BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Struktur Modal
Struktur modal didefinisikan sebagai perimbangan atau
perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri
(Hanafi, 2016). Rumus perhitungan struktur modal adalah total hutang
dibagi modal sendiri. Jadi dalam kaitannya dengan struktur modal, modal
yang diperhitungkan adalah hutang jangka panjang yang terdiri dari
berbagai jenis obligasi dan kredit investasi jangka panjang lainnya. Modal
sendiri terdiri dari berbagai jenis saham, cadangan dan laba ditahan.
Perubahan rasio hutang jangka panjang dengan modal sendiri akibat dari
penambahan atau pengurangan hutang jangka panjang akan berakibat
berubahnya struktur modal perusahaan tersebut. Terdapat beberapa teori
struktur modal yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Teori Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang
optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai
diperoleh nilai perusahaan yang optimal. (Hanafi, 2016).
b. Teori Modigliani dan Miller (Teori MM)
Teori Modigliani dan Miller (1958) atau yang dikenal dengan teori
MM merupakan dasar dari teori keuangan modern. Teori ini mengakui
tidak adanya hubungan antara pendanaan dan investasi. Artinya dalam
mendanai investasi, menggunakan hutang atau tanpa hutang tidak
berpengaruh terhadap perubahan nilai perusahaan (Hanafi, 2016). Teori
MM dalam keuangan modern ada 2 yaitu :
(1.) MM Tanpa Pajak
Pertama kali MM memperkenalkan teori struktur modal dengan
asumsi tidak ada pajak pendapatan perusahaan. Dengan asumsi ini
maka MM secara matematis menggunakan tiga preposisi :
a) Preposisi 1, MM berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak lain
merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau
expected net operating income (NOI = EBIT) dengan tingkat
kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat risiko perusahaan.
MM berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak tergantung atau
tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Dengan pendapat ini
secara tidak langsung dijelaskan bahwa biaya modal rata-rata
tertimbang sering disebut juga dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan atas portofolio. Implikasi kedua adalah bahwa biaya
perusahaan yang tidak memiliki hutang (Hanafi, 2016).
b) Preposisi II, MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri
perusahaan yang memiliki hutang adalah sama dengan biaya
modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki hutang ditambah
dengan premium risiko. Dalam preposisi kedua ini MM
berpendapat bahwa apabila hutang perusahaan semakin besar
maka biaya modal sendiri juga semakin besar. Hal ini disebabkan
karena risiko yang dihadapi oleh pemilik modal sendiri semakin
besar dengan demikian pemilik modal sendiri meminta tingkat
keuntungan yang semakin besar. Dari kedua preposisi ini secara
implisit MM berpendapat bahwa semakin besar hutang yang
digunakan dalam struktur modal tidak akan meningkatkan nilai
perusahaan (Hanafi, 2016).
c) Preposisi III, preposisi ketiga ini menyatakan bahwa perusahaan
seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai
perusahaan meningkat paling tidak sebesarbiaya investasi
(Hanafi, 2016).
(2.) MM Dengan Pajak
MM juga mengembangkan ketiga preposisi tersebut dalam
kondisi ada pajak penghasilan perusahaan. Dalam kondisi ada
pajak penghasilan, perusahaan yang memiliki hutang akan
hutang (Hanafi, 2016).
a) Preposisi I, nilai perusahaan yang memiliki hutang adalah sama
dengan nilai perusahaan yang tidak memiliki hutang ditambah
nilai perlindungan pajak. Adapun nilai perlindungan pajak ini
adalah sebesar pajak penghasilan perusahaan dikalikan dengan
hutang perusahaan (Hanafi, 2016).
b) Preposisi II, dalam kondisi ada pajak penghasilan, MM
berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahaan yang
memiliki hutang adalah sama dengan biaya modal sendiri
perusahaan yang tidak memiliki hutang ditambah premium risiko.
Besarnya premium risiko ini tergantung atas besarnya hutang dan
selisih atas biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki
biaya hutang (Hanafi, 2016).
c) Preposisi III, MM berpendapat bahwa perusahaan seharusnya
melakukan investasi sepanjang memenuhi persyaratan IRR >
pembatas untuk setiap investasi baru (Hanafi, 2016).
c. Assymetric Information Theory
Assymetric Information Theory merupakan suatu kondisi
dimana satu perusahaan dalam transaksi mempunyai lebih banyak
informasi dibandingkan pihak lain. Karena adanya informasi
tersebut, perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan:
itu karena dengan adanya informasi yang banyak perusahaan
cenderung memilih berhutang untuk dapat mengambil keuntungan
dari kesempatan investasi yang baik, tanpa harus menerbitkan saham
baru pada harga yang sedang turun. Teori asimetri mengatakan
bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaann tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih
dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai
informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar seperti
infestor. Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informsi yang
lebih sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer.
Dengan kata lain, perilaku manajer termasuk dalam hal menentukan
struktur modal yang bisa dianggap sebagai signal oleh pihak luar
seperti investor. (Hanafi, 2016).
d. Signalling Theory
Signalling theory merupakan langkah-langkah manajemen
dalam perusahaan yang seharusnya memberikan petunjuk secara
implisit kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Sebuah perusahaan dengan prospek yang tidak
menguntungkan akan menjual saham, yang artinya menarik investor
baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Perusahaan dengan
dengan prospek yang buruk akan memilih untuk melakukan
pendanaan dengan ekuitas pihak luar. Jika ada pengumuman
penawaran saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal
bahwa prospek perusahaan tidak terlalu cerah. Jika prospek
perusahaan itu sebetulnya cerah hal ini sebaiknya perusahaan dalam
waktu normal, menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit
hutang. (Hanafi, 2016).
e. Agency Theory
Dalam agency theory menyarankan bahwa optimal capital
dan ownership structures dapat digunakan untuk mengurangi biaya
agensi. Biaya agensi atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul
karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan
antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditur. Biaya
keagenan ini muncul dari problem keagenan atau agency problem.
Jika perusahaan menggunakan hutang ada kemungkinan pemilik
perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditur, misalnya
perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko
tinggi. (Hanafi, 2016).
f. Trade off Theory
Menurut Hanafi (2016), dalam trade off theory perusahaan
menukarkan keuntungan-keuntungan pendanaan melalui hutang
tinggi. Dalam tradeoff theory memberikan tiga masukan yang
penting: 1) perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi variabilitas
keuntungannya akan memiliki probabilitas financial distress yang
besar, perusahaan yang seperti ini harus menggunakan sedikit
hutang, 2) aktiva tetap yang khas, aktiva yang tidak nampak dan
kesempatan bertumbuhakan kehilangan banyak nilai jika terjadi
financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam
ini seharusnya menggunakan sedikit hutang, 3) perusahaan yang
membayar pajak yang tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan
hutang dibanding perusahaan yang membayar pajak yang rendah.
(Hanafi, 2016).
g. Pecking Order Theory
Pecking order theory menyatakan bahwa, perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah,
dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki
sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order theory
ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urutan preferensi (hierarki) dalam
penggunaan dana. Perusahaan cenderung menggunakan sumber
pendanaan internal untuk membiayai proyek-proyek dalam
h. Free Cash Flow Theory
Tingkat hutang yang tinggi selain berbahaya bagi perusahaan
juga akan meningkatkan nilai perusahaan apabila operating cash
flow perusahaan secara signifikan melebihi tingkat keuntungan yang
telah diperhitungkan pada suatu investasi. Di atas break even point
maka akan terdapat keuntungan dengan adanya hutang. Namun di
bawah break even point akan terdapat kerugian karena hutang.
Karena itu masing-masing perusahaan harus mampu menghitung
sendiri berapa tingkat hutang yang memberikan keuntungan dan
berapa tingkat hutang yang memberikan kerugian, sehingga akan
dicapai titik optimal. (Hanafi, 2016).
i. Market Timing Theory
Menurut Hanafi (2016), teori ini lebih berdasarkan kepada
situasi yang sebenarnya terjadi dipasar sehingga diperlukan
kecermatan, kecepatan, dan ketepatan dalam menganalisis dan
bertindak. Teori ini mengemukakan 3 hal utama:
1. Perusahaan cenderung menerbitkan saham ketika nilai pasar
sedang tinggi secara relatif terhadap book value dan harga pada
tahun sebelumnya, serta cenderung untuk membeli saham ketika
harga pasar sedang rendah (Hanafi, 2016).
rendah dan perusahaan cenderung membeli kembali ketika cost of
equity tinggi (Hanafi, 2016).
3. Perusahaan cenderung menerbitkan saham ketika investor lebih
antusias terhadap prospek untuk memperoleh earning melalui
saham (Hanafi, 2016).
Berdasarkan teori struktur modal yang terbentuk maka, variabel
profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, leverage,
dan ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi keputusan
struktur modal perusahaan. Adapun hubungan antar konsep untuk
penelitian ini adalah:
2. Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2011), profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas
dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan.
Salah satu rasio keuangan sebagai salah satu analisa dalam menganalisa
kondisi keuangan, hasil operasi, dan tingkat profitabilitas suatu
perusahaan.
Menurut Kasmir (2014), profitabilitas merupakan faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung
menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian
yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian
besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan
akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk
menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory
yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan
pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian hutang (Fahmi,
2011).
3. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan menurut Fahmi (2011) adalah rasio
yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya didalam industri dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Pertumbuhan sebuah perusahaan dapat dilihat
dari peningkatan aset perusahaan tersebut dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan perusahaan juga dapat diukur dengan pertumbuhan
jumlah penjualannya. Pertumbuhan perusahaan ada 2 yaitu :
a. Assets Growth Ratio
Assets Growth menunjukkan pertumbuhan aset, dimana aset
merupakan aktiva yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan.
Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan
perusahaan. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang
ditanamkan kedalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang
dimiliki perusahaan (Ang, dalam Windiarti 2011).
b. Sales Growth Ratio
Fahmi (2011), mengemukakan bahwa pertumbuhan penjualan
merupakan perubahan penjualan per tahun. Sales growth yang tinggi
memberi indikator perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan
pertumbuhan perusahaannya dan diharapkan dapat meningkatkan laba
yang dihasilkan. Oleh karena itu sales growth harus selalu
dipertahankan oleh perusahaan.
4. Struktur Aktiva
Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang
dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu
perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur
aktiva. Struktur aktiva suatu perusahaan akan tampak dalam sisi sebelah
kiri neraca. Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur
kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah Perimbangan
atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian
relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. (Riyanto, 2008).
Aktiva menurut Kasmir (2013) dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat dijadikan
uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan,
biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman
yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Aktiva lancar umumnya
memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang
biasanya kurang dari satu tahun (Kasmir, 2013).
b. Aktiva Tetap
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012), aktiva tetap
adalah asset berwujud yang dimiliki untuk disediakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan yang administratif dan diperkirakan untuk digunakan
lebih dari satu periode.
Menurut Riyanto (2008), aktiva tetap mempunyai masa hidup
lebih dari satu tahun, sehingga struktur aktiva yang baik yaitu aktiva
tetap karena penanaman modal dalam aktiva tetap adalah investasi
jangka panjang. Bagi perusahaan industri aktiva tetap menyerap
sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun
hal ini tidak berlaku mutlak untuk semua jenis perusahaan. Jumlah
aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh sifat atau
jenis dari proses produksi yang dilaksanakan
Menurut Kasmir (2014), leverage adalah rasio yang digunkan
untuk mengukur sampai aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage
berarti menggunakan modal sendiri 100%. Perusahaan menggunakan
leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar
daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan meningkatkan
variabilitas (risiko) keuangan, karena jika perusahaannya ternyata
mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka
pengggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.
Menurut Kasmir (2014) dan Harmono (2011), menyatakan
jenis-jenis rasio leverge adalah sebagai berikut :
a. DER (Debt to Equity Ratio) yaitu rasio utang yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin sedikit modalnya dibandingkan
dengan hutangnya. Rasio ini digunakan untuk menghitung seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau kreditur (Harmono, 2011).
b. Debt Ratio (DR) atau bisa disebut Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu
rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
hutang dengan total aktiva atau dengan kata lain, seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan
c. Time Interest Earned Ratio adalah rasio antara laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau
mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga
(Harmono, 2011).
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menurut Sartono (2010) adalah
perusahaan besar yang sudah well estabilished akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar
memiliki fleksibility yang lebih besar. Ukuran perusahaan sangat
berpengaruh kepada struktur pendanaan dengan didasarkan pada
kenyataan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan ada
kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar
pula.
Hal ini disebabkan karena perusahaan besar memiliki
kebutuhan dana yang besar. Dan salah satu pemenuhan dana yang
tersedia adalah dengan pendanaan eksternal. Pendanaan eksternal ini
dapat diperoleh dari penerbitan saham, penerbitan obligasi dan hutang,
sehingga dalam rangka pemenuhan kebutuhan pendanaan tersebut
perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas implementasi corporate
Ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008), sangat
menentukan keputusan struktur modal suatu perusahaan. Sesuai dengan
Trade-off Theory yaitu perusahaan yang besar memiliki risiko
kebangkrutan lebih kecil. Hal ini membuat perusahaan besar memiliki
kemudahan dalam memperoleh pinjaman atau hutang. Dengan
demikian perusahaan besar akan menggunakan utang yag lebih banyak
dalam struktur modalnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Atau
dengan kata lain menurut teori ini terdapat hubungan yang positif antara
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan profitabilitas, pertumbuhan perusahaan,
struktur aktiva, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL PENELITIAN VARIABEL HASIL PENELITIAN
1. Mardiansyah
Tomi
Pengaruh profitabilitas dan
operating leverage terhadap
struktur modal. Hal 1-10.
Tahun 2012.
Profitabilitas, operating
leverage, struktur
modal.
Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal. Operating leverage berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal.
2. Putri Pengaruh profitabilitas,
struktur aktiva, dan ukuran
perusahaan terhadap struktur
Profitabilitas, struktur
aktiva, ukuran
perusahaan, struktur
Profitabilitas memiliki pengaruh positIf namun tidak
signifikan terhadap struktur modal. Variabel struktur
modal. Hal 2-9. Tahun 2012. modal. struktur modal. Struktur aktiva memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur modal. Ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal perusahaan.
3. Putra dan
Kesuma
Pengaruh profitabilitas,
likuiditas, ukuran,
pertumbuhan terhadap struktur
modal. Hal 1-8. Tahun 2013.
Profitabilitas,
likuiditas, ukuran,
pertumbuhan, struktur
modal.
Profitabilitas dan likuiditas secara parsial memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan tidak terbukti memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Pertumbuhan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
4. Indrajaya Pengaruh struktur aktiva,
ukuran perusahaan, tingkat
pertumbuhan, profitabilitas,
dan risiko bisnis terhadap
struktur modal. Hal 1-10.
Tahun 2011.
Struktur aktiva, ukuran
perusahaan, tingkat
pertumbuhan,
profitabilitas, dan
risiko bisnis,struktur
modal.
Struktur aktiva memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Variabel ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Variabel profitabilitas memiliki pengaruh
atau kekuatan penjelas yang paling kuat dibandingkan
dengn variabel lain, dengan pengaruh negatif dan
5. Onestia Instin Puspitasari, Kharis Raharjo, Rita Andini Pengaruh Profitabilitas, Tangible, Leverage,
Corporate Tax dan Inflanation
Rate terhadap struktur modal.
Vol.2 No.2 Hal 8-10. Tahun
2016
Profitabilitas, Tangible,
Leverage, Corporate
Tax dan Inflanation
Rate,struktur modal.
Profitabilitas berpengaruh secara positif sig terhadap struktur
modal. Tangible berpengaruh positif sig terhadap struktur
modal. Leverage berpengaruh negatif sig terhadap struktur
modal. Corporate Tax berpengaruh positif sig terhadap
struktur modal. Inflanation Rate berpengaruh negatif sig
terhadap struktur modal.
6. M. Azeem
Qureshi, Waqas
Akhtar dan
Mohammad
Imdadullah
Does diversification affect
capital structure and
profitability in pakistan? In
asian social sciene. Hal 30-42.
Tahun 2012.
Capital structure,
profitability.
Profitability has a negative and significant effect on capital
structure.
7. Hamidah, Diana
Iswara, Umi
Mardiyati
The effect of profitability,
liquidity, growth sales,
operating leverage and
tangibility on capital structure.
Vol.7 No.1 Hal 1-21. Tahun
2016.
profitability, liquidity,
growth sales, operating
leverage and
tangibility, capital
structure
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap
struktur modal perisahaan. Operating leverage berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Tangibility berpengaruh
8. Brigham, E, &
Houston, J. F.
Fundamentals of Financial
Management (13th ed.). In
Fundamentals of Financial
Management (13th ed.).
Michigan: Cengage Learning.
Hal 1-10. Tahun 2012.
Fundamentals,
financial management.
Fundamental has a positive and significant on financial
management.
9. Meidera elsa,
D.Putri
Pengaruh Profitabilitas,
Struktur Aktiva dan Ukuran
Perusahaan terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Undustri
Makanan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Hal
1-Pengaruh profitabilitas,
struktur aktiva dan
ukuran perusahaan,
struktur modal.
Profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap struktur modal, struktur aktiva berpengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan
10. Tahun 2012.
10. Niu. X. Theoretical and Practical
Review of Capital Structure
and its Determinants. Hal 2-8
Tahun 20012.
Theoretical and
Practical Review,
Capital Structure.
Capital structure affects a company’s finances.
11. Oktaviani G.L
dan Malelak
Mariana Ing.
Analisa Pengaruh
Profitabilitas, Pertumbuhan,
Struktur aktiva, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap
Keputusan Struktur Modal
Perusahaan. Hal 10 Tahun
2014. Profitabilitas, pertumbuhan, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan struktur modal.
Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal. Pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur modal. Struktur
aktiva berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal.
12. Palupi. Pengaruh Resiko Bisnis,
Struktur Aktiva, Profitabilitas,
Tingkat Pertumbuhan dan
Pengaruh resiko bisnis,
struktur aktiva,
profitabilitas, tingkat
Resiko bisnis mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Struktur aktiva tidak berpengaruh
Likuiditas Terhadap Struktur
Modal (Kajian Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-2007).
Hal 2-8. Tahun 2010.
pertumbuhan,
likuiditas, struktur
modal.
negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Tingkat
pertumbuhan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Likuiditas berpengaruh positif
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan, penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu
profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, leverage, ukuran
perusahaan, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu struktur
modal. Berdasarkan hubungan diantara variabel tersebut dapat dimasukan
dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Profitabilitas perusahaan di indikasikan oleh earnings (laba).
Brigham dan Houston (2010), menyatkan bahwa profitabilitas adalah hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Perusahaan yang memiliki
kemampuan tinggi dalam mengelola assetnya dalam menghasilkan profit
yang berasal dari investment opportunity (kesempatan investasi) yang besar
dapat memperbesar jumlah sumber dana internal yang tersedia untuk
reinvestment (investasi ulang) dan pembagian deviden bagi pemegang
saham sehingga akan cenderung menurunkan ketergantungan perusahaan
terhadap kebutuhan dana eksternal dalam hal ini hutang.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal. Semakin tinggi profitabilitas
2011). Jika laba perusahaan tinggi maka perusahaan memiliki sumber dana
dari dalam yang cukup besar sehingga perusahaan lebih sedikit memerlukan
hutang. Selain itu, apabila laba ditahan bertambah, rasio hutang dengan
sendirinya akan menurun, dengan asumsi bahwa perusahaan tidak
menambah jumlah hutang.
Mardiansyah (2012), dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
profitabilitas dan operating leverage terhadap struktur modal,
menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal, sedangkan operating leverage berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal.
Hamidah, dkk (2016) dalam penelitiannya yang berjudul The effect
of profitability, liquidity, growth sales, operating leverage and tangibility on
capital structure mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap struktur modal. Likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur
modal. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal
perisahaan. Operating leverage berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Sedangkan Putra dan Kesuma (2012), dalam penelitian mengenai
pengaruh profitabilitas, likuiditas, ukuran, dan pertumbuhan terhadap
struktur modal perusahaan, mengungkapkan bahwa profitabilitas dan
likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Dari penelitian tersebut hasil yang diperoleh untuk variabel
profitabilitas memiliki kesamaan terhadap penelitian Mardiansyah (2012)
dan Hamidah, dkk (2016). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
2. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Dalam penelitian ini pertumbuhan penjualan digunakan sebagai
proksi dari pertumbuhan perusahaan karena pertumbuhan penjualan
menunjukkan aktivitas penjualan, dengan mengetahui seberapa besar
pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar
profit yang akan didapatkan. Pertumbuhan penjualan juga mencerminkan
keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai
prediksi pertumbuhan masa yang akan datang (Barton et al dalam Deitiana,
2011).
Putra dan Kesuma (2012), dalam penelitian mengenai pengaruh
profitabilitas, likuiditas, ukuran, dan pertumbuhan terhadap struktur modal
perusahaan, mengungkapkan bahwa profitabilitas dan likuiditas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, sedangkan
tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
Sedangkan Palupi (2010), dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh resiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas, tingkat pertumbuhan
dan likuiditas terhadap struktur modal mengungkapkan bahwa resiko bisnis
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
struktur aktiva tidak berpengaruh positif terhadap struktur modal.
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
tingkat pertumbuhan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Penelitian pertumbuhan perusahaan tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian Putra dan Kesuma (2012). Maka dari uraian tersebut dapat
disimpulkan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal.
3. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal
Struktur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan.
Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah Perimbangan atau
perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara
aktiva lancar dengan aktiva tetap (Riyanto, 2008). Selanjutnya yang
dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal,
sedangkan yang dimaksud dengan artian relatif adalah perbandingan dalam
bentuk persentase.
Menurut Sartono (2010), menyatakan bahwa perusahaan yang
jumlah yang besar, hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar
akan mudah mendapatkan akses ke sumber dana di bandingkan dengan
perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai
jaminan hutang perusahaan. Indrajaya (2011), dalam penelitiannya yang
berjudul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal menjelaskan bahwa
struktur aktiva memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur
modal. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh atau kekuatan
penjelas yang paling kuat dibandingkan dengn variabel lain, dengan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Putri (2012), dalam penelitiannya mengenai pengaruh
profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur
modal perusahaan, menyatakan bahwa: 1) profitabilitas berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap struktur modal, 2) struktur aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, 3) ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian struktur aktiva tersebut memiliki persamaan dengan penelitian
Indrajaya (2011). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
4. Pengaruh Leverage Terhadap Struktur Modal
Brigham dan Houston (2010) menyatakan bahwa jika sebagian
besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap, maka perusahaan itu
dinyatakan memiliki leverage yang tinggi. Leverage merupakan salah satu
yang mempengaruhi resiko bisnis, semakin besar leverage perusahaan maka
semakin besar resiko bisnis perusahaan. Dengan kebijakan mempertahankan
struktur modal maka perusahaan bisa meminimalisir akan penggunaan
hutang yang terkait dengan resiko yang akan dialami oleh perusahaan.
Dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi leverage maka akan semakin
rendah tingkat hutang dan struktur modal perusahaan tersebut. Rasio ini
mengukur mengukur sampai sejauh apa perusahaan menggunakan
pendanaan melalui hutang (Brigham & Houtson 2014).
Mardiansyah (2012), dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
profitabilitas dan operating leverage terhadap struktur modal,
menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal, sedangkan operating leverage berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan menurut Puspitasari, dkk (2016), dalam penelitiannya
yang berjudul pengaruh profitabilitas, tangible, leverage, corporate tax, dan
inflanation rate terhadap struktur modal perusahaan. Mengatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh secara positif terhadap struktur modal. Tangible
struktur modal. Inflanation Rate berpengaruh negatif terhadap struktur
modal. Penelitian leverage tersebut memiliki persamaaan dengan penelitian
Mardiansyah (2010). Sehingga leverage mempunyai pengaruh signifikan
terhadap struktur modal.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan menjadi salah satu tolak ukur yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih
besar memiliki memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan sumber
pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari
kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar
memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau
bertahan dalam industri.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan
dilihat dari besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh
terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin
besarpula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi.
Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan
menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan
landasan teori menurut Riyanto (2008), semakin besar suatu perusahaan,
semakin mudsh perusahaan memperoleh hutang. Perusahaan besar memiliki
kemudahan akses sehingga fleksibilitas perusahaan besar juga lebih besar.
memberikan kredit kepada perusahaan besar sehingga perusahaan yang
besar mempunyai kesempatan yang lebih luas dan mudah memperoleh
kredit.
Putri (2012), dalam penelitiannya mengenai pengaruh
profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur
modal perusahaan, menyatakan bahwa: 1) profitabilitas berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap struktur modal, 2) struktur aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, 3) ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan penelitian menurut Indrajaya (2011), yang berjudul
pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap
struktur modal. Mengatakan struktur aktiva memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ukuran
perusahaan tersebut memiliki persamaan dengan Putri (2012). Berdasarkan
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan
sebagai berikut :
H2
H3
H1
H4
H5
H6
D. Hipotesis
H1: Profitabilitas, pertumbuhan, struktur aktiva, leverage, ukuran perusahaan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan struktur modal
perusahaan.
Profitabilitas
(X1)
Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Struktur Aktiva
(X3)
Leverage
(X4)
Ukuran Perusahaan
(X5)
Struktur Modal
Perusahaan
H2: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
perusahaan.
H4: Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H5: Leverage berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H6: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal