• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Saintech Vol No.02-Juni 2014 ISSN No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Saintech Vol No.02-Juni 2014 ISSN No"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENJASKES DI KELAS X-1 SMA NEGERI 12 MEDAN T.A 2012/2013

Oleh :

Drs. Arbin Karo-Karo

*)

*) Guru Mata Pelajaran Penjaskes SMA Negeri 12 Medan

Abstract

This study directly apply learning model as an effort to increase the activity of playing basketball and middle distance running class X-1 SMA Negeri 12 North Sumatera. The application of the model of action research carried out in two cycles with two meetings (KBM) in each cycle. So the data in this study is the result of student learning and the learning activity after applying the direct instructional model. With the research subjects were all students of class X-1 SMA Negeri 12 Medan, Academic Year 2012/2013, amounting to 46 students.

Data obtained from tests of learning outcomes of each end of the cycle and the data obtained from observations of student activity for each cycle. The results showed; 1). (A). Student activity data observed in Cycle I such as observers demonstrated (29%), asking fellow friends (27%), ask the teacher (18%), and are not relevant to teaching (27%). (B). Student activity data observed in Cycle II such as demonstrated (51%), asking fellow friends (32%), ask the teacher (13%), and are not relevant to teaching (5%). Can be concluded that increasing student activity in each cycle. Can be concluded that increasing student activity in each cycle; 2). Learning with direct instructional model has a positive impact in improving student achievement is marked by an increase in mastery learning students in each cycle, i.e. the first cycle (54%) experienced an increase until thoroughly classical in Cycle II (89%).

Keywords: Learning activities, Models Direct Learning, Learning Outcome I. Pendahuluan

Sumber daya alam yang banyak dan melimpah pada suatu negara belum merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya ditelantarkan. Suatu negara yang mempunyai sumber daya alam yang banyak, bila tidak ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas, pada suatu saat pasti akan mengalami kekecewaan.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas besar dan berjangka waktu yang panjang karena masalahnya menyangkut pendidikan bangsa. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan yang baik dan

terarah serta terprogram, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu pendukung utama tercapainya tujuan pendidikan adalah suasana kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya. Di kelaslah segala aspek pengajaran bertemu dan berproses, sehingga diharapkan di kelas akan terwujud suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.

Berbagai cara digunakan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya dari Kurikulum sampai ke hal yang menyangkut tata tertib sekolahnya, dari kelas yang dilaksanakan di lingkup ruangan yang dibatasi tembok sampai kelas yang dilakukan

(2)

2

di alam terbuka, semua demi meningkatkan mutu pendidikan maupun menarik perhatian calon peserta didik.

Begitu juga dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, tidak hanya identik dengan mata pelajaran lari-lari atau mengeluarkan tenaga saja tetapi sudah saatnya Pendidikan jasmani harus sejajar dengan mata pelajaran yang lain. Dalam hal ini seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas paket mata pelajaran pendidikan jasmani, termasuk berusaha untuk memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan.

Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani, diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran Langsung. Dengan model pembelajaran Langsung ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Proses pendidikan dapat berjalan dan berhasil dengan baik seperti yang diharapkan juga ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal yang harus didukung oleh semua pihak baik sekolah, pemerintah, maupun masyarakat, terutama dalam penyampaian materi yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didiknya dengan baik. Sesuai dengan hal tersebut bahwa seorang pendidik (guru) setidaknya harus menggunakan suatu model pembelajaran pendidikan jasmani yang tepat agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat karakteristiknya.

Kenyataan di lapangan, saat pembelajaran pendidikan jasmani masih saja ditemui kegiatan belajar mengajar yang hasil pembelajarannya kurang maksimal. Paling tidak ada dua macam faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan siswa yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh lingkungan dan faktor internal

Faktor-faktor yang berpengaruh di antaranya pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran. Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin kemampuan aktifitas jasmani dikalangan siswa akan terus berada pada tataran yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kemampuan menimang bola. Begitu juga dengan KBM di SMA Negeri 12 Medan siswa kurang aktif dalam bergerak khususnya saat mengikuti mata pelajaran olahraga pokok bahasan permainan bola basket. Dengan berbagai alasan khususnya siswa perempuan yang sangat malas bergerak, alasannya kalau berkeringat nanti bau. Dan untuk itu perlu solusi yang tepat, salah satunya dengan cara memodifikasi alatnya, sehingga upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar bola basket tersebut mudah-mudahan dapat teratasi. Maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teoritik maupun praktik melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai subyek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan model pembelajaran aktif dengan menggunakan teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran kelompok kecil. Setelah mendemonstrasikan langsung langkah-langkah bermain basket. Peneliti ingin membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan membagi siswa yang heterogenitas kemampuannya dalam berolahraga menjadi beberapa kelompok agar siswa dapat belajar bersama dan melatih keterampilan mereka dalam berolahraga khususnya dalam bermain basket.

Salah satu model yang dapat diterapkan dalam upaya penguasaan keterampilan olahraga adalah model pembelajaran langsung agar siswa dapat melihat langsung langkah-langkah bermain basket dan lari jarang menengah yang benar yang diperagakan langsung oleh peneliti selaku guru bidang studi yang kemudian dipelajari secara seksama oleh siswa dalam bentuk berkelompok.

Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa

(3)

3 yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif

dan pengetahuan prosedur yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, and explicit instructions.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Penjaskes Di Kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan T.A 2012/2013”.

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran langsung di kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan?

2. Apakah kemampuan bermain bola basket siswa meningkat (Hasil belajar siswa) dengan penerapan model pembelajaran langsung di kelas X -1 SMA Negeri 12 Medan?

Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antaralain:

1. Mengetahui apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran langsung di kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan.

2. Mengetahui apakah kemampuan bermain bola basket siswa meningkat (Hasil belajar siswa) dengan penerapan model pembelajaran langsung di kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan.

. II. Kajian Pustaka

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model Pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model

pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, and explicit instructions.

Pembelajaran langsung diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran Penjaskes. Karena tiga dari lima tahap dalam pembelajaran ini adalah aktivitas praktik yang jelas melibatkan siswa untuk aktif secara langsung. Dengan pembelajaran langsung diharapkan pula keterampilan siwa dalam berolahraga akan meningkat, baik keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Tahapan Pembelajaran Langsung

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran langsung menurut Joyce, dkk (2009:427) terdiri atas lima tahap aktivitas, yakni, orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan dan praktik mandiri. Lebih lanjut Joyce, dkk menambahkan, penerapan model ini harus didahului dengan memastikan bahwa siswa memiliki pengetahuan dan skill yang cukup untuk menapaki proses pembelajaran baru terutama saat menapaki level praktik.

a. Tahap-1 : Orientasi

Pada tahap awal ini, kerangka kerja pembelajaran dibangun. Selama tahap ini guru menyampaikan harapan dan keinginannya, menentukan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa. Ada tiga langkah yang sangat penting agar tahap ini berhasil, yakni:

“(1) guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat performa dalam praktik; (2) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya; (3) guru mendiskusikan prosedur-prosedur pembelajaran, yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas-aktivitas ini berlangsung”. (Joyce, dkk, 2009: 428).

b. Tahap-2 : Presentasi

Presentasi yang dimaksud adalah presentasi oleh guru kepada siswa, yakni guru menjelaskan konsep atau kecakapan baru dan memberikan pemeragaan serta contoh. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan

(4)

4

dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi atau presentasi menurut Joyce, dkk (2009:428) yaitu:

“Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan pendefinisian dan beberapa contoh. Jika materinya merupakan kecakapan baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkah-langkah untuk memiliki kecakapan tersebut dengan menyajikan contoh disetiap langkahnya”.

Pada banyak kasus, akan sangat memebantu jika guru dalam menyampaikan materi maupun kecakapan baru menggunakan visualisasi dari konsep maupun kecakapan yang dimaksud selain hanya melakukan penyampaian secara lisan. Penyampaian visual yang dimaksud adalah berupa demonstrasi tentang konsep maupun kecakapan yang diharapkan akan dicapai siswa. Selain itu, demonstrasi juga akan memberikan pengetahuan awal representasi visual sebagai referensi dalam awal pembelajaran.

Pengajaran langsung sendiri berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar pengetahuan yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

Untuk memastikan siswa dapat menapaki proses berikutnya yakni praktikum, maka guru harus menguji apakah siswa telah memahami konsep atau menguasai kecakapan yang diberikan dalam pembelajaran sebelumnya. c. Tahap-3 : Praktik yang terstruktur

Mulai pada tahap ini dan berikutnya, kegiatan utama siswa adalah melakukan kegiatan praktikum secara berkelompok yang tentu saja dirancang menggunakan perangkat sedemikianrupa sehingga terbentuk kecakapan kognitif dan terutama psikomotorik. Sutarman

dan sowasono (2003) dalam Wena (2009:179) menyatakan:

“Dalam kegiatan praktikum siswa dapat berlatih lebih banyak tentang keterampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati (observasi), mengukur, mengendalikan variable, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengomunikasikan”.

Pada tahap ini perangkat penuntun pembelajaran praktikum seperti LKS mulai digunakan, namun penjelasan tentang langkah-langkah kegiatan praktikum masih diberikan oleh guru dimana siswa tetap mengamati contoh praktik yang diberikan guru dan merespon dengan melakukan apa yang dilakukan guru. Pada tahap ini adalah penting bahwa instruksi langkah kerja diberikan oleh guru mengingat siswa baru mulai menapaki kegiatan praktikum sehingga tindakan preventif untuk menjamin praktikum berjalan aman dan lancar. Ini akan mengurangi resiko kecelakaan praktikum baik manusia maupun peralatan.

Pengujian penguasaan siswa terhadap kecakapan baru dari praktikum dapat dilakukan oleh guru dengan melihat respon siswa. Selanjutnya guru dapat melakukan respon balik dan memberikan pengutan atau pembenahan pada performa yang diberikan siswa. Joyce, dkk (2009:428) menyatakan bahwa peran guru dalam tahap ini adalah member respon balik terhadap respon siswa, baik untuk menguatkan respon yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa praktik yang tepat.

d. Tahap-4 : Praktik di bawah bimbingan guru Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “praktikum terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam praktikum dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/ keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut menurut Kardi dan Nur (2000:34) dalam Kholil (2009). Tugas siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.

(5)

5 Berikan pelatihan sampai benar-benar

menguasai konsep atau keterampilan yang dipelajari. Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced). Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.

e. Tahap-5 : Praktik mandiri

Praktik ini dimulai saat siswa telah mencapai level akurasi 85 hingga 90 persen dalam praktik di bawah bimbingan (Joyce, dkk, 2009:429). Ini berarti untuk melaksanakan pembelajaran pada tahap ini guru harus benar-benar memastikan bahwa siswa telah memiliki kecakapan dasar yang mendukung praktikumnya secara mandiri. Hal ini karena pada praktik mandiri siswa melakukan praktik dengan caranya sendiri tanpa bantuan dari guru. pada saat ini penuntun pembelajaran berupa LKS berfungsi penuh.

Lebih lanjut Joyce menyatakan bahwa tujuan dari praktik mandiri adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktik-praktik sebelumnya. Praktik mandiri harus ditinjau sesegera mungkin setelah siswa menyelesaikan seluruh proses, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah level akurasi siswa stabil atau tidak, serta memberikan respon balik yang sifatnya korektif di akhir praktik terhadap siswa yang membutuhkan.

Model pembelajaran langsung sangat cocok untuk mengatasi masalah ini. Model ini memberikan tindakan yang preventif untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan prosedur kerja/praktik yang terus berlanjut, guru membuat pengelompokkan dan memaparkan beberapa langkah tertentu pada siswa untuk bisa terhindar dari masalah (Joyce, 2009:426).

Suatu fase di mana gerakan-gerakan keterampilan sudah mampu dilakukan hampir secara otomatis. Dalam tahap awal belajar keterampilan gerak pemain harus mengetahui dan memahami gerak yang benar dari informasi dan bayangan. Dalam fase kognitif, gerakan yang akan dilakukan terkonsep di dalam pikiran. Dalam tahap asosiatif pemain telah menguasai gerak yang benar, tetapi belum menjadi gerak otomatis. Dengan praktek berulang-ulang suatu gerakan makin dapat dikuasai.

III. Metodelogi Penelitian A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 kelas yakni siswa kelas X-1 sebanyak 46 orang. Dipilihnya kelas ini menjadi kelas penelitian karena menurut peneliti sebagai guru Penjaskes, kelas tersebut lebih komunikatif dibanding dengan kelas lainnya dan memiliki potensi yang belum tergali dan dikembangkan secara optomal oleh guru.

B. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi aktivitas siswa.

C. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). D. Teknik Analisis Data

Metode Analisis Data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II.

2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.

(6)

6

E. Kriteria Keberhasilan

Penelitian menggunakan indikator ketercapaian yakni KKM Penjaskes SMA untuk kelas X-1 sebesar 75 untuk individu siswa. Artinya siswa dikatakan tuntas belajar jika nilainya dalam formatif mencapai KKM ini. Sedangkan kelas dikatakan tuntas atau penelitian berhasil jika paling tidak 85% dari jumlah siswa dalam kelas subjek memperoleh nilai mencapai KKM.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Analisis data Penelitian Persiklus

Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti melakukan pengujian kemampuan psikomotorik awal siswa untuk permainan bola basket dan lari jarak menengah. Hasilnya diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam permainan bola basket dan lari jarak menengah sebesar 19 orang dengan nilai terendah 33 dan tertinggi 83 hanya 4 orang yang tuntas dari 46 orang siswa yang memperoleh diatas KKM, dengan demikian ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 8,7 % atau kemampuan awal siswa sangat rendah.

B. Data Siklus I

a. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 dan 28 Februari 2013 di kelas X-1 dengan jumlah siswa 46 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Berikut rekaman pembelajaran siklus I KBM 1 dan 2.

Berdasarkan siklus I diperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun data aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I seperti pada tabel 1 dan 2 berikut:

Tabel 1. Aktivitas Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas Skor Persentase 1 Memperagakan 17,5 29% 2 Bertanya pada teman 16 27% 3 Bertanya pada guru 10,5 18% 4 Yang tidak relevan 16 27%

Jumlah 60 100%

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Tes Siklus I Nilai Frekuensi Rata-rata

100 25

81

67 16

33 5

Jumlah 46

b. Tahap Refleksi dan Revisi I

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran langsung sudah dilaksanakan dengan cukup baik, walaupun peran guru masih cukup dominant untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa, sehingga kondisi pembelajaran belum dapat dikendalikan dengan baik oleh guru. Kondisi ini berdampak pada nilai kemampuan siswa yang rendah dimana hanya 35% siswa yang lulus secara klasikal, sehingga siklus I masih dikatakan gagal. Aktivitas siswa yang tidak relevan dengan KBM juga sangat tinggi yakni 27%.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil aktivitas siswa dan dokumentasi penelitian sebagai berikut:

1. Guru memberikan tujuan pembelajaran praktek yang kompleks.

2. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan saat menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 4. Siswa kurang antusias selama pembelajaran

berlangsung.

Setelah melaksanakan refleksi, peneliti kemudian mendiskusikan hasil refleksi yang meliputi data formatif 1 siswa dan juga data aktivitas belajar siswa dengan nara sumber dari LPMP, observer, serta guru sejawat yang mengajar mata pelajaran yang sama dengan peneliti. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Adapun tindakan perbaikan pelaksanaan yang akan dilakukan yakni:

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat

(7)

7 langsung dalam setiap kegiatan yang akan

dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa lebih antusias.

4. Guru harus memberikan metode pembelajaran praktek yang simpel, praktis dan bertahan.

C. Data Siklus II

a. Tahap Kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 21Maret 2013 di kelas X-1 dengan jumlah siswa 46 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat peneliti dibantu oleh dua orang guru.

Adapun data yang diperoleh pada siklus II yakni data aktivitas belajar, hasil belajar dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Penjaskes. Data aktivitas, hasil dan minat belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3,dan 4 berikut ini:

Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No Aktivitas Skor Persentase

1 Memperagakan 28 51% 2 Bertanya pada teman 17,5 32% 3 Bertanya pada guru 7 13% 4 Yang tidak relevan 2,5 5%

Jumlah 55 100%

Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II Nilai Frekuensi Rata-rata

100 41

96

67 5

Jumlah 46

b. Tahap Refleksi dan Revisi II

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran langsung. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya hingga pada siklus II mencapai ketuntasan yakni di atas 85% siswa tuntas secara klasikal.

Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran langsung dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan tindakan perbaikan terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran keterampilan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

IV. Pembahasan

Merujuk pada data-data yang dipaparkan sebelumnya dapat diulas tiga data diantaranya: 1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran langsung paling dominan adalah aktivitas memperagakan yaitu 29% pada siklus I naik menjadi 51% pada siklus II. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bertanya pada teman yaitu 27 % pada siklus I naik menjadi 32% pada siklus II dan bertanya pada guru yaitu 18% pada siklus I turun menjadi 13% pada siklus II

(8)

8

yang berarti ketergantungan siswa terhadap guru mulai berkurang. Sedangkan aktivitas siswa yang lain adalah aktivitas tidak relevan terhadap KBM yang turun dari siklus I sebesar 27% menjadi sebesar 5% pada siklus II. Sehingga secara umum penerapan model pembelajaran langsung telah berhasil memberikan kemampuan siswa secara tuntas dalam menguasai teknik bermain bola basket dan lari jarak menengah.

Namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat dikemukakan dalam pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Faktor kesungguhan di antara subjek satu sama lain tidak dapat diketahui.

2. Kegiatan masing-masing sampel di luar kegiatan penelitian tidak dapat dikontrol. 3. Bola yang digunakan oleh sampel

kualitasnya tidak sama, misalnya beratnya, kerasnya, merknya sehingga dapat mempengaruhi hasil tes.

2. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menguasai teknik bermain bola basket dan lari jarak menengah pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya penampilan siswa tiap siklusnya (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 54 % dan 89 %, sehingga pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Sehingga pada siklus II kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran langsung menekankan pada beberapa aspek diantaranya: memotivasi siswa, memberi penekanan pada aspek yang paling lemah dikuasai siswa,

memodelkan (mendemonstrasikan) membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep dan pengelolaan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dan penerapan model pembelajaran langsung diharapkan siswa dapat menampilkan dengan baik apa yang telah mereka pelajari sehingga mereka akan lebih memaknai tentang apa yang telah mereka lakukan.

V. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

(a). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antaralain memperagakan (29%), bertanya sesama teman (27%), bertanya kepada guru (18%), dan yang tidak relevan dengan KBM (27%).

(b). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain memperagakan (51%), bertanya sesama teman (32%), bertanya kepada guru (13%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5%). Dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. (c). Pembelajaran dengan model pembelajaran

langsung memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Siklus I (54%) mengalami kenaikan hingga tuntas klasikal pada Siklus II (89 %).

Daftar Pustaka

Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta.

Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga.

Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., 1988. Perencanaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Joyce, B., W, M., dan Calhoun, 2009. Models Of Teaching Edisi Kedelapan, Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta. Purwanto, dkk, 2009. Theory and Application of Physics, Penerbit Tiga Serangkai, Solo.

Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi Fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

Slamet, S.R. 1994. Penjaskes 1. Jakarta; Tiga Serangkai

(9)

9 Syarifuddin, Aib. 1997. Penjaskes 1,2,3,

Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

1) Menyiapkan wadah/tempat untuk media limbah yang digunakan dalam proses fitoremediasi. Wadah yang digunakan berupa ember plastik berukuran sedang sebanyak 6 buah

memberikan arahan, masukan dalam mengambil mata kuliah serta bimbingan mengenai akademik selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

1) Mengingat berbicara merupakan sebuah kemampuan krusial yang wajib dimiliki oleh anak, maka peran serta orang tua sebagai fasilisator dan motivator sangat besar

Pada era modern seperti sekarang ini, jilbab ataupun niqab mengalami evolusi dalam pemakaiannya. Penggunaan niqab mengalami banyak perubahan mulai dari segi bahan

Tidak banyak orang yang mengetahui kemunduran ekonomi mereka juga mempengaruhi sisi sosial dan budaya.. Menurut Claude Guillot seorang peneliti yang pernah mengkaji

Kekuatan yang dimiliki Unit Pengelola Kegiatan (UPK) antara lain: prosedur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan, ada pendampingan kelompok, pelaksanaan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya kelekatan adalah kecenderungan perilaku anak atau individu untuk mencari dan berusaha mempertahankan kedekatan

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pedoman informasi serta mengembangkan pengetahuan perusahaan segi faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Penelitian