• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Satriyo Pinandito NIM: 049114036

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(2)
(3)
(4)

Karya ini kupersembahkan kepada:

Yesus kristus dan Bunda Maria

Bapak, Ibu Yf. Partiningsih(†) & Ibu Monica Prihartati

Dik Tio dan Dik Satya

Dinta

Orang-orang terkasih

(5)

Satu pintu sudah terbuka. Kini saatnya aku melangkah lagi.

Perjuangan ini belumlah usai. Aku masih sangat kuat untuk berlari

mengejar mimpi-mimpiku, karena kutahu Ia selalu ada. Karena

kutahu Ia selalu menuntunku pada jalan-jalan yang tidak pernah

terduga. Bagai domba yang berjalan di kawanan domba yang lain,

gembala ini sungguh baik. Bagai gembala, aku berjuang untuk

kawanan dombaku. Semangat untuk melayani yang ditularkan Sang

Gembala ini sungguh luar biasa.

Sungguh luar biasa kuasanya. Hingga detik ini segala keluh kesahku

selalu saja dipatahkanNya. Segala keputusasaanku selalu berujung

surga. Sungguh luar biasa proses kehidupan ini. Keluarga,

orang-orang terkasih, sahabat-sahabat, dan teman terukir indah di sini. Di

dalam hatiku. Mereka adalah perpanjangan tanganMu yang selalu

siap menuntunku pada padang rumput yang hijau dan oase

kehidupan yang tak pernah kering. Sungguh luar biasa.

Aku tak tahu apa yang ada di ujung jalan ini. Satu yang kupercaya,

jalan yang kutempuh ini akan selalu membawaku pada kedamaian

dan kasih yang murni.

15.01.09

(6)
(7)

049114036 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitiaan ini bertujuan untuk menggambarkan motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kompetensi interpersonal mahasiswa di masa depan. Hal ini dapat dikembangkan sedini mungkin melalui kegiatan-kegiatan ko-kurikuler di lembaga pendidikan seperti organisasi kemahasiswaan. Lembaga pendidikan berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan mengembangkan kompetensi interpersonal mahasiswa didik sedangkan mahasiswa didik berperan sebagai penggerak organisasi kemahasiswaan. Peran aktif mahasiswa di dalam organisasi kemahasiswaan ini dilatarbelakangi oleh motivasi berorganisasi yang berbeda-beda.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang secara resmi terdaftar di Universitas Sanata Dharma dengan tahun akademik 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan terdaftar atau sudah pernah mengikuti organisasi maupun kegiatan kemahasiswaan di Universitas Sanata Dharma. Subjek penelitian sebanyak 157 orang yang terdiri dari 86 mahasiswa perempuan dan 71 mahasiswa laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala motivasi berorganisasi. Estimasi realibilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yang menghasilkan Koefisian Reliabilitas sebesar 0,903.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek penelitian ini memiliki motivasi berorganisasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik > mean teoritik yaitu 100.02 > 80. Bila dilihat dari setiap aspek motivasi berorganisasi menunjukkan bahwa aspek growth yang paling dominan dengan mean empirik sebesar 37,43. Kemudian diikuti aspek existence dan

relatedness dengan nilai mean empirik masing-masing sebesar 33,48 dan 28,06. Kata kunci: Motivasi berorganisasi

(8)

049114036 Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aims to describe Sanata Dharma University Student’s organizational motivation. The background of this research is based on the need of students’ interpersonal competency in the future. It can be done as early as possible through co-curricular activities in education institution such as student organizational activities. Education institution has a role as a facilitator supporting and improving pupils’ interpersonal competency whereas the pupils have a role as a student organizational activator. Students’ active role in this organization has a different background of organizational motivations.

This research is a quantitative descriptive. The subjects of this research are the students who officially registered at Sanata Dharma University whose academic years are from 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 and 2008 and they are still registered or have taken organizational activities in Sanata Dharma University. The research subjects are 157 students consisting of 86 female students and 71 male students. The gathering data was done by distributing organizational motivation scale. The researcher used reliability estimation using Alpha Cronbach technique that resulted reliability coefficient 0.903.

Based on the data analysis it can be concluded that generally the research subjects have high organizational motivation. It can be seen from the result of empiric mean > theoretic mean that is 100,02 > 80. From every organizational motivation aspect, growth aspect shows the highest score with empiric mean 37,43, and then it is followed by existence and relatedness aspects. They are 33,48 and 28,06 for each of them.

Key word: Organizational motivation

(9)
(10)

Pengasih dan Penyayang. Berkat bimbinganNya dan kerja keras, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma” ini disusun sebagai tugas akhir yang harus ditempuh penulis untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini dengan kritik, saran, semangat, motivasi, doa, dan perhatian. Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini terwujud dan menjadi lengkap dengan bantuan dan dukungan banyak pihak. Maka, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan para malaikat pelindung. Terima kasih atas uluran tanganMu yang senantiasa mengangkatku ketika ku terjatuh.

2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Sylvia Carolina, S. Psi., M.si. selaku Wakaprodi bidang kurikulum Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah sangat membantu khususnya dalam bidang administratif.

(11)

selesaikan dengan baik. Mohon maaf jika selama proses ini banyak kekecewaan yang bapak dapat dari penulis. Penulis berusaha keras untuk memberikan yang terbaik.

5. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas kritik, saran, semangat, waktu, dan kesempatan yang sangat membangun bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga akhir.

6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas ilmu, bimbingan, dan pendidikan selama penulis menjalankan studi. Terimakasih juga bagi Mas Muji (hidup Shera !!!), Mba Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, dan Pak Gie atas semua bantuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Psikologi. 7. Pengurus Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Paingan atas

pelayanannya yang sangat memuaskan.

8. Kepada keluargaku skripsi ini kupersembahkan. Orang tuaku tercinta Bapak F.A Bambang Jati Purwanto dan Ibu Monica Prihartati. Khususnya Ibu Y. F Partiningsih yang telah di surga. Adik-adikku tercinta Andreas Tio Harya Nindito dan F. A Krista Satya Murti. Terus bersemangat dan tanpa lelah belajar! Terimakasih atas segala bentuk perhatian dan dukungannya.

(12)

10. Regina Dinta Friamita. Luar biasa ketulusan, semangat, kasih, energi, kesabaranmu dalam keluh kesahku. Terimakasih banyak atas proses panjang ini. Maaf atas waktu yang terlalu lama ini. Segala sesuatu kan indah pada waktunya.

11. Terimakasih bagi keluarga di Pontianak. Bapak Anastasius Lamiyana dan Ibu Monica Suyati atas pertanyaan, “Sudah sampai mana penulisannya ?” hal ini merupakan semangat yang luar biasa bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Serta bagi Mas Windu dan Mas Ari.

12. Sahabat-sahabat dan Saudara-saudariku tersayang, Pikha, Mbah Adip, Mba Wulan, Betet, Nyunz, Cik Yen, dan BGZ Wawan. Luar biasa dukungan, semangat yang tiada henti, cinta, doa, perhatian, bantuan, kritik, saran, dan canda tawa. Super sekali !! Selalu jaga kondisi dan jaga kesehatan supaya bisa terus jalan-jalan bersama saya dalam wisata kuliner. Hohoho..

13. “Groupies PSYNEMA + Homozone”. Aang, Abe, Adip, Ajay, Baka, Bayu’05, Boloth, Doddy, Felix, anakku Ndule, Tya “Queen of xxx“ , X’na,

Wandan, Wawan, Wening, Wulan’06, Yudi, dkk. Terus berjuang menjadi sineas-sineas muda yang berbakat. Tetap jaga motto kita “Holly KNTT” dan tetap homo selalu. Rockn Roll.. bibeh !!

14. Teman-teman Psikologi yang banyak banget. Sronggot, nuwun yoh diajari SPSS karo diskusine. Jumadi, Pristi, Vania, Pd’Dul, Budi, Nipeng, teman

(13)

Psikologi periode 2004-2008. Muup bagi teman-teman yang namanya belum tercantum silakan menghubungi customerservice kami. Hohoho..

15. “Eks Furelise” Noel, Diaz’Joyo, Haris, Pandu Seto, Berta, Wawan, Yudek, dan artis Last Elise Uya’Surya. Selalu berkembang dan berkualitas, bro !!

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukkan yang membangun baik bagi penelitian ini maupun bagi penulis pribadi.

16. Psychology Beyond Borders (PBB), terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan untukku berkembang. Walaupun sementara, waktu ini tidak terbuang percuma. Khususnya untuk P’Siswo, Devi, Haksi, Baka, Manto, Krisna P’De’Dul, Krisna Pace bukan P’De’Dul, Krisna Jakarta bukan Pace bukan P’De’Dul, Anis, Eca, Nines, Puji, Tina, Via, mb’ Yayi, Tit(o), Yandu, Yudhy anduk, Corry, Ditia, Kike, Dodi.

Yogyakarta, 15 Januari 2009

Penulis

(14)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Motivasi………... 7

(15)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi ... 16

4. Proses Motivasi ... 18

B. Organisasi ... 19

1. Pengertian Organisasi ... 19

2. Ciri-Ciri Organisasi ... 23

3. Fungsi Kelompok Bagi Organisasi ... 25

4. Jenis Organisasi ... 26

5. Jenis Organisasi Kemahasiswaan Universitas Sanata Dharma... 28

C. Mahasiswa ... 31

1. Pengertian Mahasiswa ... 31

2. Tugas Perkembangan ... 32

D. Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa ………. 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Variabel Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional ... 44

D. Subjek Penelitian ... 46

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 46

F. Validitas dan Reliabilitas ... 49

(16)

G. Metode Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Uji Coba Penelitian ... 55

B. Pelaksanaan Penelitian ... 55

C. Hasil Penelitian ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum ... 57

3. Kategori Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma ... 58

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Motivasi ... 60

D. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Keterbatasan Penelitian ... 71

C. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76

(17)

Universitas Sanata Dharma Sebelum Seleksi ... 48

Tabel. 2 Distribusi Item Skala Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Setelah Seleksi ... 51

Tabel. 3 Koefisien Reliabilitas Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Setelah Seleksi ... 52

Tabel. 4 Norma Kategorisasi Jenjang ... 54

Tabel. 5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 56

Tabel. 6 Deskripsi Data Penelitian Secara Umum... 57

Tabel. 7 Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik ... 58

Tabel. 8 Kategorisasi Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 59

Tabel. 9 Deskripsi Data Masing-Masing Aspek Motivasi... 60

(18)

Gambar. 2 Keterkaitan Kebutuhan Dasar Maslow dan ERG Alderfer ... 14 Gambar. 3 Proses motivasi ... 18 Gambar. 4 Skema Konsep ... 42

(19)

1. Uji Coba ... 77

2. Penelitian ... 83

LAMPIRAN B. Uji Reliabilitas... 89

1. Uji Coba ... 90

2. Penelitian... 92

LAMPIRAN C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 94

LAMPIRAN D. Deskripsi Data Penelitian ... 96

1. Data Total ... 97

2. Data Setiap Aspek ... 100

LAMPIRAN E. Instrumen Penelitian ... 106

1. Uji Coba ... 107

2. Penelitian ... 112

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Organisasi kemahasiswaan menjadi suatu wacana studi pendidikan yang semakin berkembang. Organisasi kemahasiswaan yang berkembang di bawah naungan universitas bertujuan untuk membantu mahasiswa memahami dan mengembangkan kompetensi diri atau soft competency.

Kompetensi diri adalah bagian yang tidak terlihat karena berupa nilai citra diri individu dan sifat motif dari individu. Kompetensi ini lebih sulit dikembangkan dan lebih menentukan keberhasilan dalam jangka panjang (McMcClelland, 1987). Jadi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga kompetensi diri yang baik.

Kompetensi diri meliputi profesionalitas, kerja sama tim, sportivitas, kebersamaan, kedewasaan, toleransi, pembinaan sikap ilmiah, sikap hidup bermasyarakat, sikap kepemimpinan, dan sikap kejuangan (Depdiknas, 2003). Selain itu, hasil survei dari National Association of College and Employee (NACE) pada tahun 2002 kepada 457 pemimpin tentang kompetensi diri adalah kemampuan komunikasi, kejujuran / integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi / inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail,

(21)

kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP >= 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha.

Kunci keberhasilan pengembangan kompetensi mahasiswa ini adalah keikutsertaan mahasiswa sebagai pelaku organisasi. Universitas bertugas mendukung dan memfasilitasi kegiatan tersebut. Namun, hal ini menjadi suatu permasalahan jika mahasiswa itu sendiri kurang menyadari arti penting berorganisasi.

Pada periode 2004/2005, kegiatan-kegiatan ko-kurikuler kemahasiswaan di Universitas Sanata Dharma berkembang dengan baik. Organisasi mahasiswa dan komunitas-komunitas minat-non bakat UKM semakin berkembang di bawah kepemimpinan Sdr. Ch. Aditya Nugroho sebagai Presiden BEMU peiode 2004/2005 (Laporan Tahunan Rektor Pada Acara Pesta Emas Sanata Dharma, 2005).

Pada periode 2005/2006 dan 2006/2007, peranan mahasiswa dalam berorganisasi mengalami penurunan yang terlihat ketika pergantian pengurus BEMU (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas) dan BEMF (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas) Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jabatan tertinggi dalam kepengurusan ini kurang diminati oleh mahasiswa sehingga, hanya terdapat calon tunggal selama 2 periode berturut-turut. Permasalahan serupa juga terjadi di ASMI Santa Maria Yogyakarta dimana organisasi kemahasiswaan menjadi antipati bagi mahasiswa (www.pikiran-rakyat.com). Hal ini merupakan parameter kurangnya peran aktif mahasiswa dalam berorganisasi.

(22)

Pada periode 2008/2009, permasalahan di atas dapat segera teratasi. Indikator antusiasme mahasiswa dalam berorganisasi mulai terlihat dari adanya 3 kandidat yang bersaing dalam pemilihan Presiden BEMU Sanata Dharma. Hal serupa juga terjadi di BEM Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pada periode 2007/2008 dan 2008/2009 terdapat lebih dari 1 kandidat yang bersaing menduduki jabatan Gubernur BEMF.

Suatu fenomena yang juga terjadi di Universitas Sanata Dharma menyatakan bahwa mahasiswa menjadi anggota suatu organisasi karena merasa dituntut aktif oleh lembaga pendidikan. Pemberlakuan sistem poin misalnya, membuat mahasiswa yang enggan berorganisasi di kampus merasa harus terlibat di bidang yang kurang diminatinya. Keikutsertaan mahasiswa ini belum dilandasi oleh kesadaran pengembangan kompetensi diri. Hal ini berakibat peran aktif mahasiswa hanya sebagai formalitas. Dengan dimikian, mahasiswa merasa aman dengan mendapatkan poin keaktifan dalam berorganisasi.

Fenomena lain menyatakan ketika awal periode kepengurusan, mahasiswa antusias berorganisasi. Hal ini tampak dengan bertambahnya anggota baru yang cukup banyak. Memasuki tengah tahun kepengurusan dan permasalahan mulai kompleks pada setiap individu seperti pembagian waktu antara berorganisasi dan kuliah, membuat peran aktif mahasiswa mulai menurun. Mahasiswa yang sudah terdaftar dalam suatu organisasi

(23)

menjadi fakum dan kurang terlibat dalam perkembangan organsisasi yang semula diikutinya.

Kecenderungan tersebut tidak sepenuhnya terjadi di Universitas Sanata Dharma. Terdapat pula mahasiswa yang mampu berkembang secara akademis dan aktif dalam organisasi. Hal ini dapat dimungkinkan adanya kesadaran mahasiswa dalam pengembangan diri.

Fenomena-fenomena tersebut menyatakan tentang keberagaman alasan setiap mahasiswa dalam berorganisasi di Universitas Sanata Dharma. Berbagai macam alasan yang mendorong mahasiswa berorganisasi disebut sebagai motif berorganisasi pada mahasiswa. Proses yang berasal dari dalam diri seseorang dan menggerakkan melakukan suatu tujuan tertentu disebut motivasi. Peristiwa ini berasal dari adanya suatu tegangan dalam individu yang memunculkan dorongan-dorongan untuk mencari tujuan-tujuan khusus yang akan memuaskan kebutuhan tersebut (Munandar, 2001). Proses penemuan tujuan-tujuan khusus ini merupakan proses yang tidak mudah bagi setiap individu. Individu akan menitik beratkan pada proses belajar serta proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya (www.sinarharapan.co.id).

Studi motivasi yang dilakukan oleh Alderfer (McCormick, 1985) yaitu teori ERG mengungkapkan tentang tiga kebutuhan dasar manusia, yaitu existance needs berkaitan dengan kebutuhan fisik manusia.

Relatedness needs berhubungan dengan kebutuhan diri dalam bentuk kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja. Growth needs

(24)

berkaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi.

Penelitian mengenai motivasi berorganisasi pada mahasiswa ini penting untuk dikaji lebih lanjut. Pengetahuan mengenai motivasi mahasiswa dalam berorganisasi akan membantu dalam mengembangkan kompetensi diri. Jika mahasiswa mengetahui motivasi dalam berorganisasi, maka mahasiswa akan lebih mampu mengembangkan kompetensi diri dan menentukan tujuan hidup.

Berlatar belakang dari keberagaman motivasi berorganisasi ini, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat motivasi murni mahasiswa dalam berorganisasi di Universitas Sanata Dharma. Selain itu, penelitian ini berusaha mengungkap motivasi berorganisasi yang paling dominan dari aspek-aspek motivasi yang dinyatakan oleh Alderfer.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran tingkat motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan kebutuhan manakah yang menjadi motivasi berorganisasi mahasiswa berdasarkan teori ERG Alderfer yaitu Existence, Relatedness, dan Growth?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan mengetahui motivasi berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma berdasarkan teori ERG Alderfer yaitu Existence, Relatedness, dan Growth.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu Psikologi dalam kaitannya dengan bidang keorganisasian.

b. Sebagai contoh aplikasi dari penerapan teori motivasi ERG (Existence, Relatedness, dan Growth) Alderfer.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi kebutuhan-kebutuhan mana saja yang menjadi motivasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma berorganisasi. Informasi ini dapat memacu dan memotivasi mahasiswa untuk berorganisasi di Universitas Sanata Dharma.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi

1. Pengertian motivasi

Motif dan motivasi memiliki ikatan yang sangat erat. Menurut Kamus Psikologi (Chaplin, 1999) motif adalah suatu keadaan ketegangan di dalam individu, yang membangkitkan, memelihara, dan mengarahkan tingkah laku menuju pada suatu tujuan / sasaran. Motif juga disebutkan sebagai alasan yang disadari, yang diberikan individu bagi tingkah lakunya. Kamus Psikologi (Chaplin, 1999) juga menyatakan bahwa motivasi adalah suatu variabel penyelang yang ikut campur untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam diri yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menjadi suatu tujuan / sasasaran. Mar’at (1981) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif yang ada dalam diri seseorang menjadi perbuatan-perbuatan / tingkah laku yang mengarah pada pencapaian kebutuhan / tujuan. Dipertegas oleh Arul (1999) yang menyatakan bahwa kata motivasi diturunkan dari kata kerja bahasa latin:

movere yang berarti menggerakkan. Maka, motivasi merupakan hal yang berasal dari dalam diri seseorang yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

(27)

Munandar (2001) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan tertentu yaitu memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Selain itu, motivasi merupakan kesediaan individu untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan yang dikondisikan dalam beberapa kebutuhan individual (Robbins, 2005). Ditegaskan pula oleh Baron (1995) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang tidak dapat langsung dilihat tetapi dapat diketahui dari aktivitas, petunjuk, dan bagaimana seseorang mempertahankan perilakunya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan proses internal yang mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan individu melakukan serangkaian kegiatan untuk memenuhi / memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas, petunjuk, dan perilaku seseorang.

2. Keterkaitan Teori Kebutuhan Dasar Maslow dan Teori ERG Alderfer Pada tahun 1954, Abraham H. Maslow menyatakan bahwa variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi jika jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan (fulfillment-progression) (Munandar, 2001).

(28)

Dalam perkembangannya, Maslow merevisi teori kebutuhan dasar manusia ini. Maslow menyatakan agar hirarki kebutuhan ini jangan dipandang secara kaku. Ada perkecualian penerapan teori ini terhadap konteks-konteks tertentu. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak / belum terpuaskan, maka individu akan kembali pada usaha untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah (frustration-regression). Hal ini didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpuaskan memiliki pengaruh terbesar pada tingkah laku manusia. Hasrat yang telah terpuaskan tidak lagi memiliki pengaruh berarti pada motivasi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan ini seluruhnya memiliki nilai yang sama penting (tidak hirarkis) (Goble, F, 1987). Berikut ini adalah teori kebutuhan dasar Maslow, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs)

Pada umumnya kebutuhan fisiologis ini bersifat menjaga keseimbangan (homeostatis) (Alwisol, 2005). Kebutuhan ini timbul berdasarkan kondisi fisiologikal badan yang meliputi rasa lapar, haus, istirahat, dan kebutuhan jasmaniah lainnya (Robbins, 2005).

b. Kebutuhan rasa aman (safetyneeds)

Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari ancaman fisik, mental, psikologikal, dan intelektual (Robbins, 2005).

(29)

c. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs) atau kebutuhan sosial (sosial needs)

Kebutuhan cinta menjadi tujuan yang dominan ketika individu berada dalam suatu kelompok sosial. Individu sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan cinta. Kebutuhan ini akan menjadi sangat penting sepanjang kehidupan manusia (Alwisol, 2005). Kebutuhan ini mencakup perhatian, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan (Robbins, 2005).

d. Kebutuhan harga diri (esteemneeds)

Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis: i. Faktor internal

Kebutuhan yang termasuk di dalamnya adalah harga diri, kepercayaan diri, otonomi, kompetensi, dan prestasi (Robbins, 2005).

ii. Faktor eksternal

Kebutuhan yang menyangkut reputasi meliputi status, diakui, dan diperhatikan (Robbins, 2005).

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)

Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Alwisol, 2005). Kebutuhan ini mencakup kebutuhan pertumbuhan, kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan dapat merealisasikan potensinya secara penuh, dan keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment) (Robbins, 2005).

(30)

f. Hasrat untuk tahu dan memahami

Proses pemenuhan kebutuhan ini disebut pencarian makna. Kebutuhan ini mencakup hasrat untuk memahami, menyusun, mengatur, menganalisa, menemukan hubungan-hubungan dan makna-makna, membangun suatu sistem nilai-nilai (Goble, F, 1987).

g. Kebutuhan estetik

Kebutuhan ini berhubungan dengan gambaran diri diri seseorang. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan keindahan (Goble, F, 1987).

Gambar 1. Kebutuhan Dasar Maslow

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia semakin mendalam, maka penyempurnaan dan evaluasi memang diperlukan (Huffman, dkk., 1997). Hal ini didasarkan pada usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia yang berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang

(31)

pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hirarki.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan dasar dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif. Salah satu teori motivasi yang berkembang dari teori kebutuhan dasar Maslow khususnya 5 tingkat yaitu teori ERG Alderfer (McCormick, 1985). Teori ERG menyatakan bahwa kebutuhan inti individu dikelompokkan menjadi tiga (McCormick, 1985), yaitu:

a. Existence (eksistensi)

Merupakan kebutuhan individu akan substansi material untuk tetap bertahan hidup (McCormick, 1985). Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologis dan rasa aman dari Maslow. Kategori kebutuhan yang merujuk pada kebutuhan rasa aman dan perlindungan dari ancaman mental, psikologikal, dan intelektual (Robbins, 2005). Alwisol (2004) menambahkan pula tentang keteraturan.

b. Relatedness (hubungan)

Merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama. Individu berkeinginan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang

(32)

lain yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Individu mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman dan rekan kerja (Munandar, 2001). Kebutuhan ini mencakup kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan eksternal dari Maslow. Kategori kebutuhan ini merujuk pada bentuk persahabatan, kerjasama, pengakuan, dan perhatian (Robbins, 2005). Ditambahkan pula oleh Goble (1987) aspek penghargaan dari orang lain. Dominasi dan penghormatan dari orang lain (Alwisol, 2004).

c. Growth (pertumbuhan)

Merupakan kebutuhan individu untuk menumbuhkkan dan mengembangkan kecakapan pribadi secara penuh (McCormick, 1985). Kebutuhan ini mencakup kebutuhan penghargaan internal dan aktualisasi diri dari Maslow. Kategori kebutuhan ini antara lain otonomi, kompetensi, prestasi, mencapai suatu potensi, pemenuhan terhadap diri (Robbins, 2005)

(33)

Berikut ini adalah gambar keterkaitan teori ERG Alderfer dengan teori hirarki kebutuhan Maslow.

Gambar 2. Keterkaitan Kebutuhan Dasar Maslow dan ERG Alderfer. Alderfer berpendapat bahwa kebutuhan eksistensi (existence), hubungan (relatednes), dan pertumbuhan (growth) berada pada suatu kesinambungan yang konkret. Kebutuhan eksistensi (existence) merupakan kebutuhan yang paling konkret. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan (growth) merupakan kebutuhan yang paling kurang konkret (Munandar, 2001). Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:

a. Semakin lengkap suatu kebutuhan yang lebih konkret dipuasi, maka semakin besar keinginan / dorongan untuk memuaskan kebutuhan yang kurang konkret. Keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.

(34)

b. Jika suatu kebutuhan kurang dipuasi, semakin besar keinginannya untuk memuaskannya.

c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

Sependapat dengan Maslow, Alderfer menyatakan tentang pentingya pemuasan kebutuhan secara bertahap dari rendah ke tinggi (fulfillment-progression). Jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak / belum terpuaskan, maka individu akan kembali pada usaha untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah (frustration-regression) dan mampu memuaskan kebutuhannya secara bersamaan (Munandar, 2001). Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Manusia menyadari keterbatasannya sehingga berusaha menyesuaikan diri pada kondisi objektif yang dihadapinya dengan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dapat dicapainya.

Teori ERG lebih konsisten ketika diterapkan dalam berbagai variabel individu. Variabel-variabel tersebut seperti organisasi, pendidikan, latar belakang keluarga, dan budaya suatu masyarakat. Suatu penelitian dengan berlandaskan teori ini pada penduduk asli Spanyol dan Jepang tentang kebutuhan sosial memberikan hasil yang konsisten. Teori ini mengungkap perbedaan individu sebagai masyarakat dengan mengarahkan dorongan ke dalam berbagai bentuk kebutuhan. Secara keseluruhan, teori ERG merupakan versi yang lebih valid dalam hirarki kebutuhan (Robbins, 2005)

(35)

Miner & Dachler (dalam McCormick, 1985) menegaskan bahwa teori ERG menjadi versi teori hirarki kebutuhan yang paling efektif sampai saat ini digunakan dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Konsistensi teori ERG akan mampu mengungkap motivasi individu dengan variabel penelitian organisasi. Jadi, dengan mempertimbangkan pendapat diatas menegaskan bahwa teori ERG dapat diterapkan pada penelitian ini.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi motif menurut Lashley (dalam Dewata, 2004) adalah:

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.

b. Emosi

Emosi yang positif seperti rasa sayang, cinta, atau emosi negatif seperti rasa kecewa, sedih, sakit hati dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.

c. Kebiasaan

Suatu kebiasaan yang karena hal tertentu tidak dapat diwujudkan akan dapat menimbulkan perasaan kehilangan, sehingga faktor kebiasaan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.

d. Mentalsets, nilaidan sikap individu

Mental sets atau kesiapan mental seseorang lebih mampu untuk

(36)

memahami proses internal dirinya dalam mencapai harapan, keinginan, dan nilai sehingga akan mampu memotivasi dirinya.

e. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan akan dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Faktor lingkungan dapat bersifat negatif dan positif. Lingkungan yang negatif akan membawa pengaruh buruk bagi individu. Sedangkan lingkungan yang positif akan membawa pengaruh baik pada individu karena bersifat mengembangkan dan mendukung individu.

Steers dan Porters (McCormick, 1985) menyatakan 3 faktor yang berpengaruh dalam proses motivasi yaitu:

a. Energi

Faktor yang memberikan kekuatan pada tingkah laku. Faktor ini menunjukkan kesungguhan / keseriusan orang bertingkahlaku.

b. Arah

Faktor yang memberi arah pada tingkahlaku. Faktor ini menggambarkan mengapa orang mengarahkan usahanya pada 1 hal tertentu dan bukan pada hal lain.

c. Keajegan

Bagaimana perilaku tersebut dipertahankan. Keajegan menunjukkan suatu tingkahlaku yang berkesinambungan dari kegiatan yang dilakukannya.

Berdasarkan pendapat diatas, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seeorang adalah faktor fisiologis, emosi, kebiasaan, mental sets

(faktor internal), lingkungan (faktor eksternal) (dalam Dewata, 2004), dan

(37)

energi, arah, serta keajegan (McCormick, 1985).

4. Proses Motivasi

Gambar dibawah ini menjelaskan berlangsungnya proses motivasi pada seseorang:

Gambar 3. Proses motivasi

Proses motivasi bermula dari adanya sekelompok kebutuhan yang belum dipuaskan dan akan menciptakan suatu ketegangan dalam diri individu. Ketegangan-ketegangan tersebut akan menimbulkan dorongan-dorongan (drive) (Baron, 1995). Dorongan merupakan proses dasar untuk melakukan serangkaian kegiatan menemukan dan mencari tujuan-tujuan khusus berupa kebutuhan (Murray dalam Dewata, 2004) yang akan memuaskan dan mengurangi ketegangan (Munandar, 2001).

Pada tahap dorongan, individu berada dalam situasi pilihan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan bagi setiap individu memiliki suatu bentuk pemaknaan yang berbeda. Tidak semua kebutuhan individu dapat dipuaskan pada waktu yang bersamaan. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini akan berlangsung secara terus menerus secara sadar maupun tidak sadar.

(38)

Dalam drive theory (Baron, 1995) disebutkan bahwa perilaku memuaskan dan mengurangi ketegangan merupakan usaha individu untuk mencapai keseimbangan antara psikologis dengan jasmani (homeostatis). Munandar (2001) menyatakan bahwa usaha mencapai keseimbangan dapat dilakukan secara aktif atau proaktif, mencari sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan, dan dapat pula merupakan perilaku yang lebih reaktif. Ketika individu berperilaku secara aktif, motivasi ‘didorong keluar’. Misalnya ketika mahasiswa membutuhkan tambahan materi untuk bahan ujiannya, maka ia akan mencarinya ke perpustakaan. Sedangkan ketika perilaku mencari bersifat lebih reaktif, motivasi ‘ditarik keluar’. Misalnya ketika mahasiswa ditawari bahan ujian oleh temannya, maka ia akan menerimanya.

B. Organisasi

1. Pengertian Organisasi

Anwar (2002) menyatakan bahwa organisasi berasal dari kata Yunani ‘organon’ yang berarti ‘alat’. Chaplin (2005) mendefinisikan organisasi sebagai suatu struktur atau pengelompokkan yang terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan, sedemikian rupa sehingga tersusun satu kesatuan terpadu. Sedangkan pengertian organisasi menurut Kast dan Rosenweig (dalam Munandar, 2001) adalah suatu kesatuan atau keseluruhan yang terorganisir, yang terdiri dari dua atau lebih bagian, komponen atau subsistem yang saling tergantung, yang dipisahkan dari suprasistem sebagai lingkungannya oleh batas-batas yang dapat ditemukenali. Mooney (dalam

(39)

Supardi & Anwar, 2002) menyatakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap kerjasama manusia untuk pencapaian tujuan bersama. Schein (1980) menambahkan bahwa organisasi adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab. Dipertegas oleh pendapat Tosi, dkk (dalam Munandar, 2001) bahwa organisasi adalah sekelompok orang-orang, atau dapat dikatakan juga terdiri dari kelompok-kelompok tenaga kerja (dalam hal organisasi perusahaan) yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasnya. Tujuan-tujuan organisasi dikembangkan dan dipertahankan dengan pola-pola perilaku tertentu yang cocok dan stabil dan dapat diperkirakan sebelumnya. Pengembangan dan pertahanan pola-pola perilaku tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi, akan tetap berlangsung meskipun orang-orangnya berganti.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu struktur atau pengelompokkan yang terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan, terorganisir dan tersusun kesatuan terpadu untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi dikembangkan dan dipertahankan dengan pola-pola perilaku tertentu yang cocok dan stabil agar organisasi tetap berlangsung meskipun orang-orangnya berganti.

Organisasi merupakan kerangka kerja dari setiap kerjasama yang dilakukan individu bersama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Maka, organisasi sebagai struktur tata pembagian kerja dan struktur

(40)

tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi memiliki makna yang luas dan dapat dipandang dari segi yang berbeda. Berikut ini berbagai macam sudut pandang organisasi menurut Supardi dan Anwar (2002), yaitu :

a. Organisasi sebagai suatu wadah

Organisasi adalah tempat dimana kegiatan manajemen dijalankan. Sebagai wadah suatu pola dasar, struktur organisasi bersifat relatif tetap. Kemungkinan terjadinya perubahan struktur organisasi karena adanya perubahan tujuan, tugas, atau pergantian pemimpin organisasi.

b. Organisasi sebagai suatu proses

Tinjauan organisasi sebagai proses adalah memperhatikan dan menyoroti interaksi antar orang-orang yang menjadi anggota organisasi sekaligus sebagai kelompok orang-orang yang berpikir dan bertindak secara tertentu. Sebagai suatu proses, organisasi jauh lebih dinamis daripada sebagai wadah.

Tinjauan organisasi sebagai suatu proses ini menimbulkan pendapat tentang adanya 2 macam hubungan dalam organisasi, yaitu:

i. Hubungan formal

Organisasi dengan pola hubungan yang ditetapkan secara resmi dan umumnya diatur dalam prosedur kerja oleh pimpinan organisasi tersebut.

(41)

ii. Hubungan informal

Organisasi dengan sejumlah tata hubungan kerja yang terbentuk dari hubungan kerjasama sejumlah orang dalam jangka waktu panjang yang meliputi hubungan dan aktivitas yang tidak ditetapkan secara resmi dalam struktur organisasi. Organisasi informal ini memiliki fungsi sebagai (1) sarana komunikasi, (2) memelihara kebutuhan organisasi formal dengan cara menyumbangkan kegiatan-kegiatan dan menjaga kestabilan wewenang dalam organisasi tersebut, (3) memelihara perasaan akan keutuhan pribadi, penghargaan bagi diri sendiri, dan kebebasan bertindak pada orang-orang yang tergabung dalam organisasi. c. Organisasi sebagai suatu sistem

Organisasi sebagai suatu sistem merupakan perpaduan dari 2 atau 3 macam sistem, yaitu:

i. Sistem sosial

Suatu sistem tata hubungan antar sesama manusia dengan lingkungan sekitarnya.

ii. Sistem fungsional

Sistem fungsional adalah jaringan antara fungsi-fungsi yang dikaitkan satu sama lain secara integral sehingga bersama-sama membawa tercapainya tujuan utama organisasi.

(42)

iii. Sistem komunikasi

Sistem komunikasi sebagai sarana informasi bagi organisasi untuk hidup dan berkembang.

2. Ciri-Ciri Organisasi

Organisasi sebagai suatu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan dalam pencapaian tujuan memiliki 3 ciri dasar (Schein, 1980) yaitu:

a. Koordinasi

Individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapannya sendiri. Individu membutuhkan bantuan individu lain untuk dapat bertahan hidup. Maka, akan terjadi interaksi untuk saling berkoordinasi satu dengan yang lain. Dengan demikian, konsep dasar organisasi adalah koordinasi usaha untuk saling membantu.

b. Tujuan bersama

Ciri dasar berikutnya yang penting dalam organisasi adalah adanya penetapan tujuan organisasi. Tujuan organisasi merupakan arah organisasi tersebut akan berkembang. Maka, tujuan akan tercapai dengan adanya koordinasi para anggota organisasi sebagai pelaksana.

c. Pembagian kerja

Manusia menyadari bahwa cara yang paling efektif dalam mencapai tujuan organisasi adalah dengan membagi tugas di antara para anggotanya. Pembagian tugas organisasi ini didasarkan pada diferensiasi fungsi yaitu pembagian tugas atas bakat dan keterampilan yang dimiliki anggota

(43)

organisasi. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan organisasi.

Robbins (2005) menyatakan bahwa organisasi memiliki ciri-ciri dasar, yaitu:

a. Terdiri dari 2 (dua) atau lebih orang

Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok manusia yang saling bekerjasama memenuhi kebutuhannya.

b. Saling mempengaruhi dan ketergantungan

Kelompok-kelompok manusia yang berada di dalam rangkaian organisasi saling terkait dan membutuhkan satu dengan yang lain.

c. Bersama-sama memiliki sasaran

Kelompok-kelompok manusia yang memiliki satu tujuan bersama yang harus dicapai.

Kesimpulan yang dapat diambil mengenai ciri-ciri organisasi yaitu terdiri dari 2 orang atau lebih, adanya koordinasi, adanya pembagian kerja, memiliki tujuan bersama (pencapaian sasaran), dan saling mempengaruhi.

3. Fungsi Kelompok Bagi Organisasi

Fungsi kelompok dalam usaha mencapai tujuan organisasi (Schein, 1980), yaitu:

a. Pelaksana tugas yang kompleks dan saling berkaitan

Anggota organisasi membutuhkan peran anggota kelompok yang lain untuk menyelesaikan tugas majemuk. Tugas majemuk pada dasarnya tugas

(44)

yang saling terkait dengan tugas lain. Oleh sebab itu, kelompok akan sangat berfungsi dalam pemecahan masalah ini. Contohnya pilot membutuhkan awak crew yang lain dalam kelancaran penerbangannya.

b. Mekanisme pemecahan masalah

Ketika organisasi dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan pengolahan secara majemuk, interaksi antar anggota yang memiliki informasi dan pertimbangan yang berbeda akan mempermudah pemecahan masalah tersebut.

c. Penghasil gagasan baru dan jawaban kreatif

Kelompok merupakan wadah untuk dapat menghasilkan gagasan baru dan jawaban kreatif karena para anggota saling merangsang dalam memberikan gagasan dan jawaban penyelesaian masalah.

d. Pelancar dari pelaksanaan keputusan yang majemuk

Jika suatu organisasi memutuskan suatu pemecahan masalah yang baru, maka para anggota organisasi akan mulai membuat perencanaan dan memantau pelaksanaan keputusan tersebut.

e. Sarana sosialiasi dan pelatihan

Pelaksanaan pengenalan dan pelatihan bagi anggota organisasi apabila dilaksanakan dalam kelompok. Selain itu, kelompok berfungsi sebagai sarana bersosialisasi, menjalin relasi dengan anggota yang lain, dan membangun kelekatan kelompok.

(45)

f. Penghubung atau koordinator utama antar beberapa departemen

Merupakan kelompok baru yang dibentuk dari perwakilan kelompok-kelompok lain yang berfungsi mencegah terjadinya konflik dan tetap terkoordinasinya antar bagian.

4. Jenis Organisasi

Schein (1980) membagi organisasi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Organisasi formal

Organisasi formal adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab. Contoh organisasi formal mahasiswa adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan (UK).

Robbins (2005) menambahkan bahwa kelompok formal dapat dibedakan menjadi:

i. Kelompok komando

Kelompok yang bersifat permanen dan terdiri dari pemimpin kelompok serta bawahannya. Interaksi yang terjadi adalah pemberian laporan secara langsung. Kelompok ini tidak akan berubah jika tidak ada perubahan dalam struktur organisasi. Contohnya ketika sekretaris memberitahukan laporan surat yang telah dikirim kepada direktur.

(46)

ii. Kelompok tugas

Kelompok ini bersifat sementara dan dapat berubah. Kelompok ini terbentuk karena telah ditentukan oleh organisasi untuk menyelesaikan tugas. Kelompok komando dapat juga dikatakan sebagai kelompok tugas jika dalam tugas-tugas khusus. Misalnya pembentukan panitia rapat kerja yang yang terdiri dari beberapa karyawan.

b. Organisasi informal

Organisasi informal menunjuk pada pola koordinasi yang lahir di kalangan anggota organisasi yang tidak ada dalam cetak biru. Organisasi informal mahasiswa seperti interaksi antar mahasiswa sebagai anggota organisasi formal BEM.

c. Organisasi sosial

Organisasi sosial adalah pola koordinasi yang dengan spontan atau secara tidak langsung muncul dari interaksi individu-individu tanpa melibatkan koordinasi rasional untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi sosial mahasiswa misalnya pertemanan dan persahabatan.

Tosi, dkk (Munandar, 2001) membedakan empat jenis organisasi secara umum, yaitu:

a. Organisasi Mekaniktik (OM)

Suatu organisasi yang formulasinya tinggi. Ciri-cirinya antara lain bekerja berulang-ulang, pembagian kerja ketat (high division of labor),

(47)

tingkat keterampilan rendah, sistem yang sederhana, pengambilan keputusan terpusat, dan kaku.

b. Organisasi Organik (OO)

Organisasi yang formulasinya rendah. Ciri-cirinya antara lain kerja tidak rutin memerlukan orang dengan keterampilan tingi, pengambilan keputusan disentralisasi, struktur dan tugas-tugas kerja yang lentur.

c. Organisasi Campuran Dominansi Teknologi (OCDT)

Formalisasi di bidang pemasaran tinggi dan teknologi rendah. Cirinya yaitu teknologi yang intensif dan tepat guna, staf yang terampil. d. Organisasi Campuran Dominansi Pasar (OCDP)

Formalisasi di bidang teknologi tinggi, di bidang pemasaran rendah. Cirinya yaitu teknologi dengan jaringan panjang, kendali yang disentralisasi dalam fungsi pemasaran dan disentralisasi dalam bidang lain.

5. Jenis Organisasi Kemahasiswaan Universitas Sanata Dharma

Berikut ini adalah berbagai organisasi kemahasiswaan yang berkembang di Universitas Sanata Dharma, yaitu:

a. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU)

Merupakan organisasi kemahasiswaan setingkat universitas yang berfungsi sebagai lembaga eksekutif yang mengkoordinasi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di tingkat universitas dan sebagai forum komunikasi antar lembaga ekstrakurikuler mahasiswa (UKM) (Inisiasi Sanata Dharma, 2004).

(48)

b. Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM)

Organisasi kemahasiswaan setingkat universitas yang bertanggungjawab kepada BEMU dan berfungsi sebagai sarana dalam penyaluran dan pengembangan minat-bakat mahasiswa. UKM Universitas Sanata Dharma antara lain Korps Sukarela (KSR) Unit VI, Resimen Mahasiswa (Menwa), Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma (Mapasadha), Kerohanian, Penalaran, Penerbitan Kampus, Teater “Seriboe Jendela”, PSM “Cantus Firmus”, Koperasi Mahasiswa (Kopma), Fotografi ”Lens Club”, Radio Masdha 95.00 FM, Olah Raga, Unit Pengabdian Masyarakat, Bela Diri yang terdiri dari Tae Kwon Do, INKAI, Kempo, dan Aikido. Terakhir adalah UKM Kesenian yang terdiri dari Unit Kegiatan Band, Grisadha, dan karawitan (Inisiasi Sanata Dharma, 2004).

c. Komunitas Formal

Komunitas yang didirikan atas dasar tujuan tertentu dan diakui keberadaannya oleh universitas sesuai aturan hukum yang baku. Salah satu komunitas setingkat universitas yang tercatat secara resmi di Universitas Sanata Dharma adalah Campus Ministry (CM). CM adalah komunitas non– struktural yang melaksanakan pendampingan dan pelayanan kerohanian di kampus bagi para mahasiswa, dosen, dan karyawan Universitas Sanata Dharma. (Inisiasi Sanata Dharma, 2004)

d. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF)

Merupakan organisasi kemahasiswaan setingkat fakultas yang berfungsi sebagai lembaga eksekutif yang mengkoordinasi kegiatan-kegiatan

(49)

ekstrakurikuler di tingkat fakultas dan sebagai forum komunikasi antar lembaga ekstrakurikuler mahasiswa fakultas (UKF) (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2004). BEMF yang berkembang di Universitas Sanata Dhama adalah BEMF Psikologi, BEMF Farmasi, BEM FKIP, BEM Fakultas Ekonomi (FE), BEMF Sastra, BEMF Teknik.

e. Badan Pengawas Mahasiswa Fakultas (BPMF)

Organisasi kemahasiswaan setingkat fakultas yang berfungsi mengamati dan mengevaluasi kinerja BEMF sesuai dengan peraturan yang telah digariskan (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2004). Beberapa Fakultas yang memiliki BPMF antara lain Fakultas Psikologi dan Farmasi Universitas Sanata Dharma.

f. Unit Kegiatan Fakultas (UKF)

Unit-Unit kegiatan setingkat fakultas yang berfungsi sebagai sarana penyaluran minat dan bakat mahasiswa. Keberadaan unit-unit kegiatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa fakultas sehingga setiap fakultas memiliki unit kegiatan yang bervariasi (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2004).

g. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan lembaga setingkatnya

Organisasi kemahasiswaan setingkat prodi / jurusan yang berfungsi sebagai lembaga eksekutif yang mengkoordinasi kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan forum komunikasi mahasiswa di tingkat prodi / jurusan. Bentuk pertanggung jawabannya langsung pada BEMF. HMJ dan lembaga setingkatnya yang berkembang di Universitas Sanata Dhama antara lain

(50)

HMJ PMIPA, HMPS PGSD, HMPS BK, HMPS PBI, HMJ PIPS, HMPS PBSID, HMJ Sastra Inggris, HMJ Sastra Indonesia, HMJ Ilmu Sejarah, Himpunan Mahasiswa Matematika (HMM), HMJ Teknik Elektro, HMJ Teknik Informatika, Keluarga Mahasiswa Teknik Mesin, Keluarga Mahasiswa Mekatronika.

h. Kegiatan kemahasiswaan berjangka pendek (kepanitiaan)

Merupakan suatu acara / kegiatan yang diadakan oleh universitas maupun fakultas secara langsung atau melalui perantara organisasi yang dinaunginya dengan melibatkan peran serta mahasiswa dan dosen sebagai pembibimbing kegiatan. Contoh kegiatan kemahasiswaan yaitu Inisiasi Sanata Dharma (Insadha) dalam ruang lingkup Universitas dan Akrab Psikologi (AKSI) Inisiasi Fakultas Psikologi.

C. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN P-T) (2002) menyatakan bahwa mahasiswa adalah sebagai sekelompok internal

stakeholder yang harus mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan. Mahasiswa merupakan bagian generasi muda bangsa yang membutuhkan pengembangan fisik dan kepribadian sebagai calon-calon SDM atau pemimpin bangsa yang bekualitas dimasa datang. Dipertegas oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi dan Departemen Pendidikan Nasional (2003) yang mendefinisikan mahasiswa sebagai

(51)

golongan pemuda (usia 18-30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi yang bersangkutan.

Ditinjau dari perkembangan psikologisnya, Hurlock (1990) menyatakan bahwa individu pada usia tersebut (mahasiswa) berada dalam fase dewasa awal. Pada fase ini, individu berada pada peralihan fase remaja menuju fase dewasa yang lebih serius. Individu sudah harus menapaki hidupnya dengan mantap, namun belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhannya. Ciri-ciri pada fase ini adalah individu memiliki emosionalitas yang tinggi, berusaha menyesuaikan diri pada status dan tingkah laku yang lebih matang, dan terjadi perubahan pada diri yang menyertai kematangan seksualnya.

Dari berbagai macam pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan sekelompok internal stakeholder / golongan pemuda (usia 18-30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi bersangkutan dan berhak mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut. Ciri-ciri yang menyertainya adalah emosionalitas yang tinggi, penyesuaian diri pada status, tingkah laku yang lebih matang, dan kematangan seksualnya.

2. Tugas Perkembangan

Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang menjalankan studi di perguruan tinggi dengan rentang usia 18-30 tahun. Menurut Hurlock (1990)

(52)

pada rentang usia tersebut mahasiswa berada pada fase dewasa awal. Tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada fase ini adalah: a. Fase pengaturan

Pada fase ini mahasiswa diminta untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Orang dewasa muda ini diminta untuk melakukan penjajakan tentang pekerjaan yang akan dipelajari lebih intensif. Pengaturan pola hidup dan yang sebelumnya, di fase remaja, terasa tidak teratur sekarang dicoba untuk dimengerti dan ditata sesuai dengan yang diinginkan seperti penentuan bidang minat yang akan ditekuni lebih serius. Di fase ini, mahasiswa telah memiliki kemampuan memahami-membuat analisisa-menyelesaikan masalah sehingga mahasiswa melakukan banyak percobaan untuk memahami dan menentukan apa yang baik bagi dirinya. b. Fase reproduksi

Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang penting dalam hidup orang dewasa. Mahasiswa yang memutuskan hidup berumah tangga di fase ini, harus bersiap menjadi orang tua dan juga harus siap memiliki anak.

c. Fase bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa, mahasiswa sangat berpotensi terjerumus dalam masalah. Masalah yang dihadapi sekarang semakin rumit bila dibandingkan yang dialami pada fase anak dan remaja. Maka, dibutuhkan berbagai penyesuaian diri yang dapat dilakukan dengan pemberian banyak tugas yang dikerjakan dalam waktu yang bersamaan.

(53)

d. Fase ketegangan emosional

Perpindahan dari fase anak ke fase dewasa menimbulkan kekhawatiran dan keresahan. Hal yang menjadi sumber keresahannya pada masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya upaya penyelesaian masalah yang dihadapi.

e. Fase keterasingan sosial

Saat mahasiswa berada dalam fase ini, interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya menjadi renggang. Mahasiswa merasa kesepian dan intensitas keterasingan ini semakin dipicu dengan timbulnya semangat bersaing dan hasrat yang kuat untuk sukses dalam studi. Keramahtamahan pada fase remaja diganti dengan persaingan dalam lingkungan kelas di

fakultas dan lebih luas lagi yang merupakan ciri dari universitas. f. Fase komitmen

Mahasiswa mengalami perubahan tanggung jawab dari siswa yang sepenuhnya tergantung pada orang tua dan guru menjadi orang dewasa yang mandiri. Mahasiswa harus mampu menentukan pola hidup baru, bertanggug jawab, dan membuat komitmen atas pilihannya.

g. Fase ketergantungan

Banyak mahasiswa di fase ini masih memiliki ketergantungan finansial pada orang tua berkaitan dengan biaya kuliah atau institusi yang memberi beasiswa. Rasa ketergantungan ini terkadang berubah menjadi tekanan dari lingkungan eksternal yang mengharuskannya membuat prioritas utama pada aktivitas kuliah.

(54)

h. Fase perubahan nilai

Nilai yang dianut oleh mahasiswa di fase dewasa dengan di fase sebelumnya terdapat perbedaan. Hal ini karena: (1) Jika ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa maka, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok tersebut. Misalnya, perilaku acak-acakan dan pemberontak di waktu remaja harus diganti dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat dewasa. (2) Ia segera menyadari bahwa nilai-nilai konvensional dalam keyakinan dan perilaku harus lebih dipilih. Contohnya, ketika remaja sekolah dianggap sebagai kewajiban yang membebani namun, pada umumnya masyarakat dewasa menolak konsep tersebut dan menganggap kuliah adalah kesempatan menuntut ilmu dan investasi kesuksesan di kemudian hari. (3) Terjadi pergeseran nilai ke arah yang lebih tradisional dan konservatif. Biasanya orang muda ini bergeser dari egosentris ke sosial. Pemenuhan kebahagiaan yang bersifat individual diganti dengan pengembangan keadaan akan perlunya keterlibatan sosial. i. Fase penyesuaian diri dengan cara hidup baru

Mahasiswa di fase ini ingin mengembangkan cara hidup yang baru, dari tradisional ke gaya hidup yang dianggap modern. Misalnya menambah pengetahuan melalui internet, selain buku literatur, menghubungi teman dan dosen melalui handphone. Penyesuaian kehidupan peran seks laki-laki dan perempuan atas dasar persamaan derajat. Penyesuaian ini dapat menjadi sulit karena persiapan yang sangat kurang dari orang tua dan guru untuk memasuki kehidupan yang dinamis.

(55)

j. Fase kreatif

Mahasiswa pada umumnya bangga mendapati dirinya berbeda dengan yang lain. Hal ini didukung dengan lepasnya ia dari berbagai belenggu yang mengikatnya. Disinilah proses kreatifitas mulai tumbuh.

Berdasarkan penjelasan diatas, mahasiswa adalah sekelompok internal stakeholder / golongan pemuda (usia 18-30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi bersangkutan dan berhak mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut. Ciri-ciri yang menyertainya yaitu emosionalitas yang tinggi, penyesuaian diri pada status, tingkah laku yang lebih matang, dan kematangan seksualnya. Pada masa ini, tugas perkembangan mahasiswa yaitu fase pengaturan, fase reproduksi, fase bermasalah, fase ketegangan emosional, fase keterasingan sosial, fase komitmen, fase ketergantungan, fase perubahan nilai, fase penyesuaian diri dengan cara hidup baru, fase kreatif.

D. Motivasi Berorganisasi Pada Mahasiswa

Motivasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam diri seseorang yang mengarahkan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas pemuas kebutuhan dengan didukung oleh aspek eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth).

Organisasi adalah suatu struktur atau pengelompokkan yang terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan, terorganisir dan

(56)

tersusun kesatuan terpadu untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi dikembangkan dan dipertahankan dengan pola-pola perilaku tertentu yang cocok dan stabil agar organisasi tetap berlangsung meskipun orang-orangnya berganti.

Mahasiswa adalah sekelompok internal stakeholder / golongan pemuda (usia 18-30 tahun) yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi bersangkutan dan berhak mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut. Ciri-ciri yang menyertainya yaitu emosionalitas yang tinggi, penyesuaian diri pada status, tingkah laku yang lebih matang, dan kematangan seksualnya. Pada masa ini, tugas perkembangan mahasiswa meliputi fase pengaturan, fase reproduksi, fase bermasalah, fase ketegangan emosional, fase keterasingan sosial, fase komitmen, fase ketergantungan, fase perubahan nilai, fase penyesuaian diri dengan cara hidup baru, fase kreatif.

Dengan demikian, motivasi berorganisasi pada mahasiswa merupakan suatu proses dari dalam diri yang mengarahkan dan menggerakkan sekelompok internal stakeholder / golongan pemuda (usia 18-30 tahun) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis melalui suatu aktivitas pemuas kebutuhan yaitu berkelompok pada unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan, terorganisir dan tersusun pada kesatuan terpadu yang sesuai dengan fase perkembangan dewasa awal. Mahasiswa yang secara resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi bersangkutan berhak mendapatkan manfaat dari proses pendidikan dari lembaga

(57)

pendidikan tersebut. Hal yang mendorong pemenuhan kebutuhan tersebut dinyatakan oleh Alderfer sebagai teori ERG yang memiliki aspek eksistensi (existence), hubungan (relatednes), dan pertumbuhan (growth).

Berdasarkan paparan teori kebutuhan ERG yang dikemukan oleh Alderfer, maka akan dijelaskan keterkaitan teori ERG dengan motivasi berorganisasi pada mahasiswa:

1. Eksistensi (existence)

Merupakan kebutuhan individu akan substansi material untuk tetap bertahan hidup. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari Maslow. Kategori kebutuhan ini merujuk pada kebutuhan fisiologis seperti rasa aman dan perlindungan dari ancaman fisik, mental, psikologikal, dan intelektual (Robbins, 2005).

Organisasi kemahasiswaan yang diselenggarakan oleh pihak universitas tidak mengedepankan pemenuhan fisiologis secara eksplisit karena organisasi kemahasiswaan di universitas pada umumnya tidak mengacu pada pencarian keuntungan. Pemenuhan kebutuhan pada tahap ini diutamakan pada rasa aman dan perlindungan. Pada tahun ajaran 2008/2009, Universitas Sanata Dharma mulai menggalakkan sistem poin bagi mahasiswa tahun akademik 2008 sebagai syarat kelulusan. Setiap mahasiswa dengan tahun akademik tersebut diwajibkan mengikuti kegiatan kemahasiswaan untuk mendapatkan poin. Salah satu program kegiatan yang mendapatkan poin yaitu mengikuti organisasi kemahasiswaan dalam bentuk apapun di Universitas Sanata Dharma. Poin

(58)

akan semakin bertambah seiring berbagai jenis kegiatan yang diikutinya serta peran jabatannya. Maka dengan mengikuti organisasi kemahasiswaan, mahasiswa akan merasa aman dalam menjalankan studinya karena secara administratif telah memenuhi salah satu prasyarat kelulusan.

2. Hubungan (relatedness)

Merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama. Individu berkeinginan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Individu mempunyai hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan sosial dan kebutuhan penghargaan eksternal dari Maslow. Kategori kebutuhan ini merujuk pada bentuk kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, persahabatan, status, pengakuan, dan perhatian (Robbins, 2005).

Organisasi kemahasiswaan memenuhi kebutuhan mahasiswa untuk berhubungan dengan orang lain. Organisasi membuat mahasiswa merasa terikat dengan kelompoknya, misalnya dengan peran mahasiswa sebagai anggota organisasi atau pengurus organisasi. Tugas yang diemban mahasiswa tersebut merupakan bentuk tanggung jawab yang semestinya dijalankan sesuai norma-norma organisasi. Dengan demikian, hasil kerja mahasiswa akan mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari anggota organisasi tersebut. Disamping itu, mahasiswa mampu mengembangkan

(59)

relasi dengan orang lain misalnya dengan menjalin pertemanan, persahabatan, dan memperoleh perhatian.

3. Pertumbuhan (growth)

Merupakan kebutuhan individu untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecakapan pribadi secara penuh. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan penghargaan internal dan aktualisasi diri dari Maslow. Kategori kebutuhan ini antara lain menghormati diri, otonomi, prestasi, pertumbuhan, mencapai suatu potensi, pemenuhan terhadap diri.

Tugas organisasi yang mampu dilaksanakan mahasiswa sebagai anggota membuatnya diakui kedudukannya dimata orang lain. Mahasiswa akan merasa berharga dan percaya diri. Mahasiswa dapat mengoptimalkan, menumbuhkan, mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan mencapai pertumbuhan yang sehat.

Motivasi sebagai proses dalam diri individu terdiri dari adanya kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan merupakan sesuatu dalam diri individu yang perlu untuk dipenuhi. Dorongan merupakan tenaga pendorong yang menyebabkan seseorang mengarahkan perilaku pada sebuah tujuan tertentu. Sedangkan tujuan merupakan suatu yang ingin dicapai atau dipenuhi di luar diri individu.

Adanya dorongan-dorongan dalam diri mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, akan memotivasi mahasiswa untuk berperilaku atau bertindak. Salah satu hal yang dilakukan

(60)

mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan berorganisasi. Dorongan-dorongan ini harus segera dipenuhi karena selain sebagai kebutuhan hidup, mahasiswa akan memenuhi kebutuhan untuk mencapai proses untuk berkembang.

Dengan berorganisasi, mahasiswa mampu mengembangkan kompetensi diri yang bermanfaat bagi perkembangannya. Pengembangan kompetensi diri ini dilandasi oleh berbagai macam hal, antara lain untuk mendapatkan rasa aman dari sistem yang berlaku di universitas mengenai kewajiban untuk beroganisasi, mampu bersosialisasi dengan orang lain, dan mengembangkan potensi diri.

Aspek-aspek kebutuhan dasar individu ini saling terkait dan berkesinambungan. Alderfer menyatakan tentang pentingya pemuasan kebutuhan secara bertahap dari rendah ke tinggi (fulfillment-progression) (Munandar, 2001).. Tahap dasar mahasiswa dalam berorganisasi yaitu memenuhi rasa aman secara adiministratif. Ketika rasa aman ini sudah terpenuhi, mahasiswa memiliki dorongan untuk menjalin relasi dengan orang lain. Hal ini dilandasi oleh penerimaan dari lingkungannya. Lingkungan yang mendukung akan semakin mengembangkan mahasiswa mencapai kompetensi diri. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak / belum terpuaskan, maka individu akan kembali pada usaha untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah (frustration-regression) dan mampu memuaskan kebutuhannya secara bersamaan (Munandar, 2001). Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Manusia

(61)

menyadari keterbatasannya sehingga berusaha menyesuaikan diri pada kondisi objektif yang dihadapinya dengan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dapat dicapainya.

Gambar. 4 Skema Konsep

Berdasarkan dari paparan di atas, peneliti ingin meneliti tingkatan motivasi mahasiswa berorganisasi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan berdasarkan teori ERG dari Alderfer. Selain itu, peneliti ingin mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja dari teori ERG Alderfer yang menjadi motivasi utama mahasiswa berorganisasi di Uiversitas Sanata Dharma.

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari

semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan

dengan pengumpulan fakta, identitas, dan meramalkan hubungan dalam dan

antara variabel (Basuki, 2006).

Tujuan penelitian ini adalah membuat deskripsi secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu. Penelitian ini semata-mata hanya menggambarkan variabel yang akan

diteliti melalui pengisian skala tanpa perlu mencari atau meneranglan saling

hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna

dan implikasi (Suryabrata, 1999).

Berdasar teori di atas, maka penelitian ini menggunakan data

kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek pada

skala sebagaimana adanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memberi

gambaran motivasi mahasiswa dalam berorganisasi di Universitas Sanata

Dharma tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum di luar subjek

penelitian.

(63)

B. Variabel Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif, jadi tidak ada kontrol

terhadap variabelnya. Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel yang akan

diteliti pada penelitian ini adalah gambaran motivasi mahasiswa dalam

berorganisasi di Universitas Sanata Dharma.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penegasan arti dari variabel penelitian.

Definisi operasional berfungsi untuk menghindari adanya salah pengertian dan

pemaknaan dalam penelitian. Variabel penelitian ini adalah motivasi berorganisasi

pada mahasiswa.

Motivasi berorganisasi pada mahasiswa merupakan suatu proses dari

dalam diri yang mengarahkan dan menggerakkan golongan pemuda (usia 18-30

tahun) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis melalui suatu aktivitas

pemuas kebutuhan yaitu berkelompok pada unit-unit yang berfungsi secara saling

berkaitan, terorganisir, dan tersusun pada kesatuan terpadu yang sesuai dengan

fase perkembangan dewasa awal. Mahasiswa yang secara resmi terdaftar pada

salah satu perguruan tinggi bersangkutan berhak mendapatkan manfaat dari proses

pendidikan dari lembaga pendidikan tersebut.

Hal yang mendorong pemenuhan kebutuhan tersebut dinyatakan oleh

Alderfer sebagai teori ERG yang memiliki aspek:

(64)

a. Existence (eksistensi)

Merupakan kebutuhan individu akan substansi material untuk tetap

bertahan hidup. Indikator kebutuhan ini memeliputi kebutuhan akan rasa

aman, keteraturan, perlindungan dari ancaman mental, psikologikal, dan

intelektual.

b. Relatedness (hubungan)

Individu memiliki kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan

dengan orang lain. Indikator kebutuhan ini merujuk pada bentuk

persahabatan, kerjasama, pengakuan, perhatian, dominasi, penghargaan,

dan penghormatan dari orang lain.

c. Growth (pertumbuhan)

Merupakan kebutuhan individu untuk menumbuhkkan dan

mengembangkan kecakapan pribadi secara penuh. Indikator kebutuhan ini

antara lain penghormatan terhadap diri, otonomi, kompetensi, prestasi,

mencapai suatu potensi, dan pemenuhan terhadap diri.

Penulis mengg

Gambar

Gambar 1. Kebutuhan Dasar Maslow
Gambar 2. Keterkaitan Kebutuhan Dasar Maslow dan ERG Alderfer.
Gambar 3. Proses motivasi
Gambar. 4 Skema Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi eksisting keadaan elemen detensi pada pinggiran jalan pada kawasan penelitian telah dilengkapi vegetasi berupa jalur hijau jalan pada beberapa tempat yang

Masalah ketepatan waktu juga menjadi faktor penghambat kualitas pelayanan, di kantor Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa , masalah waktu kerja yang

menit untuk sayuran terung dan wortel dapat menurunkan total fenol dari 54 – 71 % menjadi 38 – 43 %.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh

Besarnya biaya perjalanan akan mempengaruhi pelaku perjalanan dalam menentukan pemilihan moda angkutan yang digunakan, karena merupakan pilihan mutlak pengguna untuk mau

Pada bulan Juni 2013 kelompok-kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,0342 persen; kelompok

Suradinata (1999) menyatakan bahwa bahwa tuntutan desentralisasi dilandasi untuk: a) mencegah tertumpuknya kekuasaan di satu tangan, b) mengikut sertakan masyarakat

Campur mentega, gula halus, kuning telur, dan vanili, kocok hingga lembut, masukkan kacang mede halus, tambahkan tepung terigu sedikit-sedikit, aduk rata. Masukkan adonan ke

GATT mengharapkan tarif menjadi satu-satunya alat yang digunakan oleh negara-negara anggotanya dalam melindungi industri dalam negerinya dari persaingan dengan industri luar negeri