• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kanker Kulit.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kanker Kulit.doc"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROTOKOL

PROTOKOL PENATALAKSANAAN

PENATALAKSANAAN KANKER

KANKER KULIT

KULIT

Tim Perumus Protokol

Tim Perumus Protokol PenatalaksanaPenatalaksanaan Kanker Kulitan Kanker Kulit K

Keettuuaa : : DDjjookko o HHaannddoojjoo, , ddrr.., , SSppBB((KK))OOnnkk A

Annggggoottaa : : AAzzaammrriiss, , ddrr.., , SSppBB((KK))OOnnkk

Heru Purwanto, dr., SpB(K)Onk Heru Purwanto, dr., SpB(K)Onk K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)Onk K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)Onk Sonar Soni Panigoro, dr., SpB(K)Onk Sonar Soni Panigoro, dr., SpB(K)Onk Sjafwan Adenan, dr., SpB(K)Onk Sjafwan Adenan, dr., SpB(K)Onk Teguh Aryandono, dr., SpB(K)Onk Teguh Aryandono, dr., SpB(K)Onk Wayan Sudarsa, dr., SpB(K)Onk Wayan Sudarsa, dr., SpB(K)Onk Zafiral Azdi Albar, dr., SpB(K)Onk Zafiral Azdi Albar, dr., SpB(K)Onk

(2)

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT

Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok Non Melanoma. Kelompok Non Melanoma dibedakan atas Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa dan karsinoma adneksa kulit.

Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi pra-kanker antara lain Actinic Keratosis, Kerato Acantoma, Bowen’s Disease, Erythroplasia of  Queyrat, Xeroderma Pigmentosum

PENATALAKSANAAN MELANOMA MALIGNA

I. PENDAHULUAN

Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasaldari sel melanosit. Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa.

Di Amerika Serikat melanoma maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak.

Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan wanita.

Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara lain : Congenital nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm, terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari ter utama pada masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di daerah tropis, psoralen sunscreen, xeroderma pigmentosum.

Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

1. Lentigo melanoma maligna (LMM) 2. Superfisial spreading melanoma (SSM) 3. Nodular Malignant Melanoma (NMM) 4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM) 5. Melanoma yang tidak terklasifikasi

 K

 a

 n

  k

 e

 r

 K

 u

  l

  i

(3)

III. STADIUM KLINIS

AJCC EDISI 2002

Tumor Primer (T)

Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi atau melanoma yang mengalami regresi)

T0 Tidak ditemukan tumor primer Tis Melanoma in situ

T1 Melanoma tebalnya <1,0mm dengan atau tanpa ulserasi

T1a Melanoma tebalnya <1,0mm dan level II atau III tanpa ulserasi T1b Melanoma tebalnya <1,0mm dan level IV atau V atau ada ulserasi T2 Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan atau tanpa ulserasi

T2a Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm tanpa ulserasi T2b Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan ulserasi

T3 Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan atau tanpa ulserasi T3a Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm tanpa ulserasi

T3b Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan ulserasi

T4 Melanoma tebalnya >4,0mm dengan atau tanpa ulserasi T4a Melanoma tebalnya >4,0mm tanpa ulserasi

T4b Melanoma tebalnya >4,0mm dengan ulserasi Kelenjar Getah Bening Regional (N)

Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional N1 Metastasis ke 1 kelenjar getah bening

N1a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis N1b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis

N2 Metastasis ke dua atau tiga kelenjar getah bening regional atau metastasis intra limfatik regional tanpa metastasis kelenjar getah bening

N2a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis N2b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis

N2c Lesi satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis kelenjar getah bening

N3 Metastasis pada >4 kelenjar getah bening regional, atau metastasis kgb yang bersatu, atau metastasis in-transit atau lesi satelit dengan

metastasis kelenjar getah bening regional Metastasis Jauh (M)

Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa M0 Tidak ditemukan metastasis jauh M1 Metastasis jauh

M1a Metastasis ke kulit, jaringan subkutan atau kelenjar getah bening yang jauh

M1b Metastasis ke paru

M1c Metastasis ke tempat visceral lainnya atau metastasis jauh ke tempat manapun yang disertai peningkatan kadar LDH (lactic dehydrogenase) serum

(4)

STADIUM KLINIK STADIUM HISTOPATOLOGIK   Stadium 0 Stadium IA Stadium IB Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIC Stadium III Stadium IV Tis N0 M0 T1a N0 M0 T1b N0 M0 T2a N0 M0 T2b N0 M0 T3a N0 M0 T3b N0 M0 T4a N0 M0 T4b N0 M0 TiapT N1 M0 TiapT N2 M0 TiapT N3 M0 TiapT TiapN M1 Stadium 0 Stadium IA Stadium IB Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIC Stadium IIIA Stadium IIIB Stadium IIIC Stadium IV pTis N0 M0 pT1a N0 M0 pT1b N0 M0 pT2a N0 M0 pT2b N0 M0 pT3a N0 M0 pT3b N0 M0 pT4a N0 M0 pT4b N0 M0 pT1-4a N1a M0 pT1-4a N2a M0 pT1-4b N1a M0 pT1-4b N2a M0 pT1-4a N1b M0 pT1-4a N2b M0 pT1-4a/b N2c M0 pT1-4b N1b M0 pT1-4b N2b M0 Tiap pT N3 M0 Tiap pT TiapN M1 Klasifikasi Clark

Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu) Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis

Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan papilaris dan retikularis dermis.

Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan.

Klasifikasi Breslow 

Golongan I : kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm

Golongan II : kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm Golongan III : kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm

IV. PROSEDUR DIAGNOSIS

Anamnesis.

Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal, mudah berdarah dan disertai tukak.

Pemeriksaan fisik

● Tumor di kulit berwarna coklat muda sampai hitam, bentuk nodul, plaque, disertai luka.

Kadang-kadang tidak berwarna ( amelanotik melanoma ) Lesi bersifat A (Asymetri) : tidak teratur

(5)

C (Colour) : warna bervariasi D (Diameter) : umumnya > 6 mm

E (Elevation) : permukaan yang tidak teratur ● Pemeriksaan kelenjar getah bening regional.

● Pemeriksaan metastasis jauh ke paru dan hati. Pemeriksaan penunjang:

1. Radiologi:

• Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB para Aorta para Iliaca).

• Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-Scan, MRI. 2. Sitologi: FNA, inprint sitologi.

3. Patologi:

a) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat diferensiasi sel. b) pemeriksaan specimen operasi:

• tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat diferensiasi sel, luas dan dalamnya infilterasi, radikalitas operasi.

• Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif, infasi tumor ke kapsul atau ekstranodal, tinggi level metastasis. 4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh karena

dibutuhkan informasi mengenai kedalaman tumor. Biopsi tergantung pada anatomical sitenya.

1. a. bila diameter lebih dari 2 cm.

b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah wajah) dilakukan insisional biopsi

2. bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan safety margin 1 cm (diagnostik dan terapi). Specimen dikirimkan dengan mapping dan diberi tanda batas- batas sayatan.

Variasi gambaran klinis :

1. Lentigo melanoma maligna (LMM)

Lesi: coklat seperti kehitaman, beberapa cm, tepi irreguler, pada permukaan dijumpai bercak- bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi nodul biru kehitaman invasive agak hiperkeratonik.

1. Superfisial spreading melanoma (SSM)

Lokasi: wanita; tungkai bawah; laki- laki: badan dan leher.

Lesi: plak archiformis berukuran 0,5 – 3 cm tepi meninggi, irreguler, dapat mencapai 2 cm dalam 1 than  nodul biru kehitaman pada permukaan terdapat campuran bermacam- macam warna seperti coklat, abu- abu, biru, hitam, sering kemerahan.

3. Nodular Malignant Melanoma (NMM)

Lokasi: laki- laki: punggung, dapat pada setiap lokasi.

Lesi: Nodul bentuk setengah bola (dome shaped ) atau polipoid dan eksofitik, warna coklat kemerahan atau biru sampai kehitaman dapat mengalami ulserasi perdarahan, timbul lesi satelit.

(6)

Lokasi: letak kaki, tumit, telapak tangan, dasar kuku, ibu jari tangan. Lesi: macula, warna bervariasi, pada permukaan timbul papul, nodul, ulserasi, kadang- kadang lesi tidak mengandung pigmen.

V. PROSEDUR TERAPI:

A. Lesi Primer

Tindakan : Eksisi luas

No Keterangan ”Safety Margin”

1. Melanoma maligna in situ 0,5 cm 2. < 0,76 mm 1 cm 3. 0,76 – 1,5 mm 1,5 cm

4. > 1,5 mm 2 cm

5. Subungual Amputasi proksimal dari interphalangeal joint Bila telah infiltrasi sampai ke tulang, tindakan terpilih adalah amputasi

B. Metastasis regional

No Lokasi lesi primer Tindakan

1. Ekstremitas bawah Diseksi inguinal superfisial 2. Ekstremitas atas Diseksi aksila sampai level II

3. Leher Diseksi leher radikal

Bila kelenjar getah bening teraba secara klinis dan terbukti metastasis secara PA, dilakukan tindakan limfadenektomi atau diseksi radikal, sbb :

- Bila lesi primer 0,76 – 1,5 mm dianjurkan diseksi kelenjar getah bening

regional

- Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan diseksi kgb selektif 

dengan bantuan sentinel node mapping.

C. Kasus rekuren

Lesi primer : - operabel → re-eksisi

- inoperabel → radiasi

Metastasis regional : → radiasi

Adjuvant terapi : pada stadium III dapat diberikan berupa radioterapi, kemoterapi atau imunoterapi

Metastasis jauh : diberikan terapi paliatif 

D. In transit metastasis

Lokasi tersering di ekstremitas bawah. Terapi yang dianjurkan :

(7)

IN TRANSIT METASTASIS

Soliter Multipel

Eksisi luas - Isolated limb perfusion - Intra arterial therapy - Local ablation

- Local immunotherapy - Radiotherapy

E. Metastasis jauh

Terapi tergantung dari tempat metastasis.

Tempat metastasis Tindakan

Paru-paru Reseksi

Gastro intestinal Operasi paliatif   Tulang Radioterapi paliatif  

Otak Kortikosteroid

Bila tindakan di atas tidak memungkinkan, dapat diberi terapi berupa kemoterapi dan atau imunoterapi sebagai berikut :

a. – Decarbazine

- Decarbazine + Tamoxifen - Decarbazine + IFN-α2b

- Cisplatin / Vinblastine / Decarbazine b. – IL-2

- IFN-α2b

(8)

KARSINOMA SEL BASAL

I. PENDAHULUAN

Karsinoma sel basal atau basalioma adalah neoplasma maligna dari ”nonkeratinizing cell” yang terletak pada lapisan basal epidermis dan merupakan karsinoma kulit non melanoma terbanyak.

Patogenesis basalioma yang telah banyak diketahui adalah peran paparan sinar ultra violet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen supresor Disamping itu telah banyak pula dipelajari adanya peran faktor keturunan pada patogenesis basalioma seperti yang terjadi pada Nevoid basal cell carcinoma syndrome, Bazex syndrome, Rombo syndrome dan Unilateral basal cell nevus syndrome. Dipelajari pula peran ”immuno suppressor dalam patogenesis basalioma, tetapi mekanisme pastinya belum diketahui.

Lokasi tersering adalah daerah muka sekitar hidung, sifatnya sangat jarang bermetastasis tetapi mempunyai kemampuan infiltrasi yang tinggi.

Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain: Jenis kulit terang (tipe I & II) dan albino yang rentan terhadap paparan sinar matahari yang lama, Paparan sinar X untuk terapi acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal dominan), Intoksikasi arsen yang kronik, LE kronik , Ulkus kronik dan fistula.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

- Superficial basal cell barcinoma - Nodular`basal cell carcinoma

- Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell carcinoma - Pigmented basal cell carcinoma

- Cystic basal cell carcinoma

- Fibroepithelioma of Pinkus (FEP)

III. STADIUM KLINIS

TNM – AJCC 2002

T diperiksa dengan pemeriksaan fisik

N diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging M diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging

(9)

Staging :

Stadium TNM T Tumor Primer

0 Tis. N0. M0. Tx = Tidak dapat dievaluasi

T0 = Tidak ditemukan

I T1. N0. M0. Tis = Kanker in situ

T1 = Tumor ukuran terbesar ≤ 2cm

II T2. N0. M0. T2 = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm

T3. N0. M0. T3 = Tumor > 5 cm

T4 = Tumor menginvasi struktur

ekstradermal dalam, misalnya kartilago, otot skelet atau tulang III T4. N0. M0. N Nodus Regional

tiapT.N1.M0. Nx = Tidak dapat diperiksa

N0 = Tidak ada metastasis nodus regional

N1 = Ada nodus regional

IV tiapT. tiapN. M1 M Metastasis jauh

Mx = Tidak dapat diperiksa

M0 = Tidak ada metastasis jauh

M1 = Ada metastasis jauh

IV. PROSEDUR DIAGNOSIS

A. Pemeriksaan Klinis 1. Anamnesis

Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh.

2. Pemeriksaan Fisik

Gambaran klasik dikenal sebagai ”ulkus rodent” yaitu ulkus dengan tepi tidak rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu : 1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering)

Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan. Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan → ulserasi (ulkus rodens).

2. Jenis berpigmen

Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coklat / hitam bintik-bintik atau homogen.

3. Jenis “morphea like” atau fibrosing (agak jarang)

Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang tepi meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang mencekung (gambaran klinik, seperti sikatrik), kadang tertutup krusta yang melekat erat (jarang ulserasi).

4. Jenis superficial

Lokasi : badan, leher, kepala.

Lesi : bercak kemerahan dengan skuama halus, tepi meninggi seperti kawat. Dapat meluas secara lambat, ulserasi (-). Biasanya multiple.

(10)

5. Jenis fibroepitelial Lokasi : punggung.

Lesi : soliter, nodul keras, sering bertangkai pendek. Permukaan halus, sedikit kemerahan (mirip fibroma).

6. Sindroma karsinoma sel basal nevoid (sindroma Gorlin Galzt). Autosomal dominan, sindroma terdiri dari :

a. Kelainan kulit :

- Ca sel basal multiple jenis nevoid

- Cekungan (pits) pada telapak tangan dan kaki. - Milia, lipoma, fibroma.

b. Kelainan tulang : - Kista pada rahang

- Kelainan tulang iga dan tulang belakang (scoliosis, spinabifida)

c. Kelainan system saraf :

- Perubahan neurologik (EEG abnormal, cerebeller meduloblastoma)

- Retardasi mental

d. Kelainan mata : katarak, buta kongenital. e. Lain-lain :

- Kalsifikasi falks serebri

- Fibroma ovari dengan kalsifikasi - Kista limfatik di mesenterium

7. a. Jenis “linier and generalized follikuler basal cell nevi” (jarang). Sejak lahir.

Lesi : jenis linier, berupa nodul + komedo dan kista epidermal tersusun seperti garis dan unilateral. Lesi tetap dengan bertambah usia.

b. Jenis “Generalized follikuler” : ada kerontokan rambut terhadap akibat kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan tumor

B. Pemeriksaan penunjang

1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-scan

2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis

V. PROSEDUR TERAPI

Dalam penatalaksanaaan basalioma, kita harus mencapai - Eksisi lesi primer yang radikal

- Rekonstruksi dengan memperhatikan fungsi dan kosmetik terutama yang di daerah wajah.

Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 - 1 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant radioterapi.

Untuk lesi di daerah canthus, nasolabial fold, peri orbital dan peri auricular, dianjurkan untuk melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan telinga dapat diberikan radioterapi.

(11)

Rekonstruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan :

- Penutupan primer

- Penutupan dengan tandur kulit secara STSG / FTSG (Split / Full tchickness

skin graft)

- Pembuatan flap

Untuk lesi rekuren dianjurkan tindakan eksisi luas. Atau bila memungkinkan dilakukan MMS.

LESI PRIMER BCC

Tubuh & Ekstremitas Cantus, nasolabial fold Ear & eyelids Peri orbital, peri auricular

Eksisi luas Mohs micrographic surgery Safety margin 0,5-1 cm

Bila tidak radikal Bila tidak radikal Radioterapi

Eksisi luas LESI REKUREN BCC

MMS

PENATALAKSANAAN KARSINOMA SEL SKUAMOSA

(12)

Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma maligna dari keratinizing cell dengan karakteristik anaplasia, tumbuh cepat, invasi lokal dan berpotensi metastasis Patogenesis karsinoma sel skuamosa sama seperti karsinoma sel basal yaitu : adanya peran paparan sinar ultraviolet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi gen supresor, disamping itu terdapat pula peran imunosupresi dan infeksi virus.Karsinoma sel skuamosa dapat pula terjadi pada parut/scar luka bakar, yang disebut sebagai Marjolin ulcer.

Yang berisiko tinggi untuk mendapat kanker kulit adalah penderita kelainan pre kanker (xeroderma pigmentosum, keratosis senilis, compund nevus, multiple dysplatic nevi), bangsa kulit putih, terbakar sinar matahari, terpapar sinar pengion, arsen, jelaga, keloid luka bakar, penderita dengan fistula, immuno supresi, dsb.

Insidens tertinggi pada usia 50 – 70 tahun, paling sering pada kulit berwarna di daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi dapat timbul dari kulit normal atau dari lesi prakanker, pada orang kulit kulit putih hal ini diduga akibat rangsangan sinar ultraviolet, karsinogen kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon polisiklik). Sedangkan pada kulit berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik, jaringan parut dan dapat pula terjadi dari fistel yang tidak sembuh-sembuh

Predileksi : kulit yang terpapar sinar matahari, membrana mukosa, lokasi terbanyak (orang kulit putih : wajah, ekstremitas atas, kulit berwarna : ekstremitas bawah badan, dapat pada bibir bawah, dorsum manus).

II. KASIFIKASI HISTOPATOLOGI

Disamping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, yaitu Gx Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa

G1 Diferensiasi baik G2 Diferensiasi sedang G3 Diferensiasi buruk

G4 Tidak berdiferensiasi (undifferentiated)

III. STADIUM KLINIS

Klasifikasi TNM

T – Tumor Primer

Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa T0 Tidak ditemukan tumor primer Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor dengan ukuran terbesar <2 cm

T2 Tumor dengan ukuran terbesar >2 s/d <5 cm T3 Tumor dengan ukuran terbesar >5 cm

(13)

skelet atau tulang

N – Kelenjar getah bening regional

Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar getah bening N1 Terdapat metastasis kelenjar getah bening regional M – Metastasis jauh

Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh Stadium Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium I T1 N0 M0 Stadium II T2,T3 N0 M0 Stadium III T4 N0 M0 Tiap T N1 M0 Stadium IV Tiap T Tiap N M1

IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK 

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesis

Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah berdarah, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran bunga kol. 2. Pemeriksaan Fisik

Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh progresif, mudah berdarah danm pada bagian akral terdapat ulkus dengan bau yang khas.

Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya metastasis regional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll.

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi: X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas indikasi

2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi: - Lesi <2 cm dilakukan biopsi eksisional,

- lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional

(14)

Terapi untuk SCC hampir sama dengan basalioma. Jenis tindakan tergantung dari ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi histopatologi dan riwayat terapi.

Prinsip terapi yaitu eksisi radikal untuk lesi primer dan rekonstruksi penutupan defek dengan baik. Penutupan defek dapat dengan cara penutupan primer, tandur kulit atau pembuatan flap. Untuk lesi operabel dianjurkan untuk eksisi luas dengan safety margin 1 – 2 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberikan radioterapi adjuvant.

Untuk lesi di daerah cantus, nasolabial fold, peri orbital dan peri aurikular, dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS), bila tidak memungkinkan maka dilakukan eksisi luas.

Untuk lesi di kepala dan leher yang menginfiltrasi tulang atau kartilago dan belum bermetastasis jauh, dapat diberikan radioterapi.

Untuk lesi di penis, vulva dan anus, tindakan utama adalah eksisi luas, radioterapi tidak memberikan respon yang baik.

Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif dilanjutkan dengan eksisi luas atau MMS.

Untuk kasus rekurens sebaiknya dilakukan MMS atau eksisi luas

Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb, yaitu diseksi inguinal superfisial, diseksi aksila sampai level II atau diseksi leher modifikasi radikal.

LESI PRIMER SCC

Operabel Inoperabel

Tubuh & Cantus, nasolabial fold, Ekstremitas peri orbital, peri aurikular

Eksisi luas MMS Radioterapi

Safety margin 1-2 cm

ADENOKARSINOMA

(15)

PENDAHULUAN

-Tumor: di kulit atau subkutan yang melekat dengan kulit, konsistensi padat. -Nodus: mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional.

-Metastasis: mungkin terdapat tanda-tanda metastasis jauh.

KANKER MERKEL

Berasal dari sel neuroendokrin kulit.

DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS

-Tumor: di kulit tumbuh menonjol di atas kulit, dengan kulit diatasnya berwarna kecoklatan seperti keloid, konsistensi padat keras.

-Nodus: jarang terdapat pembesaran kelenjar limfe regional. -Metastasis: mungkin ada tanda-tanda metastasis jauh.

(16)

1. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 157-170

2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 123-130

3. Leffel D J, Carucci J A, Management of Skin Cancer, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6thed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 1976-2002

4. Lotze M T, Dallal R M, Kirkwood J M, Flickinger J C, Cutaneous Melanoma, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 2012-2069

5. Solan M J, Brady L W, Skin Cancer, in Rubin P, Williams J P, Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8thed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 252-266

6. Lang Jr. P J, Maize JC, Basal Cell Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 35-73

7. Dzubow L, Grossman D, Squamous Cell Carcinoma and Verrucous Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 74-84

8. Friedman R J, Hellman E R, Gottlieb G J, Waldo E D, Rigel D S, Malignant Melanoma: Clinicopathologic Correlation, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 148-176

9. Harris M N, Roses D F, Malignant Melanoma: Treatment, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 177-197

(17)

10. Sondak V K, Margolin K A, Melanoma and Other Cutaneous Malignancies, in Norton J A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W (ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 1733-1752

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan maligna disertai dengan pembelahan sel abnormat, invasi jaringan sekitar, dan metastasis ke sisi yang jauh adalah :.... Plasenta nempel pada

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi TIMP-2 pada percontoh karsinoma sel skuamosa laring yang bermetastasis leher dan tanpa

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi TIMP-2 pada percontoh karsinoma sel skuamosa laring yang bermetastasis leher dan tanpa

Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna tingkat ekspresi positif p53 dengan metastasis tumor pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher serta

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna tingkat ekspresi positif p53 dengan metastasis tumor pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher serta

MRI merupakan modalitas radiologi yang banyak dipilih terutama dalam kasus karsinoma sel skuamosa. Gambaran abnormal dari MRI memiliki korelasi dengan gambaran patologi. Invasi tumor

Proses penyebaran sel kanker memiliki langkah-langkah sekuensial yang disebut kaskade invasi-metastasis. Langkah ini terdiri atas invasi lokal, intravasasi dalam pembuluh