• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN KECEPATAN PUTAR MIXER DAN SUHU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN KECEPATAN PUTAR MIXER DAN SUHU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PROSES PENCAMPURANLOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN

KECEPATAN PUTARMIXERDAN SUHU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi ilmu Farmasi

Diajukan oleh :

Ade Entyna

NIM : 058114051

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

OPTIMASI PROSES PENCAMPURANLOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN

KECEPATAN PUTARMIXERDAN SUHU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi ilmu Farmasi

Diajukan oleh :

Ade Entyna

NIM : 058114051

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

Halaman Persembahan

GRATEFULNESS is the key to a happy life,

because if we are not,

then no matter how much we have,

we will not be happy

- because we will always

want to have

something ELSE

or something MORE…

(6)
(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan

bimbingan-Nya yang penuh kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi berjudul ”OPTIMASI PROSES

PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN

PENELITIAN KECEPATAN PUTAR MIXER DAN SUHU PENCAMPURAN

MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL”

Hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari

bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini sendiri. Hanya karena adanya

bantuan, dukungan, bimbingan, arahan, kritik, dan saran dari berbagai pihak,

penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini

penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orangtua penulis atas segala dukungan terbaiknya yang telah

diberikan kepada penulis.

2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah memberikan bimbingan, saran dan evaluasi kepada penulis

sejak penyusunan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji, atas

bimbingan, arahan, dan penjelasannya.

4. Ibu Dewi Setyanigsih, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji, atas arahan,

(8)

viii

5. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, sekaligus dosen pembimbing akademik penulis yang

senantiasa memberikan dorongan kepada penulis.

6. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. Sebagai inovator sehingga penulis

dapat melakukan penelitian ini.

7. Bhayu Sasana yang telah menjadi motivator bagi penulis dan selalu

membuat penulis untuk bertindak bertanggung jawab dalam segala yang

penulis jalani.

8. Keluarga Om Yanto yang telah menjadi orangtua kedua dan menjadi

tempat mengadu bagi penulis sejak penulis kecil.

9. R. Pradipta Satriyajati yang selalu hadir untuk menemani dan membantu

terutama saat penulis menemukan kebuntuan.

10. Made dan Berto, kawan yang dikirim secara khusus oleh Tuhan untuk

menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

11. Citra Bethasa dan Yovita Erdha Treviana, adik-adik yang selalu

mendengarkan dan memberikan motivasi yang besar bagi penulis.

12. Lintang Ayuningtyas, sahabat yang sangat memahami penulis atas

bantuan, semangat, dan sandarannya.

13. Christina, Vira, Dewi, Dona, dan Vivi, atas persahabatan yang indah dan

dukungannya yang sangat berarti bagi penulis.

14. Lia, Aya, Paulina, dan Deta atas bantuan dan kebersamaan sehingga

(9)

ix

15. Jovan dan Ko Willy, atas bantuan dan penjelasannya saat penulis

melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

16. Teman-teman di lab., Ome, Ong, Panpan, Suci atas bantuan dan

kebersamaannya.

17. Pak Mus, Mas Agung, Mas Sigit dan seluruh staf laboran yang telah

bersedia membantu penulis mengerjakan penelitian.

18. Teman-teman kelompok praktikum B sebelum peminatan dan kelompok

praktikum E setelah peminatan dan seluruh teman-teman angkatan 2005,

atas suka duka, kenangan dan kebersamaan yang membuat saat-saat kuliah

adalah saat-saat yang indah.

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala

bantuannya hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak luput dari kekurangan dalam

penulisan naskah skripsi ini mengingat segala keterbatasan wawasan dan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat membuka diri untuk adanya

kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir

kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tulisan ini berguna

bagi semua pihak, terutama untuk kemajuan pengetahuan dalam bidang ilmu

Farmasi.

(10)

x

INTISARI

(11)

xi INTISARI

Penelitian optimasi proses pencampuran lotion VCO bertujuan untuk mengetahui dominasi kecepatan putar mixer dan suhu pencampuran atau interaksinya terhadap sifat fisik dan stabilitas serta untuk memperoleh area proses pencampuran optimum dari sediaan lotion VCO yang dihasilkan. Formula yang dioptimasi adalah formula optimum yang telah diperoleh pada penelitian Hartanto (2007).

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial. Subyek penelitian ini adalah lotion VCO dengan variabel bebas kecepatan putar mixer dan suhu pencampuran. Berturut-turut level rendah dan tinggi yang digunakan adalah, untuk kecepatan putarmixer,

500 rpm dan 700 rpm, untuk suhu pencampuran 50oC dan 70oC. Variabel tergantungnya adalah daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, stabilitas setelah disimpan satu bulan, dan ukuran droplet. Metode analisis yang digunakan adalahYate’s treatmentmenggunakan taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian, suhu pencampuran berpengaruh signifikan pada respon daya sebar, viskositas, dan ukuran droplet. Selain itu dari penelitian ini, juga diperoleh area proses pencampuran optimum untuk pembuatan lotion

VCO yang ditunjukkan padacontour plot super imposed.

(12)

xii ABSTRACT

The research of VCO lotion’s mixing process optimization were conducted to find out the domination of mixing rate and mixing temperature or the interaction on the physical properties and stability of VCO lotion’s and also to determine the optimum area of VCO lotion’s mixing process. The VCO lotion’s formula which will be optimized is an optimum formula from Hartanto (2007).

This experiment used pure experimental research with factorial design method. The subject in this research is VCO lotion with the mixing rate and mixing temperature as independent variable. Low level of mixing rate is 500 rpm, and the high is 700 rpm. Low level of mixing temperature is 50°C and the high is 70°C. The dependent variable is spreadability, viscosity, droplet size, and the stability after one month storage. This research used yate’s treatment with α = 0,05% as the analysis method.

The result of this research showed that, mixing temperature was significant factor in determining the spreadability, viscosity, and droplet size responses. And the contour plot super imposed showed that the optimum formula was found in this research.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI ………. vi

PRAKATA... vii

KEASLIAN PENELITIAN ……… x

INTISARI... xi

ABSTRAK ...xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian Penulisan... 4

3. Manfaat Penelitian ... 4

B. Tujuan ... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Virgin Coconut Oil... 6

B. Emulsi ... 7

C. Lotion... 7

D. Moisturizer... 8

E. Daya Sebar ... 8

F. Viskositas... 9

G. Mikromeritik ... 9

H. Stabilitas Emulsi ... 10

I. Pencampuran... 11

J. Mixer... 14

K. Metode Desain Faktorial... 15

L. Landasan Teori... 17

(14)

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel dalam Penelitian ... 20

1. Variabel penelitian... 20

2. Definisi operasional ... 20

C. Bahan dan Alat Penelitian... 22

1. Bahan Penelitian ... 22

2. Alat Penelitian... 22

D. Tata Cara Penelitian... 22

1. Formula... 22

2. Pembuatanlotion... 23

3. Penentuan tipe emulsilotionVCO ... 24

4. Pengujian daya sebar ... 24

5. Pengujian viskositas... 24

6. Mikromeritik... 25

7. Pengujian stabilitas ... 25

E. Analisis Hasil ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. PembuatanLotion... 27

B. Penentuan Tipe Emulsi ... 29

1. Penambahan Salah Satu Fase secara Berlebih... 30

2. Penambahan Zat Warna Larut Air ... 30

3. Pencucian dengan Air ... 31

C. Sifat Fisik dan Stabilitas ... 31

1. Ukuran Droplet ... 33

2. Daya Sebar... 38

3. Viskositas... 41

4. Pergeseran Viskositas ... 43

5. Pengujian Stabilitas... 46

6. Pergeseran Ukuran Droplet... 46

D. Optimasi Proses Pencampuran... 51

1. Daya Sebar... 51

2. Viskositas... 52

(15)

xv

4. Contour plot Super Imposed ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Percobaan Desain Faktorial Dengan Dua Faktor

dan Dua Level ... 16

Tabel II. Rancangan percobaan Desain Faktorial ... 23

Tabel III. Respon Hasil Percobaan ... 32

Tabel IV. Perhitungan Efek dari Tiap Faktor dan Interaksi ... 33

Tabel V. AnalisisYate’s TreatmentPada Respon Ukuran Droplet ... 38

Tabel VI. AnalisisYate’s TreatmentPada Respon Daya Sebar ... 40

Tabel VII. AnalisisYate’s TreatmentPada Respon Viskositas ... 43

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses pemanjangan ukuran droplet ... 13

Gambar 2. Deformasi droplet ………. 13

Gambar 3. Hubungan kecepatan putar dan lama pencampuran

terhadap variasi ukuran droplet ……… 14

Gambar 4. Penentuan tipe emulsi dengan cara menambahkan zat

warna larut air ... 30

Gambar 5. Grafik perbandingan frekuensi nilai tengah interval ukuran

droplet masing-masing percobaan ... 36

Gambar 6. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan

putar terhadap ukuran droplet ………... 37

Gambar 7. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan

putar terhadap daya sebar ………. 39

Gambar 8. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan

putar terhadap viskositas ……….. 42

Gambar 9. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan

putar terhadap pergeseran viskositas ……… 44

Gambar 10. Grafik pergeseran frekuensi nilai tengah interval ukuran

droplet percobaan 1 ... 47

Gambar 11. Grafik pergeseran frekuensi nilai tengah interval ukuran

droplet percobaan a ... 47

(18)

xviii

droplet percobaan b ... 48

Gambar 13. Grafik pergeseran frekuensi nilai tengah interval ukuran droplet percobaan ab ... 48

Gambar 14. Contour plotdaya sebarlotionVCO ... 51

Gambar 15. Contour plotviskositaslotionVCO ... 52

Gambar 16. Contour plotpergeseran viskositaslotionVCO ... 53

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data penimbangan ……….. 58

Lampiran 2. Data Uji Sifat Fisik dan StabilitasLotionVCO …………. 59

Lampiran 3. Perhitungan persamaan area optimum daya sebar ………. 63

Lampiran 4. Perhitungan persamaan area optimum viskositas ……... 66

Lampiran 5. Perhitungan persamaan area optimum pergeseran viskositas ……… 69

Lampiran 6. Perhitungan efek faktor ukuran droplet ……….. 72

Lampiran 7. Perhitunganyate’s treatmentdaya sebar ……… 73

Lampiran 8. Perhitunganyate’s treatmentviskositas ………. 76

Lampiran 9. Perhitunganyate’s treatmentpergeseran viskositas …….. 79

Lampiran 10. Perhitunganyate’s treatmentukuran droplet ………. 81

(20)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan area optimum untuk

formula lotion VCO oleh Hartanto (2007). Pada penelitian tersebut proses

pencampuran dilakukan secara manual, walaupun dalam proses pencampuran

manual juga dilakukan seoptimal mungkin untuk memperoleh sediaan yang baik,

namun tidak menjamin reprodusibilitas dalam setiap produk yang dihasilkan.

Sementara proses pencampuran tersebut merupakan hal yang perlu diperhatikan

dalam pembuatan suatu sediaan terkait dengan homogenitasnya yang nantinya

berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitasnya. Dengan alasan tersebut, maka

perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh proses pencampuran yang optimum.

Lotion merupakan suatu campuran dua fase dengan salah satu fase

terdistribusi dalam fase yang lainnya. Karena keduanya merupakan cairan yang

tidak dapat saling bercampur, maka proses pencampuran dalam tujuan

pendispersiannya pun harus sangat diperhatikan. Mengingat homogenitas adalah

salah satu faktor yang sangat menentukan sifat fisik dan stabilitas sediaan, maka

hal tersebut harus sangat dikontrol selama proses pencampurannya.

Pentingnya dilakukan optimasi proses pencampuran karena pengaruhnya

terhadap sifat fisik dan stabilitas suatu sediaan. Banyak kondisi dalam

pencampuran yang dapat menjadi faktor berpengaruh terhadap sifat fisik dan

(21)

pengaruhnya namun dapat dikendalikan adalah kecepatan putar mixer dan suhu

pencampuran.

Maka dalam penelitian ini dipilih faktor kecepatan putar mixer dan suhu

pencampuran sebagai variabel bebasnya. Kedua faktor tersebut merupakan titik

kritis dalam pencampuran emulsi. Kecepatan putar memegang peranan penting

dalam memberikan energi sehingga dapat terjadi dispersi salah satu fasenya dalam

fase lainnya yang berperan sebagai medium.

Suhu pencampuran perlu dikendalikan karena sediaan yang dibuat dalam

penelitian ini adalah emulsi yang berasal dari dua jenis bahan yang tidak saling

campur. Agar kedua bahan tersebut dapat bercampur dengan terjadinya dispersi

salah satu fase pada fase yang lain, maka diperlukan emulgator. Formula pada

penelitian ini selain digunakanpolysorbate 80 sebagai emulgator, juga digunakan

emulgator tak langsung yaitu trietanolamin stearat.

Trietanolamin stearat dihasilkan dari trietanolamin dan asam stearat

melalui proses saponifikasi. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

saponifikasi adalah suhu, maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi suhu.

Saponifikasi ini terjadi optimal pada suhu 70°C (Kuncoro, 2009). Perlunya

diketahui suhu yang optimal untuk terjadinya saponifikasi karena jika

pencampuran dilakukan pada suhu yang optimal untuk terjadinya saponifikasi,

maka emulgator yang terbentuk akan optimal. Dengan terbentuknya emulgator

yang optimal tersebut akan menghasilkan emulsi dengan sifat fisik yang baik dan

(22)

Selain itu, suhu pencampuran juga berperan dalam menurunkan tegangan

permukaan bahan-bahan yang digunakan. Penurunan tegangan permukaan dengan

adanya kenaikan temperatur kira-kira adalah linear (Aulton, 1990). Mengingat

bahan yang dicampur dalam sediaan emulsi adalah minyak dan air yang

merupakan bahan yang tidak dapat saling bercampur, maka penurunan tegangan

permukaan masing-masing fase sangat berpengaruh terhadap terjadinya dipersi

fase dalam terhadap fase luarnya.

Untuk dapat memperoleh hal tersebut, setelah ditemukannya formula

optimum, juga perlu diketahui proses pencampuran yang optimum. Metode

desain faktorial merupakan metode rasional yang menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek besaran yang berpengaruh terhadap kualitas

sediaan. Maka dalam penelitian ini penulis melakukan optimasi proses

pencampuran lotion VCO menggunakan metode desain faktorial agar diperoleh

sediaan lotion VCO yang aman, berkhasiat, dan nyaman digunakan baik dari sisi

sifat fisik maupun stabilitas.

1. Permasalahan

1. Antara kecepatan putarmixer, suhu, atau interaksi keduanya, manakah

yang berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik dan stabilitaslotionVCO?

2. Apakah diperoleh area proses pencampuranlotionyang optimum menurut

sifat fisik dan stabilitaslotionVCO dengan menggunakan metode desain

(23)

2. Keaslian Penulisan

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai Optimasi Proses

Pencampuran Lotion VCO dengan Kajian Penelitian Kecepatan Putar Mixer Dan

Suhu Pencampuran secara Desain Faktorial belum pernah dilakukan. Penelitian

serupa yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah Optimasi Proses

pencampuran Krim AntiHair lossEkstrak Saw Palmetto (Serenoa repens) dengan

Perbandingan Lama Pencampuran dan Suhu Pencampuran : Aplikasi Desain

Faktorial, serta Optimasi Proses Pencampuran Oleum Citronellae dan Sistem Gel

dalam Formula Gel Repelan dengan Carbopol 934® dan Gliserol Sebagai Gelling

Agent secara Desain Faktorial.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis: menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai sediaan

lotionyang menggunakan bahan-bahan dari alam.

b. Manfaat metodologis: menambah informasi dalam bidang kefarmasian

mengenai penggunaan metode desain faktorial.

c. Manfaat praktis: mengetahui kondisi optimal antara kecepatan putarmixer

dan suhu pencampuran yang menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion

VCO.

B. Tujuan

1. Mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik dan

(24)

2. Memperoleh area proses pencampuran lotion yang optimum menurut sifat

(25)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Virgin Coconut Oil

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari daging

buah kelapa (Cocos nucifera L.) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO

merupakan minyak yang diperoleh dari buah kelapa tanpa mengalami pemanasan.

VCO mempunyai kenampakan bening serta mengandung banyak asam laurat.

VCO mengandung asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty

Acid/MCFA) (Timoti, 2005).

Minyak kelapa juga menyediakan bahan berupa vitamin A dan E yang

penting bagi kesehatan kulit dan rambut. Sekitar 80 persen asam lemak di dalam

VCO adalah asam lemak rantai pendek dan rantai sedang, yang molekulnya

berukuran kecil. Karena itu, molekulnya dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh

dengan mudah, tanpa memerlukan beragam enzim untuk memotongnya (Anonim,

2009a).

Kandungan senyawa yang terdapat pada VCO adalah protein,

karbohidrat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam mirislat, asam palmitat,

asam stearat, asam oleat, dan asam linoleat 1,44%. Kandungan vitamin meliputi

vitamin A (karoten) dan vitamin E (tokoferol) (Anonim, 2009a). Bagi kulit, VCO

berfungsi sebagai moisturizer dengan mekanisme membentuk lapisan tipis di

permukaan kulit (occlusives) yang mencegah hilangnya air dari dalam kulit

(26)

B. Emulsi

Emulsi merupakan suatu sistem heterogen yang minimal terdiri dari dua

macam cairan yang tidak saling campur yang dapat terdispersi ke dalam cairan

lain dalam bentuk droplet. Emulsi dibuat dalam bentuk dua sediaan jika ada dua

cairan yang tidak saling campur yang harus terdispersi menjadi satu kesatuan.

Biasanya berupa campuran antara komponen polar (air) dan nonpolar (minyak)

(Allen, 2002). Emulsi dengan ukuran 0,5 – 10 µm disebut suspensi atau emulsi

halus, sedangkan yang berukuran 10 – 50 µm termasuk dalam emulsi kasar

(Martin 1993).

Emulsi banyak digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik untuk

pemakaian luar. Terutama untuk lotion dermatologik dan lotion kosmetik serta

krem, karena dikehendaki suatu produk yang menyebar dengan mudah dan

sempurna pada bagian aplikasi (Martin, 1993).

C.Lotion

Lotion merupakan suatu sediaan topikal semifluid yang ditujukan untuk

kulit sehat. Produk perawatan kulit, salah satunya lotion dengan moisturizer,

memiliki kemampuan untuk menjaga tingkat hidrasi kulit tetap pada level normal,

membentuk kolagen, dan mencegah kerusakan sel (Anonim, 2009b).

Lotion memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada

permukaan kulit yang luas. Setelah diaplikasikan dapat menimbulkan kesan halus,

lembut, dan tidak berminyak. Lotion biasanya berupa emulsi dengan tipe minyak

(27)

kulit dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit

(WilkinsonandMoore, 1982).

D.Moisturizer

Moisturizer merupakan produk emollient yang diformulasikan khusus

sebagai krim yang berminyak dan lotion yang dapat melembabkan kulit kering.

Produk emollient seperti moisturizer mempunyai bahan yang larut minyak atau

larut air dalam jumlah banyak yang dapat mengurangi hilangnya air dari kulit.

Efek ini didapat karena terbentuknya lapisan tipis di permukan kulit (occlusive)

yang dapat menjaga kelembaban lapisan kulit terluar (AshandMichael, 1997).

Moisturizer juga dapat diartikan sebagai suatu agen yang didesain untuk

membuat stratum corneum menjadi lebih lembut dan lebih elastis dengan cara

meningkatkan proses hidrasi (Schwartz, 2008)

E. Daya Sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan

tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut,

yang berhubungan langsung dengan koefisian gesekan. Daya sebar merupakan

karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab

untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya, dan kemudahan

penggunaannya. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah kekakuan formula,

kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur pada

(28)

kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena

evaporasi (Garg, Anggarwal, Singla, 2002).

F. Viskositas

Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir;

makin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya (Martin, 1993).

Viskositas, elastisitas, dan rheologi merupakan karakteristik formulasi yang

penting dalam produk akhir sediaan semisolid. Peningkatan viskositas akan

menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan menurunkan daya sebar

(Garg et al., 2002). Pengurangan ukuran droplet rata-rata akan menaikkan

viskositas. Makin luas distribusi ukuran droplet, makin rendah viskositasnya jika

dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran droplet yang lebih sempit.

Pengurangan viskositas dengan penaikan shear, sebagian bisa disebabkan karena

penurunan viskositas dari fase kontinyu karena jarak pemisahan droplet-droplet

yang meningkat (Martin 1993).

G. Mikromeritik

Mikromeritik merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui ukuran

droplet. Variasi kumpulan droplet biasanya disebut polidispers, ketidakseragaman

ukuran droplet dinyatakan dengan nilai standar deviasi (SD). SD digunakan untuk

mengukur variasi dari rata-rata. Kumpulan droplet dunyatakan bervariasi dengan

nilai SD ≥ 10%. Dalam suatu kumpulan droplet sampel polidispers, dua sifat

(29)

kisaran ukuran dan banyaknya. Setiap kumpulan droplet biasanya disebut

polidispers. Karena itu, tidak hanya ukuran dari suatu droplet tertentu saja yang

perlu diketahui, tetapi juga beberapa banyak droplet-droplet dengan ukuran yang

sama yang ada dalam sampel (Martin, 1993).

Pengetahuan dan pengendalian, serta kisaran ukuran droplet sangat

penting dalam farmasi. Ukuran yang juga berhubungan dengan luas permukaan,

dapat dihubungkan secara berarti dengan sifat fisika, kimia, dan farmakologi dari

suatu obat. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi, dan tablet, dari segi

kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran droplet

yang dicapai dalam produk tersebut (Martin, 1993).

Gambaran mengenai distribusi droplet penting karena adanya

kemungkinan dari suatu sampel dengan nilai rata-rata sama, namun memiliki

distribusi yang berbeda. Melalui kurva distribusi juga akan nampak ukuran

droplet berapa yang sering muncul dalam sampel, hal ini disebut modus (Martin,

1993).

H. Stabilitas Emulsi

Emulsi yang stabil adalah emulsi yang tidak mengalami perubahan sifat

fisik selama penyimpanan. Beberapa hal yang menunjukkan bahwa emulsi tidak

stabil adalah sebagai berikut:

1. Inversi

Merupakan proses di mana emulsi berubah dari suatu tipe menjadi

(30)

30-60%. Jika jumlah fase dispers mendekati atau lebih dari batas maksimum

yaitu 74%, maka peristiwa inversi akan terjadi. Inversi merupakan proses

yangirreversible(Winfield, 2004).

2. Creaming

Istilahcreamingdigunakan untuk menggambarkan adanya agregasi

dari droplet-droplet fase dispers kemudian berkumpul di bagian atas atau

bawah emulsi. Peristiwa ini bersifat reversible dan dengan gojogan yang

lembut dapat kembali mendistribusikan droplet pada medium dispersnya.

Creaming tidak diinginkan karena menunjukkan penampakan fisik yang

tidak baik dan tidak dapat menyediakan dosis secara akurat jika tidak

dilakukan penggojogan dengan baik.Creamingmeningkatkan kemungkinan

terjadinya koalesen dan hingga menuju terjadinya cracking (Winfield,

2004).

3. Cracking

Cracking merupakan koalesen dari fase terdispersi dan pemisahan

dari fase dispers membentuk suatu lapisan. Peristiwa ini irreversible dan

tidak dapat dilakukan redispersi dengan penggojogan (Winfield, 2004).

I. Pencampuran

Pencampuran adalah suatu proses yang bertujuan untuk menangani dua

partikel atau lebih bahan yang belum tercampur, sehingga setiap unit (partikel,

molekul, dan lain-lain) dari bahan tersebut dapat berinteraksi dengan bahan lain.

(31)

dibandingkan dengan serbuk dan larutan. Hal itu terjadi karena sediaan semisolid

tidak dapat mengalir dengan mudah (Aulton, 2002).

Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear stress

selama pembuatan atau penggunannya. Pada kebanyakan proses ini, sifat aliran

produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada

kondisi penggunaan dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik

dan produk kosmetik harus dikontrol agar didapat suatu preparat yang memuaskan

(Martin 1993).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase dispers meliputi

perbandingan volume fase, distribusi ukuran droplet, dan viskositas dari fase

dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase terdispers rendah,

(kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya volume,

sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menunjukkan karakteristik

aliran pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis.

Jika konsentrasi mendekati 0,74, mungkin terjadi inversi dengan berubahnya

viskositas secara nyata (Martin 1993).

Pada umumnya droplet terbentuk karena adanya tekanan yang diberikan

pada suatu suatu tetesan besar fase, kemudian memanjang kedua arah, diikuti

dengan peningkatan tegangan permukaan, menuju titik instabilitas, kemudian

pecah menjadi droplet dan semakin mengecil menjadi droplet satelit. Proses

(32)

Gambar 1. Proses pemanjangan ukuran droplet

Faktor yang berpengaruh penting terhadap proses tersebut adalah (1)

viskositas dan elastisitas dari fase dispers dan medium dispers, (2) tegangan

antarmuka fase-fase, (3) kondisi aliran (Peters, 1997).

Proses pembentukan ukuran droplet berdasarkan viskositas dari

masing-masing fase ditunjukkan dengan nilai R, yang merupakan rasio dari viskositas fase

dispers dibagi dengan viskositas medium dispers. Hubungan antara nilai R dan

pembentukan ukuran droplet tampak pada gambar 2.

(33)

Gambar 3. Hubungan kecepatan putar dan lama pencampuran terhadap variasi ukuran droplet

Pada suatu emulsi minyak dalam air dengan konsentrasi fase minyak

20% menunjukan bahwa adanya peningkatan kecepatan dari 350 hingga 500 rpm

tidak dapat memperkecil diameter ukuran droplet. Gambar 3 adalah kurva yang

memperlihatkan variasi ukuran droplet yang dihasilkan dari beberapa kondisi

kecepatan putarmixer(Peters, 1997).

Dari kecepatan putar 200 rpm hingga 350 rpm, ukuran droplet semakin

kecil, namun pada kecepatan putar 500 rpm ukuran droplet yang dihasilkan justru

lebih besar dari pencampuran dengan kecepatan putar 350 rpm. Dari hal tersebut

tampak bahwa kenaikan kecepatan putar tidak selalu menghasilkan ukuran droplet

yang semakin kecil (Peters, 1997).

J. Mixer

Sediaan semisolid umumnya memiliki viskositas yang cukup tinggi.

Mixer yang sesuai adalah mixer yang elemen putarnya dapat menghasilkan gaya

(34)

semisolid yang homogen adalah planetary mixer dan sigma blade. Disebut

planetary mixer karena pencampurannya dilakukan oleh roda gigiplanetaryyang

dipasangkan pada mixer blade dengan gesekan di sekitar ring gear mengitari

mixer blade. Kelemahan terbesar dari alat ini adalah terbatasnya jumlah batch

yang dapat diproduksi (Lantz dan Schwartz, 1990). Sigma blade mixer cocok

digunakan untuk pencampuran salep maupun pasta yang kental. Pengaduk pada

mixer ini menggunakan dua pengaduk yang bentuknya menyerupai abjad Yunani

yaitu∑ (sigma) (Aulton, 1990).

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemilihan mixer untuk

pencampuran sediaan semisolid adalah viskositas sediaan tersebut (Lachman,

Lieberman, dan Kanig, 1994). Pada banyak formulasi emulsi minyak dalam air,

fase minyak menunjukkan fraksi kecil dari volume total dan tidak bisa efektif jika

dicampur secara manual (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996)

Pada pembuatan emulsi, penggunaan homogenizer untuk lebih lanjut

memperkecil ukuran droplet. Pada awal pencampuran mungkin dapat digunakan

suatumixer yang dipasang agitator dengan tipe impeller yang ukuran dan tipenya

dapat disesuaikan dengan emulsi yang ingin dihasilkan. Kecepatan putar yang

lebih intensif dapat dicapai dengan menggunakan turbine mixer, misalnya

Silversonmixer-homogenizer(Aulton, 1990).

K. Metode Desain Faktorial

Penelitian desain faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level

(35)

dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan James, 1996). Jumlah percobaan

untuk penelitian desain faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam

penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah percobaan

untuk penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22 = 4. Penamaan formula

untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a

untuk percobaan II , formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk

percobaan IV (Bolton,1997).

Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level :

Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor I Faktor II Interaksi

(1) - - +

a + -

-b - +

-ab + + +

Keterangan :

- = level rendah + = level tinggi

Formula (1) = faktor I pada level rendah, faktor II pada level rendah Formula a = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level rendah Formula b = faktor I pada level rendah, faktor II pada level tinggi Formula ab = faktor I pada level tinggi, faktor II pada level tinggi

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini

memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek

interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis dapat mengurangi jumlah penelitian

jika dibandingkan dengan meneliti metode secara terpisah (Muth,1999).

Rumusan yang berlaku untuk desain faktorial :

(36)

Keterangan :

Y = respon

X1 = level faktor pertama X2 = level faktor kedua

X1 X2 = level faktor pertama dikalikan level faktor kedua Bo = rata-rata respon seluruh formula

Ba, Bb, Bab = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan Ba, Bb, Bab = ∑ XY / 2n

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis,

dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi.

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada

level tinggi dan rata - rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek

menurut Bolton (1997) sebagai berikut :

efek faktor I =

 

 

2

1 ab b

a  

efek faktor II =

 

 

2

1 ab a

b  

efek interaksi =

 

2 1   b a ab

Adanya interaksi dapat juga dilihat dari grafik hubungan respon dan level

faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak

ada interaksi antar eksipien dalam menentukkan respon. Jika kurva menunjukkan

garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien

dalam menentukkan respon (Bolton,1997).

L. Landasan Teori

Dalam penelitian ini akan dibuat sediaan lotion Virgin Coconut Oil.

(37)

halus, mulus dan memberikan banyak kilauan cahaya kepada rambut. Susunan

molekular kecil dari asam lemak rantai pendek dan rantai sedang, yang

molekulnya berukuran kecil pada VCO memudahkan untuk penyerapan,

memberikan tekstur lembut halus pada kulit dan rambut. Hal tersebut yang

membuat VCO berfungsi sebagai bahan untuk pemulihan kulit kering, kasar dan

keriput.

Kebanyakan lotion komersial terbuat dari minyak yang merupakan

minyak sayur yang telah diproses panas dan hidrogenasi sehingga tidak ada

antioksidan sebagai pelindung alami yang berakibat banyak pada kulit (Setiaji,

2005).

Untuk dapat menghasilkan sediaan lotion yang baik, harus dilakukan

dengan proses yang tepat. Proses pencampuran melibatkan proses pencampuran

yang merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan yang

dihasilkan, yang nantinya juga dapat mempengaruhi stabilitasnya. Sediaan yang

dibuat merupakan suatu emulsi yang diketahui kritis dalam hal pencampuran

fase-fasenya agar dapat terdispersi dengan baik. Proses pencampuran dapat

mengecilkan ukuran droplet, hal ini sesuai dengan fungsi mixer yang memiliki

gigi-gigi yang dapat mendispersikan bahan-bahan pada saat pencampuran

sehingga dapat menghasilkan lotion dengan ukuran droplet yang lebih kecil

(Lantz dan Schwartz, 1990).

Suhu pencampuran perlu dikendalikan karena sediaan yang dibuat dalam

penelitian ini adalah emulsi yang berasal dari dua jenis bahan yang tidak saling

(38)

salah satu fase pada fase yang lain, maka memerlukan emulgator. Formula pada

penelitian ini selain digunakanpolysorbate 80 sebagai emulgator, juga digunakan

emulgator tak langsung yaitu trietanolamin stearat yang terbentuk melalui proses

saponifikasi. Suhu berpengaruh terhadap berlangsungnya proses saponifikasi, jika

suhu terlalu rendah, saponifikasi yang terjadi tidak optimal, namun jika suhu

terlalu tinggi, sabun yang telah terbentuk kembali berubah menjadi asam lemak

dan basa penyusunnya.

Maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi pada kecepatan putar

mixer dan suhu pencampuran. Kedua faktor tersebut diperkirakan merupakan

faktor yang berpengaruh besar dalam terbentuknya emulsi yang stabil. Dari

penelitian ini nantinya dapat diketahui efek dari kedua faktor tersebut atau justru

interaksi keduanya yang berpengaruh dominan terhadap sifat fisik dan stabilitas

lotion VCO yang dihasilkan. Hasil uji sifat Fisik dan stabilitas lotion, kemudian

dihitung menggunakan desain faktorial, sehingga dapat ditemukan area optimum

proses pencampuranlotionVCO dalam batas yang diteliti.

M. Hipotesis

a. Ditemukan faktor yang berpengaruh signifikan antara kecepatan putar, suhu

pencampuran, dan interaksinya terhadap respon sifat fisik dan stabilitas lotion

VCO.

b. Diperoleh area proses pencampuran lotion yang optimum menurut sifat fisik

(39)

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

metode Desain Faktorial, yaitu dengan menentukan proses pencampuran yang

optimum dalam menghasilkan lotion VCO sesuai yang diharapkan baik dari sifat

fisik maupun stabilitas.

B. Variabel dalam Penelitian 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas : kecepatan putarmixerdan suhu pencampuran.

b. variabel tergantung : daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas setelah

penyimpanan, ukuran droplet, dan stabilitas.

c. Variabel pengacau terkendali : alat percobaan, kualitas bahan yang

digunakan, waktu pencampuran (10 menit), dan formula.

d. Variabel pengacau tak terkendali : kelembaban saat pembuatan, suhu dan

kelembaban ruangan selama penyimpanan.

2. Definisi operasional

a. Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari daging

(40)

Putih dan kandungan asam laurat 5,06%, asam oleat 2,27%, asam palmitat

7,54%, asam kaprilat 5,11%, asam kaprat 6,56% dan asam stearat 7,23%.

b. Lotion adalah sediaan lotion VCO semifluid dan dapat diaplikasikan pada

kulit dan mempunyai daya sebar yang khas dengan membentuk lapisan tipis

pada kulit.

c. Subyek uji yang digunakan adalah formula lotion VCO dari penelitian

Hartanto (2007) yang merupakan formula optimum.

d. Level penelitian ini berturut-turut, level rendah dan tinggi kecepatan putar

mixer adalah 500 dan 700 rpm sedangkan level rendah dan tinggi suhu

pencampuran adalah 50 dan 70oC.

e. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik lotion yang berupa daya

sebar, viskositas, pergeseran viskositas, stabilitas lotion, dan ukuran

droplet.

f. Daya sebar adalah hal yang menggambarkan kemampuan lotion untuk

dapat diaplikasikan dengan mudah pada kulit. Daya sebar yang optimum

adalah daya sebarlotiondengan range diameter 5 – 7 cm.

g. Viskositas lotion yang optimum adalah dengan nilai 14 – 16 d Pa.s, pada

viskositas tersebut lotion dapat dengan mudah dimasukkan pada kemasan

saat pengisian dan juga dapat dengan mudah diambil kembali saat akan

digunakan.

h. Pergeseran viskositas adalah persen rasio selisih viskositas lotion setelah

penyimpanan dan viskositas lotionsetelah. Nilai pergeseran viskositas yang

(41)

i. Stabilitas diuji dengan menghitung persen pemisahan yang rasio volume

pemisahanlotiondengan volume awalnya.

j. Ukuran droplet merupakan diameter fase dispers (droplet) yang diamati

dengan menggunakan mikroskop. Ukuran droplet yang diinginkan dalam

lotion ini adalan 20-50 µm, karena dengan ukuran tersebut tidak akan

memberikan sifat fisik dan stabilitas yang buruk (Daniels, 2005).

C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Virgin Coconut Oil (VCO), gliserin (kualitas farmasetis), minyak lemon

(kualitas farmasetis), cetyl alcohol (kualitas farmasetis), polysorbate 80 (kualitas

farmasetis), nipagin (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis),

trietanolamin (kualitas farmasetis), danaquadest.

2. Alat Penelitian

Glasswares (PYREX-GERMANY), timbangan analitik, waterbath,

termometer, mixer, stopwatch, horizontal double plate, Viscotester seri VT 04

(RION-JAPAN), mikroskop (merk Boeco germany Model number BM-180).

D. Tata Cara Penelitian 1. Formula

Berdasarkan optimasi formula yang telah dilakukan oleh Hartanto,

(42)

R/ A. VCO 110 g

Polysorbate80 20 g B. Cetyl alcohol 6,4 g

Asam stearat 9,6 g C. Gliserin 40 g

TEA 2,4 g

Nipagin 5,2 g

Aquadest 27 g

Minyak lemon 1,6 g

Aquadest 53 g

Tabel II. Rancangan Percobaan Desain Faktorial

Formula Kecepatan putarmixer(rpm) Suhu pencampuran (oC)

(1) 500 50

a 700 50

b 500 70

ab 700 70

2. Pembuatanlotion

VCO dan polysorbate 80 (campuran A) dipanaskan di atas waterbath

hingga suhu 50oC. Cetyl alcohol dan asam stearat (campuran B) dipanaskan di

ataswaterbath hingga 50oC. Gliserin, TEA, aquadest, dan Nipagin (campuran C)

dipanaskan di atas waterbathhingga 50oC. Campuran A dan B dicampur menjadi

satu dalam mixer dengan kecepatan 500 rpm untuk level rendah dan 700 untuk

level tinggi pada suhu 50oC untuk level rendah dan 70oC untuk level tinggi.

Kemudian tambahkan campuran C dengan pengadukan yang kontinyu hingga

terbentuk emulsi. Tambahkan minyak lemon. Terakhir ditambahkan sisaaquadest

sedikit demi sedikit, dan diaduk selama 10 menit. Dilakukan 6 kali pembuatan

(43)

3. Penentuan tipe emulsilotionVCO

a. Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas permukaan air dan diamati yang

terjadi. Jika emulsi menyebar dan bercampur dengan air, menunjukkan

bahwa air merupakan fase eksternal dari emulsi tersebut.

b. Sejumlah kecil zat warna yang larut air diteteskan di dalam emulsi dan

amati yang terjadi. Jika zat warna menyebar di dalam emulsi menunjukkan

bahwa air merupakan fase eksternal.

c. Hanya emulsi tipe M/A yang mudah dicuci dengan air dari tangan atau

suatu barang (Voigt, 1994).

4. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar lotion dilakukan segera setelah pembuatan dengan cara

menimbang lotion seberat 1 gram, diletakkan di tengah horizontal double plate.

Di atas lotion diletakkan horizontal double plate lain dan pemberat 125 gram,

diamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. Pengukuran

dilakukan 10 kali untuk masing-masing produk.

5. Pengujian viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat viskosimeter seri VT 04

(RION-JAPAN) dengan cara :lotiondimasukkan dalam wadah dan dipasang pada

portable viskotester digunakan rotor nomor 2. Viskositas lotion diketahui dengan

(44)

segera setelah lotion selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan.

Pengukuran dilakukan 10 kali untuk masing-masing produk.

6. Mikromeritik

Cuplikan lotion di letakkan gelas benda, kemudian ditetesi air untuk

mempermudah pengamatan. Dilakukan pengamatan ukuran droplet sebanyak 500

buah (Martin, 1993) menggunakan mikroskop yang dihubungkan dengan

perangkat foto MOTIC Image Plus. Diameter ukuran droplet diukur dengan

pengaturan skala perbesaran yang sesuai.

7. Pengujian stabilitas

Lotion dimasukkan ke dalam tabung berskala. Amati pemisahan fase

pada 24 jam sebagai hari ke-0, kemudian hari ke-1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30.

E. Analisis Hasil

Data yang diperoleh adalah data uji daya sebar, viskositas dan pergeseran

viskositas, stabilitas, serta modus ukuran droplet. Menggunakan metode desain

faktorial, maka dapat dihitung nilai efek faktor dari kecepatan putar mixer, suhu

pencampuran atau interaksi keduanya, sehingga dapat diketahui faktor yang

dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lotionVCO dalam penelitian

ini. Masing-masing uji sifat fisik dan stabilitas lotion dibuat persamaan desain

faktorial dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi. Selanjutnya

(45)

Kemudian masing-masing contour plot digabungkan menjadi satu contour plot

superimposed yang telah dipilih berdasarkan parameter kualitas yang ditentukan.

Area yang ditemukan, selanjutnya digunakan sebagai area proses pencampuran

yang optimum terbatas pada level yang diteliti.

AnalisisYate’s treatment dilakukan untuk mengetahui signifikansi setiap

faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon. Berdasarkan analisis Yate’s

treatment, maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor

terhadap respon. Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu hipotesis alternatif (H1)

yang menyatakan adanya hubungan antara faktor dengan respon, sedangkan H0

merupakan negasi dari H1. H0 menyatakan tidak adanya hubungan antara faktor

dengan respon. H1 diterima jika H0 ditolak, dan hal ini terjadi jika harga F hitung

lebih besar dari F tabel. Dengan demikian berarti faktor berpengaruh signifikan

terhadap respon yang diperoleh. F tabel diperoleh dari Fα (numerator,

denominator) dengan taraf kepercayaan 95%. Sebagai numerator merupakan

derajat bebas interaksi dalam penelitian ini, yaitu 1. Sedangkan denominatornya

adalah derajat bebas experimental error yaitu 20, maka diperoleh F tabel untuk

(46)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PembuatanLotion

Dipilih kecepatan putar 500 rpm dan 700 rpm karena berdasarkan hasil

orientasi yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan, menunjukkan bahwa

500 rpm merupakan kecepatan putar mixer terendah yang mampu menghasilkan

lotionVCO dengan sifat fisik sesuai parameter untuklotion(yaitu viskositas, daya

sebar, dan persen pemisahan) dan pada kecepatan 700 rpm masih dihasilkanlotion

yang dapat diterima secara visual. Jika kecepatan semakin dinaikkan, maka

terbentuk buih. Buih ini tidak diharapkan dalam pembuatan lotion VCO karena

dengan adanya buih yang terbentuk akan mengganggu ikatan antara emulgator

dengan fase non polar, sehingga tidak terbentuk sistem emulsi yang optimal.

Selain itu dengan adanya reactive oxydation species (ROS), pada udara yang

terperangkap dalam sediaan dapat merusak stabilitas (mengoksidasi) asam lemak

dari zat aktif sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimoisturizer.

Untuk suhu, dipilih 50oC berdasarkan hasil orientasi yang mengacu pada

penelitian sebelumnya yang melakukan pencampuran lotion VCO ini pada suhu

50oC, dan suhu 70oC juga berdasarkan hasil orientasi yang mengacu pada titik

leleh asam stearat. Karena asam stearat merupakan bahan padatan yang memiliki

titik leleh tertinggi dalam formula ini. Suhu pencampuran yang dimaksud adalah

(47)

Untuk memperoleh homogenitas yang baik, bahan-bahan dalam

pembuatan lotion VCO dibagi menjadi 3 fase. Fase A terdiri dari VCO dan

polysorbate80. VCO adalah fase minyak yang merupakan zat aktif dan berfungsi

sebagai moisturizer. VCO mengandung 92% asam lemak jenuh, terdiri dari

48%-53% asam laurat (C12), 1,5-2,5% asam oleat dan asam lemak lainnya seperti 8%

asam kaprilat, (C8) dan 7% asam kaprat (C10). Kandungan asam lemak (terutama

asam laurat dan oleat) dalam VCO dapat berfungsi untuk melembutkan kulit,

sehingga aman dan efektif sebagaimoisturizerpada kulit (Lucida, 2008).

Polysorbate 80 dicampur dengan VCO fungsinya adalah untuk

menurunkan tegangan permukaan minyak terhadap fase air. Fase B terdiri dari

cetyl alcohol sebagai thickening agent dan asam stearat yang akan bereaksi

dengan trietanolamin membentuk trietanolamin stearat yang berfungsi sebagai

emulgator. Cetyl alcohol dan asam sterat merupakan padatan yang harus

dilelehkan terlebih dahulu sehingga dapat dicampur dengan bahan lain yang

berupa cairan. Fase C terdiri dari Gliserin, TEA, nipagin, 1/3 bagian aquadest

yang berfungsi sebagai fase air. Fase D adalah sisa aquadest, kemudian yang

terakhir adalah parfum.

Gliserin berfungsi sebagaimoisturizer sekaligus emulgator. Asam stearat

akan menimbulkan reaksi penyabunan dengan adanya TEA membentuk

trietanolamin sterarat. Trietanolamin stearat ini akan menyelubungi droplet VCO

sehingga dapat terdispersi dalam air sebagai medium dispers. Nipagin merupakan

(48)

Pada pembuatannya, semua bahan dipanaskan pada suhu 50oC, hal ini

untuk mempermudah homogenitas bahan-bahan tersebut. Cetyl alcohol dan asam

stearat merupakan padatan, sehingga sebelum dicampurkan dilelehkan dahulu

yaitu dengan cara dipanaskan pada suhu 50oC. Kemudian fase A dituang dalam

wadah pencampuran yang suhunya telah diatur 50oC untuk level rendah dan 70oC

untuk level tinggi, kemudian dituangkan fase B, dan diaduk dengan kecepatan 500

rpm untuk level rendah dan 700 rpm untuk level tinggi, dan dicampur hingga

homogen. Selanjutnya dituang fase C dan ditunggu beberapa saat untuk

memberikan kesempatan bahan-bahan tersebut tercampur homogen. Ditambahkan

sisa aquadest dituangkan sedikit demi sedikit dan parfum sambil terus diaduk

selama 10 menit hingga terbentuk emulsi.

B. Penentuan Tipe Emulsi

Tipe emulsi yang diharapkan dari formula ini adalah O/W, di mana fase

minyak terdispersi dalam fase air, sehingga nyaman diaplikasikan di kulit karena

tidak lengket dan mudah dicuci dengan air. Pada dasarnya tipe amulsi dapat

diprediksi sesuai tipe mulgator yang digunakan. Dinyatakan dalam aturan

Banchroft bahwa fase yang dapat melarutkan emulgator akan menjadi medium

dispers atau fase luarnya (Voigt, 1994). Pada formula dalam penelitian ini

digunakan emulgator polysorbate 80 yang memiliki HLB 15 yang menunjukkan

bahwa polysorbate 80 hidrofil, dan triethanolamin stearat yang larut air, maka

(49)

1. Penambahan Salah Satu Fase secara Berlebih

Sejumlah lotion diletakkan pada sebuah kaca arloji, kemudian

ditambahkan air secara berlebih. Lotion VCO dari tiap percobaan dapat

bercampur dengan air, hal ini menunjukkan bahwa fase eksternallotionadalah

air, maka hasil ini membuktikan bahwa lotion yang dihasilkan adalah emulsi

tipe minyak dalam air.

2. Penambahan Zat Warna Larut Air

Secara lebih jelas, hasil pengamatan dengan zat warna larut air

(methylen blue) dapat dilihat pada gambar 4.

Percobaan 1 Percobaan a

Percobaan b Percobaan ab

Gambar 4. Penentuan tipe emulsi dengan cara menambahkan zat warna larut air. Diamati degan mikroskop menggunakan perbesaran (4x10)

Zat warna larut air yang digunakan adalah methylen blue. Lotion

dioleskan tipis pada sebuah gelas benda, kemudian diteteskan methylen blue

(50)

mengelilingi droplet yang tetap berwarna putih. Karenamethylen blue sifatnya

larut air, dengan demikian disimpulkan bahwa lotion yang dihasilkan

merupakan emulsi dengan tipe minyak dalam air.

3. Pencucian dengan Air

Lotion dioleskan pada tangan dan kemudian dibilas dengan air.

Berdasarkan pengujian, lotion mudah dibilas dengan air, maka disimpulkan

bahwalotiontersebut bertipe minyak dalam air.

Mengacu pada ketiga uji yang telah dilakukan, maka disimpulkan

bahwa lotion yang dihasilkan merupakan emulsi yang bertipe minyak dalam

air.

C. Sifat Fisik dan Stabilitas

Lotionyang baik memenuhi syarat fisik dan stabilitas sediaanlotionyang

baik. Parameter sifat fisik lotion yang diteliti adalah daya sebar dan viskositas.

Parameter stabilitas yang diteliti adalah pergeseran viskositas setelah disimpan

selama satu bulan, ukuran droplet, perubahan ukuran droplet setelah penyimpanan

selama satu bulan, serta persen pemisahan lotion yang terjadi setelah disimpan

satu bulan.

Daya sebar merupakan parameter yang menggambarkan mudahnyalotion

diaplikasikan pada kulit. Daya sebar sangat erat kaitannya dengan viskositas, dan

memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin rendah

(51)

yang diperoleh dari hasil penyebaranlotionmenunjukkan kemampuan penyebaran

lotionsaat diaplikasikan pada kulit (Garget al., 2002).

Secara keseluruhan, respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel III. Respon Hasil Percobaan

Perc. Nilai tengah Modus Ukuran droplet (µm) Daya Sebar (cm) Viskositas (d Pa.s) Pergeseran viskositas (%) % Pemisahan

1 27,01 7,56 ± 0,09 13,17 ± 0,75 13,05± 9,85 0 a 27,01 7,16 ± 0,12 14,85 ± 0,75 9,21 ± 5,77 0 b 21,01 6,05 ± 0,19 17,33 ± 0,82 4,80 ± 2,37 0 ab 21,01 6,68 ± 0,16 17,16 ± 0,98 7,58 ± 7,83 0

Viskositas lotion diukur menggunakan Viscotester RION seri VT 04.

Viskositas lotion diamati pada skala yang terdapat pada alat. Pengukuran

viskositas dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat 48 jam setelah pembuatan dan

pada hari ke-30, setelah lotion disimpan selama 1 bulan. Dari kedua data

viskositas tersebut, kemudian dapat diketahui pergeseran viskositas yang terjadi

yang mampu mengindikasikan ketidakstabilan sediaan.

Selain itu, kestabilan lotion dapat dilihat juga dari pemisahan emulsi

yang terjadi. Caranya sejumlah tertentu lotion dimasukkan dalam tabung reaksi

berskala, kemudian setelah disimpan selama 1 bulan dilihat pemisahan emulsi

yang terjadi. Modus ukuran droplet dilihat dengan menggunakan mikroskop yang

terhubung dengan perangkat foto, kemudian diukur diameternya sesuai skala

perbesaran yang digunakan saat mengambil foto dan dihitung frekuensi terbanyak

(52)

Pada penelitian ini, cara menentukan signifikansi faktor yang

berpengaruh dominan antara suhu dan kecepatan putar, atau interaksinya dalam

mempengaruhi sifat fisik dan stabilitaslotiondihitung menggunakan :

1. Desain faktorial, yaitu menghitung efek dari setiap faktor maupun interaksinya

untuk melihat pengaruhnya terhadap respon. Perhitungan yang dihasilkan

memuat arah respon. Di mana tanda minus (-) menyatakan pengaruh faktor

terhadap respon adalah menurunkan dan tanpa tanda (+) yang berarti bernilai

positif, menyatakan pengaruh faktor terhadap respon adalah menaikkan.

2. Yate’s treatment, merupakan teknik statistik untuk menilai secara obyektif

signifikansi pengaruh relatif dari berbagai faktor dan interaksi terhadap respon

yang diperoleh. Hasil dari perhitungan ini tidak memuat arah respon.

Tabel IV. Perhitungan Efek Faktor dari Tiap Faktor dan Interaksi

Percobaan Modus Ukuran

droplet Daya Sebar Viskositas

Pergeseran viskositas Kecepatan

Putar 0 0,115 0,25 |-0,53| Suhu

Pencampuran |-6| |-0,995| 2,75 |-4,94| Interaksi 0 0,515 |-1,41| 3,31

1. Ukuran Droplet

Ukuran droplet yang dihasilkan yaitu bervariasi dengan adanya beberapa

ukuran droplet yang relatif lebih besar dan juga dikelilingi droplet satelit,

berdasarkan variasi ukuran droplet tersebut, maka ukuran droplet pada penelitian

ini adalah polidispers. Untuk ukuran droplet polidispers, selain ukuran dropletnya,

(53)

menghitung modus ukuran droplet. Untuk tujuan tersebut, pada penelitian ini

dilakukan pengukuran modus droplet yang dihasilkan untuk memperkirakan

kisaran ukuran droplet yang ada beserta jumlahnya dari masing-masing kisaran

tersebut, dengan demikian maka dapat diperoleh kurva distribusi ukuran droplet.

Distribusi ukuran droplet penting untuk diketahui karena dapat terjadi suatu

kemungkinan bahwa ada dua sampel dengan nilai rata-rata sama namun

distribusinya berbeda.

Ukuran droplet ini diperoleh dengan mengukur diameter droplet

menggunakan mikroskop dan kemudian menghitung modus dari masing-masing

nilai tengah interval droplet. Droplet yang dihasilkan dalam penelitian ini

dimasukkan dalam interval besar dari 0 hingga 60 µm dan kemudian dibagi dalam

10 interval kecil dan dari masing-masing interval tersebut diambil nilai tengahnya.

Dari nilai tengah tersebut kemudian dihitung modusnya. Berdasarkan perhitungan

tersebut, maka dapat digambarkan dalam sebuah grafik yang ditunjukkan pada

gambar 5.

Dari grafik 5 tampak bahwa modus ukuran droplet yang kecil yang

tertinggi adalah pada percobaan ab, pada percobaan tersebut digunakan level

tinggi dari masing-masing faktor. Berdasarkan data tersebut, maka tampak bahwa

ukuran droplet akan menurun dengan adanya kenaikan suhu pencampuran dan

kecepatan putar mixer. Karena besarnya energi yang diberikan tersebut akan

membuat minyak lebih terdispersi dalam air dalam droplet-droplet yang lebih

(54)

Pada percobaan 1 (Gambar 5), modus ukuran droplet lebih besar dari

pada percobaan ab. Pada percobaan 1, digunakan level rendah-rendah dari

masing-masing faktor, dengan demikian, maka energi yang diberikan dari proses

pembuatan kurang untuk menghasilkan ukuran droplet yang lebih kecil.

Jika dibandingkan antara percobaan a dan b, modus ukuran droplet yang

lebih kecil adalah pada percobaan b. Pada percobaan b digunakan level rendah

kecepatan putar dan level tinggi suhu, sedangkan pada percobaan a, digunakan

level tinggi kecepatan dan level rendah suhu. Dari data tersebut, maka tampak

bahwa dengan adanya kenaikan suhu, akan berpengaruh dalam memperkecil

ukuran droplet.

Berdasarkan kurva frekuensi ukuran droplet yang dihasilkan (Gambar 5),

maka terbukti bahwa ukuran droplet yang pada penelitian ini adalah polidispers,

hal ini tampak dari bentuk kurva distribusi ukuran droplet yang tidak simetris.

Sementara ukuran droplet yang monodispers memiliki kurva distribusi ukuran

droplet yang simetris berbentuk lonceng.

Emulsi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah keruh, hal ini

menunjukkan bahwa emulsi tersebut termasuk makroemulsi, karena mikroemulsi

akan bening atau dapat ditembus cahaya. Makroemulsi memiliki kisaran ukuran

droplet 10-50 µm (Martin, 1993). Dalam penelitian ini, range ukuran droplet yang

diinginkan mengacu pada Daniels (2005), yaitu menyatakan bahwa ukuran droplet

yang diharapkan yang tidak menghasilkan efek negatif terhadap stabilitas fisik

(55)

tersebut, maka ukuran droplet yang dihasilkan padalotionini dapat dikategorikan

relatif sudah memenuhi stabilitas fisiklotionyang diharapkan.

Gambar 5. Grafik perbandingan frekuensi nilai tengah interval ukuran droplet masing-masing percobaan

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode desain faktorial yang

dapat dilihat pada tabel IV, maka diketahui bahwa faktor yang dominan

berpengaruh terhadap ukuran droplet adalah suhu pencampuran. Dari perhitungan

yang diperoleh, semakin tinggi suhu pencampuran, maka ukuran droplet yang

dihasilkan semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada suhu yang tinggi proses

saponifikasi untuk pembentukan trietanolamin stearat semakin baik, sehingga

(56)

optimal, maka dispersi minyak dalam air pada lotion ini semakin optimal dan

homogen. Salah satu hal yang teramati dari hal tersebut adalah semakin kecilnya

droplet minyak dalam air.

Gambar 6a Gambar 6b

Gambar 6. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap ukuran droplet

Dari kurva pada gambar 6, maka dapat dilihat bahwa baik pada level rendah

maupun level tinggi kecepatan putar, adanya kenaikan suhu menyebabkan

penurunan modus ukuran droplet (6a). Namun pada level rendah maupun tinggi

suhu, adanya peningkatan kecepatan putar tidak menyebabkan perubahan modus

ukuran droplet (6b).

Hipotesis alternatif (H1) yang digunakan adalah adanya hubungan antara

faktor dalam hal ini suhu pencampuran dan kecepatan putar mixer terhadap

pergeseran viskositas, sedangkan H0 merupakan negasinya yang menyatakan

(57)

diterima dan H0 ditolak jika F hitung lebih besar dari F tabel. Dalam penelitian

ini, F tabel adalah 4,35.

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan menggunakanYate’s treatment:

Tabel V. Analisisyate’s treatmentpada respon Ukuran Droplet

Source

Degrees of freedom

Sum of Squares

Mean

Squares E

Between:

Faktor a 1 1,5000 1,5000 0,1515 Faktof b 1 73,5000 73,5000 7,4242

Interaksi 1 1,5000 1,5000 0,1515

Within:

Error 20 198,0000 9,9000

Total 23 274,5000

Keterangan: a: kecepatan putar, b: suhu pencampuran

Dari perhitungan yate’s treatment (tabel V) untuk ukuran droplet ini,

dapat dilihat bahwa besarnya F untuk suhu pencampuran merupakan satu-satunya

yang lebih besar dari F tabel, maka hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan dari suhu pencampuran terhadap respon ukuran droplet yang

dihasilkan. Dengan demikian, maka pemilihan suhu pencampuran harus

diperhatikan karena akan berpengaruh dalam menentukan besarnya ukuran droplet

yang dihasilkan.

2. Daya Sebar

Pada perhitungan menggunakan desain faktorial pada tabel IV, suhu

pencampuran dominan mempengaruhi respon daya sebar. Nilai negatif

menunjukkan bahwa meningkatnya suhu pencampuran akan menurunkan respon

(58)

Daya sebar erat kaitannya dengan viskositas, yaitu berbanding terbalik.

Maka jika viskositas semakin kecil berarti daya sebar meningkat. Kenaikan suhu

pada level penelitian ini menyebabkan tingginya kuantitas emulgator yang

terbentuk, hal tersebut akan mengoptimalkan dispersi fase minyak pada fase air.

Dengan demikian ukuran droplet minyak semakin kecil hingga batas optimum dan

terdistribusi merata pada medium dispersnya, maka fase kontinyu akan menjadi

semakin rigid, sehingga yang terukur adalah viskositas yang semakin naik dan

daya sebar turun.

Gambar 7a Gambar 7b

Gambar 7. Grafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap daya sebar

Berdasarkan grafik pada gambar 7, maka dapat dilihat bahwa pada level

rendah kecepatan, adanya kenaikan suhu mengakibatkan menurunnya daya sebar,

sedangkan pada level tinggi kecepatan adanya kenaikan suhu mengakibatkan

naiknya daya sebar (7a). Pada pengaruh kecepatan putar terhadap daya sebar, pada

(59)

mengakibatkan penurunan daya sebar (7b). Adanya perpotongan dan kedua garis

yang tidak sejajar, menunjukkan bahwa ada interaksi antara suhu pencampuran

dan kecepatan putar dalam menentukan respon daya sebar.

Berikut ini adalah hasil perhitunganyate’s treatment menggunakan taraf

kepercayaan 95% untuk respon daya sebar :

Tabel VI. Analisisyate’s treatmentpada respon daya sebar

Source

Degrees of freedom

Sum of Squares

Mean

Squares F

Between:

Faktor a 1 0,0817 0,08167 3,77649326 Faktor b 1 5,9004 5,90042 272,851638

interaksi 1 1,6017 1,60167 74,0655106 Within:

Error 20 0,4325 0,02163

Total 23 8,0163

Keterangan: a: kecepatan putar, b: suhu pencampuran

Hipotesis alternatif (H1) yang digunakan adalah adanya hubungan antara

faktor dalam hal ini suhu pencampuran dan kecepatan putar mixerterhadap daya

sebar, sedangkan H0 merupakan negasinya yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara faktor dengan respon. H1 diterima dan H0 ditolak jika F hitung

lebih besar dari F tabel. Dalam penelitian ini, F tabel adalah 4,35.

Berdasarkah hasil perhitungan yate’s treatment (tabel VI), suhu

pencampuran secara signifikan mempengaruhi daya sebar, hal ini terbukti dengan

nilai F hitungnya yang lebih besar dari F tabel. Dengan demikian maka dalam

proses pencampuran lotion, besarnya suhu yang digunakan harus sangat

diperhatikan karena adanya sedikit perubahan suhu yang digunakan akan

(60)

Namun dalam perhitungan ini tampak juga bahwa nilai F dari interaksi

antara suhu dengan kecepatan putar juga lebih tinggi dari F tabel, yang artinya

juga signifikan berpengaruh terhadap respon daya sebar. Dengan demikian maka

respon daya sebar tidak hanya ditentukan oleh faktor suhu pencampuran, namun

dipengaruhi juga oleh interaksinya dengan kecepatan putar walaupun pengaruh

kecepatan putarmixertidak signifikan.

3. Viskositas

Dari perhitungan efek faktor tabel IV, faktor yang signifikan berpengaruh

terhadap viskositas adalah suhu. Peningkatan suhu akan menyebabkan proses

saponifikasi berjalan optimal dan mengasilkan emulgator dengan kuantitas yang

banyak, maka pencampuran bahan-bahannya semakin homogen. Makin tinggi

konsentrasi zat pengemulsi, akan makin tinggi pula viskositas produk tersebut

(Martin, 1993).

Pada suhu yang semakin tinggi kuantitas trietanolamin stearat semakin

banyak terbentuk dan pada suhu penelitian ini polysorbate 80 tidak mengalami

kerusakan karena polysorbate memiliki titik didih yang lebih tinggi dari level

percobaan, yaitu 100°C. Semakin optimal proporsi emulgator akan

mengoptimalkan dispersi fase minyak pada fase air, sehingga ukuran droplet

minyak semakin kecil dan terdistribusi merata pada medium dispersnya, maka

fase kontinyu akan menjadi semakin rigid, sehingga viskositas sediaan akan

(61)

Gambar 8a Gambar 8b

Gambar 8. Gafik hubungan antara suhu pencampuran dan kecepatan putar terhadap viskositas

Berdasarkan gambar 8, dapat dilihat baik pada level rendah maupun level

tinggi kecepatan putar, adanya kenaikan suhu menyebabkan nilai respon

viskositas meningkat (8a). Demikian juga pada level rendah suhu, adanya

peningkatan kecepatan putar akan meningkatkan nilai respon viskositas. Pada

level tinggi suhu, adanya peningkatan kecepatan putar menyebabkan penurunan

viskositas (8b). Dan dari kedua grafik tersebut menyatakan adanya interaksi antar

kedua faktor yang berpengaruh terhadap viskositas.

Hipotesis alternatif (H1) yang digunakan adalah adanya hubungan antara

faktor dalam hal ini suhu pencampuran dan kecepatan putar mixer terhadap

viskositas, sedangkan H0merupakan negasinya yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara faktor dengan viskositas. H1 diterima dan H0 ditolak jika F

(62)

Hasil dari perhitunganyate’s treatmentadalah sebagai berikut :

Tabel VII. Analisisyate’s treatmentpada respon viskositas

Source

Degrees of freedom

Sum of Squares

Mean

Squares F

Between:

Faktor a 1 0,3750 0,37500 0,542169 Faktor b 1 45,3750 45,37500 65,60241

interaksi 1 12,0417 12,04167 17,40964 Within:

Error 20 13,8333 0,69167

Total 23 71,6250

Keterangan: a: kecepatan putar, b: suhu pencampuran

Berdasarkan hasil perhitungan yate’s treatment (tabel VI), suhu

pencampuran secara signifikan mempengaruhi viskositas, hal ini terbukti dengan

nilai F hitungnya yang lebih besar dari F tabel. Namun dalam perhitungan ini

tampak juga bahwa nilai F dari interaksi antara suhu dengan kecepatan putar juga

lebih tinggi dari F tabel, yang artinya juga signifikan berpengaruh terhadap respon

viskositas. Dengan demikian maka respon viskositas tidak hanya ditentukan oleh

faktor suhu pencampuran, namun juga dipengaruhi oleh interaksinya dengan

kecepatan putar walaupun pengaruh kecepatan putarmixertidak signifikan.

4. Pergeseran Viskositas

Viskositas tertentu menunjukkan dispersi bahan-bahan dalam formula

tersebut. Perubahan viskositas mempengaruhi homogenitas dari dispersi

bahan-bahan tersebut, dalam sediaan lotion ini berarti mempengaruhi dispersi fase

minyak dalam bentuk droplet pada mediumnya yaitu air.

Dari perhitungan menggunakan desain faktorial, pada tabel IV, terlihat

(63)

adalah suhu pencampuran. Semakin tinggi suhu, maka akan berpengaruh terhadap

penurunan pergeseran viskositas. Jika pergeseran viskositas mengalami

penurunan, menunjukkan bahwa sediaan relatif stabil karena pergeseran viskositas

yang terjadi kecil. Semakin tinggi suhu pencampuran yang digunakan hingga pada

suatu kondisi optimum tertentu, maka semakin homogen pencampuran form

Gambar

Tabel I.Rancangan Percobaan Desain Faktorial Dengan Dua Faktor
Gambar 13.Grafik pergeseran frekuensi nilai tengah interval ukuran
Gambar 1. Proses pemanjangan ukuran droplet
Gambar 3. Hubungan kecepatan putar dan lama pencampuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi ganda Regresi linier berganda merupakan korelasi simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini adalah untuk mencari nilai koefisien

Bagian administrasi melakukan login terlebih dahulu di form login jika login berhasil maka akan menampilkan form pembayaran pendaftaran playgroup, kemudian menginput data

Penerapan atas prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT Bank Syariah Bukopin secara umum sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan governace outcome

upaya untuk mendorong Kesatuan Republik isu global yang dibahas di Swedia clan Latvia Indonesia, sebagai negara berbagai forum internasional; senantiasa meningkatkan

Oleh karena itu, pendamping memiliki peran untuk mengubah keadaan tidak berdaya yang dialami ODHA tersebut menjadi berdaya kembali.

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik

Yang dimaksud dengan dilepas oleh Pemerintah adalah pernyataan diakuinya suatu hasil pemuliaan menjadi varietas unggul dan dapat disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan