• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Competitor, Nomor 1 Tahun 2, Pebruari 2010"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

21

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH KAKI DENGAN KECEPATAN LARI 50 METER MAHASISWA JURUSAN

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FIK UNM

OLEH: H. AD’DIEN )*

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang tungkai dan frekuensi langkah dengan kecepatan lari 50 meter. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM Angkatan 2010 dengan jumlah sampel penelitian 60 orang mahasiswa putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kecepatan lari 50 meter, terbukti nilai ro = -0,741 (P < 0,05); Ada hubungan yang signifikan frekuensi langkah dengan kecepatan lari 50 meter, terbukti nilai ro = 0,428 (P < 0,05); dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dan frekuensi langkah dengan kecepatan lari 50 meter, terbukti nilai Ro = 0,895 (P < 0,05).

Kata Kunci : Panjang Tungkai, Frekuensi Langkah, Kecepatan Lari 50 Meter

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship of limb length and step frequency with running speed of 50 meters. This research includes descriptive research. The population of this study were all students of Department of Sport Coaching Education FIK UNM Force 2010 with total 60-student sample of randomly selected men sampling. The data analysis technique used is the correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% significance level or 0,05. Departing from the results of the data analysis, the study concluded that: (1) There is a significant relationship with the speed of the run leg length of 50 meters, proved the value of ro = -0.741 (P < 0,05); There is a significant relationship with a speed frequency step ran 50 yards, proved the value of ro = 0.428 (P < 0,05), and (3) There is a significant relationship between leg length and step frequency with running speed of 50 meters, proved the value of Ro = 0.895 (P < 0,05).

(2)

22

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

Keywords : Long Legs, Step Frequency, Speed Meter Run 50

PENDAHULUAN

Sekian banyak bahan pendi-dikan jasmani terdapat cabang olah raga atletik yang disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga. Karena atletik merupakan aktivitas jasmani atau latihan fisik dengan berisikan gerakan alami/wajar seperti : jalan, lari, lompat dan lempar. Dari ke-empat nomor dalam cabang olahraga atletik, nomor lari yang difokuskan untuk mencari solusi yang optimal agar mampu mencapai prestasi yang maksimal, sehingga tidak terjadi antara harapan dan kenyataan. Dari segi pembibitan yang ada sekarang ini, khususnya pada kotamadya Makassar sangat esensial sebab telah diberikan fasilitas sampai dengan penanganan tentang pendidikannya. Artinya setiap atlet pemula ditampung pada sebuah sekolah dan ditunjang dengan sarana-sarana yang me-madai. Berarti perhatian pemerintah terhadap dunia olahraga khususnya pada cabang atletik sangat terkhusus dibandingkan cabang-cabang olah-raga lainnya.

Di nomor lari jarak pendek (sprint) 100 meter misalnya, sangat minim atlet untuk mampu mencapai prestasi puncak, disebabkan adanya faktor-faktor penghambat. Faktor penghambatnya adalah kemampuan fisik serta postur yang dimilikinya masih kurang. Hal penting yang harus diperhatikan adalah di saat melakukan kegiatan olahraga harus didukung dengan kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang harus ditanggulanginya, dalam hal ini untuk melakukan latihan. Melihat dari gerakan lari sprint, tentunya tidak

terlepas dari kemampuan tungkai yang dimiliki harus cepat. Pada lari nomor sprint dengan jarak 50 meter tentunya sangat dibutuhkan kecepatan yang maksimal untuk mencapai garis finish. Namun disisi lain bahwa kecepatan tidak akan terbentuk tanpa adanya peranan panjang tungkai, sebab kekuatan tungkai yang dimiliki pelari sprint akan membantu untuk mengembangkan kecepatan yang di-harapkan disamping itu unsur fre-kuensi langkah akan sangat mem-bantu dalam pencapaian gerakan lari. Sebab bagi pelari yang memiliki frekuensi langkah yang kecil tentu memiliki kecepatan yang kurang maksimal. Sehingga kecepatan lari yang dimiliki akan kurang maksimal dibandingkan dengan pelari yang memiliki frekuensi langkah yang cepat dan panjang dengan postur yang tinggi.

Panjang tungkai

Panjang tungkai adalah salah satu ukuran antropometrik yaitu ukuran anggota tubuh bagian bawah. Panjang tungkai ditandai dengan ukuran panjang dari tulang-tulang yang membentuk tungkai atas dan tungkai bawah, tulang-tulang tersebut meliputi ; tulang paha (os femor), tulang lutut (os patella), tulang kering (os tibia), tulang betis (os fibula), tulang pergelangan kaki (ossa torsalia). Tulang-tulang persendian femur patella dan tibia membentuk engsel lutut. Lutut adalah persendian terbesar dari tubuh manusia, dan meskipun relatif kuat, biasanya mudah kena cedera karena susunan fisik yang kompleks dari lutut karena persendian ini seringkali mengalami tekanan yang

(3)

23

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

berlebihan selama melakukan olah raga seperti lari sprint. Ujung prok-simal dari tibia membentuk permu-kaan persendian yang agak cembung. Dua condylus femur yang besar dikelilingi oleh susunan ligamenta dan otot yang kuat untuk membantu tu-lang-tulang menyerap kekuatan yang ada ketika lari sprint (50 meter).

Dari analisa tungkai tersebut, dapat dikatakan tungkai adalah dasar pada struktur tubuh sebab dia mampu untuk menahan beban di atas (badan) atau bobot berat badan. Olehnya itu tungkai dalam melakukan Kecepatan lari bola perlu ditopang atau didukung oleh kemampuan fisik, sebab walau-pun seseorang memiliki tungkai yang panjang kalau tidak memiliki kemam-puan fisik maka keterampilan yang di-lakukan tidak mampu dilaksanakan secara maksimal. Jadi dalam mela-kukan teknik-teknik sprint seperti pada lari jarak 50 meter perlu ditunjang oleh panjang tungkai yang ideal, agar kecepatan yang dilakukan mampu di tampilkan dengan efesien dengan per-gerakan-pergerakan yang lebih luas.

Kalau dikaji lebih lanjut struktur tubuh merupakan prakondisi atau ba-han mentah yang sangat menunjang dalam keberhasilan pada cabang olah raga atletik di nomor lari bila diwujud-kan melalui pembinaan secara kon-tinyu dan intensif dengan kata lain struktur tubuh merupakan struktur bio-logis sebagai determinan yang sangat berpengaruh terhadap penampilan se-orang pelari.

Pengukuran antropometrik dapat pula menentukan tipe-tipe ideal dari struktur tubuh sehingga dapat di-ketahui gambaran tipe tubuh yang mempunyai hubungan dengan tipe seorang atlet, dan tipe tubuh tersebut mutlak diketahui dan dicapai sebelum melakukan aktivitas fisik untuk men-capai hasil yang baik. Dalam hal ini

umur tidak dapat dijadikan standar untuk menentukan tipe tubuh, karena banyak orang yang umurnya sama namun berbeda dalam hal berat badan dan besar maupun powernya. Demikian pula berat badan tidak dijadikan standar, karena orang yang sama dalam hal berat badan belum tentu powernya sama pula. Sedang-kan tinggi badan seseorang yang melebihi rata-rata dengan keseimbangan perbandingan keliling badan yang lebih ramping, akan kelihatan lebih indah dan lebih kuat.

Cabang olahraga atletik di nomor lari sprint diperlukan unsur-unsur struktur tubuh yang baik, dalam hal ini berat badan, tinggi badan dan panjang tungkai serta komponen fisik sebagai penunjang. Hal tersebut penting. Sebab merupakan syarat mutlak bagi pencapaian atau ter-capainya prestasi. Pemilihan panjang tungkai dan keterkaitannya dengan kecepatan lari 50 meter dilandasi adanya pemikiran bahwa unsur tersebut sesuai dengan kebutuhan pada lari sprint.

Frekuensi langkah

Frekuensi langkah kaki me-rupakan irama kaki yang dilakukan seorang didalam melakukan suatu gerakan untuk mencapai suatu jarak yang telah ditentukan. Jarak tentu tidak lepas dengan komponen fisik pada kecepatan itu sendiri. Oleh karena itu frekuensi langkah kaki akan sangat berkaitan dengan kom-ponen kondisi fisik kecepatan, apalagi dikaitkan dengan cabang olahraga atletik seperti di nomor lari.

Kecepatan dapat menjadi faktor penentu dalam beberapa nomor cabang atletik, khususnya pada nomor-nomor lari. Pada nomor lari 50 meter (sprint), kecepatan gerak tungkai untuk melakukan gerakan

(4)

24

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

langkah kaki secara berulang-ulang dalam menempuh jarak lari 50 meter akan menetukan kemampuan untuk mencapai kecepatan maksimal, se-hingga jarak tersebut dapat dicapai dalam waktu sesingkat-singkatnya. Akan tetapi kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh, namun dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkat-nya. Misalnya; dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki untuk melangkah yang dilakukan secara cepat. Menurut Abdul Kadir Ateng (1991) bahwa: “Kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkat-nya atau jumlah gerakan perunit waktu”. Untuk itu,dapat pula dikatakan bahwa kecepatan merupakan kemampuan otot untuk melakukan gerakan cepat dalam waktu yang relatif singkat. Pada saat lari cepat 50 meter, kecepatan sangat diperlukan oleh faktor ke-kuatan otot, elastisitas otot, teknik lari yang baik, dan dibatasi oleh bakat yang terpendam dalam diri individu. Kekuatan otot mutlak diperlukan olahragawan, khususnya pelari jarak pendek. Tugas sprinter ialah me-mindahkan berat badan sejauh 50 meter dalam waktu yang sesingkat mungkin. Makin kuat otot-ototnya makin mudah ia dapat memindahkan berat badannya, dan hasilnya adalah makin pendek waktu yang dibutuhkan atau makin baik hasil waktu yang dicapai.

Elastistas otot penting sebab makin panjang otot itu terulur, makin kuat dan cepat ia memendek atau ber-kontraksi. Maka pelari sprint perlu latihan-latihan pengukuran bagi otot-otot yang bersangkutan dan peng-endoran otot-otot antagonis agar tidak

mengerem gerakan-gerakan otot yang sedang bekerja pada saat berlari dengan kecepatan maksimal.

Frekuensi langkah dibentuk oleh tulang kaki (foot bones) karena arcus pedis adalah lengkung yang terdapat pada daerah planta dan terbagi tiga yaitu : (1) Arcus pedis pars lateralis, (2) Arcus pedis pars medalis, dan (3) Arcus pedis pars transvesalis

Pada hakekatnya peranan fre-kuensi langkah terhadap kecepatan lari sprint dan gaya eksplosif diawali dengan ancang-ancang yang beralih kemampuan maksimal atlet yang ber-hubungan dengan tanah, sehingga penekanan berat badan tidak se-luruhnya dibebankan oleh tungkai tolakan, tetapi setelah menuju ketelapak kaki dan ujung kaki maka penekanan terjadi hingga arcus pedis berperan sebagai pegas yang kuat untuk ke arah depan dengan cepat. Kecepatan lari

Nomor lari 50 meter merupakan nomor lari jarak pendek dalam atletik yang sering juga disebut sprint. Yang dimaksud dengan lari sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh. Dan yang termasuk nomor-nomor lari jarak pendek atau sprint adalah ; jarak 50 meter, 100 meter, 200 meter dan 400 meter.

Gerakan lari jarak pendek, secara teknik adalah sama. Kalau ada perbedaan hanyalah terletak pada penghematan tenaga karena adanya perbedaan jarak yang ditempuh. Kelangsungan gerakan lari sprint seperti pada jarak atau nomor 50 meter dapat dibagi menjadi tiga, yakni: (1) Star, (2) Gerakan sprint, dan (3) Gerakan finish.

Teknik-teknik gerakan dalam lari jarak pendek di atas akan di

(5)

25

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

uraikan secara terpisah sebagai berikut :

a. Teknik Star

Star pada lari jarak 50 meter harus menggunakan balok star seperti pada nomor lari jarak pendek lainnya. Ini berarti bahwa semua pelari dalam perlombaan lari 50 meter harus menggunakan star jongkok atau biasa juga disebut sebagai star berlutut. Aba-aba untuk star ini dilakukan dalam tiga fase, yaitu; “Bersedia”, “Siap”, “Ya” atau tembakan star pistol.

b. Gerakan Sprint

Setelah melakukan gerakan star dengan langkah-langkah peralihan yang meningkat makin lebar dan condong badan yang berangsur-angsur berkurang, maka kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan sprint.

c. Gerakan Finish

Pada pelari akan ditentukan ke-dudukannya dalam urutan keda-tangan sesuai dengan bagian-bagian tubuhnya dalam mencapai bidang vertikal dari sisi terdekat garis finish, sebagaimana diten-tukan dalam peraturan. Yang di-maksud dengan bagian tubuh adalah : “torso” togok badan pelari, dari kepala, leher,lengan, dan kaki.

Sejalan hal tersebut di atas, maka Suherman (1994) menjelaskan teknik lari dapat dilakukan dengan benar, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Lari mengguna-kan ujung kaki, (2) Paha diangkat tinggi, (3) Tangan berayun dari be-lakang ke depan sesuai dengan kecepatan gerakan lari, (4) Togok condong ke depan, (5) Pada waktu lari seluruh badan dalam keadaan rileks dan, dan (6) Usahakan kece-patan dan kecondongan badan diper-tahankan sampai menyentuh garis finish.

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara atau teknik yang dipergunakan untuk men-cari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian. Arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran disesuaikan dengan yang ditemukan dalam penelitian untuk mencapai tujuan yang di-harapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional. Populasi menurut Sugiyono (2000) memberikan definisi sebagai berikut : Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang di-tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Ber-dasarkan pendapat tersebut di atas, maka populasi dari penelitian adalah seluruh seluruh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olah raga FIK UNM Angkatan 2010. Namun populasi tersebut dibatasi pada mahasiswa saja agar mempunyai kesamaan sifat dalam hal jenis kelamin, sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 60 orang dari mahasiswa dengan teknik random sampling secara acak terhadap obyek. Data yang diperoleh melalui instrumen tes penelitian akan dianalisis menggunakan sistem komputer dengan SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% ( = 0,05).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ada hubungan panjang tungkai

dengan kecepatan lari 50 meter mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM.

(6)

26

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data panjang tungkai dengan kecepatan lari 50 meter. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = -0,741 > = 0,05, untuk nilai koe-fesien determinasi = 0,549. Hal ini berarti 54,9% kecepatan lari 50 meter dijelaskan oleh panjang tungkai pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Sedangkan sisanya (100% - 54,9% = 45,2%) dijelas-kan oleh sebab-sebab yang lain. Disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dengan kecepatan lari 50 meter mahasiswa Jurusan Pendi-dikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Ini membuktikan bahwa kecepatan lari 50 meter sangat dipengaruhi oleh panjang tungkai. Namun dari hasil yang diperoleh pada mahasiswa yang ada di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM hanya mampu memiliki panjang tungkai sebesar 54,9% di dalam mencapai kece-patan lari 50 meter. Berarti panjang tungkai yang dimilikinya diklasifikasikan sedang dalam me-nunjang kecepatan maksimal pada nomor lari sprint. Seorang atlet lari sprint atau jarak pendek harus memiliki panjang tungkai. Panjang tungkai sangat diperlukan bagi setiap atlet. Oleh karena itu setiap pelari sprint perlu unsur struktur tubuh yang tinggi khususnya panjang tungkai sebagai penggerak untuk mencapai kecepatan maksimal. 2. Ada hubungan frekuensi langkah

kaki dengan kecepatan lari 50 meter Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data frekuensi langkah

kaki dengan kecepatan lari 50 meter. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,428 > = 0,05, untuk nilai koefesien determinasi = 0,183. Hal ini berarti 18,3% kecepatan lari 50 meter dijelaskan oleh frekuensi langkah kaki pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Sedangkan sisanya (100% - 18,3% = 81,7%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter maha-siswa Jurusan Pendidikan Kepe-latihan Olahraga FIK UNM. Ini membuktikan bahwa frekuensi langkah kaki sangat menunjang dalam melakukan kecepatan lari 5o meter. Namun pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM hanya memiliki frekuensi langkah kaki sebesar 18,3% untuk menunjang kecepatan lari 50 meter. Frekuensi langkah kaki merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam pencapaian kecepatan maksimal. Namun pada dasarnya frekuensi langkah kaki bukan berarti tidak dihiraukan atau diperhatikan akan tetapi jarak yang ditempuh merupakan jarak sprint atau pendek.

3. Ada hubungan antara panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) = 0,895, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,800. Hal ini berarti 80%

(7)

kece-27

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

patan lari 50 meter dijelaskan oleh panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM. Sedangkan sisanya (100% - 80% = 20%) di-jelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 114,182 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan lari 50 meter (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki benar-benar ber-pengaruh secara signifikan terhadap kecepatan lari 50 meter. Dengan demikian ada hubungan yang sig-nifikan antara panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter maha-siswa Jurusan Pendidikan Kepela-tihan Olahraga FIK UNM. Ini mem-buktikan bahwa kedua faktor ter-sebut yaitu panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki saling ber-hubungan dalam pencapaian dan peningkatan hasil tingginya lom-patan pada lompat tinggi. Namun pada mahasiswa Jurusan Pendi-dikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM memiliki frekuensi langkah kaki sebesar 80% untuk menun-jang pencapaian hasil kecepatan lari 50 meter. Telah dikemukakan bahwa panjang tungkai sangat di butuhkan bagi seorang pelari sprinter. Dengan panjang tungkai akan mampu melakukan suatu jangkauan yang panjang diban-dingkan bagi pelari yang memiliki tungkai yang pendek. Disisi lain bahwa dengan frekuensi langkah

yang maksimal akan memberikan dampak yang efektif dan efesien didalam melakukan kecepatan lari sprint seperti pada jarak 50 meter.

PENUTUP

Berdasarkan analisis data dengan perhitungan statistik dan hasil pengujian serta dari pembahasan, maka hasil penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang signifikan

panjang tungkai dengan kecepatan lari 50 meter mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM.

2. Ada hubungan yang signifikan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter maha-siswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM.

3. Ada hubungan yang signifikan panjang tungkai dan frekuensi langkah kaki dengan kecepatan lari 50 meter mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Citra. Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan

Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Bernhard, Gunter. 1986. Atletik. Semarang: Damara Prise, Efhar Offset.

Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang.

(8)

28

)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM

Edward, Rahantoknam. 1988. Belajar Motorik: Teori dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: P2LPTK Depdikbud

Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic. Toronto: Sounders College Publishing.

H. Clarke, 1979. Application of Measurement to Healt and Physical Education. New Jersey: Prectice Hall Inc.

Handoko, B. 1986. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pioner Bandung

Herre. D, 1982. Priniciple of Sport Training Inducation to Theory and Metode of Training Sport. Verlag Berham.

Jansen C.R, 1983. Apllied Kinesiologi Biomekanika. New York Hill Company.

Nossek 1982. General Theory of Training, Pan African Press Ltd Lagos.

Pasau, M. Anwar. 1989. Pertumbuhan dan Perkembangan. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. _____________. 1993. Studi tentang

Struktur Tubuh dan Potensi Tubuh Atlet Bolavoli dan Bolabasket Pra PON XIII 1993. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.

Radcliffe and Farentinos. 1985. Teknik-Teknik dan Tahap-Tahap Mengajar. Jakarta: PASSI

Romimpandzy, 1980. Lari, Lompat, Lempar. Jakarta: Pembangunan Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan

Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dikti.

Schomlinsky. 1977. Track and Field Interduch Graphissher. Berlio: Grop Betrieb.

Soebroto, Moch. 1979. Tuntunan Mengajar Atletik. Jakarta: Proyek Permasalahan dan Penerbitan Olahraga.

Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabetha. Syarifuddin Aip. 1992. Atletik. Jakarta:

P2TK Ditjen Dikti Depdikbud. Tom Rosandich. 1962. Asian Coaches

Track and Field. Jakarta : Proyek Kerjasama PASI.

William J. Stone. 1991. Sport Condi-tioning and Weight Training. New York: Wm.C.Brom Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terhadap implementasi dan pengujian sistem Optimasi Portofolio Mean- semivariance Algoritma Genetika Multiobjective NSGA-II dengan metode

Jika hasil pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan jenis dan mutu barang yang ditetapkan dalam kontrak, PPK dan / atau Pejabat / Panitia Penerima Hasil

1.. sekretaris hanya dari segi negatifnya saja, faktanya sekretaris merupakan jabatan yang juga memegang peran penting dalam suatu perusahaan. Di zaman modern dengan

Hasil pemilihan alternatif menunjukkan bahwa strategi yang tepat bagi produk Dadung adalah Strategi Diversifikasi Konsentris dengan nilai bobot sebesar 0.394.. Strategi

Seorang siswa keperawatan bergantung pada kemampuan teoritis dan pengalaman klinis untuk mendapatkan pengetahuan keperawatan dan rasa percaya diri, analisis,