ISSN 2302-6308
EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN DALAM
PENINGKATAN PEMAHAMAN SUT KONSERVASI PETANI
(Kasus Kelurahan Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten)
Yudi L. A. Salampessy
1*1
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jalan Raya Jakarta Km 4 Pakupatan Serang Banten
*Korespondensi : yudisalampessy@yahoo.co.id
Diterima: 27 November 2012 / Disetujui: 4 Desember 2012
ABSTRACT
Agriculture land usage conversion trend for many purposes in Indonesia can raise national insecurity food so that its trend must be prevented. This research has goal to identify the message design which are effective to raise farmer conservation farming sytems knowledge. This research is designed as experiment research with explanative qualitative approach in Gerem, Grogol, Cilegon, Banten Province. Respondens in it are taken by simple random sampling method from farmer who has his/ her own land. Its data is collected by quistioner, interview, and literature paper. In addition, its qualitative is described by graph and its quantitave is analyzed by median comparasion test of responden’s score before and after treatment. Respondens are divided into two groups based on the message desain form, group discussion and talk, dealing with conservation farming systems. Its result shows that the group discussion is more effective compared to the talk design. There is a tendention that respondens who get group discussion have higher conservation farming systems knowledge.
Keywords : message
desain
, treatment, conservation farming systemsPENDAHULUAN Latar Belakang
Sektor pertanian menjadi penting karena menyediakan berbagai produk yang dibutuhkan seluruh penduduk dan menghasilkan komoditas yang dapat menambah pendapatan negara. Namun, masyarakat memandang sektor industri, perdagangan, pertambangan dan lain-lain lebih menjamin dan menguntungkan bagi mereka yang bekerja di dalamnya dan dibanding sektor pertanian. Usaha pertanian dianggap mengandung lebih banyak risiko kegagalan serta harga jual produknya relatif rendah.
Pandangan masyarakat umum ter-sebut menjadikan bidang pertanian se-bagai pilihan terakhir untuk melakukan
investasi dan pencarian pekerjaan.
Demikian juga dalam penggunaan lahan pertanian, masyarakat cenderung untuk tidak mempertahankan lahannya apabila ada rencana konversi lahan ke peng-gunaan non pertanian (Adimiharja, 2006). Salah satu permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian Provinsi Banten ber-dasarkan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2007-2012 Provinsi
Banten adalah konversi lahan
(BAPPEDA, 2012).
Keputusan petani untuk mengkon-versi atau tidak lahannya harus dicermati oleh berbagai pihak, terutama pemerintah daerah jika ingin melaksanakan pemba-ngunan ketahanan pangan yang
berke-lanjutan. Perluasan lahan pertanian
dengan pembukaan lahan baru yang diikuti oleh tingginya konversi lahan pertanian tidak akan berhasil
mencip-takan ketahanan pangan yang diinginkan. Konversi lahan bagaimanapun tetap me-ngurangi daya dukung lahan usaha tani yang bermuara pada kondisi kerawanan pangan di suatu wilayah.
Hasil penelitian di Desa Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten, menunjukkan bahwa keputusan petani dalam peman-faatan lahan pertaniannya dipengaruhi oleh pemahaman mereka mengenai Sistem Usaha Tani (SUT) Konservasi, dimana petani dengan pe-ngetahuan
SUT Konservasi cenderung tidak
mengkonversi lahan dan melan-jutkan
usaha taninya. Dengan demikian
dibutuhkan kegiatan penyuluhan pemba-ngunan pertanian yang efektif untuk meningkatkan pemahaman SUT Konser-vasi petani yang pada akhirnya mampu mengurangi konversi lahan pertanian, membuka lapangan pekerjaan, serta mendorong ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Salah satu metode penyuluhan
pembangunan pertanian yang sampai saat ini lebih sering digunakan adalah metode pertemuan kelompok secara langsung dengan media lisan, cetak, maupun terproyeksi. Metode ini biasanya dilakukan dalam dua bentuk pertemuan kelompok, yaitu ceramah dan diskusi kelompok. Bentuk pertama lebih bersifat top-down karena informasi lebih banyak bersumber dari penyuluh, sedangkan
bentuk yang kedua lebih bersifat
buttom-up karena penyuluh hanya berstatus
sebagai fasilitator berlangsungnya diskusi
kelompok sehingga informasi lebih
banyak bersumber dari peserta.
Keefektivan kedua bentuk pertemuan dalam penyuluhan pembangunan per-tanian tersebut tidak dapat dibandingkan satu dan lainnya karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi penyuluhan pembangunan per-tanian akan efektif jika dilakukan dengan metode dan bentuk yang sesuai dengan karakteristik kelompok sasarannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang coba dijawab dalam
penelitian ini adalah dalam metode penyuluhan pertemuan kelompok, bentuk pertemuan seperti apakah yang efektif untuk meningkatkan pemahaman SUT Konservasi petani di Kelurahan Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten?
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kelurahan Ge-rem Kecamatan Grogol Kota Cilegon ditentuka secara purposif dengan mem-pertimbangkan tujuan penelitian, dimana daerah tersebut memiliki kondisi geo-grafis yang mensyaratkan penerapan SUT Konservasi dalam system usaha tani yang dikembangkan.
Desain Penelitian
Penelitian dirancang sebagai pene-litian eksperimen.dua kelompok pra uji
dan pasca uji (Pretest – Postest Control
Group Design). Variabel bebas yang diteliti adalah penyuluhan pembangunan pertanian melalui metode pertemuan kelompok dengan pendekatan yang lebih
bersifat Buttom-Up (Diskusi Kelompok)
dan pendekatan yang lebih bersifat
Top-Down (Ceramah).
Variabel terikat yang diteliti adalah peningkatan pemahaman responden me-ngenai SUT Konservasi akibat perlakuan
penyuluhan pembangunan pertanian.
Perbedaan lain yang dianggap akan memengaruhi perlakuan seperti bentuk pesan, metode penyampaian, peralatan penyuluhan, dan lainnya, akan diseta-rakan. Dengan demikian yang berbeda hanyalah bentuk pertemuan dalam
pe-nyuluhan pertanian dengan metode
pertemuan kelompok.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh petani di Kelurahan Gerem Kota Cilegon yang berjumlah 182 orang. Sampel ditarik
secara simple random (acak sederhana)
sebanyak 40% dan terseleksi menjadi 44 orang setelah dilakukan kontrol melalui
Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil survey ke petani dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data pra uji dan pasca uji, sedangkan data sekunder berasal dari RTRW Kota Cilegon serta literatur terkait lainnya.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan Uji Beda Nilai Tengah (Median) terhadap skor pemahaman SUT Konservasi res-ponden sebelum dan sesudah menda-patkan perlakuan penyuluhan pertanian dengan metode pertemuan kelompok dalam bentuk Ceramah dan Diskusi Kelompok. Statistik uji yang digunakan adalah peringkat (rank) data dengan menggunakan hipotesis:
Ho : η1 = η 2
H1 : η1 ≠ η 2
dimana ηi adalah median populasi
perlakuan ke-i.
Statistik uji yang diperoleh
diban-dingkan dengan tabel uji Median
(Kruskall-Wallis) untuk mendapatkan nilai
p. Pada software Minitab, nilai p juga
ditampilkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah
Luas wilayah Kelurahan Gerem
mencakup 1.033 km2 yang berada di
wilayah industri Kota Cilegon dengan kategori iklim kering bersuhu rata-rata
30°C. Usaha pertanian yang ditekuni
penduduknya pada umumnya adalah padi gogo dan palawija (umbi-umbian dan kacang-kacangan) yang masing-masing ditanam satu kali dalam setahun. Menurut Peta Arahan Tata Ruang, wilayah Kelurahan Gerem berkode P dan H1 yang berarti diperuntukkan bagi permukiman, industri, dan hutan. Sampai
saat ini permukiman, jalan, dan
infrastruktur lainnya telah menempati 1.924 Ha. Sedangkan perladangan,
hutan, dan sawah 8.900 Ha, dan Industri 209 Ha.
Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Gerem tercatat sebanyak 11.250 jiwa dengan 3.183 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 10 RW (Rukun Warga), 37 RT (Rukun Tetangga), dan 21 Kampung. Berdasar-kan jenjang pendidiBerdasar-kan, 65.5% kepala keluarga (2.087 KK) berpendidikan SLTP ke bawah dan masih cukup banyak yang tidak bekerja secara tetap atau mengang-gur.
Dependency Ratio (angka beban tanggungan) penduduk Kelurahan Gerem secara keseluruhan adalah 60. Artinya, setiap 100 penduduk Kelurahan Gerem yang berusia produktif menanggung 60 penduduk yang berusia tidak produktif. Secara umum, dilihat dari struktur umur penduduk, jumlah penduduk yang terbe-sar termasuk dalam katagori usia pro-duktif. Hal ini merupakan salah satu potensi Kelurahan Gerem dari aspek produktivitas umur penduduk.
Karakteristik Responden
Responden yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 27 orang (61,36%) berjenis kelamin laki-laki dan 17 orang (38,64%) berjenis kelamin perem-puan dengan rataan umur 50 tahun, dimana yang termuda berusia 24 tahun dan tertua 65 tahun. Tingkat pendidikan responden relatif rendah, hanya terdapat satu responden yang berpendidikan SLTP, SLTA, dan Diploma. Sedangkan responden lainnya hanya berpendidikan SD atau yang sederajat dengan SD (MI).
Data di atas mengindikasikan pen-tingnya kegiatan-kegiatan yang mampu menambah pengetahuan responden. Un-tuk bidang pertanian, peningkatan
penge-tahuan responden bisa diupayakan
melalui kegiatan penyuluhan pemba-ngunan pertanian yang spesifik lokalit dengan melibatkan pihak terkait seperti Dinas Pertanian ataupun Perguruan Tinggi.
Pemahaman SUT Konservasi Responden
Pemahaman awal mengenai SUT Konservasi dari responden diukur melalui pretes dengan menggunakan instrumen kuesioner. Selanjutnya responden dike-lompokkan menurut perlakuan, yaitu kelompok yang menerima perlakuan penyuluhan pertanian mengenai SUT Konservasi dengan format Ceramah dan format Diskusi Kelompok.
Pretes dilakukan selama 120 menit di lokasi penelitian mengingat banyaknya responden yang kurang memiliki kemam-puan baca tulis. Selanjutnya, median skor pretes responden digunakan sebagai
baseline (dasar) perhitungan beda
(selisih) dengan median skor postes responden.
Gambar 1 Median skor pemahaman
SUT konservasi responden berdasarkan perlakuan
Gambar 1 memperlihatkan median skor pemahaman SUT Konservasi res-ponden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode
pertemuan kelompok dalam bentuk
diskusi kelompok dan ceramah. Sebelum diberikan perlakuan, median terbesar terdapat pada kelompok responden yang akan mendapatkan penyuluhan dengan bentuk ceramah, yaitu dengan median skor sebesar 36. Selain itu, kelompok responden yang memperoleh perlakuan penyuluhan SUT Konservasi dalam ben-tuk ceramah mempunyai median skor pemahaman SUT Konservasi yang lebih kecil dibandingkan responden yang mem-peroleh perlakuan dalam bentuk diskusi kelompok.
Setelah responden diberi perlakuan, pemahaman SUT Konservasi responden yang memperoleh penyuluhan pertanian dalam bentuk ceramah justru menurun.
Sedangkan peningkatan pemahaman
SUT Konservasi terjadi di kelompok res-ponden yang memperoleh penyuluhan pertanian dalam bentuk ceramah, yaitu meningkat sebesar 1 poin.
Peningkatan pemahaman SUT Konservasi responden
Peningkatan pemahaman SUT Kon-servasi dari responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah median (nilai tengah) selisih dari skor pemahaman SUT Konservasi responden sebelum (pretes) dan sesudah (postes) menerima perlakuan dalam bentuk penyuluhan pertanian mengenai SUT Konservasi yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Median selisih median selisih skor pemahaman SUT
kons-ervasi setelah perlakuan
penyuluhan pertanian
Gambar 2 menunjukkan adanya per-bedaan pemahaman SUT Konservasi responden disetiap kelompok perlakuan, dimana median selisih terbesar terdapat
pada responden dikelompok yang
mendapatkan penyuluhan pertanian me-nggunakan metode pertemuan dalam bentuk diskusi kelompok.
Hasil uji signifikansi perbedaan me-dian skor antar kelompok perlakuan disa-jikan dalam Tabel 1.
36 34.5 30 35.5 24 28 32 36 40 Ceramah Diskusi Sebelum Sesudah -7 3 -8 -6 -4 -2 0 2 4 Selisih Ceramah Diskusi
Tabel 1 Analisis uji nilai tengah penyuluhan pertanian dengan metode pertemuan dalam bentuk diskusi kelompok dan bentuk ceramah
Metode N Median Ave Rank Z
Ceramah 22 -7,00 12,9 -4,96
Diskusi 22 3,00 32,1 4,96
Overall 44 22,5
H = 24,65 DF = 1 P = 0,00
H = 24,77 DF = 1 P = 0,00 (adjusted for ties)
Data dalam tabel di atas menun-jukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap median selisih skor pemahaman SUT Konservasi responden. Median selisih skor pemahaman SUT Konservasi kelompok responden yang memperoleh penyuluhan melalui metode
pertemuan dalam bentuk ceramah
cenderung rendah. Sedangkan kelompok responden yang mendapatkan perlakuan penyuluhan menggunakan metode perte-muan dengan bentuk diskusi kelompok, pemahaman SUT Konservasi responden cenderung tinggi.
Berdasarkan uji beda median di atas, penyuluhan pembangunan pertanian me-lalui metode pertemuan dengan bentuk diskusi kelompok cenderung lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman SUT Konservasi responden, dibandingkan pe-nyuluhan melalui metode ceramah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat di-tarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Bentuk-bentuk pertemuan dalam
penyuluhan pembangunan pertanian mengenai SUT Konservasi mempe-ngaruhi tingkat pemahaman SUT Konservasi petani di di Kelurahan
Gerem Kecamatan Grogol Kota
Cilegon
2) Diskusi kelompok merupakan bentuk metode pertemuan dalam penyuluhan pertanian yang lebih efektif digunakan
untuk meningkatkan pemahaman
SUT Konservasi petani di Kelurahan
Gerem Kecamatan Grogol Kota
Cilegon.
Saran
Berdasarkan dua simpulan di atas, beberapa saran yang dapat diberikan kepada semua pihak terkait adalah: 1) Program penyuluhan pembangunan
pertanian di Kelurahan Gerem se-baiknya bersifat spesifik lokalit de-ngan memasukan materi SUT Kon-servasi agar pertanian di wilayah ter-sebut dapat berkelanjutan
2) Digunakannya metode pertemuan dengan bentuk diskusi kelompok da-lam penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pemahaman SUT Kon-servasi petani di Kelurahan Gerem 3) Diselenggarakannya kegiatan
peng-abdian kepada masyarakat di Ke-lurahan Gerem oleh pihak-pihak terkait, terutama dalam bentuk prog-ram pendampingan bagi petani untuk menerapkan SUT Konservasi
DAFTAR PUSTAKA
Adimiharja, A. 2006. Strategi Mem-pertahankan Multifungsi Pertanian di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian
Vol. 3 Tahun 2006 Hal: 99 – 105.
http://124.81.86.181.publikasi/p3253 064.pdf [1 Maret 2008]
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pem-bangunan Daerah Provinsi Banten 2012. Renstra Provinsi Banten 2007 – 2012.