• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIRI ANT ER PADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DIRI ANT ER PADA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PERBE

SISWA K

EDAAN T

KELAS R

Diaju M WI

PR

UNIV

INGKAT

RSBI DAN

KOTA Y

S

ukan untuk M Memperoleh Program Di ILLIGIS BO NIM

ROGRAM

FAKULT

VERSITA

YOG

KEPERC

N KELAS R

YOGYAK

SKRIPSI

Memenuhi S Gelar Sarjan m Studi Psik

isusun Oleh ONDHAN W M : 0791140

STUDI PS

TAS PSIK

AS SANAT

GYAKAR

2011

CAYAAN

REGULE

KARTA

(2)

   

(3)
(4)

iv 

   

MOTTO

 

 

 

Pendidikan dapat melengkapi  

ketidaksempurnaan dalam kodrat alamiah kita 

(Niccolo Machiavelli) 

(5)

v   

 

                             

Kupersembahkan ide kecil ini untuk Ayah Ibuku   Mas Andi, Badu yang senantiasa memelihara api itu tetap menyala 

(6)
(7)

vii   

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA SISWA KELAS RSBI DAN KELAS REGULER PADA SMP DI KOTA

YOGYAKARTA.

Willigis Bondhan Wicaksono

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa kelas rintisan sekolah berbasis internasional (RSBI) dan siswa kelas reguler. Hipotesis menyatakan bahwa siswa kelas RSBI mempunyai tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas reguler. Subyek penelitian berjumlah 96 orang, berusia 12-15 tahun dengan kriteria terdaftar aktif sebagai siswa kelas RSBI atau kelas reguler. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala kepercayaan diri. Koefisien reliabilitas dari skala kepercayaan diri adalah 0,918. Hasil analisis penelitian memperlihatkan probabilitas sebesar 0,351 (p > 0,05) artinya hipotesis ditolak. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kepercayaan diri antara siswa kelas RSBI dan kelas reguler.

(8)

viii   

THE DIFFERENCE OF SELF-CONFIDENCE LEVEL BETWEEN RSBI STUDENTS AND REGULAR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN

CITY OF YOGYAKARTA

Willigis Bondhan Wicaksono

ABSTRACT

This research aimed at knowing the difference of self-confidence level between RSBI and regular students. The hypothesis proposed in this study was that RSBI students have higher self-confidence level than regular students. Total sample in this research were 96 individuals, age of 12-15 year old, whose listed as active student of RSBI or regular. The data collection was performed using confidence scale. The reliability coefficient of the self-confidence scale was 0,918. It shows p value of 0,351 (p> 0,05). It means that the hypothesis is rejected. There was no difference of significant self-confidence level between RSBI students and regular students.

Keywords: self-confidence, RSBI students, regular students

(9)
(10)

x   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus yang senantiasa memberi kekuatan dan bimbingan dalam setiap nafas kehidupan. Kepada Bunda Maria dan malaikat pelindung yang senantiasa menjaga dan mendoakan sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Antara Siswa Kelas RSBI Dan Kelas Reguler Pada SMP Di Kota Yogyakarta” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari terdapat banyak pihak yang telah memberikan informasi, waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah Ibuku, atas cinta yang tak terbatas. 2. Kakakku Andhy dan adikku Wisnu.

3. Reni Agustina, sebagai sahabat yang luar biasa.

4. Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi, untuk inspirasi dan keteladanannya.

5. Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Kepala Program Studi Psikologi.

6. MM. Nimas Eki S., M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik, atas perhatian yang besar dalam membimbing penulis selama studi.

7. Y. Heri Widodo, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi. 8. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., selaku dosen penguji skripsi. 9. Teman-teman kelompok penelitian payung.

(11)

xi   

11.SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. 12. Teman-teman Kos.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Remaja ... 8

1. Pengertian Remaja ... 8

2. Ciri-ciri Remaja Awal ... 11

B. Kepercayaan Diri ... 13

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 13

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 14

(13)

xiii

4. Ciri-ciri Orang yang Kurang Percaya Diri ... 16

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 17

6. Penelitian tentang Kepercayaan Diri ... 21

C. Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ...21

1. Pengertian Program RSBI ... .21

2. Tujuan Program RSBI ... .22

3. Proses Seleksi Siswa RSBI ... .22

4. Panduan Penyelenggaraan RSBI ... .23

5. Program dan Kegiatan RSBI ... .23

6. Kurikulum, Proses Pembelajaran dan Penilaian Kelas RSBI ... .24

D. Program Reguler ... .26

1. Pengertian Program Reguler ... .26

2. Tujuan Program Kelas Reguler ... .26

3. Proses Seleksi Siswa Kelas Reguler ... .27

4. Kurikulum, Proses Pembelajaran dan Penilaian Kelas Reguler ... .27

E. Dinamika Pebedaan Kepercayaan Diri antara Siswa RSBI dan Reguler .. .27

F. Hipotesis Penelitian ... .32

BAB III : METODE PENELITIAN ... .33

A. Jenis Penelitian... .33

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... .33

C. Definisi Operasional ... .33

1. Kepercayaan Diri sebagai Variabel Tergantung ... .33

2. Jenis Kelas Program sebagai Variabel Bebas ... .34

D. Subyek Penelitian ... .35

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... .36

F. Try Out Terpakai ... .38

1. Alasan Praktis ... .38

2. Alasan Teoritis ... .38

G. Kredibilitas Alat Ukur ... .39

(14)

xiv

2. Seleksi Item ... 39

3. Reliabilitas ... 40

H. Uji Asumsi ... 41

1. Uji Homogenitas ... 41

2. Uji Normalitas ... 41

I. Metode Analisis Data ... 41

BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 42

1. Persiapan Penelitian ... 42

2. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 44

C. Kredibilitas Alat Ukur ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 45

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 45

D. Uji Asumsi ... 46

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Homogenitas ... 47

E. Hasil Penelitian ... 47

1. Uji Hipotesis ... 47

2. Hasil Deskriptif (Uji Mean) ... 49

F. Pembahasan ... 50

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Parameter penyelenggaraan RSBI ... 23

Tabel 2. Blue Print Skala Kepercayaan Diri sebelum uji coba ... 37

Tabel 3. Data Demografi subyek penelitian ... 44

Tabel 4. Hasil uji coba alat ukur ... 46

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Kepercayaan Diri ... 57

Lampiran 2. Uji Reliabilitas dan Seleksi Aitem ... 72

Lampiran 3. Uji Normalitas (Kelas RSBI) ... 81

Lampiran 4. Uji Normalitas (Kelas Reguler) ... 82

Lampiran 5. Uji Homogenitas ...83

Lampiran 6. Uji Hipotesis ... .84

Lampiran 7. Uji Mean ... .85

Lampiran 8. Uji Pebedaan Mean (Kelas RSBI) ... .86

Lampiran 9. Uji Perbedaan Mean (Kelas reguler) ... .87

Lampiran 10. Verbatim 1 ... .88

(18)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuksesan mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Kesuksesan remaja dalam memenuhi tugas perkembangannya membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam menuntaskan tugas berikutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam memenuhi tugas perkembangannya menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya (Havigurst dalam Yusuf, 2008). Untuk meraih kesuksesan, salah satu faktor terpenting adalah kepercayaan diri (Andayani & Afiatin, 1996).

(19)

tindakan yang dilakukannya dan merasa tidak diterima oleh kelompoknya atau orang lain (Andayani & Afiatin, 1996).

Fenomena kurang percaya diri banyak ditemukan pada masa remaja. Hal tersebut disebabkan perubahan pada beberapa aspek kehidupan remaja; salah satunya adalah aspek sosioemosional. Perubahan dalam aspek sosioemosional ditandai dengan gejala “negative phase”, yaitu gejala yang membuat remaja mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Gejala ini banyak terjadi pada remaja awal. Gejala ini meliputi keinginan untuk menyendiri, kekurangmampuan untuk bekerja, kegelisahan, kepekaan perasaan, pertentangan sosial dan rasa kurang percaya diri (lack of self confidence). Dari beberapa gejala “negative phase” di atas, remaja secara menonjol mengalami rasa kurang percaya diri (Buhler dalam Hurlock, 1990). Remaja dengan kepercayaan diri yang rendah mengalami banyak kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangannya.

(20)

tahun 2009 angka ketidaklulusan sebesar 6,06%, sedangkan tahun 2010 sebesar 23,70% (Departemen Pendidikan Nasional, 2010).

Argiati (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Kasus Perilaku Bullying pada Remaja di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa rendahnya kepercayaan diri menjadi penyebab utama seorang remaja mendapatkan perilaku bullying (menjadi korban bullying). Lebih lanjut, berkurangnya konsentrasi dan kepercayaan diri merupakan efek tertinggi dari tindakan bullying. Penelitian ini dilakukan di SMA di Yogyakarta dengan subyek penelitian sebanyak 133 siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Afiatin dan Martaniah (1998) terhadap remaja siswa SMA di Kodya Yogyakarta menunjukkan bahwa remaja pada dasarnya mengalami permasalahan disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Penelitian tersebut didukung oleh pendapat Koentjaraningrat (dalam Andayani & Afiatin, 1996) bahwa salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya kepercayaan diri.  

(21)

Dewasa ini, seiring dengan bertambahnya tantangan dalam dunia pendidikan, publik mengenal sekolah dengan beberapa program baru seperti kelas akselerasi, sekolah alam dan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan salah satu jawaban dunia pendidikan atas perkembangan jaman yang pesat sebagai dampak dari era globalisasi. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.

Dalam menyiapkan lulusan yang handal dan mampu menjawab tantangan global, kelas RSBI dilengkapi dengan fasilitas, kualitas guru, kurikulum dan model pembelajaran yang lebih unggul dibandingkan dengan kelas reguler. Pengakuan menarik datang dari beberapa siswa kelas RSBI berikut ini: Auliani, siswa SMAN 3 Yogyakarta, mengatakan bahwa kelasnya dilengkapi LCD dan jaringan wifi. Pradiza, siswa SMA Al Azhar Jakarta, mengatakan bahwa kelasnya dilengkapi fasilitas Web.Exe yang membuat siswa dapat mengakses materi pelajaran dari mana saja. Safitri, siswa SMAN 1 Tasikmalaya, mengatakan bahwa untuk kelas RSBI dilengkapi absensi digital dengan menggunakan Finger Print, kamera

(22)

Dalam proses belajar, siswa kelas RSBI mendapatkan beberapa fasilitas seperti model pembelajaran dan kurikulum yang lebih unggul dibandingkan dengan siswa kelas reguler. Model pembelajaran berbasis TIK dan dwibahasa, yang tidak dimiliki oleh siswa kelas reguler, membuat siswa kelas RSBI mempunyai keterampilan lebih dibanding siswa kelas reguler. Kurikulum pada kelas RSBI juga telah diperkaya oleh kurikulum dari negara maju, yang beberapa indikatornya adalah pendidikan karakter dan kultur pendidikan demokratis.

Fahris (2009) dalam tulisannya di Psikologi Plus menyatakan bahwa berkembangnya RSBI membawa efek psikologis yang dialami siswa lain di luar kelas RSBI. Hal ini disebabkan pembedaaan status siswa kelas RSBI sebagai siswa keren dari status siswa kelas reguler sebagai siswa biasa. Selain status yang disandang, program pembelajaran yang berbeda menyebabkan terjadinya kesenjangan. Siswa kelas RSBI yang berasal dari kalangan ekonomi atas begitu melaju dalam program pembelajaran kelas internasional dengan kekhasan berbasis TIK, ber-dwibahasa dan berkultur pendidikan demokratis. Siswa kelas reguler berasal yang dari kalangan ekonomi atas dan menengah melaju dengan lamban dalam program pembelajaran nasional.

(23)

sosial, siswa kelas RSBI cenderung mendapatkan pandangan positif dari masyarakat, yaitu sebagai ”siswa anak orang kaya”, mengingat hanya siswa dari kalangan ekonomi atas yang mampu mengakses RSBI. Siswa kelas reguler cenderung mendapatkan pandangan yang kurang positif, yaitu sebagai ”siswa biasa”. Hal tersebut memperlihatkan kesenjangan antara siswa kelas reguler dan siswa kelas RSBI yang berpotensi membuat perbedaan pada tingkat kepercayaan diri.

Kultur pendidikan kelas RSBI yang demokratis membuat siswa RSBI lebih mendapatkan kesempatan untuk berpikir mandiri, kritis dan mampu melakukan evaluasi diri dan belajar dari pengalaman (Walgito dalam Andayani & Afiatin, 1996). Kultur pendidikan demokratis tersebut mempengaruhi siswa dalam membangun kepercayaan diri dengan baik. Pendidikan karakter yang dimiliki kelas RSBI membentuk kepribadian yang matang kepada siswanya. Dengan kepribadian yang matang membuat siswa RSBI dapat membangun kepercayaan diri dengan baik (Allport dalam Schultz, 1991).

(24)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

”Apakah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti kelas RSBI dan yang mengikuti kelas reguler?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kepercayaan diri pada siswa yang mengikuti kelas RSBI dan yang mengikuti kelas reguler.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian memberikan tambahan pengetahuan di bidang Psikologi Pendidikan berkaitan dengan perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa kelas RSBI dan kelas reguler pada SMP di kota Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

(25)

8   

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescere”, yang berarti menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Mönks, Knoers & Haditono, 2004). Santrock (2003) mendefinisikan remaja sebagai periode perkembangan transisi dari masa anak hingga masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan emosional. Erikson (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa remaja sebagai masa yang labil karena pada masa ini pencarian identitas diri (konsep ”siapa aku”).

(26)

Penelitian ini berfokus pada remaja awal. William W. Wattenburg (dalam Mappiare, 1982) merumuskan lima tugas perkembangan remaja awal sebagai berikut:

a. Mampu mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa

Remaja awal diharapkan dapat melakukan pengontrolan diri sendiri (self control) atas perbuatannya. Kontrol diri remaja awal diharapkan seperti halnya kontrol diri orang dewasa. Tugas perkembangan yang pertama ini muncul karena pekerjaan remaja awal telah bertambah seperti halnya orang dewasa. Kontrol diri diperlukan bagi remaja awal dalam berperilaku agar diterima oleh lingkungannya. (Havighurst, dalam Gunarsa, 1991).

b. Menggunakan kebebasan

(27)

c. Bergaul dengan teman lawan jenis

Penting bagi remaja awal untuk menjalani dating atau kencan. Pernyataan tersebut didukung oleh Havighurst (dalam Gunarsa, 1991), yang menyebutkan bahwa remaja memiliki tugas perkembangan memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. Tugas perkembangan ini erat kaitannya dengan kepercayaan diri. Remaja dalam proses interaksi sosial dengan teman sebaya, baik sejenis atau lawan jenis, akan memberikan umpan balik. Umpan balik yang positif, seperti pujian atau penerimaan dalam kelompok, akan meningkatkan kepercayaan diri remaja tersebut. Sebaliknya, jika umpan balik yang diperoleh bersifat negatif, seperti penolakan dalam kelompok, membuat kepercayaan dirinya rendah (Musen, dalam Andayani & Afiatin, 1996).

d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru

(28)

e. Memiliki citra diri yang realistis

Remaja awal diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan hal-hal yang lebih dan kurang pada diri mereka serta mampu menerima diri mereka apa adanya, memelihara dan memanfaatkannya secara positif. Remaja diharapkan memiliki gambaran diri secara realistis, tidak lagi atas dasar khayal (fantasi) tentang gambaran yang muluk-muluk seperti yang sering mereka alami pada masa pubertas atau masa kanak-kanak.

2. Ciri-ciri Remaja Awal

Menurut Mappiare (1982), ciri-ciri masa remaja awal adalah sebagai berikut:

a. Keadaan perasaan dan emosi tidak stabil

Masa remaja awal sebagai perasaan yang sangat peka. Remaja mengalami “badai dan topan” dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Hal ini menyebabkan remaja sering berubah sikap, sesekali sangat bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, perasaan gembira berganti kesedihan dan rasa yakin diri berganti meragukan diri sendiri.

b. Kecerdasan atau kemampuan mental meningkat

(29)

dalam memahami informasi abstrak mulai sempurna. Hal tersebut mengakibatkan remaja awal mulai bersikap kritis terhadap pendapat atau pandangan yang tidak masuk akal. Remaja awal mulai bersikap kritis terhadap pendapat orang tua, guru dan orang dewasa lainnya, terlebih terhadap pendapat tanpa alasan yang rasional. Remaja cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa dengan alasan yang masuk akal.

c. Status sulit ditentukan

(30)

B. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak ragu dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenali kelebihan dan kekurangannya (Lauster, dalam Noviyanti 2009).

Kepercayaan diri menurut Rini (dalam Indriyati, 2007) adalah sikap positif individu yang membuat dirinya mampu untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri, lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

(31)

2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (dalam Novianti, 2009) adalah sebagai berikut:

a) Ambisi normal, yaitu dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, bebas dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggungjawab terhadap keputusan dan perbuatannya.

b) Kemandirian, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak terlalu memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.

c) Optimisme, berarti pantang menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan, memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa depannya.

d) Perasaan aman, berarti terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya dan mampu menghadapi situasi dengan tenang.

(32)

f) Keyakinan akan diri sendiri, adalah keterbebasan dari penilaian dan pengaruh orang lain.

3. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri

Seorang individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh Guilford, Lauster dan Instone (dalam Afiatin & Martaniah, 1998) sebagai berikut :

a) Individu merasa adekuat terhadap tindakannya. Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Ia merasa optimis, cukup ambisius, tidak selalu memerlukan bantuan dari orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya.

b) Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. Ia merasa bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya, aktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan kehendak atau ide-idenya secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri.

(33)

bersikap tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.

4. Ciri-ciri Orang yang Kurang Percaya Diri

Sebagai perbandingan dijelaskan ciri-ciri individu yang kurang percaya diri. Menurut Lauster (dalam Afiatin & Martaniah, 1998) ciri-ciri individu yang kurang percaya diri adalah sebagai berikut :

a) Individu merasa bahwa tindakan yang dilakukannya tidak adekuat. Ia cenderung merasa takut dalam bertindak, cenderung ragu-ragu dan membuang-buang waktu dalam mengambil keputusan, memiliki perasaan rendah diri, kurang bertanggung jawab, cenderung menyalahkan pihak lain sebagai penyebab masalahnya dan merasa pesimis dalam menghadapi permasalahan.

b) Individu merasa ditolak oleh kelompoknya atau orang lain. Ia cenderung menghindari situasi komunikasi karena merasa takut disalahkan atau direndahkan, merasa malu jika tampil dihadapan banyak orang.

(34)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang berasal dari pengalaman sejak dari masa kanak-kanak dan akan terus berkembang, terutama dari proses interaksi dengan dengan orang lain. Pengalaman dari proses interaksi tersebut akan membentuk gagasan dan penilaian dalam diri seseorang yang kemudian akan mempengaruhi kepercayaan diri.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain :

a) Orang tua

Rasa percaya diri menurut Lindenfield (dalam Novianti, 2009) terbentuk sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses interaksi dalam keluarga pada dasarnya menggambarkan suatu bentuk pola asuh tertentu, sehingga pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mengasuh anaknya berperan dalam membentuk dan mempengaruhi kepribadian seseorang, namun pengaruh ini semakin berkurang ketika anak beranjak dewasa.

b) Status sosial ekonomi

(35)

seseorang untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya (Bernard dan Huckins dalam Noviyanti, 2009). c) Tingkat pendidikan

Fungsi kognitif yang berkembang dengan baik, berupa penyerapan informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan membuat seseorang dihargai di masyarakat, sehingga berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri. Hal ini juga berpengaruh terhadap penerimaan sosial, penghargaan sosial, perasaan berharga dan penerimaan diri. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan rasa percaya diri (Papalia dalam Noviyanti, 2009).

d) Sekolah

(36)

siswa dengan kepribadian yang matang, sehingga siswa mempunyai pemahaman diri dan kepercayaan diri yang baik (Allport dalam Schultz, 1991). Sekolah dengan metode pembelajaran yang dapat menambah keterampilan tambahan, seperti pembelajaran berbasis TIK dan dwibahasa, mampu meningkatkan prestasi dan harga diri siswa (Hurlock, 1990).

e) Teman sebaya

Dalam pergaulan dengan teman sebaya, apakah kita disenangi, dikagumi, dibenci atau dimusuhi, memberikan dampak pada pembentukan kepercayaan diri. Penerimaan dan perlakuan yang baik oleh teman sebaya akan menimbulkan rasa percaya diri. Sebaliknya, penolakan oleh teman sebaya menyebabkan rendahnya kepercayaan diri (Hurlock, 1990).

f) Penampilan fisik.

(37)

g) Interaksi dengan lingkungan

Lingkungan di sini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka harga diri berkembang dengan baik (Musen dalam Afiatin dan Martaniah, 1998).

h) Konsep diri

Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu dengan konsep diri positif akan berperilaku positif sehingga akan menerima umpan balik yang positif dari lingkungannya, begitu pula sebaliknya. (Helmi & Ramdani dalam Andayani & Afiatin, 1996).

i) Harga Diri

(38)

Harga diri yang tinggi mampu membentuk kepercayaan diri yang baik (Andayani & Afiatin, 1996).

6. Penelitian tentang Kepercayaan Diri

Ismawati dan Sirodj (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbedaan Self Confidence dan Self Regulated Learning

antara Siswa Kelas IMERSI dan Siswa Reguler” menunjukkan hasil bahwa self-confidence dan self-regulated learning pada siswa kelas IMERSI lebih tinggi daripada kelas regular secara signifikan. Kelas IMERSI adalah kelas khusus yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Driyorejo, Surabaya, menggunakan 48 responden dari kelas VIII. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar-mengajar meningkatkan kepercayaan diri secara signifikan.

C. Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

1. Pengertian Program RSBI

(39)

pendidikan negara maju sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional (Dirjen Mendikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, 2007).

2. Tujuan Program RSBI Tujuan Umum:

a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional

b. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.

Tujuan Khusus:

Menyiapkan lulusan yang mempunyai kompentensi sesuai dalam Standar Kompetensi Lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri internasional.

3. Proses Seleksi Siswa RSBI

Penerimaan siswa RSBI berdasarkan kemampuan akademis yang dilihat dari:

a. Tes Psikologi

b. Tes tertulis: IPA dan Matematika

(40)

4. Panduan Penyelenggaraan RSBI

Kriteria penyelenggarakan RSBI dalam segala jenjang mengikuti parameter dalam tabel berikut:

Tabel 1. Parameter Penyelenggaraan RSBI

Parameter Persyaratan SNP Harus sudah terpenuhi

Guru Min. S2/S3: 10% (SD), 20% (SMP), 30% (SMA/K) Kepala Sekolah Min. S2 dan mampu berbahasa asing secara aktif

Akreditasi A (95)

Sarana Prasarana Berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diperkaya dengan kurikulum dari negara maju, penerapan SKS (Sistem Kredit Semester) pada SMA/K Pembelajaran Berbasis TIK dan bilingual (mulai kelas 4 SD), sister

school dengan sekolah dari negara maju Manajemen Berbasis TIK; ISO 9001 dan ISO 14000

Evaluasi Menerapkan model Ujian Nasional dan diperkaya dengan sistem ujian internasional (Negara Maju dan atau negara lain yang memiliki keunggulan tertentu) Lulusan Memiliki daya saing internasional dalam melanjutkan

pendidikan dan bekerja (SMK)

Kultur Sekolah Terjaminnya pendidikan karakter, bebas bullying, demokratis, partisipatif

5. Program dan Kegiatan RSBI

Program dan kegiatan tersebut ialah:

a. Mempersiapkan kurikulum yang mengacu pada kurikulum negara maju

b. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran

(41)

d. Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru e. Mendapatkan pendampingan dari Tenaga Ahli f. Menjalin sister school

g. Meningkatkan kemampuan guru dalam berbahasa internasional h. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (ISO)

i. Menyelenggarakan pelatihan leadership untuk Kepala Sekolah j. Melengkapi sarana prasarana sekolah

6. Kurikulum, Proses Pembelajaran dan Penilaian RSBI

RSBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena kurikulumnya ditujukan untuk pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:

a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

b. Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMP/MTs, SMA/SMK/MA/MAK

c. Memenuh Standar Isi

d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan

(42)

a. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memungkinkan siswa bisa mengakses transkripnya setiap saat

b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan

c. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan

Selain itu, proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator

b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan

(43)

d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia

e. Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada kelas IV.

D. Program Reguler

1. Pengertian Program Reguler

Pengertian program reguler dalam kamus Bahasa Indonesia adalah teratur, tetap atau biasa (Daryanto, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kelas reguler adalah kelas yang secara umum diselenggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem biasa atau umum yang memberikan kepada siswa suatu metode pengajaran yang biasa dilaksanakan selama ini.

Menurut Widyastono (2004) kelas reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Di dalam kelas reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka.

2. Tujuan Program Kelas Reguler a. Tujuan Umum:

(44)

b. Tujuan Khusus:

Menyiapkan lulusan yang memiliki kompentensi yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan.

3. Proses Seleksi Siswa Kelas Reguler

Penerimaan siswa kelas reguler berdasarkan kemampuan akademis yang dilihat dari nilai ujian nasional.

4. Kurikulum, Proses Pembelajaran dan Penilaian Kelas Reguler

RSBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena kurikulumnya ditujukan untuk pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:

a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) b. Memenuh Standar Isi

c. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan

E. Dinamika Perbedaan Kepercayaan Diri antara Siswa RSBI dan

Reguler

(45)

Kelas program RSBI mempunyai kurikulum yang diperkaya dengan kurikulum dari negara maju. Beberapa diantaranya mengarahkan siswa pada pengembangan karakter dan menciptakan kultur pendidikan yang demokratis. Pendidikan karakter yang dimiliki kelas RSBI membentuk kepribadian matang. Dengan kepribadian matang membuat siswa RSBI mempunyai pemahaman diri yang baik (Allport dalam Schultz, 1991), dan akhirnya dapat meningkatkan tingkat kepercayaan diri. Kultur pendidikan kelas RSBI yang demokratis membuat siswa RSBI mendapatkan kesempatan untuk berpikir mandiri, kritis dan mampu melakukan evaluasi diri dan belajar dari pengalaman (Walgito dalam Afiatin, 1996). Kondisi pada kelas RSBI tersebut berbeda dari kelas reguler. Kelas reguler hanya menggunakan kurikulum nasional tanpa diperkaya dengan kurikulum negara maju. Kondisi tersebut tersebut menyebabkan siswa kelas RSBI mempunyai tingkat kepercayaan diri yang lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas reguler.

(46)

Pada umumnya masyarakat memandang siswa kelas program RSBI adalah siswa pandai, mengingat tes yang harus dilalui seorang siswa untuk masuk kelas RSBI cukup ketat. Siswa kelas RSBI juga dipandang “siswa kaya”, karena hanya siswa dari golongan ekonomi atas yang mampu mengakses pendidikan di kelas RSBI. Kondisi ini disebabkan tingginya biaya pendidikan kelas RSBI sebagai dampak dari berbagai fasilitas pendukung yang mahal seperti AC, LCD, laboratorium yang memadai dan berbagai fasilitas untuk mengakses teknologi informasi (TI) untuk menunjang proses belajar.

Masyarakat, secara umum, memandang siswa kelas reguler sebagai “siswa biasa”, dari segi kemampuan akademik dan ekonomi. Kelas reguler tidak memerlukan tes tambahan untuk seleksi masuk, selanjutnya, pada aspek kemampuan ekonomi, siswa dari berbagai golongan ekonomi dapat mengakses pendidikan di kelas reguler.

(47)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kelas RSBI mempunyai beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kepercayaan diri. Beberapa kondisi tersebut tidak dimiliki oleh kelas reguler, sehingga dapat ditarik suatu hubungan yang dapat digambarkan dalam skema di bawah ini:

(48)

                                                    PROGRAM

Pembelajaran Pandangan

masyarakat positif Kurikulum Diperkaya kurikulum negara maju Berbasis TIK Dwibahasa Kultur pendidikan demokratis Berfokus pada pengembangan karakter Mempunyai keterampilan lebih dibanding siswa kelas program reguler Tidak takut berbuat kesalahan Terciptanya suasana aman Terbentuk kepribadian yang matang

Konsep diri cenderung positif

Mempunyai kesempatan mengaktualisasikan diri

Harga diri cenderung tinggi

Kepercayaan diri meningkat RSBI

Prestasi baik

Reguler

Pembelajaran Pandangan

masyarakat kurang positif Kurikulum Tidak diperkaya metode baru, seperti TIK dan

dwibahasa Siswa kurang mengembangkan keterampilan baru Prestasi kurang berkembang

Konsep diri kurang positif

Harga diri kurang tinggi

(49)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Tingkat kepercayaan diri siswa kelas RSBI secara signifikan lebih tinggi dibanding siswa kelas reguler.

(50)

33   

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan dengan cara membandingkan tingkat kepercayaan diri antara siswa kelas program RSBI dan siswa kelas program reguler.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :

a. Variabel tergantung : Kepercayaan diri

b. Variabel bebas : Jenis kelas program, terdiri dari :

1. RSBI

2. Reguler

C. Definisi Operasional

1. Kepercayaan Diri sebagai Variabel Tergantung

(51)

Kepercayaan diri diukur dengan skala kepercayaan diri yang menggunakan beberapa aspek menurut Lauster (dalam Novianti, 2009) meliputi: Ambisi normal, Kemandirian, Optimisme, Perasaan aman, Toleransi dan Keyakinan akan diri sendiri. Skor tinggi menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

2. Jenis Kelas Program sebagai Variabel Bebas

Dalam penelitian ini yang dimaksud jenis kelas program adalah kelas program RSBI dan kelas program reguler.

a. Kelas Program RSBI

Kelas Program RSBI adalah sebuah pelayanan pendidikan di sekolah dengan menggunakan metode dwi bahasa dalam proses belajar-mengajar, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris atau bahasa internasional lainnya pada mata pelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional (KTSP) diperkaya dengan kurikulum dari “negara maju”.

Siswa program RSBI adalah siswa yang terdaftar aktif pada kelas program RSBI.

b. Kelas Program reguler

(52)

bahasa tunggal (Bahasa Indonesia) pada seluruh mata pelajaran, kecuali mata pelajaran asing dan bahasa daerah. Kurikulum yang digunakan dalam kelas program reguler adalah kurikulum nasional (KTSP).

Siswa program reguler adalah siswa terdaftar aktif pada kelas program reguler.

D. Subyek Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi dalam Novianti, 2009). Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah individu yang terdaftar sebagai siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Yogyakarta, yang menyandang status RSBI.

Adapun karakteristik subjek adalah: 1. Remaja awal usia 12-15 tahun 2. Laki-laki dan perempuan

(53)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri pada siswa RSBI dan reguler. Skala psikologis merupakan alat ukur psikologis yang stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang akan diukur (Azwar, 2008).

Skala disusun dengan menggunakan metode summated ratings atau skala Likert. Metode ini menggunakan respon subyek penelitian sebagai dasar penentuan skalanya (Azwar dalam Noviyanti 2009).

(54)

Skor untuk skala favorable, yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk skala unfavorable, yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Skor total untuk tiap-tiap subyek diperoleh dengan cara menjumlahkan semua skor butir yang diperoleh subyek. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi pula kepercayaan diri subyek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula kepercayaan diri subyek.

Sebelum membuat skala, peneliti menyusun blue print yang merupakan perencanaan dari isi skala. Blue print ini berupa batasan-batasan kawasan perilaku atau obyek yang diukur, sehingga dapat dibuat butir-butir yang representatif demi menghindari hal-hal yang tidak relevan.

Tabel 2.

Blue Print skala kepercayaan diri sebelum uji coba

Aspek Distribusi Item Jumlah

Favorable Unfavorable Ambisi normal 1, 13, 25, 37,

49, 61, 73, 85

2, 14, 26, 38, 50, 62, 74.

15 (16,67%)

Mandiri 3, 15, 27, 39, 51, 63, 75, 86.

4, 16, 28, 40, 52, 64, 76.

15 (16,67%)

Optimis 5, 17, 29, 41, 53, 65, 77, 87.

6, 18, 30, 42, 54, 66, 78.

15 (16,67%)

Rasa aman 7, 19, 31, 43, 55, 67, 79, 88.

8, 20, 32, 44, 56, 68, 80.

15 (16,67%)

Toleran 9, 21, 33, 45, 57, 69, 81, 89.

10, 22, 34, 46, 58, 70, 82.

15 (16,67%)

Yakin akan dirinya sendiri

11, 23, 35, 47, 59, 71, 83, 90.

12, 24, 36, 48, 60, 72, 84.

15 (16,67%)

(55)

F. Try Out Terpakai

Pada penelitian ini menggunakan Uji Coba Terpakai. Alasan digunakannya Uji Coba Terpakai ini adalah:

1. Alasan Praktis

Peneliti memiliki keterbatasan dalam memperoleh jumlah subyek penelitian. Hal ini disebabkan masih belum banyak sekolah di Kota Yogyakarta yang mempunyai status RSBI, dan tidak semua sekolah RSBI tersebut bersedia dijadikan sampel penelitian.

2. Alasan Teoritis

Uji Coba terpakai mempunyai resiko banyaknya item yang gugur. Untuk itu peneliti berusaha mengatasinya dengan membuat item-item yang lebih banyak (over sampling of item). Pada keperluan skripsi yang mempunyai waktu penyelesaian yang terbatas, cara uji coba terpakai ini jauh lebih menjanjikan.

(56)

G. Kredibilitas Alat Ukur

Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk skala kepercayaan diri.

1. Estimasi Validitas

Menurut Azwar (2001), validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini tipe validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Menurut Azwar (2001), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Dalam penelitian ini, untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan konsultasi dengan Bapak Y. Heri Widodo selaku dosen pembimbing, terkait dengan skala yang akan diujicobakan.

2. Seleksi Item

Kualitas item diukur dengan analisis butir menggunakan parameter daya beda item atau daya diskriminasi item, yaitu sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang diukur.

(57)

skor total sebagai kriteria. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix) yang dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2001). Syarat yang digunakan dalam komputasi untuk seleksi yaitu item-item yang mempunyai korelasi yang positif dan signifikans, artinya fungsi item sejalan dengan fungsi skala secara keseluruhan. Dengan demikian item-item yang berkorelasi positif dan siginifikans dengan skor total dipandang memiliki daya beda yang memuaskan (Hadi dalam Noviyanti, 2009). Kriteria item yang diterima adalah jika korelasinya positif dan lebih besar dari 0,30 (Azwar, 2007). Item dengan koefisien korelasi item-total dibawah 0,30 dibuang, sampai tidak ada lagi item dengan koefisien korelasi item-total dibawah 0,30.

3. Reliabilitas

Reliabilitas berarti tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan pendekatan konsistensi internal, menggunakan rumus alpha cronbach

(58)

H. Uji Asumsi

1. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel yang diperoleh dari populasi bervariasi sama atau tidak. Homogenitas dilihat dengan cara melihat probabilitasnya, jika lebih besar dari 0,05 (p>0,05) maka sampel penelitian tersebut mempunyai varians yang sama.

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Jika p<0,05 maka sebaran skor dinyatakan tidak normal.

I. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif berdasarkan data dari hasil penelitian. Analisis data untuk penelitian ini menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t). Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Program yang dipakai untuk analisis adalah program SPSS for Windows version 16.00.

 

(59)

42   

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mencari informasi tentang SMP di kota Yogyakarta yang mempunyai status RSBI. Dari proses tersebut peneliti mendapatkan SMP Pangudi Luhur 1 dan SMP Muhammadiyah 2 sebagai sekolah yang memenuhi kriteria penelitian. Tahap selanjutnya peneliti melakukan perijinan untuk keperluan penelitian kepada dua sekolah tersebut, kemudian dari proses tersebut hanya SMP Pangudi Luhur 1 yang memberikan ijin untuk penelitian pada semester gasal. SMP Muhammadiyah 2 memberikan ijin untuk penelitian pada bulan januari (semester genap), sehingga peneliti hanya menggunakan SMP Pangudi Luhur 1 untuk keperluan penelitian. Hal ini disesuaikan dengan kriteria subyek penelitian yaitu siswa kelas VII semester satu (semester gasal).

2. Pelaksanaan Penelitian

(60)

siswa kelas 7E, 22 siswa kelas 7F dan 50 siswa kelas reguler, terdiri dari 25 siswa kelas 7D, 25 siswa kelas 7C. Dari 22 angket yang dibagikan pada kelas 7F (RSBI), hanya 18 angket yang dapat dibagikan kepada subyek penelitian. Hal ini disebabkan ada beberapa siswa kelas 7F yang tidak masuk sekolah, sehingga dari 100 angket yang direncanakan, peneliti mendapatkan 96 angket yang telah diisi oleh subyek. Selanjutnya 96 angket tersebut yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Angket penelitian ini disajikan bersama dengan angket penelitian lain, yaitu angket penelitian mengenai tingkat stress. Hal ini dilakukan karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian payung.

(61)

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, kelas VII semester satu yang terbagi pada kelas RSBI dan kelas reguler. Kelas RSBI diwakili oleh kelas 7E dan 7F. Kelas reguler diwakili oleh kelas 7C dan 7D.

Untuk data demografi, ditampilkan tabel sebagai berikut: Tabel 3.

Data demografi subyek penelitian

Kelas

Usia JK Asal

11 12 13 P L Yogyakarta Luar

Yogyakarta

RSBI 1 23 4 15 13 19 9

1 13 4 7 11 15 3

Reguler

2 17 6 15 10 23 2

0 22 3 7 18 21 4

Total 4 75 17 44 52 78 18

C. Kredibilitas Alat Ukur

1. Validitas

(62)

selaku dosen pembimbing, terkait dengan skala yang akan diujicobakan.

2. Reliabilitas

Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus

alpha cronbach yang dinyatakan dalam koefisien alpha, mendapatkan hasil sebesar 0,918. Hasil tersebut dapat dikatakan memuaskan, karena nilai koefisisen alpha mendekati 0,90 (Azwar, 2001).

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

(63)

Tabel 4.

Hasil uji coba alat ukur

Aspek Jumlah item yang bertahan Jumlah

item yang gugur Item yang bertahan Jumlah

Ambisi normal

favorable 49, 85 5 10

unfavorable 2, 14, 74

Mandiri favorable 15, 75 5 10

unfavorable 40, 52, 76

Optimis favorable 5, 29, 41, 65, 77, 87 12 3 unfavorable 6, 30, 42, 54, 66, 78

Rasa aman

favorable 7, 19 5 10

unfavorable 20, 68, 80

Toleran favorable 33, 57, 69 5 10

unfavorable 58, 70 Yakin

akan dirinya sendiri

favorable 90 5 10

unfavorable 12, 24, 60, 84

Jumlah 37

(41,11%)

53 (58,89%)

D. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS for Windows version 16.00 dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Jika p>0,05 maka data terdistribusi secara normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka data dinyatakan tidak normal.

(64)

Dari hasil penghitungan, dapat dilihat bahwa pada kelompok RSBI mempunyai nilai p sebesar 0,025 (p<0,05), sehingga dapat diartikan bahwa sebaran data pada kelompok RSBI tidak normal. Kelompok reguler mempunyai nilai p sebesar 0,200 (p>0,05), sehingga dapat diartikan bahwa sebaran data pada kelompok reguler dinyatakan normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s test for equality of variance. Pengambilan keputusan didasarkan jika p>0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang mempunyai varian sama, tetapi jika p<0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang memiliki varian yang tidak sama.

Dari hasil penghitungan, dapat dilihat bahwa p sebesar 0,018 (p<0,05), maka dapat dinyatakan bahwa data kepercayaan diri memiliki varian yang tidak sama.

E. Hasil Penelitian

1. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah :

Hi : “Tingkat kepercayaan diri siswa RSBI lebih tinggi secara signifikan dibanding siswa reguler”

(65)

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji

Independent Sample t-test (uji t) dengan bantuan program SPSS for Windows version 16.0.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik uji

Independent Sample t-test (uji t) tanpa mempertimbangkan asumsi normalitas. Hal ini didukung oleh Santoso (2010) yang menyatakan bahwa ada beberapa analisis statistik yang agak kebal dengan kondisi data yang tidak normal, disebut dengan sifat robust, misalnya pada t-test. Pada tes homogenitas dapat disimpulkan bahwa data kepercayaan diri mempunyai varian antarkelompok tidak sama, sehingga peneliti menggunakan derajat kebebasan (db) yang dihitung ulang menggunakan formula tertentu untuk meningkatkan akurasi estimasi p. Perhitungan ini ditampilkan di SPSS pada baris equal variances not assumed.

Taraf Signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga dasar pengambilan keputusan ialah jika nilai p>0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika nilai p<0,05 maka Ho ditolak. Hipotesis penelitian ini bersifat satu arah, sehingga nilai p (sig. 2-tailed) dibagi dua.

(66)

perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara siswa RSBI dan reguler.

2. Hasil Deskriptif (Uji Mean)

Hasil dari mean teoritik yang diperoleh dari 37 aitem dengan perhitungan skor antara nilai 1 sampai dengan 4 adalah sebesar 92,5. Mean empiris kelompok RSBI adalah sebesar 105,30 dan mean empiris kelompok reguler adalah sebesar 106,36. Untuk melihat perbedaan, peneliti menggunakan teknik uji One Sample t-test (uji t).

Tabel 5.

Uji perbedaan mean

Kelompok

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

RSBI 5.335 45 .000 12.804 7.97 17.64

Reguler 10.407 49 .000 13.860 11.18 16.54

(67)

teoritik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa siswa RSBI dan reguler memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

F. Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara siswa RSBI dan siswa reguler, sehingga hipotesis ditolak. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang mengapa hipotesis ditolak.

Saat mengisi angket, subyek sedang dalam persiapan ujian sekolah, sehingga konsentrasi subyek dalam mengisi angket tidak maksimal. Kondisi ini menyebabkan respon yang diberikan subyek menjadi kurang akurat.

Beberapa item pada penelitian ini sulit dipahami, sehingga respon yang diberikan subyek kurang akurat. Beberapa item tersebut adalah nomor 2, 7, 14, 33, 58 dan 84. Item-item tersebut dianggap sulit oleh subyek sebagaimana muncul dari pertanyaan subyek sewaktu mengerjakan skala.

(68)

metode pembelajaran dwibahasa tidak berjalan dengan baik (wawancara pribadi, 16 Februari 2011).

Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah menunjukkan bahwa pihak sekolah dalam rencana jangka panjang akan membuat semua kelas berstatus RSBI, tidak seperti saat ini hanya terdapat beberapa kelas saja yang menyandang status RSBI. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk mulai merintis kelas-kelas reguler menuju kelas RSBI. Tindakan nyata yang dilakukan pihak sekolah antara lain dengan menerapkan pola pendidikan demokratis pada kelas reguler yang menjadi salah satu parameter kelas RSBI, selain itu dilakukan pula pembentukan karakter positif dengan mendorong siswa kelas reguler untuk aktif dalam berbagai perlombaan di bidang seni, keorganisasian dan olahraga. Kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas reguler (wawancara pribadi, 16 Februari 2011).

Pada semester gasal tahun ajaran 2010/2011, peringkat pertama kelas parallel dipegang oleh siswa kelas reguler. Hal ini merupakan prestasi bagi kelas reguler, dan prestasi tersebut akan membuat siswa kelas reguler lebih percaya diri (Hurlock (1990).

(69)

52 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan

diri yang signifikan antara siswa kelas RSBI dan reguler.

B.

Saran

Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu pemilihan sekolah,

waktu penelitian dan tingkat kesulitan (pemahaman) item. Peneliti mengajukan

beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:

a.

Pemilihan sekolah

Penelitian selanjutnya disarankan melakukan pengamatan lapangan

dengan lebih cermat, agar mendapatkan sekolah dan subyek penelitian yang

sesuai.

b.

Waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian selanjutnya disarankan memilih dan

menggunakan waktu atau jadual penelitian yang relatif bebas dari kegiatan

yang menyita perhatian subyek, sehingga subyek dapat memberikan respon

yang tepat.

c.

Subyek penelitian

Penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperhatikan tingkat

(70)

53   

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. & Martaniah, S. M. (1998). Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. No. 6. Thn III.

Ali, M. & Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Andayani, B & Afiatin, T. (1996). Konsep Diri, Harga Diri, dan Kepercayaan Diri Remaja. Jurnal Psikologi XXV (2), 23-30.

Argiati, H. B. (2008). Studi Kasus Perilaku Bullying pada Remaja di Yogyakarta. Jurnal Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Azodo C.C.,dkk (2010). Psychological And Social Impact Of Halitosis: A Review. Journal of Soc. & Psy. Sci. Volume 3 (1):74-91.

Azwar, S. (2001). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. (2005). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin, H. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Daryanto, S. S. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.

Diknas, (2011, 17 Mei). 35 SMA Terbaik. Hai. (44-56)

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007).

Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(71)

Fenomena RSBI dan SBI. 2010. Media Indonesia.com. Diunduh tanggal 10 Desember 2010, dari http://bataviase.co.id/node/363932

Gunarsa, S.D. (1991). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

_______. (2005). Aplikasi Ilmu Statistik di Fakultas Psikologi. Anima,

20(03), 203-221.

Hadi, S. (2004). STATISTIK jilid 2. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

_______. (2005). Aplikasi Ilmu Statistik di Fakultas Psikologi. Anima,

20(03), 203-221.

Handayani, D. (2009). Fenomena Sekolah Favorit versus Sekolah Gratis.

Diunduh tanggal 10 Desember 2010, dari http://www.sripoku.com/view/17490/fenomena_sekolah_favorit_ver sus_sekolah_gratis

Howell, D. C. (1982). Statistical methods for psychology. Boston: Duxbury Press.

Hurlock, E. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Indreswari, A. D. (2010). Kegagalan UN Karena Siswa Tak Percaya Diri.

TEMPO Interaktif. Diunduh tanggal 27 April 2010. http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/04/27/brk,2010042 7-243555,id.html

Indriyati, (2007). Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua dan Anak Dengan Rasa Percaya Diri Remaja Putri Awal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Ismawati, F. & Sirodj, S. (2010). Perbedaan Confidence dan Self-Regulated Learning antara Siswa Kelas IMERSI dan Siswa Reguler.

Jurnal Penelitian Psikologi. Vol. 01, No. 01, 75-86. Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Komarudin, (tanpa tahun). Peningkatan Percaya Diri dan Kemampuan Mengatasi Stres Melalui Aktivitas Outbound.

Mappiare, A. (1982) Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Offset Printing. Menuju Sekolah Berstandar Internasional. (2010). Diunduh tanggal 12

(72)

Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notonegoro, A. S. (2010) “Rintisan Sekolah “Bertarif” Internasional” Kompas (2010), 4 Oktober Jawa Timur: Kompas Media Nusantara. Noviyanti, B. (2009). Perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan

wirausahawan. Skripsi. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Diunduh 24 Oktober 2010, dari http://library.usd.ac.id Pendaftar SMP N 8 Yogya Kejar kelas RSBI Rabu. (2010). KR Jogja.

Diunduh tanggal 7 Juli 2010, dari http://www.krjogja.com/krjogja/news/detail/40263/Pendaftar.SMP.N

.8.Yogya.Kejar.kelas.RSBI.html

Percaya Diri. (2009). Masbow.com. Diunduh tanggal 10 Desember 2010, dari http://www.masbow.com/2009/08/percaya-diri-dalam-psikologi.html

Rosita, H. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Skripsi. Universitas Guna Dharma. Jakarta.

Diunduh 10 Desember 2010, dari http://digilib.itb.ac.id/index.php?mod=browse&op=read&id=jiptum

m-gdl-s1-2003-windy-8811-percaya_di&q=percaya%20diri&newlang=indonesian

Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi, dari blog menjadi buku. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J. (1995). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

_____________. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

_____________. (2007). Perkembangan Anak, edisi 7, Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sar, A. H., dkk (2010). Analyzing Undergraduate Students’ Self Confidence Levels in Terms of Some Variables. Procedia Social and Behavioral Sciences. 1205-1209

(73)

Soesilowindradini. (tanpa tahun). Psikologi Perkembangan Masa Remaja.

Surabaya : Usaha Nasional.

Widyastono, H. (2004). Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan dan kecerdasan Luar Biasa. [Online] Tersedia:

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/26/sistem_percepatan_herry.htm. Diakses: 7 Desember 2010

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

 

(74)

  L

Lampiran 1. Skala Kepe

UN

L

ercayaan Dir

SKALA

D

W. Bon

Emelia

FAKUL

NIVERSITA

YO

57 

LAMPIRAN

ri

A PSIKOLO

isusun oleh

ndhan Wicak

Dwianita Sa

TAS PSIKO

AS SANATA

GYAKART

2010 N

OGI 1

:

ksono

atriavi

OLOGI

A DHARMA

TA

(75)

   

KATA PENGANTAR

Perkenankanlah kami selaku mahasisiwa Fakultas Psikologi Sanata Dharma akan melakukan penelitian terhadap perkembangan remaja sekarang ini. Ditengah berbagai aktivitas saudara sekalian, kami memohon kesediaan untuk meluangkan waktu sejenak guna berpartisipasi dalam mengisi angket ini.

Pengisian angket ini semata-mata bertujuan untuk kepentingan ilmiah yang pada akhirnya diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan remaja pada umumnya.

Semua jawaban adalah benar apabila hal tersebut sesuai dengan kondisi saudara. Kami sangat mengharapkan saudara memberikan jawaban secara jujur, apa adanya, tidak dipengaruhi orang lain dan tidak berdasarkan apa yang dianggap baik atau buruk di dalam masyarakat. Kami menjamin bahwa identitas yang saudara berikan akan dirahasiakan sesuai dengan kode etik penelitian ilmiah.

Atas kesediaan dan kerjasamanya, kami mengucapkan banyak terimakasih. Besar harapan kami untuk kesediaan saudara mengisi angket ini.

Hormat kami,

W. Bondhan Wicaksono

(76)

   

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengisi angket ini tidak dibawah

paksaan atau tekanan dari pihak tertentu tetapi dengan suka rela demi membantu

terlaksananya penelitian ilmiah ini.

Semua jawaban yang saya berikan merupakan murni dari apa yang saya

alami bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya dan saya

mengijinkan bahwa dengan tidak mencantumkan identitas diri saya maka jawaban

saya tersebut dapat dipergunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah ini.

Yogyakarta, ________________ 2010

Menyetujui,

(77)

   

IDENTITAS

Umur : ...

Jenis kelamin : ...

Domisili : Kos/ Rumah/Asrama

Agama : ...

(78)

   

PETUNJUK PENGISIAN

Di bawah ini terdapat bermacam-macam perilaku. Skala ini bersifat sangat pribadi dan dijaga kerahasiaannya oleh sebab itu dimohon anda mengisi sesuai dengan keadaan anda yang sebenar-benarnya guna membantu terlaksananya penelitian ini. Semua orang memiliki jawaban yang berbeda namun semua jawaban dianggap BENAR dan tidak akan ada jawaban yang dianggap SALAH. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai diri anda.

Pilihan jawaban adalah:

Sangat Setuju (SS)

Jika anda sangat setuju dengan pernyataan.

Setuju (S)

Jika anda setuju dengan pernyataan.

Tidak Setuju (TS)

Jika anda tidak setuju dengan pernyataan.

Sangat Tidak Setuju (STS)

Jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan.

(79)

   

Contoh pengisian:

No Pernyataan

PILIHAN

SS S TS STS

1 Saya menerima kegagalan dengan

besar hati √

Jika anda mengoreksi jawaban berilah tanda ( = ) pada jawaban yang tidak sesuai lalu berilah tanda centang ( √ ) lagi pada jawaban yang lebih sesuai dengan diri anda

Contoh pengoreksian:

No Pernyataan

PILIHAN

SS S TS STS

1 Saya menerima kegagalan dengan

besar hati √ √

SELAMAT MENGERJAKAN

(80)

   

no pernyataan pilihan

SS S TS STS 1 Saya tidak berlebihan dalam

menggantungkan cita-cita mengingat saya memiliki beberapa kekurangan

2 Bagaimanapun caranya saya harus memiliki sesuatu yang saya inginkan tanpa mempertimbangan kemampuan yang saya miliki

3 Saya bisa mendaftarkan diri ke sekolah / universitas sendirian, tanpa didampingi orang tua

4 Saya membutuhkan bantuan dari orang lain dalam mencapai suatu tujuan

5 Saya akan berhasil melakukan sesuatu meskipun peluangnya kecil

6 Saya kesulitan untuk bangkit dari kegagalan

7 Saya tetap tenang meskipun semuanya terjadi tidak seperti yang saya

rencanakan

8 Saya panik ketika semuanya terjadi tidak seperti yang saya rencanakan

9 Saya menghormati teman saya yang sedang berbicara dengan cara tidak menyelanya

10 Saya lebih suka bekerja sendiri, daripada bekerja dalam kelompok yang seringkali mengorbankan idealisme saya

(81)

   

13 Saya mempertimbangkan cita-cita dengan kemampuan yang saya miliki

14 Saya akan memaksakan diri untuk meminjam uang teman ketika uang saya tidak cukup untuk membeli barang

15 Saya tidak tergantung pertolongan teman yang pintar dalam mengerjakan tugas

16 Saya tidak berani berangkat sendiri ke tempat yang asing tanpa ditemani

17 Pengalaman keberhasilan lebih

mempengaruhi hidup saya meskipun saya pernah mengalami kegagalan

18 Pengalaman kegagalan lebih

mempengaruhi hidup saya meskipun saya pernah mengalami keberhasilan

19 Saya tetap tenang ketika berada pada sebuah pertemuan tidak disangka-sangka saya diminta untuk berpidato

20 Saya merasa tidak nyaman ketika memasuki lingkungan baru

21 Meskipun saya sangat menginginkan menjadi juara, saya tidak segan untuk membantu teman yang kesulitan memahami materi di kelas

(82)

   

karakter saya meskipun menurut pendapat orang lain tidak demikian

24 Saya sulit untuk bersikap kritis terhadap saran dari orang lain

25 Saya tidak memaksakan keinginan yang tidak bisa saya dapatkan

26 Saya akan terjun langsung membantu korban bencana alam walaupun kondisi tubuh saya sedang lemah

27 Untuk membeli alat tulis, saya sering menggunakan uang tabungan daripada minta dibelikan orang tua

28 Saya meminta bantuan teman untuk mengerjakan tugas yang sulit

29 Saya bersemangat dalam menghadapi hari esok (masa depan) yang penuh tantangan

30 Saya merasa kesulitan mencapai prestasi karena saya mempunyai banyak

kelemahan

31 Saya tidak mudah cemas saat belajar di kelas meskipun pengajar (guru atau dosen) dikenal galak

32 Saya sulit konsentrasi belajar jika ada pekerjaan lain yang belum terselesaikan

(83)

   

no pernyataan

SS S TS STS

34 Saya menyesali kegagalan, meskipun saya sudah berusaha keras

35 Saya suka memakai baju dengan warna favorit saya, meskipun menurut orang lain warna tersebut tidak cocok untuk saya

36 Saya mudah berubah pikiran karena saran dari orang lain

37 Saya tidak akan mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi kemampuan saya

38 Saya harus berhasil dalam berbagai hal walaupun kemampuan saya pas-pasan

39 Saya tidak akan bergantung pada orang lain dalam mencapai suatu tujuan, selain diri saya sendiri

40 Saya kesulitan untuk menyelesaikan studi jika tidak dibantu teman

41 Saya merasa bahwa saya memiliki masa depan yang cerah

42 Saya berlarut-larut meratapi sebuah kegagalan

43 Saya tetap tenang ketika pendirian saya diragukan orang lain

(84)

   

tidak kunjung berhasil, saya akan

berbesar hati menerima kegagalan tersebut

46 Dalam membentuk kelompok kerja, saya akan memilih teman yang dapat

menerima ide saya

47 Saya mempunyai ukuran sendiri tentang kesuksesan, jadi saya tidak perlu

membandingkan diri saya dengan orang lain

48 Penting bagi saya untuk tahu bagaimana orang lain menilai saya

49 Saya tidak terobsesi dengan suatu hal di luar kemampuan saya

50 Saya harus menjadi yang terbaik di antara teman-teman meskipun kemampuan saya di bawah mereka

51 Saya menyelesaikan sendiri tugas yang sulit daripada langsung minta bantuan teman

52 Saya bergantung pada pertolongan orang lain dalam mencapai cita-cita

53 Saya akan berusaha lebih keras lagi jika saya gagal dalam suatu hal

(85)

   

no pernyataan pilihan

SS S TS STS

55 Saya tetap tenang meskipun saya terlambat datang ujian

56 Saya merasa cemas ketika pekerjaan tidak selesai tepat pada waktunya

Gambar

Tabel 1.   Parameter penyelenggaraan RSBI ......................................................
Gambar 1.     Skema kepercayaan diri siswa RSBI ...............................................
Tabel 1. Parameter Penyelenggaraan RSBI
Gambar 1. Skema kepercayaan diri siswa RSBI dan reguler
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan antara sikap orang tua melindungi secara berlebihan, permisivitas , memanjakan, penolakan, dominasi, tunduk pada anak dan ambisi orang tua dengan

Percaya diri berarti yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Sikap percaya diri merupakan sikap yakin dengan kemampuan yang dimiliki,

Beban yang berlebihan pada diri seseorang yang tidak sesuai dengan. keadaan dan kemampuannya akan menjadikan orang ini kelebihan

Pemberian Insentif Pada Bagian Instalasi Gizi RSUD Kota Kendari Insentif adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat mencapai tingkat kinerja

Menurut pendapat para ahli di atas, pada dasarnya insentif adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat mencapai tingkat kinerja

Menurut pendapat para ahli di atas, pada dasarnya insentif adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat mencapai tingkat kinerja

Self-efficacy siswa terhadap matematika adalah keyakinan diri siswa akan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas tanpa membandingkan dengan kemampuan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri positif memiliki ciri-ciri yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah, merasa setara dengan orang lain,