BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
D i I n d o n e s i a , s a m p a i s a a t i n i p e n y a k i t k a n k e r s e r v i k s m e r u p a k a n s a l a h s a t u penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan pengertian kanker serviks ? 2. Apa penyebab kanker serviks ?
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 2010; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.
B. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Stage 0: Ca.Pre invasive
b. Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
c. Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
d. Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
e. Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
f. Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4) Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Markroskopis
1) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa 2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3) Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
D. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 2012).
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 2010; Debbie, 2008).
E. Tanda dan Gejala 1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2014), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
F. Penatalaksanaan 1. Radiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
a. Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II b. Operasi histerektomi vagina yang radikal 3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat) 2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal c. Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien 3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok 2) Wajah : tidak ada oedema
3) Mata : konjunctiva tidak anemis 4) Hidung : simetris, tidak ada sputum
5) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
6) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
b. Dada
1) Inspeksi : simetris
2) Perkusi : sonor seluruh lap paru
3) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri 4) Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak 2) Palpasi : ictus cordis teraba
3) Perkusi : pekak
4) Auskultasi : tidak ada bising d. Abdomen
1) Inspeksi : simetris, tidak ascites 2) Palapasi : tidak ada nyeri tekan 3) Perkusi : tympani
4) Auskultasi : bising usus normal e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau f. Ekstremitas
Tidak oedema 4. Analisa Data
No Data penunjang Etiologi Masalah kep
1. Ds : mengungkapkan secara verbal atau isyarat
Do :
- gerakan menghindari nyeri Perubahan nafsu makan dan makan
Perilaku ekspresif
Berfokus pada diri sendiri
- Agen-agen cidera
Gangguan rasa nyaman: nyeri
Do :
- perubahan TD
- Penurunan haluaran urine - Penurunan turgor kulit - Penurunan BB yg tiba-tiba
yang berulang cairan
3. Ds : - Do : -
Supresi sum-sum tulang Penurunan leukosit
Resiko infeksi
4. Ds : dispnea Napas pendek Do :
perubahan gerakan dada Penurunan tekanan inspirasi /ekspirasi
Napas cuping hidung
Penggunaan otot bantu nafas
Gangguan pengembanga n paru
Pertukaran O2
dan CO2
terganggu
Pola nafas tidak efektif
5. Ds : Do :
-Perdarahan berulang - anemia
Resiko cidera
6. Ds :
Pengungkapan rasa malu/ bersalah
Pengungkapan rasa negative diri
Do :
Menyangkal permasalahan Membesar-besarkan
Keputihan dan bakteri
Bau khas ca serviks
permasalahan
Merasionalisasi kegagalan diri
7. Ds :
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen Anoreksia
Mual
Nyeri saat defekasi Do :
Perubahan pada suara abdomen ( borborigmi) Perubahan pola defekasi Penurunan frekuensi Distensi abdomen Mengejan saat defekasi Muntah
Asupan cairan dan serat kurang
konstipasi
Gangguan eliminasi fekal
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma. - Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mampu
mengurangi rasa nyeri dengan
kriteria hasil: - Pasien merasa
nyaman. - Nyeri berkuran - Mampu mendemonstra sikan keterampilam relaksasi,
- Kaji tingkat nyeri.
- Berikan rasa nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas hiburan (musik). - Ajarkan teknik
manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi). - Kolaborasi pemberian analgetik. - Untuk
mengkaji data dasar.
- Mengalihkan fokus
perhatian. - Meningkatkan
relaksasi untuk mengurangi nyeri.
- Memungkinkan pasien
berpartisipasi aktif dalam kontrol nyeri. - Kontrol nyeri
maksimum.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia pasca tindakan - Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat tercukupi dengan kriteria
- Pantau intake dan output makanan tiap hari.
- Ukur BB tiap hari.
kemoterapi. hasil: - Pasien
mengungkapk an pentingnya nutrisi.
- Peningkatan BB progresif.
adekuat oleh nutrisi. 3. Ketakutan/ cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian - Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/ kecemasan berkurang sampai menghilang dengan kriteria hasil: - Pasien mendemonstra sikan koping efektif dalam pengobatan. - Pasien tampak
rileks dan melaporkan cemas berkurang.
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan. - Berikan lingkungan yang aman dan nyaman. - Komunikasi
terapeutik dan kontak sering dengan pasien.
- Bantu mengembang-kan koping menghadapi rasa takutnya.
- Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya. - Membantu
mengurangi kecemasan.
- Meningkatkan kepercayaan pasien.
- Meningkatkan kemampuan
4. Ganguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi - Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien mampu mengembangk an mekanisme koping.
- Pasien mampu memahami tentang perubahan struktur tubuh.
- Diskusikan dengan pasien bagaimana pengobatan
mempengaruhi kehidupan pasien. - Jelaskan bahwa
tidak samping terjadi pada pasien.
- Berikan dukungan emosi.
- Gunakan sentuhan selama interaksi dan pertahankan kontak mata.
- Membantu mengidentifikasi masalah untuk menemukan
pemecahannya. - Membantu pasien
untuk menyiapkan diri beradaptasi. - Membantu klien
untuk percaya diri. - Meningkatkan
kepercayaan diri pasien.
5. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi - Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil:
- Pasien
- Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker, observasi adanya kerusakan/
perlambatan penyembuhan luka.
- Mandikan dengan air hangat dan sabun
- Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi. - Mempertahankan
kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
berpartisipasi dalam
mencegah komplikasi. - Tidak terjadi
kerusakan kulit.
ringan.
- Dorong pasien untuk menghindari menggaruk kulit. - Ubah posisi tubuh
dengan sering.
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 2014, dalam Potter & Perry, 2007).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan pada klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh 3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2010), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of Nursing, Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC. Doengoes, Marilyn.E 2009.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis
Company.
Mochtar, Rustam. 2011.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC. Prawirohardjo, Sarwono.2014.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 2009:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.
Prayitno, A. (2015). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol.I No.1 , 41-46.