A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri adalah yakin pada kemampuan diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Rasa percaya diri bisa berasal dari diri sendiri maupun motivasi dari lingkungan sekitar. Menurut Mustari (2014:51) percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan.
Lauster (2006:15) mengemukakan sepuluh langkah untuk menjadi percaya diri:
a. Sebagai langkah pertama carilah sebab-sebab Saudara merasa rendah diri. Sekali Saudara mengetahui sebab-sebab itu maka Saudara sudah mendapat prasyarat yang sangat penting untuk suatu perbaikan kepercayaan diri sendiri yang direncanakan.
b. Atasi kelemahan Saudara. Hal yang penting adalah Saudara harus
memiliki kemauan yang kuat. Karena hanya dengan begitu Saudara akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya.
d. Bahagialah dengan keberhasilan Saudara dalam suatu bidang tertentu dan janganlah ragu-ragu untuk bangga atasnya. Perkiraan Saudara sendiri atas keberhasilan Saudara adalah lebih penting untuk kesadaran sendiri dibandingkan dengan pendapat orang lain.
e. Bebaskan diri Saudara dari pendapat orang lain. Janganlah berbuat berlawanan dengan keyakinan Saudara sendiri. Hanya dengan begitu Saudara akan merasa merdeka dalam diri sendiri dan yakin.
f. Jika misalnya Saudara tidak puas dengan pekerjaan Saudara tapi tida melihat sesuatu kemungkinanpun untuk memperbaiki dir sendiri Saudara, maka kembangkanlah bakat-bakat Saudara memalui sesuatu hobby. Dengan begitu Saudara dapat mengkompensasikan kekecewaan dan dapat menjaga diri dari ketidakyakinan atas diri sendiri.
g. Jika Saudara diminta untuk melakukan pekerjaan yang sukar, cobalah melakukan pekerjaan tersebut dengan rasa optimis. Jika anda takut melakukan tugas itu, maka di masa depan Saudara akan kurang percaya pada kemampuan Saudara sendiri dan akhirnya gagal dalam tugas yang tak begitu sulit.
h. Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita Saudara, maka akan semakin sulit bagi Saudara untuk memenuhi tuntutan yang tinggi itu.
dibanding dengan Saudara. Jika Saudara terus menerus membandingkan diri Saudara dengan orang lain maka ada kemungkinan Saudara akan kecewa dengan diri Saudara sendiri. Dan ini tidak baik bagi harga diri Saudara sendiri.
j. Janganlah mengambil sebagai motto ungkapan yang berbunyi, “apapun juga yang dilakukan dengan baik oleh orang lain sayapun
harus dapat melakukannya”, karena tak seorangpun dapat mempunyai
hasil yang sama dalam tiap bidang.
Berdasarkan sepuluh langkah percaya diri yang dikemukakan oleh Lauster, untuk mengatasi rasa rendah diri adalah dengan mencari penyebab perasaan tersebut. Melihat dan mendengarkan orang lain tidak selamanya baik untuk membangkitkan rasa percaya diri, karena dapat menimbulkan pikiran membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rasa percaya diri harus dimunculkan dengan penuh keyakinan untuk merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Indikator percaya diri merupakan suatu hasil yang nampak pada diri seseorang. Apabila siswa berani melakukan suatu aktivitas dan kelihatannya ia tidak ragu memilih dan membuat apa yang harus dibuatnya. Berikut adalah beberapa indikator percaya diri menurut pendapat Mustari (2014:53-57) yaitu:
a. Memiliki keyakinan
resiko, kesediaan untuk menerima penderitaan dan kekecewaan atau tindakan yang dilakukannya.
b. Persamaan kesempatan
Setiap siswa memiliki potensi yang memadai untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
c. Menghilangkan inferioritas (menghilangkan rasa minder/rasa rendah diri)
Siswa memiliki kemampuan bersosialisasi, misalnya menjalin keakraban dengan teman tanpa merasa minder atau tidak percaya diri dengan keadaan dirinya.
2. Prestasi Belajar
Arifin (2011 : 12) mengemukakan kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”, Prestasi belajar pada umumnya berkenaan pada
menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa (formatif), nilai ulangan semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai suatu usahayang telah dilakukan, prestasi juga dapat disimbolkan atau dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar yang dapat sebagai alat ukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa yang telah dicapai dalam suatu pembelajaran.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom (Sudjana, 2010:22) yang secara garis besar dibagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
a. Ranah kognitif
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehention) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri.
3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori-teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret.
4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian-bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.
terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.
b. Ranah Afektif
Kratwohl (Purwanto, 2011) membagi belajar afektif menjadi lima tingkat, yaitu penerimaan (merespon rangsangan), partisipasi, penilaian (menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang dipelajari), dan internalisasi (menjadikan nilai-nilai sebagai pedoman hidup). Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai-nilai yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
c. Ranah Psikomotorik
gerakan kompleks (melakukan serang serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli).
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Dalyono (2010) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi: 1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani kurang baik dapat menganggu atau mengurangi semangat belajar. Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.
2) Intelegensi dan bakat
hasilnya cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.
3) Minat dan motivasi
4) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak motoriknya misalnya dengan cara berjalan-jalan dan mengalami langsung aktivitas belajarnya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi: 1) Keluarga
Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antara anak dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil belajar. 2) Sekolah
sekolah,keadaan ruangan, jumlah siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pengajaran guru yang inovatif dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar dengan model koopertif misalnya, dengan siswa belajar secara kelompok dapat merangsang siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pun dapat mengaktifkan keterampilan proses yang dimiliki oleh anak.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar tempat tinggal siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, akan mendorong siswa lebih giat lagi dalam belajar. Tetapi jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak anak-anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.
4) Lingkungan sekitar
gairah siswa dalam belajar. Tempat yang sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas metode pengajaran yang terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke dalam faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang inovatif akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang terdapat di lingkungan sekitar masyarakat. Ilmu sosial terdiri dari sejumlah pelajaran yang terpadu sepertii antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan manusia.
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah Social Studies dalam kurikulum sekolah di negara lain.
merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Sapriya dalam Susanto (2014) mengemukakan pengertian IPS di tingkat persekolahan memiliki perbedaan makna antara IPS untuk Sekolah Dasar, IPS untuk Sekolah Menengah Pertama, dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas. Pada jenjang Sekolah Dasar, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu, artinya materi pembelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah, melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berfikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.
Djahiri dalam Sapriya (2006), mengemukakan bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
b. Tujuan IPS
Susanto (2014) menyatakan bahwa pada tingkat sekolah dasar, IPS bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial, serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi daalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Pelajaran IPS terkait erat dengan pelajaran IPS. Kedua pembelajaran ini fokus pada pembentukan karakter siswa. Hasan dalam Susanto (2014) mengemukakan tiga kategori tujuan pendidikan ilmu sosial.
1) Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan prosesual dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengomunikasikan hasil temuan.
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dan bangsa termasuk tanggung jawab sebagai warga dunia. Selain itu juga, mengembangkan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma, dan moral yang berlaku di masyarakat.
3) Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif terhadap diri untuk memacu perkembangan diri sebagai pribadi.
Susanto (2014) menambahkan, secara garis besar, pendidikan IPS di sekolah dasar dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yang memiliki tujuan berbeda, yaitu:
1) Pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai (value education), yakni: a) Mendidik nilai-nilai yang baik, yang merupakan norma-norma
keluarga dan masyarakat.
b) Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; c) Nilai-nilai inti atau nilai utama (care value), seperti
menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
a) Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar;
b) Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa;
c) Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok
etnik atau minoritas.
3) Pendidikan IPS sebagai pendidikan global (global education), yakni:
a) Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan perbedaan di dunia;
b) Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa;
c) Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan komunkasi antar bangsa di dunia;
d) Mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan.
c. Materi IPS
Berdasarkan KTSP materi yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu :
SK : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia
Indikator : 1.5.1 Menyebutkan jenis-jenis usaha perekonomian dalam masyarakat Indonesia
1.5.2 Memberi contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok
1.5.3 Memberikan contoh cara menghargai kegiatan orang dalam usaha
1.5.4 Memberi contoh kegiata produksi, distrbusi, dan konsumsi di Indonesia
4. Lecture Bingo
Strategi Lecture Bingo merupakan pengembangan dari pemainan bingo yang diaplikasikan ke dalam pembelajaran.
Prosedur Permainan Lecture Bingo (Silberman, 2006:50-51)
a. Ciptakan suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah dengan sekitar 9 poin kunci
b. Kembangkan satu kartu Bingo yang berisi poin-poin pokok ini dalam satu kisi-kisi 3x3. Tempatkan sebuah poin berbeda pada tiap-tiap dari kotak ini. Jika anda mempunyai lebih sedikit dari 9 poin pokok, maka biarkan beberapa kotak kosong.
c. Buatlah beberapa kartu Bingo tambahan dengan poin-poin kunci yang sama, namun tempatkan poin-poin itu dalam kotak-kotak yang berbeda. Hasilnya seharusnya bahwa beberapa, jika ada, kartu-kartu Bingo itu sama.
Perintahkan para siswa bahwa ketika presentasi anda mulai dari poin ke poin, maka siswa hendaknya menempatkan sebuah titik pada kartu-kartu tersebut untuk tiap poin yang anda diskusikan.
e. Ketika siswa mengumpulkan tiga titik vertikal, horizontal, atau diagonal dalam suatu lajur, maka siswa berteriak “Bingo!”
f. Selesaikan/sempurnakan pelajaran yang disampaikan dengan kuliah tersebut. Suruhlah siswa untuk mendapatkan Bingo sebanyak yang siswa bisa.
Variasi permainan Bingo dalam penelitian ini dibuat dengan cara berkelompok. Lembar Bingo yang telah berisi poin-poin jawaban akan ditempel di papan tulis. Setiap kelompok memegang kartu Bingo yang akan ditempelkan pada lembar Bingo ketika perwakilan kelompok siswa menjawab pertanyaan dengan benar. Kelompok yang salah menjawab pertanyaan, akan kehilangan satu kesempatan untuk menempelkan kartu Bingo pada lembar Bingo di papan tulis.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Mawati Sholikhah (2013)
siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.Respon siswa terhadap penerapan permainan bingo dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara keseluruhan adalah positif dengan rata-rata 87,61% dan termasuk kriteria respon sangat baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh K. Jason Crandall (2015) yang berjudul
“Functional Performance in Older Adults after a Combination
Multicomponent Exercise Program and Bingo Game” menyimpulkan
bahwa “using paired-sample t-tests, significant improvements were found
in all FPmeasures, but not in BW or BMI (p ˂ .05). The low-cost,
sustainability, and ease ofimplementation suggest BingocizeTM may be a
novel and enjoyable alternative to traditionalolderadult group exercise
interventions. Our results should be interpreted with caution due to
thelack of a control group and small sample size. Future research could
examine changes inactivities of daily living, quality of life, and other
measures of functional fitness in this and otherpopulations”.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Weisskirch (2009) dengan judul “Playing Bingo to Review Fundamental Concepts inAdvanced Courses”
menyimpulkan bahwa “Students reported animprovement of their
perceived knowledge of developmental theories and for each of the
theories reviewed.Thy rated the exercise as academically challenging,
helpful to learn concepts, and not a waste of time.Students who reported
being able to explain the theories toothers at the conclusion of the exercise
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dan sumber bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model permainan bingo. Permainan bingo yang digunakan untuk penelitian pada pembelajaran IPS dan diharapkan dapat meningkatkan percaya diri serta prestasi belajar IPS siswa.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang menyenangkan secara tidak langsung akan membuat siswa aktif dan meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk maju. Rasa percaya diri sangat penting dalam proses pembelajaran, karena akan berpengaruh pada keaktifan dan prestasi belajar siswa di kelas. Penerapan strategi Lecture Bingo diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa. Dengan strategi Lecture Bingo siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dengan aktif di kelas.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kondisi Awal
1. Rasa Percaya diri dan prestasi belajar IPS rendah
2. Guru belum menggunakan metode/model pembelajaran yang bervariasi
Tindakan
Menggunakan metode Lecture Binggo dalam pembelajaran IPS
Kondisi Akhir
Rasa percaya diri dan prestasi belajar IPS meningkat dengan strategiLecture Bingo