• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN. menganalisis adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN. menganalisis adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yakni menganalisis adanya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah Pajak Daerah dan variabel terikat adalah Pendapatan Asli Daerah. Penelitian assosiatif adalah suatu pernyataan tentang adanya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2011: 89). Melalui metode ini penulis dapat menentukan desain penelitian regresi sederhana.

3.1.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian direncanakan selama 6 bulan terhitung mulai bulan februari sampai dengan bulan juli 2012. Lokasi penelitian dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah Kota Gorontalo.

3.2 Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni untuk mengetahui pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Dengan metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Melalui metode ini dapat dilihat masalah yang akan diteliti pada masing-masing variabel ( Akuanto, 2010: 5).

Dalam penelitian yang mempelajari suatu pengaruh, terdapat variabel penyebab (X) atau variable bebas, variable akibat (Y) atau variabel terikat. Berdasarkan teori ini dapat dikemukakan bahwa pajak daerah sebagai variabel (X) yang mempengaruhi PAD sebagai variabel Y (sesuai

(2)

hipotesis penelitian). Sehingga digambarkan model penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2 berikut: Gambar 2. Desain Penelitian Keterangan : X1 = Pajak Hotel X2 = Pajak Restorant X3 = Pajak Hiburan X4 = Pajak Reklame

X5 = Pajak Penerangan Jalan X6 = Pajak Galian C

Pendapatan Asli Daerah Y

Pajak Hotel X1

Pajak Penerangan Jalan X5 Pajak Restorant X2 Pajak Reklame X4 Pajak Galian C X6 Pajak Parkir X7 Pajak Hiburan X3

(3)

X7 = Pajak Parkir

Y = Pendapatan Asli Daerah

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk mengetahui data–data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu perlu mengoperasionalisasikan variabel – variabel seperti yang telah diambil dari latar belakang penelitian dan kerangka pemikiran dengan maksud untuk menentukan indikator–indikator variabel yang bersangkutan sekaligus menentukan instrumen atau pengukuran variabel yang meliputi penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah. Definisi operasionalisasi untuk setiap variabel yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4

Operasional Variabel

Variabel Definisi Skala Ukur

Pajak Hotel (X1)

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel

termasuk juga rumah penginapan yang

memungut bayaran

Rasio

Pajak Restoran

(X2)

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran, cafe, bar, dan sejenisnya.

Rasio

Pajak Hiburan (X3)

Pajak hiburan adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan meliputi: pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan pagelaran, penyelenggaraan diskotik dan sejenisnya, penyelenggaraan tempat-tempat wisata dan sejenisnya pertandingan olahraga, pertunjukan dan keramaian umum lainnya

Rasio

Pajak Reklame

(X4)

Pajak reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame meliputi reklame papan, reklame megatron, reklame kain, reklame melekat (stiker), reklame selebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film dan reklame peragaan.

Rasio

Pajak Penerangan

Jalan (X5)

Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar dibayar oleh pemerintah daerah

(4)

Pajak Pengambilan Bahan Galian

C (X6)

Pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C terdiri dari: nitrat, fosfat, asbes, tawas, batu permata, pasir kuarsa, batu apung, marmer, batu kapur, dan granit.

Rasio

Pajak Parkir (X7)

Pajak parkir adalah pajak yang di kenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penetipan

kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Rasio

Pendapatan Asli Daerah

(Y)

PAD pendapatan rutin dari usaha-usaha

pemerintah daerah dalam memanfaatkan

potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya.

Rasio

3.4 Variabel penelitian

Untuk mengetahui data–data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu perlu mengoperasionalisasikan variabel – variabel seperti yang telah diambil dari latar belakang penelitian dan kerangka pemikiran dengan maksud untuk menentukan indikator–indikator variabel yang bersangkutan sekaligus menentukan instrumen atau pengukuran variabel yang meliputi penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah.

Instrumen atau pengukuran variabel yang meliputi penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah.

3.5 Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data-data pendapatan asli daerah di Kota Gorontalo. Data sekunder ini diperoleh melalui berbagai sumber resmi baik yang dipublikasikan maupun tidak. Adapun jangka waktu pengamatan selama lima tahun terakhir yakni tahun 2007-2011 dengan periode pengamatan berbentuk kuartalan.

(5)

Karena data yang diperoleh dari berbagai sumber berbentuk tahunan maka untuk memperoleh data kuartalan dilakukan dengan cara interpolasi data tahunan menjadi kuartalan (Insukindro, 2000) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 

 

 

 

1 1 2 1 3 1 4 1 1 4 .5 / 1 2 4 1 1 .5 / 1 2 4 1 1 .5 / 1 2 4 1 4 .5 / 1 2 4 t t t t t t t t t t t t Q Y Y Y Q Y Y Y Q Y Y Y Q Y Y Y                

3.6 Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah data terkumpul. Proses analisis data merupakan usaha untuk memperoleh jawaban permasalahan penelitian. Analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah:

3.6.1 Model Regresi Berganda

Karena data yang diperoleh berupa data sekunder yang terdiri atas dua variabel kondisi pajak dan pertumbuhan ekonomi regional maka data akan dianalisis dengan analisis regresi sederhana.

Adapun model regresi yang diusulkan adalah sebagai berikut :

Y  0 1X12X2  3X34X4  5X5 6X6 7X7 e

Dimana:

Y = Pendapatan Asli Daerah periode ke-t ß0 = Konstanta

ß1 = Koefisien regresi X1 = Pajak Hotel X2 = Pajak Restoran

(6)

X3 = Pajak Hiburan X4 = Pajak Reklame

X5 = Pajak Penerangan Jalan X6 = Pajak Galian C

X7 = Pajak Parkir e = Error

3.6.2 Pengujian Model Regresi Secara Keseluruhan

Setelah diperoleh model persamaan regresi taksiran maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi koefisien regresi secara bersama-sama (testing the overall significance of regression). Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis H0 : 0  1 0

H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah i  0

2. Taraf signifikansi (α ) = 0,05 3. Statistik Uji / / 1 regresi residu JK k F JK n k    -

4. Kriteria pengujian: Tolak Ho jika Fhitung > F{α;(k-1,n-k-1)}. Terima Ho dalam hal lainya.

(7)

3.6.3 Pengujian Model Regresi Secara Parsial

Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen maka dilakukan penyelidikan lebih lanjut unxtuk mengetahui secara spesifik variabel independen manakah yang berpengaruh pengujian koefisien regresi secara individual (testing individual regression coefficient). Secara ekeplisit hipotesis di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. H0 : i = 0 dimana i = 0,1 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen yang ke-i terhadap variabel dependen)

H1 : i  0 dimana i = 0,1 (Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen yang ke-i terhadap variabel dependen)

2. Taraf signifikansi α = 0.05 3. Statistik Uji : 1 1 ˆ ˆ t S e  

4. Kriteria Uji : Tolak Ho jika nilai thitungttabel

dan terima dalam hal lainnya.

3.7 Pengujian Asumsi Klasik 3.7.1 Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penentuan Hipotesis

(8)

HI : data variabel dependen tidak berdistribusi normal 2. Penentuan Tingkat Signifikansi

Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5%

3. Penentuan Statistik Uji

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan indikator Z.

4. Penentuan Kriteria Uji

Karena menggunakan metode Kolmogorov Smirnov, maka pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan antara nilai Z-hitung dengan Z tabel. Jika nila Z hitung lebih kecil dari nilai Z tabel maka Ho diterima. Penentuan hasil uji juga dapat dilakukan dengan melihat signifkansi yang dihasilkan dengan criteria terima Ho jika nilai signifikasi yang diperoleh lebih besar dari nilai alpha.

3.7.2 Asumsi Non-Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang disebabkan adanya hubungan linear diantara variabel regresor. Multikolinearitas bisa dideteksi dengan melihat nilai R2, dimana nilai R2 tinggi sedangkan tidak ada satupun koefisien regresi (secara parsial) yang signifikan. Selain itu, multikolinearitas dapat juga dideteksi dengan menggunakan indikator variance inflation factor (VIF) yang dirumuskan sebagai berikut :

2 1 1 i V IF R  

Dasar penentuan ada tidaknya multikolinearitas mengacu pada ketentuan sebagai berikut :  0V IF 1 0, tidak terdapat multikolinearitas

(9)

V IF 3 0, multikolinearitas tinggi

3.7.3 Asumsi Non-Autokorelasi

Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi non-autokorelasi. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antar gangguan/error pada setiap pengamatan. Autokorelasi mengakibatkan OLS menghasilkan taksiran yang tak bias namun tidak efisien (underestimated) dan peramalan dengan OLS akan menghasilkan taksiran yang keliru.

Autokorelasi bisa dideteksi dengan pengujian Durbin-Watson dengan rumus :

 

     n i i n i i i e e e d 1 2 2 2 1

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridakis dkk, 1983) :

 Jika nilai : 1.65 < DW < 2.35 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

 Jika nilai : 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79, tidak dapat diambil kesimpulan. Jika tidak dapat diambil kesimpulan, maka perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan run test untuk melihat apakah terjadi autkorelasi atau tidak.

 Jika nilai : DW < 1.21 atau DW > 2.79, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi

3.7.4 Asumsi Non-Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan pelanggaran dari asumsi homoskedastisitas (semua gangguan/disturbance yang muncul dalam model persamaan regresi bersifat homoskedastik atau mempunyai varians yang sama pada tiap kondisi pengamatan). Oleh karena itu, konsekuensi dari

(10)

adanya heteroskedastistas dalam sistem persamaan bahwa penaksiran tidak lagi mempunyai varians yang minimum.

Cara mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas, maka dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen yang dikenal sebagai uji Glejser (Gujarati, 2002). Persamaan regresi yang dipakai dalam hal ini adalah: │Ut│= α + βXt + vt

Dasar analisis yang digunakan adalah jika hasil regresi menunjukkan variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, dan demikian pula sebaliknya. Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : secara keseluruhan variabel bebas dalam model tidak menyebabkan gejala heteroskedastisitas

Ho : secara keseluruhan variabel bebas dalam model menyebabkan gejala heteroskedastisitas  : 5%

Referensi

Dokumen terkait

Matriks perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam periode 2 (Gambar 6) kategori kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala tertinggi dan memiliki kepentingan yang

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

 Drive device : berupa alat yang digunakan untuk menekan simbol dalam bentuk yang hanya dapat dibaca oleh mesin pada media seperti mislanya disk magnetik atau tape magnetik,

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Pokok Bahasan : Ruang lingkup, Sistem, Peran Dan Fungsi Manajemen SDM Dalam Organisasi Sub Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Sistem Manajemen SDM (Sesi 2)1. Kegiatan Pembelajaran

Kepuasan hidup diketahui dari skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala kepuasan hidup. Adapun komponen aitem kepuasan hidup antara lain: 1) Pada sebagian besar

Bahwa berdasarkan Laporan Mediator Kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara tentang Hasil Mediasi dalam Perkara Nomor 10/Pdt.G/2021/PN.Cjr melaporkan bahwa upaya

Kepada staf dan seluruh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan terkhusus Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mengajarkan dan membimbing saya