• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Tumor Lidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Tumor Lidah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS TUMOR LIDAH

Oleh:

Novita Elmy Mufida H1A 012 041

Pembimbing: dr. IGB Budiharta, Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM /RSUP NTB 2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Lidah merupakan organ muskularis yang sangat mobile yang mengisi sebagian besar rongga mulut. Lidah memiliki banyak peran termasuk mengunyah, menelan, berbicara, mengecap rasa, dan membersihkan rongga mulut. Peran utama dari lidah adalah mendorong bolus makanan ke belakang dan ke faring untuk memulai proses menelan dan membentuk kata-kata untuk mengaktifkan komunikasi. 1,2

Karsinoma lidah merupakan keganasan jenis karsinoma yang mengenai lidah dan hampir 95% berupa karsinoma sel skuamosa. Karsinoma lidah terletak sebagian besar pada dua pertiga anterior lidah, umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah yaitu sekitar 40-75%. Keganasan ini menempati insiden 1% dari seluruh karsinoma tubuh dan merupakan keganasan rongga mulut yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 25-45%. 3

Tumor pada lidah mempunyai presentase kedua paling banyak dari seluruh keganasan rongga mulut atau sekitar 30% kasus. Tumor pada lidah memiliki prognosis yang jelek terutama apabila telah terjadi metastase kedaerah lain (leher dan servikal). Oleh karena itu, diagnosa dini sangat diperlukan. Tumor lidah tahap awal umumnya ditangani melalui pembedahan sementara untuk yang tahap lanjut diterapi dengan terapi kombinasi. Keberhasilan terapi tumor lidah memungkinkan manajemen yang efektif terhadap metastase pada kelenjar getah bening begitu pula pada tumor primernya.4

Diagnosis karsinoma lidah ditegakkan berdasarkan anamnesis yang terarah dan pemeriksaan fisik yang cermat terutama dengan pemeriksaan bimanual. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT Scan atau MRI. Diagnosis pasti adalah berdasarkan pemeriksaan histopatologi. 5

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI LIDAH

Lidah terdiri atas 2/3 bagian anterior dan 1/3 bagian posterior yang berbeda dalam perkembangan, struktur, fungsi, topografi, innervasi dan permukaannya. Pars anterior atau 2/3 bagian anterior lingua tampak menonjol dari dasar kavum oris, disebut pars oralis atau corpus linguae.Pars posterior atau 1/3 bagian posterior turut membentuk dinding anterior pharynx, oleh karena itu dinamakan pars pharyngealis atau radix linguae. Batas antara kedua bagian tersebut adalah sulcus terminalis, yaitu sebuah garis berbentuk huruf V yang membuka ke arah anterior, pada ujung posterior garis ini tepat pada linea mediana terdapat foramen cecum linguae. 1,2

Gambar 1: Anatomi Lidah

Otot lidah terdiri atas 3 pasang otot ektrinsik dan 3 pasang otot intrinsik. Otot intrinsik meliputi m.longitudinalis superior, m.longitudinalis inferior, m.transversus linguae, dan m.verticalis linguae, sedangkan otot-otot ekstrinsik meliputi m.genioglossus, m.hyoglossus dan m.styloglossus.1,2

Pada corpus linguae terdapat 4 macam papillae, yaitu papillae filiformis, fungiformis, vallata dan foliata. Taste buds (indera pengecapan) terutama terdapat pada papilla fungiformis. Pada radix linguae tidak terdapat papilla, melainkan terdapat beberapa tuberkel yang tidak lain adalah nodus lymphaticus yang dibungkus oleh capsula, dan membentuk tonsilla lingualis. Dengan demikian maka permukaan dorsum linguae tampak kasar sedangkan permukaan inferior dari linguae adalah halus. 2

(4)

Persarafan pada lidah dibagi atas 2 bagian yaitu motorik dan sensorik. Untuk persarafan motoris yaitu untuk semua otot-otot lidah baik yang instrinsik maupun ekstrinsik dipersarafi oleh nervus hipoglossus (nervus cranialis XII) kecuali m.palatoglossus yang disarafi oleh nervus aksesorius (nervus cranialis XI).2

Sensorik lidah berfungsi untuk pengecapan yang diinervasi oleh n. lingualis cabang n. mandibularis yang merupakan cabang ke tiga dari N. trigeminus sedangkan sekretomotorik diinervasi oleh korda timpani cabang dari N. fasialis. Bagian posterior lidah baik sensorik maupun sekretomotorik diinervasi oleh N. Glosofaringeus.2

(5)

Untuk persarafan sensoris dua pertiga bagian anterior lidah disarafi oleh n. lingualis (cabang n. mandibularis) untuk sensasi umum, dan chorda tympani (cabang n. facialis yang menuju ke lidah) untuk gustasi (pengecap). Sepertiga bagian posterior lidah dan papillae valatae disarafi oleh ramus Lingualis nervus glossopharyngeus (nervus cranialis IX) untuk sensasi umum dan gustasi cabang-cabang kecil nervus Laryngeus internus, cabang nervus Vagus (n.Cranial X) mempersarafi daerah kecil pada lingua, tepat anterior terhadap epiglotis.1,2

Gambar 3 : Inervasi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah

Arteri utama yang memperdarahi lidah adalah arteri lingualis, cabang arteri carotis externa. Vena yang terdapat pada lidah antara lain vena dorsalis lingua yang mengikuti a.lingualis, vena profunda linguae, dan vena sublingualis.2

Semua vena ini berakhir langsung atau tidak langsung kedalam vena jugularis interna.2

(6)

Aliran limfe pada lidah penting

peranannya oleh karena berhubungan

dengan penyebaran dini

karsinoma lidah. Penyaluran limfe melalui lingua

terjadi melalui 4 jalur

: 1,2

1. Limfe dari bagian 1/3

posterior lingua disalurkan ke nodus limfatikus cervikalis profunda superior di kedua sisi.

2. Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke nodus limfatikus cervicalis profunda inferior.

3. Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke nodus limfatikus submandibularis

4. Limfe dari ujung lingua disalurkan ke nodus limfatikus submentalis

BAB III

Gambar 5:Aliran limfe regional B. ETIOLOGI

Sebagian besar penyebab tumor lidah belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan bahwa tumor lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa gangguan tertentu atau penyakit-penyakit tertentu. Beberapa faktor lain juga diduga merupakan

(7)

penyebab terjadinya tumor lidah diantaranya adalah higiene mulut yang jelek, trauma kronik dan gangguan alkohol serta tembakau. 3,5.

C. EPIDEMIOLOGI

Tumor pada lidah adalah kasus kedua tersering dari jenis keganasan rongga mulut dengan presentase 30% dari seluruh jumlah kasus. Tumor lidah jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3:1. Secara geografis, tumor ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan kejadian tertinggi pada populasi India.3,5

Insiden karsinoma lidah di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti tetapi bila dibandingkan dengan hasil penelitian di luar negeri dapat dikatakan bahwa insidennya masih jarang. Insiden pada penderita laki-laki di Perancis adalah 8 per 100.000 orang sedangkan di India adalah 6 per 100.000 orang. Pada tahun 2009 di Amerika ditemukan 10.520 kasus baru karsinoma lidah dan diperkirakan terjadi 1900 kematian. Karsinoma lidah lebih sering terjadi pada laki-laki dengan perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1 serta lebih sering ditemukan pada usia lanjut dari pada usia muda.3,5

Kanker ganas dari lidah berkisar antara 20 sampai dengan 50 % dari semua kanker ganas rongga mulut. Insiden kanker ganas tertinggi terdapat pada pars corpus linguae (2/3 anterior) jika dibandingkan dengan pars radix linguae (1/3 posterior).3,5 D. PATOGENESIS

Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan penghapusan kode kromosom serta inaktivasi dari gen supresor tumor. Penghapusan atau penggandaan bagian-bagian kromosom memungkinkan untuk ditempati oleh onkogen atau gen supresor tumor. Sedangkan penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik.6

P53 merupakan gen supresor tumor yang berperan penting dalam penghentian aktivitas pembelahan sel pada sel yang mengalami kerusakan DNA dan memicu apoptosis sel. Mutasi dan inaktivasi dari P53 dapat berakibat pada akumulasi kerusakan DNA dan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Telah dibuktikan bahwa

(8)

mutasi P53 meningkatkan progresivitas lesi pre-malignan menjadi karsinoma yang invasif. 6

(9)

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal adanya bercak putih dan lidah mengalami luka tanpa penyebab yang jelas. Bercak-bercak ini akan terlihat seperti sariawan tapi bercak ini harus waspadai karena mungkin saja bercak ini bukanlah sariawan biasa. Bahkan bercak-bercak ini semakin lama akan semakin membesar dan menyebar.3,5

Gejala klinis penderita tergantung pada lokasi tumor atau karsinoma tersebut. Bila terletak pada dua pertiga anterior lidah, keluhan penderita adalah benjolan di lidah. Pada umumnya benjolan tidak nyeri kecuali bila ada infeksi sekunder. Bila karsinoma terletak pada sepertiga posterior lidah, biasanya tidak selalu diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dirasakan biasanya dihubungkan dengan rasa sakit di tenggorok.3,5

Selain itu, jika pasien mengkonsumsi makanan dan mengenai bercak ini akan menyebabkan pendarahan. Gejala-gejala lain yang bisa dialami adalah rasa nyeri pada bagian tenggorokan. Sehingga akan mengalami kesulitan saat ingin menelan makanan. Bahkan akan mengalami perubahan pada suara dan lidah yang susah untuk bergerak yang menyebabkan susah ketika membuka mulut. Gejala lainnya juga bisa menyebabkan lidah mati rasa.3,5

Jika diperhatikan dari gejala-gejalanya, kanker lidah ini termasuk kanker yang berbahaya, karena bisa menyebabkan susah makan dan berbicara. Dan pada akhirnya akan kekurangan gizi serta tenaga akibat kurangnya asupan nutrisi.3,5

F. PENEGAKAN DIAGNOSIS Anamnesis

Diagnosis berdasarkan pada gejala dan tanda yang menonjol, yaitu adanya perdarahan, sumbatan, dan benjolan yang nyeri. Langkah pertama ketika mengevaluasi pasien dengan kanker lidah adalah riwayat menyeluruh dan komprehensif pemeriksaan kepala dan leher. Pasien harus akan ditanya tentang gejala disfagia, odynophagia, dysarthria, globus sensasi, kesulitan bernapas, hemoptisis, otalgia (mungkin disebut), penurunan berat badan, atau konstitusi gejala dan sekitar,

(10)

konsumsi tembakau dan alkohol, kerja eksposur (termasuk paparan sinar matahari), dan paparan radiasi sebelumnya.3,4

Pada umumnya penderita tumor atau karsinoma lidah memberikan keluhan disfagi, odinofagi, disartria, nyeri yang menjalar ke telinga ipsilateral dan kadang-kadang trismus. Leukoplakia dan eritroplakia yang tidak hilang dengan pengobatan biasa harus dicurigai kemungkinan adanya keganasan. Keluhan lain yang sering membawa penderita berobat adalah adanya benjolan di leher. Hampir 40% penderita datang dengan tumor koli yang merupakan tanda stadium lanjut sehingga menurunkan five year’s survival dari 90% menjadi 30%.3,5

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik seperti inspeksi harus dilakukan secara seksama dan sistematik, khususnya pada pemeriksaan di rongga dan dasar mulut, dengan memperhatikan adanya asimetri. Palpasi dasar lidah dengan menggunakan jari merupakan pengenalan tumor dini yang paling baik. 3,4,5

Pada stadium awal, kelainan di lidah bermanifestasi dalam berbagai bentuk dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan atau bentuk ulkus yang merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.3,4

Leukoplakia - Eritroplakia

- Liken planus

(11)

Gambar 8. Gambaran ulkus pada karsinoma lidah5

Ulkus tipe eksofitik jarang metastasis sedangkan tipe infiltratif, ulseratif dan fungating sering metastasis. Pada stadium lanjut, ulkus mengalami infiltrasi lebih dalam dengan tepi yang mengalami indurasi. Di negara Barat, 75% karsinoma lidah ditemukan pada bagian anterior lidah dan 25% pada bagian posterior pangkal lidah sedangkan di negara Asia sebaliknya.5

Pemeriksaan palpasi bimanual pada tumor primer sangat penting dilakukan karena ukuran tumor yang teraba biasanya lebih besar dibandingkan yang terlihat. Berdasarkan kondisi yang ditemukan pada palpasi ditentukan lokasi, ukuran, jarak dari ujung lidah, garis tengah dan sulkus terminalis, ada tidaknya invasi ke dasar mulut dan frenulum lidah serta mobilitas tumor.5

Karsinoma lidah mudah metastasis ke kelenjar getah bening regional. Kelenjar getah bening leher yang sering terkena menurut urutannya adalah kelenjar getah bening pada level II, I, III dan IV berdasarkan area kelenjar getah bening leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classifiaction3,5

(12)

Pemeriksaan Penunjang 1. Biopsi

Biopsi merupakan metode baku untuk memperoleh jaringan dari lesi di rongga mulut dan orofaring. Biopsi insisi dengan cara mengambil sampel dari daerah tumor dan daerah yang sehat, sehingga diketahui batas jelas dari tumor. kelemahannya adalah pembuluh darah menjadi terbuka dan ini akan mempermudah penyebaran dari tumor terutama yang bersifat ganas, sedangkan keuntungannya dapat mengetahui batas dari tumor guna terapi selanjutnya. Cara ini dapat dilakukan pada tumor lidah yang masih kecil dengan atau tanpa metastase. Biospi eksisi jaringan yang diduga tumor dilakukan dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. 4

Gambar 10 :A) Biopsi insisi. B) Biopsi eksisi.

2. Sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan4

Dilakukan pada lesi yang berupa bercak / superfisial. Bila hasilnya :

- Kelas I- III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi. Bila 2 kali pengulangan sitologi tetap kelas III maka perlu dibiopsi

- Kelas IV-V : lakukan biopsi Klasifikasi:

- kelas I: tidak ditemukan sel atipik atau sel abnormal - kelas II: sitologi atipik tetapi tidak ditemukan keganasan - kelas III: sitologi sugestif tetapi tidak konklusif keganasan - kelas IV: sitologi sangat sugestif keganasan

- kelas V: sitologi konklusif keganasan 3. Toluidine blue4

Pemeriksaan ini kadang dilakukan sebelum pemeriksaan biopsi untuk menentukan lokasi yang akan ditindaki meski tidak dapat menunjukkan tumor yang berada di bawah epitel yang normal. Sebuah zat pewarna Toluidine blue 1%

B A

(13)

yang dibubuhkan in situ. Setelah itu dibilas dengan asam asetat 1%. Pada epitel normal dan lesi jinak biasanya tidak akan ada zat warna yang tersisa. Pada lesi pre-malignan atau lesi eritematous jinak akan ada zat warna yang tertinggal. Untuk lesi jinak biasanya akan memberi gambaran tepi yang rata sedangkan pada lesi pre-malignan dan malignan akan menmberi gambaran tepi yang tidak teratur. Berikut adalh perosedur lengkapnya:

 Kumur dengan larutan asam asetat 1% selama 20 detik

 Kumur dengan air selama 20 detik sebanyak 2 kali

 Kumur dengan larutan toluidine blue 1% dengan volume 5-10 cc

 Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% selama 1 menit

 Kumur dengan air

 Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian

4. PET (Positron Emission Tomography)

Pemeriksan imaging dengan PET menggunakan tirosin sebagai tracer

memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk kasus keganasan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor dengan ukuran di bawah 4mm.4

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI merupakan modalitas radiologi yang banyak dipilih terutama dalam kasus karsinoma sel skuamosa. Gambaran abnormal dari MRI memiliki korelasi dengan gambaran patologi. Invasi tumor ke dasar rongga mulut dapat dengan rinci dilihat pada potongan koronal. Potongan sagital memberikan informasi mengenai dasar lidah dan invasi karsinoma ke arah pharyneal yang mana sulit dilihat dengan CT-Scan. MRI dapat memberikan informasi mengenai kelainan yang terjadi pada lidah atau pada daerah sekitar lidah. 3

(14)

Gambar 11: ATAS.a) potongan sagital T2, area hiperintens menunjukkan karsinoma lidah pada 1/3 anterior corpus linguae (panah putih), b) potongan sagital T2 pada pasien yang sama menunjukkan

karsinoma telah menginvasi dasar rongga mulut (panah putih) BAWAH. a) Potongan aksial T2 menunjukkan karsinoma lidah pada sisi kanan dengan ukuran di atas 5 mm dari margin lateral, b)

Potongan koronal T2 menunjukkan limphadenopati submandibular bilateral.

6. CT-Scan

Ct-Scan merupakan salah satu modalitas radiologi yang dapat dipertimbangkan, namun tingkat akurasinya tidak setinggi MRI.3,5

(15)

Gambar 12: a) Potongan aksial CT-Scan dengan kontras menunjukkan karsinoma pada dasar lidah sebalah kiri yang disertai dengan perbesaran KGB jugosigastrik ipsilateralsagital. b) Potongan aksial

CT-Scan dengan kontras menunjukkan ekspansi tumor hingga ariepiglotika (panah pendek) dan hipofaring (panah panjang).

G. STAGING

Staging pada tumor lidah secara umum mirip dengan staging pada tumor rongga mulut lainnya. Salah satu sistem staging yang sering digunakan adalah berdasarkan sistem TNM.7

Tabel 1: Staging berdasarkan sistem TNM

TNM KETERANGAN

T0 Tidak ditemukan tumor TIS Tumor in situ

T1 diameter  2 cm

T2 diameter >2 cm - 4 cm T3 diameter > 4 cm

T4a

T4b

Corpus / Oral tongue:

tumor menginvasi tulang kortikal hingga ke otot ekstrinsik, sinus maksilaris, atau permukaan kulit wajah.

Radix / Pharyngeal tongue:

Tumor menginvasi : larynx, otot ekstrinsik lidah, pterygoid medial, palatum durum, mandibula

Corpus / Oral tongue:

Tumor menginvasi ruang mastikasi, pterygois plates, atau dasar tengkorak atau arteri karotis interna.

Radix / Pharyngeal tongue:

Tumor menginvasi : otot pterygoid lateral, larynx, otot ekstrinsik lidah,

pterygois plates , nasofaring lateral, dasar tengkorak, atau arteri karotis interna.

Nx KGB tidak dapat dievaluasi N0 Tidak terdapat metastase regional N1 KGB Ipsilateral singel,  3 cm N2a KGB Ipsilateral singel, > 3 - 6 cm N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm N2c KGB Bilateral / kontralateral, < 6 cm N3 KGB > 6 cm

Mx Metastase tidak dapat dievaluasi M0 Tidak ditemukan metastase jauh M1 Metastase jauh

(16)

Stadium dapat ditentukan berdasarkan staging TNM di atas. Berikut adalah pembagian stadium tumor lidah:7

Tabel 2: Stadium berdasarkan Staging TNM

Stadium T N M 0 Tis N0 N0 I T1 N0 M0 II T2 N0 M0 III T1, T2 T3 N1 N0, N1 M0 M0 IV A T1,T2,T3 T4a N2 N0, N1, N2 M0 M0 IV B Tiap T T4b N3 Tiap N M0 M0 IV C Tiap T Tiap N M1

Berdasarkan gambaran histopatologi, tumor dapat dibedakan menjadi:7 Tabel 3: Pembagian bedasarkan gambaran histopatologi

GX Grade tidak dapat dievaluasi

G1 Well differentiated

G2 Moderately differentiated

G3 Poorly differentiated

H. TATALAKSANA

Secara umum, penanganan tumor lidah sama halnya dengan penanganan tumor pada rongga mulut lainnya dimana penanganan sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari lidah, serta aspek kosmetik/ penampilan penderita.3,5,7

Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III. Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini terapi kanker dengan operasi memberikan angka kesembuhan yang paling besar. Operasi tidak hanya mengangkat kanker tetapi juga meningkatkan fungsi dan memperbaiki kosmetik. Seiring dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan maka sekarang pembedahan dilakukan tidak mengangkat tumor seluruhnya secara radikal karena terapi sering dikombinasikan dengan radioterapi yang dianggap mampu membersihkan sisa tumor. Tidak semua kanker dapat dioperasi, baik karena keadaan pasien tidak mengizinkan

(17)

maupun ukuran kanker yang terlalu besar atau bahkan telah terjadi penyebaran jauh. Pada beberapa keadaan, radioterapi dapat berdiri sendiri dalam memberantas sel-sel kanker (misal: kanker / tumor lidah). Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah. 3,5,7

Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa pada kasus tumor ganas pilihan radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi dari pada tindakan operasi. Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga

locally advanced (T3,T4). 3,5,7

A. B.

C. D.

(18)

Gambar 13. Tipe operasi. A. peroral. B. mandibulotomi. C. flap pipi bawah. D. visor flap. E. flap pipi atas.

Gambar 14. Laser karbon dioksida pada daerah jaringan lesi pada leukoplakia.

Gambar 15. Tumor primer yang kecil yang sesuai untuk eksisi peroral. I. PROGNOSIS

(19)

Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan cepat dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun angka statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka penyembuhan selama lima tahun bergantung pada stadium.3,5

Untuk stadium I dan II, angka five year survival rates-nya mencapai 60-75% sedangkan untuk stadium III dan IV hanya 25-49%. Karsinoma lidah yang terjadi pada bagian 1/3 dorsum lidah (20 – 30 %) keadaannya lebih ganas namun dengan jumlah kasus yang lebih sedikit, jika dibandingkan dengan 2/3 anterior lidah (70 – 80 %). Angka survival rates juga bervariasi pada negara maju dan negara berkembang. Negara maju memiliki angka survival rates 545 sedangkan pada negara berkembang hanya 30%. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada prognosis penderita karsinoma lidah adalah ada atau tidaknya metastase.3,5

BAB III LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Umur : 44 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pandan Indah - Praya Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2016 B. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama : Benjolan pada lidah

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien rujukan dari RSUD Praya dengan diagnosis Susp. Ca lidah. Pasien mengeluh muncul benjolan pada tepi lidah kiri yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa bercak putih seperti sariawan namun semakin hari semakin membesar membentuk benjolan yang permukaannya tidak teratur, keras, susah digerakkan dan terasa nyeri saat ditekan atau saat lidah digerakkan.

Sebelumnya pasien mempunyai riwayat nyeri tenggorokan sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan terus-menerus disertai rasa sulit menelan. Nyeri semakin memberat jika pasien menggerakkan lidah. Keluhan ini menyebabkan nafsu makan menurun dan pasien susah untuk berbicara. Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien

(20)

menyadari terdapat benjolan pada leher kiri atas, teraba keras dan semakin membesar. Keluhan benjolan di tempat lain disangkal. Pasien juga merasakan lebih banyak mengeluarkan saliva.

Saat ini pasien merasakan badannya semakin lemas dan terlihat pucat, pasien juga sering mengeluh nyeri kepala seperti berputar, namun keluhan dirasakan hilang timbul, riwayat keluar darah lewat mulut, mual, muntah disangkal.

Nafsu makan pasien menurun sejak lima bulan yang lalu, makan 3x/hari namun hanya 4-5 sendok sekali makan, pasien jarang mengonsumsi daging. Pasien merasakan mengalami penurunan berat badan namun tidak pernah timbang berat badan sebelumnya, berat badan pasien saat ini 45 kg. BAB lancar, konsistensi lunak tanpa disertai darah atau lendir dan tanpa disertai rasa nyeri. BAK 4-5x/hari berwarna kuning jernih tanpa disertai rasa nyeri saat BAK.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

Keluhan tumor sebelumnya (-), riwayat infeksi pada rongga mulut (-), riwayat DM (-), HT (-), Asma (-).

d. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat tumor (-), riwayat penyakit HT (-), DM (-), Asma (-).

e. Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah memperoleh terapi medikamentosa.

f. Riwayat Alergi:

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan ataupun obat.

g. Riwayat Sosial:

Pasien sebagai ibu rumah tangga, selama ini tinggal bersama suami dan tiga orang anaknya. Riwayat konsumsi alkohol maupun tembakau disangkal. Selama ini pasien mengatakan kurang menjaga kebersihan mulut sehingga pasien juga mengeluhkan banyak gigi berlubang.

C. PEMERIKSAAN FISIK I. Status Generalis

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran/GCS : Compos mentis/ E4V5M6

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 86 x/menit, irama teratur, kuat angkat Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,8 ºC

II. Pemeriksaan Fisik Umum 1. Kepala – leher

 Kepala : Normochepali, rambut normal

 Mata : Konjungtiva palpebra anemis +/+, sclera ikterik -/-, reflek pupil +/+, pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm

(21)

 Hidung : deformitas (-), rinore (-), deviasi septum (-), sekret (-)

 Mulut : Sianosis bibir (-), stomatitis (+), lidah pucat (+), atropi papil lidah (-), tonsil hiperemis (-) T1-T1, karies gigi (+), massa lidah lateral sinistra (+) ukuran 0,5 x 1 cm, permukaan tidak rata, keras, susah digerakkan, eritroplakia (+) pada mukosa bukal dan palatum.

 Leher : Massa (+) pada regio submandibula sinistra, ukuran 4 x 3 cm, keras, immobile, nyeri jika ditekan, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-).

2. Thoraks

 Inspeksi : Gerakan dinding dada pada pernapasan simetris, retraksi (-), tipe pernapasan thorakoabdominal, spider nevi (-).

 Palpasi : Pengembangan dinding dada pada pernapasan simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-). Ictus cordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra.

 Perkusi :

Pulmo : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan.

 Auskultasi:

Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki , wheezing -/-Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) KGB Axilla Sinistra

Inspeksi: tidak tampak benjolan.

Palpasi: tidak teraba massa. KGB Axilla Dekstra

Inspeksi: tidak tampak benjolan.

Palpasi: tidak teraba massa. KGB Supraklavikula Sinistra

Inspeksi : tidak tampak benjolan.

Palpasi : tidak teraba massa. KGB Supraklavikula Dekstra

Inspeksi: tidak tampak benjolan.

Palpasi: tidak teraba massa. 3. Abdomen

- Inspeksi : distensi (-), caput medusae (-), darm contour (-), darm steifung (-), defans muskular (-), ikterik (-).

- Auskultasi: Bising usus (+) normal, frekuensi 14x/menit. Metallic sound (-).

- Perkusi: Timpani pada seluruh lapang abdomen, nyeri ketok (-). Batas paru hepar: Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV

(22)

4. Extremitas

- Inspeksi: ekstremitas superior dan inferior terlihat pucat (+), edem (-) - Palpasi: ekstremitas superior dan inferior teraba hangat (+)

D. PLANNING DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan GDS, SGOT, SGPT, Ureum, Creatinin, c. Tes toluidine blue

d. CT Scan kepala leher

e. Pemeriksaan patologi anatomi f. Foto Thorax PA

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium

(23)

Darah lengkap 7/12/2016 Nilai Normal HB RBC HCT MCV MCH MCHC WBC PLT 6,9 4,76 25,9 54,4 14,5 26,6 8,06 489 HB: 13,0 – 18,0 g/dl RBC: 4,5-5,5 x 106 /µL HCT: 40 - 50 % MCV: 82-92 fl MCH: 27-31 pg MCHC: 32-37 g/dl WBC: 4-11 x 103/µL PLT: 150-400 103/µL

Kimia Klinik 7/12/2016 Nilai Normal

GDS 109 GDS : < 160 mgl/dL Kreatinin 1,2 Kreatinin:0,9-1,3 mgl/dl Ureum 24 Ureum: 10-50 mgl/dl SGOT 11 SGOT: <40 mgl/dl SGPT 15 SGPT: <41mgl/dl Na 141 135-146 K 4,6 3,4-5,4 Cl 104 95-108 BT 1’50’’ 1-6 menit CT 6’00’’ <15 menit F. STADIUM TUMOR

T (T4a) : Tumor menginvasi : larynx, otot ekstrinsik lidah, pterygoid medial, palatum durum, mandibula.

N (N0) : Tidak terdapat metastase regional M (Mx) : Tidak ditemukan tanda metastasis jauh

(24)

F. RESUME

Perempuan 44 tahun mengeluh muncul benjolan pada tepi lidah kiri yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa bercak putih seperti sariawan namun semakin hari semakin membesar membentuk benjolan yang permukaannya tidak teratur, keras, susah digerakkan dan terasa nyeri saat ditekan atau saat lidah digerakkan. Riwayat nyeri tenggorokan (+) sejak 5 bulan yang lalu disertai dengan gangguan menelan dan hipersalivasi. Sejak 3 bulan terakhir pasien menyadari terdapat benjolan pada leher kiri atas, teraba keras dan semakin membesar.

Tanda vital: TD 110/70 mmHg, nadi 86 x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,8 ºC. Benjolan pada bagian lateral lidah sinistra (+) ukuran 0,5 x 1 cm, permukaan tidak rata, keras, susah digerakkan, eritroplakia (+) pada mukosa bukal dan palatum. Massa (+) pada regio submandibula sinistra, ukuran 4 x 3 cm, keras, immobile, nyeri jika ditekan, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-). Laboratorium : HB rendah dan PLT meningkat.

G. DIAGNOSA KERJA

Susp. Ca lidah St. IVA (T4a, N0, Mx) DD: Leukoplakia lidah Eritroplakia lidah Papiloma lidah H. RENCANA TERAPI IVFD 20 tpm

Inj. Novalgin 1g / 12 jam sebagai analgesik Transfusi PRC 2 kolf (1 kolf/hari)

Pro kemoterapi

I. PROGNOSIS Dubia ad malam

(25)

BAB IV PENUTUP

Lidah merupakan organ muskularis yang sangat mobile yang mengisi sebagian besar rongga mulut dan memiliki banyak peran. Peran utama dari lidah adalah mendorong bolus makanan ke belakang dan ke faring untuk memulai proses menelan dan membentuk kata-kata untuk mengaktifkan komunikasi. 1,2

Tumor pada lidah mempunyai presentase kedua paling banyak dari seluruh keganasan rongga mulut atau sekitar 30% kasus. Beberapa faktor penyebab terjadinya tumor lidah diantaranya adalah higiene mulut yang jelek, trauma kronik dan gangguan alkohol serta tembakau. 3,5

Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan penghapusan kode kromosom serta inaktivasi dari gen supresor tumor. Penghapusan atau penggandaan bagian-bagian kromosom memungkinkan untuk ditempati oleh onkogen atau gen supresor tumor. Sedangkan penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik.6

Diagnosis berdasarkan pada gejala dan tanda yang menonjol, yaitu adanya perdarahan, sumbatan, dan benjolan yang nyeri. Gejala klinis penderita tergantung pada lokasi tumor atau karsinoma tersebut. Pemeriksaan penunjang untuk menentukan jenis tumor lidah adalah biopsi. Biopsi merupakan metode baku untuk memperoleh jaringan dari lesi di rongga mulut dan orofaring. Bisa juga dilakukan pemeriksaan dari spesimen kerokan, toluidine blue, MRI,PET, dan CT Scan. 3,4,5

Secara umum, penanganan tumor lidah sama halnya dengan penanganan tumor pada rongga mulut lainnya dimana penanganan sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari lidah, serta aspek kosmetik/ penampilan penderita.3,5

Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan cepat dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun angka statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka penyembuhan selama lima tahun bergantung pada stadium.3,5

(26)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen, F., Waschke, J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia 23th Edition. 2012. Jakarta: EGC.

2. Sloane, E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2003. Jakarta: EGC.

3. Scully C, et all. Cancer Of The Oral Mucosa. Update on Feb 2016. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1075729-overvie w. [ Accessed on: 12th Dec 2016]

4. Laksmi, LK., Setiawan, IGB., Maliawan, S. Menekan Angka Mortalitas Kanker Rongga Mulut Melalui Skrining. Available from http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6296/4786. [Accessed on: 13th Dec 2016]

5. Gosselin, BJ. Malignant Tumors of The Mobile Tongue. Update on Augst 2015. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/847428-overview. [Accessed on: 13th Dec 2016]

6. Kumar, V., Cotran, RS., Robbins, SL. Buku Ajar Patologi Robbins. 2007. Jakarta: EGC. 7. Katoch, PM. Consensus Document For Management of Tongue Cancer. 2014. New

Gambar

Gambar 1: Anatomi Lidah
Gambar 2 : Innervasi pada lidah
Gambar 3 : Inervasi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah
Gambar 5: Aliran limfe regional B. ETIOLOGI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa soft tissue tumor adalah suatu benjolan dan pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh

Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP M.Djamil Padang tentang gambaran penderita tumor ganas payudara dapat

Pada kasus ini kami laporkan pasien TB paru dengan gambaran radiologi menyerupai pancoast tumor tantangan pada kasus ini adalah penegakan diagnosis yang sampel nya didapat

Bila ditemukan tanda-tanda khas MBD, seperti riwayat tumor primer (karsinoma ), umur dewasa atau tua (lebih dari 50 tahun), lesi tulang multiple, diagnosis dapat mudah

Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “ Gambaran Histopatologi Tumor Sinonasal di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

Hasil pemeriksaan histopatologi sesuai dengan karsinoma basoskuamosa yaitu tampak kelompokan sel tumor yang tumbuh infiltratif ke dermis terdiri dari sel-sel tumor yang

$ari pengertian diatas dapat disimpulkan bah%a soft tissue tumor adalah suatu benjolan dan pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang