
tunggal dapat menyebabkan pengeluaran pengendali berat. Kelemahan lain dari
AODV adalah bahwa beaconing periodik menyebabkan konsumsi bandwidth
10
2.3.
DYMO (Dynamic MANET On-demand)
Dynamic MANET On-demand (DYMO) routing protokol dimaksudkan
untuk digunakan oleh wireless mobile router, jaringan multihop. DYMO
menentukan rute unicast antara router DYMO dalam jaringan pada mode
permintaan, DYMO menawarkan konvergensi yang ditingkatkan pada topologi
jaringan yang dinamis.
DYMO termasuk jenis protokol Reactive, yang bersifat menemukan rute
pada saat ada permintaan dan membanjiri jaringan dengan paket permintaan.
Selama Route Discovery, sumber router DYMO memulai penyebaran Route
Request (RREQ) di seluruh jaringan untuk menemukan rute ke target router
DYMO. Selama proses penyebaran hop-by-hop ini, setiap router DYMO
mencatat rute menuju originator. Ketika target router DYMO menerima RREQ,
target router DYMO ini menanggapi dengan Route Reply (RREP) yang dikirim
hop-by-hop ke arah sumber. Setiap router DYMO yang menerima RREP
menciptakan sebuah rute ke target, dan kemudian RREP unicast hop-by-hop ke
arah sumber. Ketika sumber router DYMO menerima RREP, rute telah dibentuk
antara sumber router DYMO dan target DYMO router di kedua arah.
Route Maintenance terdiri dari dua operasi. Dalam rangka untuk
mempertahankan rute yang digunakan, router DYMO memperpanjang TTL rute
setelah berhasil forwarding paket. Dalam rangka untuk bereaksi terhadap
perubahan dalam topologi jaringan, router DYMO memantau rute di mana lalu
lintas mengalir. Ketika paket data yang diterima untuk forwarding dan rute untuk
tujuan yang tidak diketahui atau jalur rusak, maka paket dari sumber router
DYMO akan diberitahu. Sebuah Route Error (RERR) dikirim ke arah sumber
paket untuk menunjukkan rute ke tujuan tertentu yang tidak sah atau hilang.
Ketika sumber router DYMO menerima RERR, hal ini akan menghapus rute. Jika
sumber router DYMO ini kemudian menerima paket untuk forwarding untuk
tujuan yang sama, hal ini akan diperlukan untuk melakukan penemuan rute lagi
untuk tujuan itu.
DYMO menggunakan nomor urut untuk memastikan bebas dari loop.Nomor
urut ini memungkinkan router DYMO untuk menentukan urutan waktu rute
DYMO penemuan pesan, dengan demikian menghindari penggunaan informasi
routing yang tidak diperlukan.
Protokol DYMO menyajikan berbagai fitur baru dari AODV. Keuntungan
dari protokol DYMO adalah :
• Hemat energi ketika jaringan besar dan menunjukkan mobilitas tinggi.
• Tabel routing DYMO memakan memori relatif kurang dari AODV bahkan
dengan fitur penghitungan rute.
• Biaya overhead untuk protokol DYMO menurun dengan ukuran jaringan
meningkat dan mobilitas tinggi.
Protokol DYMO, bagaimanapun, tidak bekerja dengan baik pada mobilitas
rendah. Biaya Overhead atas pesan untuk skenario seperti itu agak tinggi dan tidak
dibutuhkan. Keterbatasan lain terletak pada penerapan protokol sebagaimana
tercantum dalam draft DYMO yang menyatakan bahwa protokol DYMO bekerja
dengan baik ketika lalu lintas data diarahkan dari satu bagian ke bagian jaringan
12
sangat rendah dan biaya overhead routing melebihi lalu lintas yang sebenarnya.
[9]
Perbedaan mendasar antara protokol DYMO dan AODV adalah pada
protokol AODV, jika suatu node ingin berkomunikasi dengan node lainnya yang
tidak terdaftar pada tabel routing, maka protokol AODV akan menyebarkan
broadcast kesemua router yang menggunakan protokol AODV, pada proses
penyebaran ini, yang dibawa hanya node sumber, dan setelah menemukan node
tujuan, hanya node tujuan yang diberitahukan kepada node sumber, sedangkan
untuk protokol DYMO, pada saat mengirimkan broadcast, urutan node yang
dibawa adalah urutan node dari node sumber ke tujuan, dan setelah menemukan
node tujuan, dilakukan yang sebaliknya. Sebagai contoh dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. AODV dan DYMO
2.4.
Konvergensi tabel routing
Konvergensi adalah bagian dari proses memperbarui tabel routing. Ketika
koneksi putus atau berubah, pembaruan akan dikirim diseluruh jaringan yang
mengalami perubahan dalam topologi jaringan. Kemudian setiap router
menjalankan algoritma routing untuk menghitung ulang rute dan membangun
tabel routing yang baru berdasarkan informasi. Setelah semua router dalam
jaringan telah memperbarui tabel routing mereka, konvergensi selesai. [4]
2.5.
Network simulator
Network Simulator adalah simulator kejadian diskrit yang ditargetkan
pada penelitian jaringan. Network simulator memberikan dukungan substansial
untuk simulasi TCP, routing, dan protokol multicast melalui jaringan kabel dan
nirkabel (lokal dan satelit). [12]
Hasil dari network simulator merupakan file berbentuk log data
berekstensi ".tr". File log ini dapat dihitung ataupun dianalisa menggunakan cara
14
Network Simulator memiliki dua bagian trace format yaitu :
Gambar 2.2. trace format
1.
Basic Trace String : bagian ini mirip dengan trace paket normal. Bagian ini
berlabel nomor dari satu sampai 12 ($1 sampai dengan $12)
2.
Additional Trace String : string khusus NS2. Sebagai contoh, string jejak
untuk IP Trace dan Format Jejak AODV-RREQ ditampilkan di atas.
Ketika NS2 tidak melacak informasi ini dua. Garis-garis ini tidak akan
muncul sebagai bagian dari jejak string, tapi jejak tali Dasar masih akan
muncul pada string.
hasil log data dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut :
s 0.013354748 _1_ RTR --- 0 cbr 532 [0 0 0 0] --- [1:0 5:0 30 8]
$1 : Aksi (s/r/d) = s
$2 : Waktu = 0.013354748
$3 : Node sumber = 1
$4 : Layer (AGT/RTR/LL/IFQ/MAC/PHY) = RTR (routing)
$6 : Id paket = 0
$7 : Tipe paket = cbr (Constant Bit Rate)
$8 : Ukuran paket = 532
[a b c d] = [0 0 0 0]
$9 : a = durasi header paket didalam layer mac
$10 : b = mac sumber
$11 : c = mac tujuan
$12 : d = tipe mac didalam paket
Flag [a:b c:d e f] = [1:0 5:0 30 8]
$13 : a = ip node sumber
$14 : b = nomor port ip sumber
$15 : c = ip node tujuan
$16 : d = nomor port ip tujuan
$17 : e = jumlah TTL ip header
16
2.6.
Pemrograman TCL (Tool Command Language)
2.6.1.
Pengertian TCL
Tcl adalah bahasa pemrograman sederhana yang bersifat open
source multiparadigm. Bahasa pemrograman ini telah berjalan pada hampir
semua OS yang modern, misalnya, Unix (Linux dan non-Linux), MacOS,
Windows (NT versi keluarga dan kemudian, dengan didukung oleh rilis
95/98 tua), sistem PDA, ponsel, dan banyak lagi. [5]
2.6.2.
Fitur TCL
Tcl menyediakan berbagai macam fitur, segala sesuatu yang
diperlukan untuk menulis program yang sangat besar dan komprehensif:
Penanganan string.
File sistem akses.
Ekspresi reguler.
dan lain-lain.
2.7.
Pemrograman AWK [2]
Awk adalah bahasa pemrograman operasi dasar yang berguna untuk
mencari satu set file pola, dan untuk melakukan tindakan tersebut awk membuat
seleksi data tertentu dan transformasi operasi yang mudah untuk diungkapkan.
Awk adalah bahasa pemrograman yang dirancang untuk membuat banyak
pencarian informasi umum dan teks tugas manipulasi mudah untuk negara dan
untuk melakukan. Operasi dasar awk adalah untuk memindai satu set baris input
dalam rangka, mencari baris yang cocok salah satu set pola yang pengguna telah
tentukan. Untuk masing-masing pola, suatu tindakan dapat ditentukan; inilah
tindakan yang akan dilakukan pada setiap baris yang cocok dengan pola yang
ditentukan.
Awk biasanya dipakai untuk analasis log yang panjang atau grab text lalu
di-modify. AWK adalah bahasa pemrograman ditafsirkan biasanya digunakan
sebagai ekstraksi data dan alat pelaporan. Ini adalah fitur standar yang paling
mirip Unix sistem operasi.
AWK diciptakan di Bell Labs pada tahun 1970, dan namanya berasal dari
nama keluarga penulisnya - Alfred Aho, Peter Weinberger, dan Brian Kernighan.
Nama ini tidak umum diucapkan sebagai string surat terpisah melainkan sebagai
akronim, terdengar sama dengan nama burung, Auk (yang bertindak sebagai
lambang dari bahasa seperti pada sampul buku AWK Programming Language -
yang buku ini sering disebut dengan singkatan TAPL). Ketika ditulis dalam huruf
kecil semua, seperti awk, mengacu pada program 9 Unix atau Rencana yang
18
BAB III
PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN
3.1.
Parameter simulasi
Metode yang digunakan pada tugas akhir ini adalah simulasi. Adapun
software simulasi yang digunakan adalah Network Simulator-2 (NS-2). Program
DYMO yang digunakan adalah code yang tersebar bebas yaitu DYMOUM,
sedangkan untuk AODV sudah tersedia didalam Network Simulator-2. Node
sumber dan node tujuan tersebar secara acak dalam jaringan, model ini dapat
membuat sebuah node memilih tujuannya dan akan berpindah ke arah mana
dengan kecepatan yang dapat ditentukan. Ketika sebuah node mencapai posisi
tujuannya, node tersebut akan berhenti sebanyak waktu yang ditentukan sebelum
mencari tujuan acak lainnya dan mengulangi proses tersebut. Komunikasi antar
node akan dibuat model acak, dan menggunakan jenis paket CBR (Constant Bit
Rate).
Adapun parameter yang digunakan sebagai berikut :
Parameter
Nilai
Tipe Kanal
Wireless Channel
Model Propagasi
Two Ray Ground
Tipe Network Interface
Wireless
Tipe MAC
IEEE 802.11
Maks. Paket dalam Antrian
50
Waktu simulasi
5 detik
Jenis paket
CBR (Constant Bit Rate)
Routing Protokol
DYMO / AODV
Model pergerakan node
Random Way Point
Kecepatan
2 m/s
Tabel 3.1. Parameter Simulasi
Area simulasi menunjukan banyaknya node diarea tersebut dimana sebuah
MANET akan berjalan. Dalam skenario ini area simulasi dibuat 1000m x 1000m.
Area simulasi dibuat seperti ini agar node dapat bebas bergerak dan dapat
menggunakan protokol routing secara benar tanpa harus bertumpuk disatu tempat.
Untuk area 1000m x 1000m node maksimalnya adalah 25. Hal ini diperoleh dari
perhitungan jarak komunikasi terjauh dari sebuat node jika didalam suatu area.
Jarak komunikasi terjauh adalah 250m.
Jarak radio wireless didapat dari percobaan sederhana. Node A berada pada
posisi X=0, Y=50 dan posisi node B X=40, Y=50, skenario sederhana adalah
seperti berikut, pada detik 10 node B mulai bergerak menjauhi node A sampai
dengan posisi X=400, kemudian kembali lagi ke posisi X=250, pada posisi ini,
20
kembali lagi ke posisi X=251, dan yang terjadi node A dan B tidak dapat
berkomunikasi lagi.
Kecepatan node bergerak dibuat 2 m/s dengan membayangkan seperti orang
yang lagi berjalan, bertujuan untuk mengukur performa protokol yang digunakan,
berjalan dengan baik atau tidak. Performa dari protokol routing sangat
berpengaruh pada kecepatan node berpindah tempat, semakin cepat node
berpindah maka koneksi yang dibuat juga akan semakin sulit.
Protokol routing yang digunakan adalah dua jenis tipe protokol jaringan
ad-hoc reaktif, yang terdaftar pada IETF, yaitu : AODV dan DYMO.
Routing antar node dapat dijalankan (khusus protokol DYMO, karena
protokol ini adalah protokol baru yang diimplementasikan kedalam NS-2),
dibuktikan dengan percobaan sederhana, 3 node dibuat membentuk seperti
segitiga, dan diberi jarak agar dapat melakukan proses routing, pada detik ke 5
node A mulai mengirimkan paket CBR ke node C, pada saat node C tidak berada
pada jangkauan radio node A, node A mulai mencari node yang dapat meneruskan
paket CBR ke node C, node A yang mengetahui node B berada dalam
jangkuannya mulai mengirimkan Hello Packet agar node A mengetahui informasi
node apa saja yang berada dalam jangkauan node B, setelah diketahui node C
berada dalam jangkauan node B, node A menggunakan node B sebagai router agar
paket CBR dengan tujuan node C dapat disampaikan. Contoh gambar :
1
2
3
± 400m
± 200m
± 200m
Gambar 3.1. contoh tampilan proses routing DYMO
Untuk pembangunan jaringan pertama-tama dibentuk 25 node dengan node
dengan posisi random dengan menggunakan setdest, setdest adalah tool yang telah
disediakan oleh NS-2 untuk membuat jaringan secara otomatis.
Format perintah setdest :
./setdest
–
n (jumlah node)
–
p (waktu pause)
–
s (kecepatan)
–
t (waktu
simulasi)
–
x (panjang area)
–
y (lebar area) > (File keluaran).
Contoh :
./setdest –n 25 –p 0 –M 20.0 –t 10.0 –x 1000 –y 1000 >
scen-25-1000-1000-1
Selanjutnya akan dibangun koneksi menggunakan cbrgen, cbrgen adalah
tool yang telah disediakan oleh NS-2 untuk membuat koneksi pada jaringan secara
otomatis.
22
ns cbrgen.tcl
–
type (tcp/cbr)
–
nn (jumlah node)
–
seed (bilangan acak
pertama)
–
mc (koneksi maksimal)
–
rate (banyak paket tiap detik) > (File
keluaran).
Contoh :
ns cbrgen.tcl –type cbr –nn 25 –seed 1 –mc 1 –rate 2.0 >
cbr-25-1-2
Setelah jaringan dibentuk selanjutnya dibuat koneksi antar node, dengan
menggunakan cbrgen, maka koneksi random akan dibentuk mengikuti jaringan
yang telah dibuat. Langkah selanjutnya adalah menjalankan script tcl di NS-2.
Dengan menjalankan script tersebut maka akan mengeluarkan output Trace file
dan NAM file.
3.2.
Skenario simulasi
Skenario simulasi digunakan untuk mengukur kinerja protokol AODV dan
protokol DYMO yang dibentuk secara random. Digunakan beberapa asumsi untuk
membuat skenario simulasi dengan parameter yang ditetapkan diatas :
1. luas skenario : 1000m x 1000m
2. waktu simulasi : 5 detik.
3. jumlah node : 25 node.
Dengan parameter diatas, skenario akan dibuat hingga mencapai jumlah
yang dibutuhkan dengan syarat memiliki dua lompatan, tiga lompatan dan empat
lompatan.
Start
Bentuk Node
Jika jumlah hop == 2 / 3 / 4 Bentuk Koneksi
Jalankan Simulasi
Hasil
Jalankan hopcount.awk
Jalankan konvergen.awk
Selesai Ya
Jika jumlah hop AODV == DYMO
Ya Tidak
A
A
24
Start
Jumlah forward = 0 Jumlah lompatan = 0
(Action == “f”) &&
(Protocol == “cbr”) &&
(Mac == “RTR”)
Jumlah forward ++
Jumlah lompatan = jumlah forward + 1
Selesai Ya
Tidak
Tampilkan jumlah lompatan Action = $1
Mac = $4 Protocol = $7 Buka file trace
End Of File
Ya
Tidak Scan baris
baris +1
Gambar 3.3. Flowchart program hopcount.awk
Start
Waktu = 0
Action = $1 Time = $2 Node = $3 Mac = $4 Protocol = $7
(Action == “s”) &&
(Node == “_1_”) &&
(Mac == “RTR”) &&
(Protocol == “cbr”)
Waktu = Time
Tampilkan Waktu
Selesai Ya
Tidak
Buka file trace
Scan baris
End Of File
Ya
baris +1
Tidak
26
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
2 12
Gambar 3.5. contoh posisi node awal
1
15 16 11
5
6 4
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
2
Gambar 3.6. contoh posisi node mengalami perubahan
1
15 16 11
5
6 4
1000m x 1000m dengan jumlah node 25
2
12
7
8 14 3
9
13
10 18
17
19 24
25
22 21
23
20
Gambar 3.7. contoh terjadi proses routing
3.3.
Parameter kinerja
Parameter yang akan dianalisa adalah :
1.
Kecepatan konvergensi routing
Kecepatan konvergensi routing sebelum sebuah paket dikirim atau
pembuatan tabel routing pertama kali.
3.4.
Topologi jaringan
Bentuk topologi dari jaringan ad-hoc untuk tugas akhir ini dibuat secara
random. Hasil dari setiap skenario yang akan dijalankan, baik posisi node,
28
3.5.
Contoh data hasil simulasi
M 0.00000 0 (228.08, 60.91, 0.00), (374.95, 124.83), 3.33 M 0.00000 1 (335.53, 81.55, 0.00), (13.97, 100.16), 11.34
s 0.000000000 _0_ RTR --- 0 DYMOUM 24 [0 0 0 0] --- [0:255 -1:255 1
Gambar 3.8. contoh hasil output
3.6.
Contoh cara pengolahan
Pengolahan akan dilakukan menggunakan script awk yang akan mengolah
file berekstensi “.tr”. Contoh file Awk :
BEGIN {
printf "cbr s:%d r:%d, r/s Ratio:%.4f, f:%d \n", sendline, recvline, (recvline/sendline), forwardline;
}
Gambar 3.9. contoh file awk
3.7.
Keluaran yang diharapkan
Keluaran yang diharapkan adalah hasil perhitungan rata-rata kecepatan
konvergensi routing antara protokol DYMO dan AODV
Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian dua
lompatan
1
2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
29
30
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan
protokol AODV
Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian tiga
lompatan
1
2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
29
30
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan
protokol AODV
Contoh tabel kecepatan konvergensi routing data skenario pengujian empat
lompatan
1
2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
29
30
Tabel 3.2. contoh kecepatan konvergensi routing 30 skenario dengan
30
Contoh tabel perbandingan rata-rata kecepatan routing semua percobaan
skenario.
AODV
DYMO
2 hop
3 hop
4 hop
Tabel 3.3. contoh perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi routing
untuk semua percobaan antara protokol AODV dan DYMO
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
2 hop
3 hop
4 hop
ke
cepatan
kon
ve
rg
e
n
si
(se
c)
DYMO
AODV
Gambar 3.10. contoh grafik pengaruh penambahan jumlah hop terhadap
kecepatan konvergensi routing
Dari tabel-tabel dan grafik diatas dapat ditarik kesimpulan antara protokol
DYMO dan AODV.
31
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Untuk melakukan perbandingan konvergensi routing tabel pada protokol
AODV dan DYMO, akan dilakukan seperti pada tahap skenario perencanaan
simulasi jaringan dengan parameter yang telah ditentukan. Jaringan yang
digunakan bersifat dinamis maka tidak diperlukan bentuk topologi secara khusus.
Topologi akan dibuat secara acak dari posisi awal node maupun pergerakan node
tersebut. Untuk mendapatkan data yang diperlukan yang akan di bandingkan, akan
digunakan program tcl script untuk trace file yang dihasilkan oleh NS-2. Hal
pertama yang dilakukan adalah membuat scenario acak menggunakan program
default dari NS-2 yaitu cbrgen.tcl dan setdest. File cbrgen.tcl digunakan untuk
membuat file yang menentukan tipe paket yang digunakan. Sedangkan file setdest
digunakan untuk membuat file yang menentukan pergerakan node, mengatur
kecepatan dan maksimum luas area yang digunakan secara acak. Contoh untuk
hasil file cbrgen.tcl dan setdest dapat dilihat pada lampiran no 6 dan no 7.
Penghitungan waktu konvergensi pertama kali menggunakan cara manual,
yaitu melihat langsung dari hasil output simulasi yang berbentuk log data.
s 0.000000000 _1_ AGT --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4 r 0.000000000 _1_ RTR --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4
Data diatas merupakan proses dimulainya pengiriman data, tetapi karena disini
belum terbentuk rute untuk sampai ke tujuan, maka paket dikembalikan ke node
32
M 0.00000 0 (258.23, 256.30, 0.00), (478.82, 43.43), 19.23 M 0.00000 1 (312.74, 11.87, 0.00), (45.27, 433.71), 3.04 .
. .
M 0.00000 24 (282.82, 84.11, 0.00), (118.27, 287.51), 19.48
Data diatas merupakan proses penempatan node berdasarkan file setdest yang
berguna untuk mengacak lokasi penempatan node awal.
s 0.000000000 _1_ RTR 0 AODV 48 [0 0 0 0] [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)
r 0.000988261 _8_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)
r 0.000988753 _6_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)
r 0.000988819 _3_ RTR --- 0 AODV 48 [0 ffffffff 1 800] --- [1:255 -1:255 30 0] [0x2 1 1 [5 0] [1 4]] (REQUEST)
. . .
r 0.013354748 _1_ RTR --- 0 AODV 44 [13a 1 8 800] --- [5:255 1:255 29 1] [0x4 2 [5 4] 10.000000] (REPLY)
Proses diatas merupakan proses penemuan jalur, atau proses pembentukan tabel
routing. Proses diatas dimulai dengan proses broadcasting ke node-node terdekat
dari node sumber, kemudian mulai membentuk tabel routing sesuai dengan
protokol yang digunakan.
s 0.013354748 _1_ RTR --- 0 cbr 532 [0 0 0 0] --- [1:0 5:0 30 8] [0] 0 2
Baris ini merupakan baris dimana proses penemuan jalur telah berakhir dan
dimulainya pengiriman paket. Pada baris ini juga menandakan bahwa proses
konvergensi routing tabel telah selesai.
Proses selanjutnya adalah mencari jumlah lompatan, dengan cara mencatat
jumlah forwarding paket cbr, yang dimana penulis sengaja hanya membuat
skenario yang hanya mengirimkan satu paket cbr. Disini penulis menggunakan
cara menjumlah total forwarding paket ditambahkan dengan satu. Mengapa
ditambahkan dengan satu, karena satu forwarding paket adalah dua lompatan.
Forwarding paket dapat dilihat pada baris file trace :
f 0.021353307 _8_ RTR --- 0 cbr 532 [13a 8 1 800] --- [1:0 5:0 29 5] [0] 1 2
Tanda "f" pada awal mula baris merupakan tanda bahwa paket tersebut di
teruskan ke node selanjutnya.
Contoh hasil trace secara lengkap dapat dilihat pada lampiran no 4 untuk protokol
AODV dan no 5 untuk protokol DYMO.
4.1. Pengambilan data
Pengambilan data akan dilakukan sesuai dengan skenario perencanaan
simulasi yang telah ditentukan dengan menggunakan script tcl. Setiap skenario
akan di gunakan untuk dua protokol yang berbeda, yaitu AODV dan DYMO.
Dimulai dari mencari 90 skenario acak yang didapat menggunakan fungsi acak
dari NS-2 yang akan digunakan oleh kedua protokol, 90 skenario ini dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu dua lompatan, tiga lompatan dan empat lompatan.
Data-data ini akan ditampilkan ke dalam sebuah tabel dan juga grafik.
4.1.1. Pengambilan data dua lompatan
Pengambilan data dua lompatan:
0.013
34
Tabel 4.2. Pengujian Untuk Dua lompatan Protokol DYMO
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Dua Lompatan
Gambar 4.1. adalah hasil dari data-data yang diambil dan dipilih agar lebih
memudahkan perbandingan antara dua protokol. Jika dilihat disini, protokol
AODV tetap lebih unggul dibandingkan protokol DYMO.
4.1.2. Pengambilan data tiga lompatan
Pengambilan data tiga lompatan:
0.024
Tabel 4.3. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol AODV
0.039
Tabel 4.4. Pengujian Untuk Tiga lompatan Protokol DYMO
36
Setelah data diambil kembali dan dipilih agar memudahkan perbandingan,
dari gambar 4.2. dapat dilihat protokol AODV tetap lebih unggul dari protokol
DYMO.
4.1.3. Pengambilan data empat lompatan
Pengambilan data empat lompatan :
0.040
Tabel 4.5. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol AODV
0.049
Tabel 4.6. Pengujian Untuk Empat lompatan Protokol DYMO
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Kecepatan Konvergensi Empat Lompatan
Gambar 4.3. adalah pengambilan data ulang setelah dipilih. Disini dapat
diketahui protokol AODV lebih unggul dibandingkan protokol DYMO. Dari 30
data yang diambil, protokol AODV unggul 30 kali dibandingkan protokol
38
Data perbandingan rata-rata :
2 hop
3 hop
4 hop
AODV
0.01832663
0.031190834
0.041866738
DYMO
0.027531397
0.041841326
0.052628031
Tabel 4.7. Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi Protokol AODV dan
DYMO
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Rata-Rata Kecepatan Konvergensi
Dari gambar 4.4. dapat dilihat perbandingan rata-rata kecepatan konvergensi
routing tabel antara protokol AODV dan DYMO. Disini protokol AODV lebih
unggul dari protokol DYMO berdasarkan dua lompatan, tiga lompatan dan empat
lompatan.
4.2. Analisis
Berdasarkan data-data yang telah diambil dan dibandingkan, penambahan
jumlah lompatan tidak berpengaruh pada protokol AODV dan protokol DYMO.
Pada gambar 4.1. yang merupakan contoh pengambilan data dua lompatan, disini
protokol AODV lebih unggul dibandingkan protokol DYMO. Protokol AODV
sudah seharusnya lebih unggul dibandingkan protokol DYMO pada jumlah
lompatan yang sedikit, karena protokol AODV tidak membutuhkan waktu yang
banyak untuk melakukan konvergensi tabel routing yang hanya mencatat
sequence number dari setiap node yang menjadi rute pengiriman paket data,
sedangkan protokol DYMO membutuhkan waktu yang lebih banyak, karena pada
protokol DYMO semua node mencatat setiap rute yang dibutuhkan untuk
mengirimkan paket data mulai dari node pertama atau node pengirim hingga node
terakhir atau node tujuan.
Pada gambar 4.2. terlihat protokol AODV masih lebih unggul
dibandingkan protokol DYMO untuk tiga lompatan. Dan pada gambar 4.3.
protokol AODV selalu unggul disetiap data yang diambil dibandingkan protokol
DYMO. Setelah semua data diambil, disini semua data akan dirata-ratakan, pada
gambar 4.4. dapat dilihat hasil rata-rata kecepatan konvergensi antara protokol
AODV dan DYMO, disini protokol AODV lebih unggul seluruhnya,
dibandingkan dengan protokol DYMO yang memiliki waktu konvergen yang
sangat besar. Protokol AODV selalu unggul pada pengujian dua lompatan, tiga
40
Berdasarkan dasar teori, DYMO memiliki keunggulan tersendiri
dibandingkan AODV, keunggulan DYMO akan terlihat jika menggunakan
topologi dengan jumlah jaringan yang besar dan mobilitas yang tinggi (koneksi
putus sambung), karena protokol DYMO memiliki informasi routing yang
lengkap dibandingkan dengan AODV dan lebih hemat energi. Keunggulan ini
tidak akan terlihat pada penelitian yang penulis lakukan, karena penulis tidak
meneliti tentang kemampuan kedua protokol pada saat koneksi putus sambung.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil simulasi dan pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan
beberapa hal :
1.
Protokol AODV memiliki waktu konvergensi tabel routing lebih cepat
dibandingkan protokol DYMO berdasarkan pengujian dua lompatan, tiga
lompatan dan empat lompatan.
5.2. Saran
1.
Untuk pengembangan lebih lanjut, dapat menggunakan implementasi DYMO
versi terbaru.
2.
Melakukan penelitian dengan skenario koneksi yang berubah-rubah (putus
42
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Agrawal, Sudhir, Sanjeev Jain, Sanjeev Sharma, Roopam Gupta. 2011.
Mobility based Performance Analysis of AODV and DYMO under Varying
Degree of Node Misbehavior
. International Journal of Computer
Applications (0975
–
8887) Volume 30
–
No.7.
[2]
Aho, Alfred V, Brian W. Kernighan, , Peter J. Weinberger. 1978.
Awk --
A Pattern Scanning and Processing Language (Second Edition)
. Bell
Laboratories Murray Hill, New Jersey 07974.
[3]
Chakeres, I. 26 July 2010. Dynamic MANET On-demand (DYMO)
Routing. http://tools.ietf.org/html/draft-ietf-manet-dymo-21. (10
November 2011)
[4]
Convergence of Routing Tables.
http://www.linktionary.com/c/converge_routing.html. ( 10 Oktober 2012)
[5]
Kupris, A. What is Tcl. http://wiki.tcl.tk/299. (9 November 2011)
[6]
Lee, Fenglien. 2011. Routing in Mobile Ad hoc Networks, Mobile Ad-Hoc
Networks: Protocol Design, Prof. Xin Wang (Ed.), ISBN:
978-953-307-402-3, InTech, Available from:
http://www.intechopen.com/books/mobile-adhoc-networks-protocol-design/routing-in-mobile-ad-hoc-networks
[7]
List of ad hoc routing protocols.
http://www.enotes.com/topic/List_of_ad_hoc_routing_protocols. (5
November 2011)
[8]
MANET. http://www.techterms.com/definition/manet. (15 November
2011)
[9]
Nerurkar, Nishad. Dynamic MANET On-demand (DYMO) Routing
Protocol. Rochester Institute of Technology. Computer Engineering
Department.
[10]
Patching DYMO-UM in NS-2.
http://khaledben.wordpress.com/2011/04/16/patching-dymo-um-in-ns-2/
(10 November 2011)
[11]
Ros, Francisco J. DYMOUM.
44
[12]
The Network Simulator
–
ns- 2. http://isi.edu/nsnam/ns/. (18 November
2011)
[13]
Thorup, Rolf Ehrenreich. 2007.
Implementing and Evaluating the DYMO
Routing Protocol
.
45
LAMPIRAN
1.
Listing program node.tcl
puts "masukan nomor penanda : " gets stdin b set opt(prop) Propagation/TwoRayGround ;#
radio-propagation model
# check for random seed #
if {$opt(seed) > 0} {
puts "Seeding Random number generator with $opt(seed)\n" ns-random $opt(seed)
}
#
# create simulator instance #
46
#
# control DYMOUM behaviour from this script #
Agent/DYMOUM set debug_ false Agent/DYMOUM set no_path_acc_ true Agent/DYMOUM set reissue_rreq_ true Agent/DYMOUM set s_bit_ true
Agent/DYMOUM set hello_ival_ 1
#
# open traces #
set tracefd [open $opt(adhocRouting)-$opt(nn)-$opt(n).tr w] #set namtrace [open dymo-9-$opt(n).nam w]
$ns_ trace-all $tracefd
#$ns_ namtrace-all-wireless $namtrace $opt(x) $opt(y) #
# create topography object #
set topo [new Topography] #
# define topology #
$topo load_flatgrid $opt(x) $opt(y) #
# create God #
set god_ [create-god $opt(nn)] #
# configure mobile nodes #
$ns_ node-config -adhocRouting $opt(adhocRouting) \ -llType $opt(ll) \
# source connection-pattern and node-movement scripts #
if { $opt(cp) == "" } {
#puts "*** NOTE: no connection pattern specified."
set opt(cp) "none" } else {
#puts "Loading connection pattern..." source $opt(cp)
#puts "Loading scenario file..." source $opt(sc)
#puts "Load complete..." }
#
# define initial node position in nam #
for {set i 0} {$i < $opt(nn)} {incr i} { $ns_ initial_node_pos $node_($i) 10 }
#
# tell all nodes when the simulation ends #
for {set i 0} {$i < $opt(nn) } {incr i} { $ns_ at $opt(stop).0 "$node_($i) reset"; }
$ns_ at $opt(stop).0002 "puts \"NS EXITING---\" ; $ns_ halt"
$ns_ at $opt(stop).0001 "stop"
proc stop {} {
2.
Listing program hopcount.awk
48
END {
jmlhop = jmlforwading+1;
printf("Jumlah Lompatan = %d\n",jmlhop); }
3.
Listing program konvergen.awk
BEGIN {
if (action == "s" && node == "_1_" && mac == "RTR" && protocol == "cbr") {
waktu = time }
} END {
print("waktu yg dibutuhkan =", waktu) }
4.
Contoh hasil trace file empat lompatan protokol AODV
s 0.000000000 _1_ AGT --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4
r 0.000000000 _1_ RTR --- 0 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4
M 0.00000 0 (891.17, 814.20, 0.00), (698.15, 176.53), 19.33 M 0.00000 1 (640.65, 10.09, 0.00), (67.06, 514.12), 11.75 M 0.00000 2 (441.86, 550.73, 0.00), (251.15, 837.33), 0.74 M 0.00000 3 (702.94, 358.13, 0.00), (581.50, 713.63), 7.91 M 0.00000 4 (315.95, 618.63, 0.00), (319.82, 775.48), 19.23 M 0.00000 5 (831.07, 927.42, 0.00), (897.06, 894.46), 17.19 M 0.00000 6 (71.95, 15.49, 0.00), (345.74, 991.83), 10.88 M 0.00000 7 (651.44, 125.28, 0.00), (940.52, 941.04), 8.25 M 0.00000 8 (564.03, 555.31, 0.00), (911.19, 66.54), 6.82 M 0.00000 9 (328.38, 785.40, 0.00), (128.51, 579.72), 14.63 M 0.00000 10 (119.98, 777.47, 0.00), (949.50, 493.90), 19.35 M 0.00000 11 (128.53, 308.40, 0.00), (354.15, 884.61), 8.71 M 0.00000 12 (428.68, 145.40, 0.00), (428.77, 333.56), 2.23 M 0.00000 13 (279.76, 53.93, 0.00), (615.64, 949.97), 19.11 M 0.00000 14 (969.06, 103.62, 0.00), (474.46, 80.61), 15.83 M 0.00000 15 (419.37, 38.11, 0.00), (272.20, 108.10), 18.03 M 0.00000 16 (542.27, 982.96, 0.00), (853.27, 161.73), 1.84 M 0.00000 17 (743.72, 461.03, 0.00), (688.16, 874.75), 15.27 M 0.00000 18 (149.46, 551.44, 0.00), (371.48, 539.75), 2.34 M 0.00000 19 (282.12, 86.31, 0.00), (141.56, 890.59), 19.19 M 0.00000 20 (800.84, 594.87, 0.00), (788.28, 13.02), 15.30 M 0.00000 21 (313.65, 477.00, 0.00), (866.40, 42.52), 19.02 M 0.00000 22 (353.96, 960.11, 0.00), (108.27, 890.51), 17.45
-50
s 0.020024003 _2_ RTR --- 0 AODV 44 [0 0 0 0] --- [2:255
52
5.
Contoh hasil trace file empat lompatan protokol DYMO
s 0.000000000 _1_ AGT --- 25 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4
r 0.000000000 _1_ RTR --- 25 cbr 512 [0 0 0 0] --- [1:0 2:0 32 0] [0] 0 4
M 0.00000 0 (891.17, 814.20, 0.00), (698.15, 176.53), 19.33 M 0.00000 1 (640.65, 10.09, 0.00), (67.06, 514.12), 11.75 M 0.00000 2 (441.86, 550.73, 0.00), (251.15, 837.33), 0.74 M 0.00000 3 (702.94, 358.13, 0.00), (581.50, 713.63), 7.91 M 0.00000 4 (315.95, 618.63, 0.00), (319.82, 775.48), 19.23 M 0.00000 5 (831.07, 927.42, 0.00), (897.06, 894.46), 17.19 M 0.00000 6 (71.95, 15.49, 0.00), (345.74, 991.83), 10.88 M 0.00000 7 (651.44, 125.28, 0.00), (940.52, 941.04), 8.25 M 0.00000 8 (564.03, 555.31, 0.00), (911.19, 66.54), 6.82 M 0.00000 9 (328.38, 785.40, 0.00), (128.51, 579.72), 14.63 M 0.00000 10 (119.98, 777.47, 0.00), (949.50, 493.90), 19.35 M 0.00000 11 (128.53, 308.40, 0.00), (354.15, 884.61), 8.71 M 0.00000 12 (428.68, 145.40, 0.00), (428.77, 333.56), 2.23 M 0.00000 13 (279.76, 53.93, 0.00), (615.64, 949.97), 19.11 M 0.00000 14 (969.06, 103.62, 0.00), (474.46, 80.61), 15.83 M 0.00000 15 (419.37, 38.11, 0.00), (272.20, 108.10), 18.03 M 0.00000 16 (542.27, 982.96, 0.00), (853.27, 161.73), 1.84 M 0.00000 17 (743.72, 461.03, 0.00), (688.16, 874.75), 15.27 M 0.00000 18 (149.46, 551.44, 0.00), (371.48, 539.75), 2.34 M 0.00000 19 (282.12, 86.31, 0.00), (141.56, 890.59), 19.19 M 0.00000 20 (800.84, 594.87, 0.00), (788.28, 13.02), 15.30 M 0.00000 21 (313.65, 477.00, 0.00), (866.40, 42.52), 19.02 M 0.00000 22 (353.96, 960.11, 0.00), (108.27, 890.51), 17.45 M 0.00000 23 (571.25, 925.63, 0.00), (679.13, 691.87), 12.92 M 0.00000 24 (461.94, 33.38, 0.00), (57.79, 148.53), 3.87
s 0.000000000 _0_ RTR --- 0 DYMOUM 24 [0 0 0 0] --- [0:255