• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minapolitan - Diana Indra Dewi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minapolitan - Diana Indra Dewi BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minapolitan

Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti ikan dan Politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota. Minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010

tentang Minapolitan, definisi dari Minapolitan adalah konsepsi pembangunan

ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan.

B. Kawasan Minapolitan

(2)

ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dansistem agrobisnis.

C. Konsep Minapolitan

Konsep Minapolitan didasarkan pada tiga azas yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan denganintervensi negara secara terbatas (limited stateintervention), serta penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdayanya benar-benaruntuk kesejahteraan rakyat dengan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan. Dalam pengembangannya, kawasan minapolitan memiliki sasaran pengembangan Kawasan minapolitan yang secara lengkap disebutkan pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan. Namun secara esensial, sasaran program minapolitan bisa disarikan menjadi 4(empat) hal utama sebagai berikut:

1. Pelayanan secara terpadu dan efisien dari instansi pusat dan daerah serta instansi lintas-sektor pada kawasan minapolitan

2. Berkembangnya sektor ekonomi darikomoditas sektor perikanan

3. Kawasan sentra minapolitan bersama wilayah sekitarnya tumbuh sebagai kotamandiri

(3)

Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan dan perikanan dalam rangka peningkatan pendapatan rakyat. Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi Minapolitan dikembangkan melalui peningkatkan efsiensi dan optimalisasi keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan pra produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa pendukung lainnya, yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan. Minapolitan bertujuan untuk: (a) meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat skala mikro dan kecil, (b) meningkatkan jumlah dan kualitas usaha skala menengah ke atas sehingga berdaya saing tinggi, dan (c) meningkatkansektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi regional dannasional.

Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban

function center) yang dapat mengarah pada terbentuknyakota-kota kecil berbasis

(4)

dan mempunyai multiplier effect tinggi terhadap kegiatan ekonomi, produksi, perdagangan, jasa, pelayanan, kesehatan dan sosial yang saling terkait, dan mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung keanekaragaman aktivitas ekonomi layaknya sebuah kota.Tata laksana pengembangan Minapolitan tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.18/MEN/2012 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan yang antara lain menetapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk menjadi kawasan Minapolitan, antara lain komitmen daerah, memiliki komoditas unggulan dan tersedianya fasilitas pendukung, seperti pelabuhan, industri pengolahan, jalan, listrik dan lainnya. Untuk mengintegrasikan kawasan Minapolitan kedalam konteks pengembangan wilayah secara makro dan memberikan masukan yang komprehensif berdasarkan potensi perikanan yang terintegrasi.

(5)

D. Karakterisik dan Syarat Kawasan Minapolitan

Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 18/Men/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan, suatu kawasan minapolitan sebaiknya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan perdagangan;

2. Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi; 3. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan

dan daerah sekitarnya; dan

4. Mampu menjadi motor perekonomian di daerah sekitarnya

Dalam pengembangan kawasan minapolitan, suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan minapolitan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Rencana Strategis, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) kabupaten/kota, serta Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah ditetapkan; 2. Memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan

(6)

a) Keberadaan komoditas unggulan, yaitu melimpah atau dapat dibudidayakan dengan baik dengan prospek pengembangan tinggi dimasa depan;

b) Nilai perdagangan komoditas tinggi dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Memiliki pasar: lokal, nasional dan internasional;

2. Volume atau kemampuan produksi tinggi: dapat atau berpotensi memenuhi permintaan pasar;

3. Tingkat produktivitas tinggi: kemampuan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi atau dapat dikembangkan sehingga secara ekonomi menguntungkan;

4. Jumlah pelaku utama/usaha perikanan relatif besar atau sebagian besar penduduk setempat bekerja di kawasan tersebut;

5. Mempunyai keunggulan komparatif: mempunyai nilai lebih karena keberadaan komoditas, iklim, SDM, dan ongkos produksi murah; 6. Mempunyai keunggulan kompetitif: produk berkualitas dan sistem

pemasaran efektif.

3. Letak geografis kawasan yang strategis dan secara alami memenuhi persyaratan untuk pengembangan produk unggulan kelautan dan perikanan, meliputi:

a) Lokasi kawasan strategis

(7)

2. Mempunyai akses terhadap jaringan pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran (mata rantai pemasokan–supply chain) b) Kawasan yang secara alami cocok untuk usaha kelautan dan

perikanan

1. Potensi sumber daya kelautan dan perikanan; 2. Kesesuaian lahan dan potensi sumber daya air;

3. Sarana dan prasarana perikanan (Pelabuhan Perikanan, BBI, cold storage, pabrik es dll);

4. Dekat dengan fishing ground; 5. Sentra produksi garam; dan 6. Sentra pengolahan dan pemasaran

4. Terdapat unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran dan jaringan usaha yang aktif berproduksi, mengolah dan/atau memasarkan yang terkonsentrasi di suatu lokasi dan mempunyai mata rantai produksi pengolahan, dan/atau pemasaran yang saling terkait, meliputi :

a. Sistem dan mata rantai produksi perikanan budidaya

1. Keberadaan sejumlah unit produksi ikan budidaya yang aktif berproduksi dan terkonsentrasi di sentra produksi; dan

2. Mata rantai produksi:

a) Keberadaan sarana atau lahan produksi: kolam dan tambak yang luas;

(8)

c) Ketersediaan benih berkualitas tinggi atau kemungkinan pengadaan benih dengan harga murah;

d) Ketersediaan pakan dan obat-obatan murah;

e) Telah diterapkan sistem budidaya yang baik sehingga tingkat produksinya cukup tinggi dan berkualitas;

f) Keterlibatan pembudidaya dan para pekerja setempat;

g) Sistem distribusi dan pemasaran yang telah berjalan dengan baik atau dapat segera dikembangkan lebih baik; dan

h) Sentra produksi mempunyai skala usaha layak secara ekonomi dan multiplier effect terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.

b. Sistem dan mata rantai produksi perikanan tangkap

a) Keberadaan sejumlah kapal ikan yang aktif berproduksi dan mendaratkan hasil tangkapannya di lokasi tersebut; dan

b) Mata Rantai Produksi:

c) Hasil tangkapan yang cukup besar dan mempunyai skala ekonomi cukup tinggi;

d) Keberadaan sarana tambat, air bersih, tempat pendaratan ikan dan tempat pelelangan ikan yang memadai;

e) Sistem bongkar muat yang memadai atau mungkin dikembangkan dalam waktu dekat;

f) Keterlibatan nelayan dan para pekerja setempat;

(9)

h) Sistem distribusi dan pemasaran telah berjalan dengan baik atau dapat segera dikembangkan lebih baik; dan

i) Sentra produksi mempunyai skala usaha layak secara ekonomi dan multiplier effect terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.

c. Sistem dan mata rantai produksi hilir

a) Keberadaan unit-unit pengolahan atau potensi pengembangannya dalam waktu dekat;

b) Keberadaan kelembagaan/SDM pengawasan mutu;

c) Sistem tata niaga produk hasil olahan dan fasilitas pendukungnya; d) Keberadaan fasilitas pasar atau sistem pemasaran produk; dan

e) Sistem dan sarana distribusi (logistik) produk di dalam maupun di luar kawasan.

5. Tersedianya fasilitas pendukung berupa aksesibilitas terhadap pasar, permodalan, sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran, keberadaan lembagalembaga usaha, dan fasilitas penyuluhan dan pelatihan, meliputi:

a) Permodalan: aksesibilitas modal bagi nelayan, pembudidaya ikan, serta pengolah dan pemasar ikan;

b) Kelembagaan: lembaga pemerintahan daerah;

c) Lembaga usaha: koperasi, kelompok usaha atau usaha skala menengah dan atas;

(10)

e) Prasarana pengairan: keberadaan jaringan pengairan (budidaya) utama/primer, sekunder atau lainnya sebagai pendukung sistem pengairan di kawasan;

f) Energi: jaringan listrik yang memadai; dan

g) Teknologi tepat guna: Penerapan teknologi tepat guna yang mampu meningkatkan daya saing.

6. Kelayakan lingkungan diukur berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, potensi dampak negatif, dan potensi terjadinya kerusakan di lokasi di masa depan, meliputi:

a) Kondisi sumberdaya alam (daya dukung dan daya tampung); b) Dampak atau potensi dampak negatif terhadap lingkungan; dan c) Sesuai tata ruang daerah dan nasional.

7. Komitmen daerah, berupa kontribusi pembiayaan, personil, dan fasilitas pengelolaan dan pengembangan minapolitan, meliputi:

a) Sesuai Renstra dan Tata Ruang Daerah (RTRW Kabupaten/Kota), RTRW Provinsi dan RTRW Nasional;

b) Mempertimbangan Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K);

c) Masuk dalam RPJM;

d) Ditetapkan oleh Bupati/Walikota;

e) Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM);

(11)

g) Keberadaan kelembagaan dinas yang membidangi kelautan dan perikanan dengan dukungan SDM yang memadai; dan

h) Berkoordinasi dengan provinsi dan pusat

8. Keberadaan kelembagaan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan, meliputi:

a) Keberadaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu dinas yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan perikanan; dan

b) Kelompok kerja yang menangani pengembangan kawasan minapolitan.

9. Ketersediaan data dan informasi tentang kondisi dan potensi kawasan, meliputi:

a) Mempunyai data dan informasi mengenai sumber daya kelautan dan perikanan serta data dan informasi terkait; dan

b) Mempunyai sistem pencatatan data statistik dan geografis di bidang kelautan dan perikanan.

E.Fungsi Kawasan Minapolitan

(12)

1. Kawasan Minabisnis

Kegiatan perikanan merupakan kegiatan utama di kawasan Minabisnis, mengingat kawasan Minabisnis sebagai kawasan Agribisnis yang berbasis pada sektor perikanan. Produk di kawasan Minabisnis berorientsi pada pasar baik pasar lokal maupun pasar regional, dengan mutu serta harga yang kompetitif dan terjamin kesediaannya sepanjang tahun.

2. Kawasan Minaindustri

Kawasan Minaindustri dikembangkan sebagai pusat industri pedesaan yang memiliki skala usaha kecil dan bersifat tidak polutif. Usaha dan kegiatan industri di kawasan Minaindustri memenuhi kebutuhan desa-desa sekitarnya. Desa-desa di kawasan Minaindustri berbasis perikanan dengan tenaga dan teknologi yang berasal dari masyarakat setempat. Kegiatan industri di kawasan Minaindustri menghasilkan produk-produk untuk bahan baku industri pengolahan hasil perikanan.

3. Kawasan Minawisata

(13)

F. Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan

Perumusan konsep pengembangan kawasan perikanan budidaya diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi dan masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang namun juga potensi dan masalah yang akan terjadi di masa depan. Identifikasi dari potensi dan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara perencana dengan masyarakat yang akan dipengaruhi oleh rencana. Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang kawasan perikanan. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari masyarakat setempat. Selanjutnya, dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang sesuai dengan peraturan tata ruang yang telah ditentukan.

Konsep pengembangan kawasan dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Untuk itu pengertian wilayah menjadi penting dalampembahasan ini. Menurut PPRI No.

47/1997 yang dimaksudkan dengan wilayah adalah ruang yang merupakan

kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional tertentu.

(14)

pengembangan wilayah mempunyai target untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

Kajian pengembangan wilayah di Indonesia selama ini selalu didekati dari aspek sektoral dan aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih menyatakan ukuran dari aktivitas masyarakat suatu wilayah dalam mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Sementara itu, kajian aspek spasial/keruangan lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut. Pada aspek inilah Sistem Informasi Geografi (SIG) mempunyai peran yang cukup strategis, dikarenakan SIG mampu menyajikan aspek keruangan/spasial dari fenomena/fakta yang dikaji (Susilo, K., 2000).

(15)

Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui proses/mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect).

Penerapan konsep ini di Indonesia sampai dengan tahun 2000 telah melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan secara sengaja diantara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini menempatkan suatu kota/ wilayah mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relatif terhadap kota/wilayah yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dansumberdaya manusia.

G. Perikanan Budidaya

Menurut UU RI No 45 tahun 2009 tentang perubahan aras UU No 31 tahun 2004 tentang perikanan, pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan /atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

(16)

a. Memperbanyak produksi b. Menumbuhkan (growth)

c. Meningkatkan mutu biota akuatik sehingga memperoleh keuntungan Sedangkan usaha budidaya memiliki tujuan yaitu:

a. Meningkatkan jumlah pangan

b. Mengimbagi penurunan persediaan ikan secara alami c. Mencukupi kebutuhan protein hewani

d. Meningkatkan produk lain seperti mutiara,rumput laut,dll

Perikanan budidaya merupakan komoditas perikanan yang saat ini banyak menghasilkan keuntungan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun.

H. Penelitian Terdahulu

(17)

tingkat produksi dari pembenihan 55.021.010 ekor/tahun, pendederan 71.924.569 ekor/tahun, dan dari pembesaran 273.615 kg/tahun. Faktor yang mrndukung budidaya ikan adalah air, tanah, dan kondisi lingkungan di Kecamatan Bawang Kabupaten banjarnegara yang secara umum merupakan wilayah yang baik untuk usaha budidaya ikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Edwin Dwi Putra,2011 dengan tujuan untuk mengetahui potensi perikanan di Kecamatan Labakkang dalam mendukung pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Pangkep dan untuk mengetahui arahan pengembangan ruang kawasan minapolitan di Kabupaten Pangkep. Metode analisa data yang di gunakan yaitu Analisis potensi perikanan Kecamatan Labakkang; Analisis Kebutuhan Infrastruktur Kawasan minapolitan; dan Anlisis Skalogram digunakan untuk mengetahui Hirarki dan pusat-pusat pelayanan kawasan minapolitan.

(18)

produksi komoditas perikanan; Subsentra produksi sebagi pemasok hasil produksi dan; Outlet atau sentra pemasaran yang merupakan daerah-daerah yang menajdi sasaran pemasaran hasil produksi perikanan.

(19)
(20)
(21)

J. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik

Proses “Pengolahan Awal” adalah proses persiapan permukaan dari benda kerja yang akan mengalami proses pelapisan logam.Pada umumnya proses pelapisan logam

Streptococcus faecalis, Streptococcus milleri$ dan "acteroides spp edan(kan a,ses hati ame,ik  dise,a,kan oleh or(anisme mikrosko*is *arasit )aitu E.. adan)a aliran em*edu

Dari tabel di atas menunjukan bahwa frekuensi iklan produk POND’S di televisi mempengaruhi 4 responden atau 11% menjawab sangat mempengaruhi, 10 responden atau 28%

Apabila pihak regulator di suatu negara anggota telah dapat menentukan adanya bahaya dari produk pangan dan menunjukkan resiko terhadap kesehatan dan kehidupan

(IPA), dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai rataan tingkat kepentingan terdapat lima atribut yang yang dianggap sangat penting oleh pembayar pajak, akan

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Karena memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara ideal pada arah radial maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban secara ideal