• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1478844769BAB 5 Prioritas Kab Selayar Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1478844769BAB 5 Prioritas Kab Selayar Bidang Cipta Karya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya

mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut,

maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada

kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya,

alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang

Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki

Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki

Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah

yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah,

permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di

(2)

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru

Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

5.1 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan

kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah

memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan

yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai

dengan akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh empat)

kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas

Strategis Nasional Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

NO KAB / KOTA

PRIORITAS STRATEGIS NASIONAL (KLASTER A)

1 GOWA V V V V V

* Mewakili Ibukota Provinsi ** Kategori Khusus

5.2 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah

kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat

(3)

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

memiliki Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82

(delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang

dipaparkan pada Tabel 5.2.

5.3 Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

Klaster C merupakan kabupaten/kota yang menjadi prioritas

penanganan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Cipta Karya, yaitu kabupaten/kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan

prioritas kabupaten/kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan

karakteristik masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana

alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan

daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga

harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya dan memiliki program yang responsif.

Tabel 5.2

Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Klaster C

NO KAB / KOTA

KLASTER C (PEMENUHAN SPM)

16 MAKASSAR*** V V V V

(4)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program

pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan

kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

A. Arah dan Kebijakan Pembangunan Program Pemberdayaan

Secara umum rangkuman penjabaran strategi arah dan kebijakan

Pengembangan Pemberdayaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Selayar yang

tertuang dalam RPJMD Kabupaten Selayar Tahun 2014 – 2019 sebagai berikut :

Tabel 5.3

Strategi Arah Kebijakan RPJMD Kabupaten Selayar Tahun 2014 – 2019

No. Tujuan Sasaran Strategi

1 Meningkatkan penyediaan

sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan kualitas yang setara dengan standar dunia

Meningkatnya keterpenuhan dan kualitas sistem drainase dan penanganan banjir

Pengembangan sistem drainase berbasis jaringan terpadu

Meningkatnya sistem dan jaringan utilitas kota

Pengembangan unit terintegrasi jaringan utilitas kota

Terwujudnya akselerasi kemajuan pada pinggiran Kabupaten Selayar

Penataan komprehensif pinggirn

kanal dengan melibatkan

masyarakat

2 Mengoptimalkan

pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup kota

Meningkatnya luas ruang terbuka hijau publik dan privat

Pengembangan taman tematik

berbasis sebaran kecamatan

bersama perluasan RTH publik dan privat

Meningkatnya kapasitas

penanganan sampah dan

kebersihan

Penanaman budaya bersih dalam

masyarakat dan peningkatan

kapasitas penanganan sampah Berkurangnya pencemaran tanah,

air, udara dan kerusakan

lingkungan karena dampak

pembangunan

Peningkatan efektivitas pengen-dalian mutu air, tanah dan udara

serta kepatuhan terhadap

rekomendasi Amdal

3 Mewujudkan pemukiman

sehat bagi masyarakat

Meningkatnya kualitas dan

kelayakan huni perumahan

masyarakat

Aplikasi teknologi perumahan

ramah lingkungan dan layak huni bagi masyarakat dengan prioritas rumah tangga miskin

Meningkatnya akses air bersih masyarakat

Perluasan jangkauan pelayanan air bersih

B. Program Pemberdayaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Selayar.

Beberapa program program pemberdayaan masyarakat bidang cipta

karya di Kabupaten Selayar yang telah berjalan dan sedang berjalan, diantaranya

sebagai berikut:

1. P2KP dan PNPM mandiri Perkotaan

Arah pelaksanaan PNPM mandiri perkotaan Kabupaten Selayar untuk tahun

(5)

kondisi tidak berdaya menuju berdaya, mandiri, dan akhirnya menuju

masyarakat madani.

Sejauh ini transformasi sosial masyarakat terus berkembang, 90 persen

kelurahan di Makassar dilaporkan sudah berada pada cluster mandiri.

Pemerintah Kabupaten Selayar tinggal memfokuskan intensifikasi

pendampingan untuk memperkuat kelembagaan Badan Keswadayaan

Masyarakat yang ada di setiap kelurahan. Salah satu upaya yang ditempuh

dengan memaksimalkan alokasi dana PNPM dari pemerintah pusat yang

tahun ini dialokasikan sebesar Rp 13 milyar. kinerja PNPM di Makassar sejak

2004 lalu telah menyerap anggaran hinggga Rp 100 Miliar.

Pengerjaan proyek PNPM selama ini diakui cukup baik mulai dari segi

kuantitas hingga kualitas pengerjaan, serta pemberdayaan masyarakatnya.

Saat ini pemerintah Kabupaten Selayar tengah menyusun program dalam

meningkatkan peran Badan Keswadayaan Masyarakat pasca berakhirnya

program PNPM pada tahun ini. Hal ini dimaksudkan agar pengelolaan

pembangunan di tingkat kelurahan dapat di kelola secara mandiri, dan tidak

bergantung terhadap pemberian stimulus dana pemerintah.

Terkait dengan pengelolaan keuangan Badan Keswadayaan Masyarakat,

Fuad mengatakan, pemerintah Kabupaten Selayar tidak melakukan

intervensi jauh terkait pengelolaannya, namun dana PNPM yang dialokasikan

tersebut ditentukan pemanfaatannya oleh masyarakat mulai dari tahapan

perencanaan. Bahkan setiap Badan Keswadayaan Masyarkat di Makassar

memiliki proses audit keuangan yang dilakukan oleh lembaga independen

audit keuangan.

2. SPBM (Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat) - USRI

Kabupaten Selayar Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)

merupakan salah satu komponen Program Urban Sanitation and Rural

Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai program pendukung

PNPM-Mandiri. Program ini bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan

(6)

turut berpartisipasi memecahkan berbagai permasalahan yang terkait pada

upaya peningkatan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan

masyarakat.

Mekanisme penyelenggaraan Program Perkotaan Berbasis Masyarakat

(SPBM) menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis

masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan

kegiatan, mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan program sampai dengan upaya keberlanjutan,

khususnya dalam hal peningkatan kualitas prasarana dan sarana

sanitasi berbasis masyarakat dalam rangka mendukung upaya pencapaian

target MDG pada 2015, yaitu menurunkan sebesar separuh dari proporsi

penduduk yang belum memiliki akses sanitasi dasar serta sasaran RPJMN

2010-2014 dalam bidang sanitasi yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan

(BABS) dan peningkatan layanan pengelolaan air limbah.

Program SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di 1350 kelurahan yang

berada di 34 kabupaten/kota di 5 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi

lokasi pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), lokasi

kelurahan tersebut telah menerima dana BLM sebanyak 3 kali siklus. Hal ini

merupakan perwujudan dari sinergi diantara program pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemerintah. Pada pelaksanaan nantinya program ini akan

menggunakan lembaga masyarakat (BKM/LKM) yang sudah ada dan

mempunyai rekam jejak dan kinerja yang baik dalam mengelola program

pemberdayaan masyarakat.

Melalui pelaksanaan Program SPBM ini masyarakat akan merencanakan

program, memilih jenis prasarana/sarana sanitasi komunal yang sesuai

dengan kebutuhan, menyusun rencana kerja, melakukan pembangunan

konstruksi serta mengelola dan melestarikan hasil pembangunan.

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan

(7)

khususnya bagi kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk

miskin.

Tujuan Program SPBM adalah:

a. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan

sehat masyarakat.

b. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat dalam

perencanaan dan pembangunan layanan sanitasi yang berkelanjutan.

c. Tersedianya sistem sanitasi komunal yang berkualitas, berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

masyarakat.

Ruang Lingkup Program SPBM adalah:

a. Penyediaan prasarana/sarana sanitasi masyarakat meliputi: (i) fasilitas

MCK komunal dan (ii) instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal;

b. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal

perencanaan dan pembangunan khususnya terkait dengan upaya

penyehatan lingkungan permukiman berbasis masyarakat.

Kegiatan penyehatan lingkungan permukiman melalui penyediaan sistem

sanitasi komunal berbasis masyarakat dilaksanakan secara terpadu, mengacu

pada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM), Strategi

Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK), PJM Pronangkis (Medium Term Poverty

Reduction Plan/MTPRP) dan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community

Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) yang telah disusun.

Prinsip dasar Program SPBM adalah:

a. Tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti program akan

bersaing mendapatkan program dengan cara menunjukkan komitmen

serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai dengan pilihannya.

b. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya ditangan masyarakat, peran

pemerintah dan konsultan pendamping hanya sebatas sebagai fasilitator.

c. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola

(8)

pendamping yang mempunyai pengalaman dalam bidang teknologi

pengolahan limbah dan pendampingan sosial.

d. Pemerintah berperan memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat, bukan

sebagai pengelola sarana.

Prinsip penyelenggaraan Program SPBM adalah:

a. Dapat diterima; Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah

kelurahan sehingga didukung dan diterima oleh masyarakat. Hal ini

berlaku mulai dari saat pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis (jenis

prasarana/sarana dan pilihan teknologi yang digunakan), penentuan

mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengadaan, serta penetapan

mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana

sanitasi masyarakat.

b. Transparan; Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan

diketahui oleh semua unsur masyarakat dan perangkat pemerintah daerah

sehingga memungkinkan terjadinya pengawasan dan evaluasi oleh semua

pihak.

c. Dapat dipertanggungjawabkan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat.

d. Berkelanjutan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat memberikan

manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan yang ditandai dengan

adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana secara

mandiri oleh masyarakat pengguna.

e. Kerangka Jangka Menengah; Penyelenggaraan dilaksanakan pada

kerangka jangka menengah sebagai dasar upaya peningkatan akses

terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi bagi penduduk miskin,

kaum perempuan dan kelompok rentan/ marjinal.

f. Sederhana, Tata cara, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan

kegiatan bersifat sederhana, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan

(9)

Program SPBM merupakan program pembangunan prasarana dan sarana

sanitasi, dengan pendekatan:

a. Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses implementasi kegiatan

(tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pemeliharaan) melibatkan partisipasi aktif masyarakat berdasarkan

kesamaan kepentingan dan kebutuhan;

b. Keberpihakan kepada penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok

rentan/marjinal, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun

pemanfaatan hasil kegiatan ditujukan kepada kaum perempuan,

kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin/masyarakat

berpenghasilan rendah;

c. Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan masyarakat

bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan program dan

keberlanjutan prasarana/sarana terbangun;

d. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai

dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan

pemanfaatan, dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi

aktif dari perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin;

e. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam

keberhasilan pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan serta pemeliharaan

hasil kegiatan;

f. Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan

memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain.

g. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan kegiatan

diupayakan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah, lembaga

masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pelaksanaan pembangunan

(10)

h. Kesetaraan dan keadilan gender, artinya terdapat kesetaraan antara

kaum pria dan dan perempuan dalam setiap tahap pembangunan dan

dalam pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan secara adil.

3. SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat)

Gambaran Umum

 Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat merupakan pengembangan

SANIMAS (Sanitasi berbasis Masyarakat).

 Kegiatan SLBM berupa pengembangan prasarana dan sarana air limbah

komunal, fasilitas pengurangan sampah dengan pola 3R (reduce, reuse dan

recycle) dan pengembangan prasarana dan sarana drainase mandiri

berwawasan lingkungan.

 Pada tahun 2010 pengembangan SLBM di Kabupaten Selayar fokus pada

penanganan sanitasi.

Prinsip Dasar

 Pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

 Kontribusi pendanaan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

 Pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi masalah sanitasi di

lingkungannya.

 Peran serta masyarakat sejak perencanaan, pelaksanaan pembangunan

hingga pemanfaatan dan perawatan.

Tahap Pelaksanaan

 Penyusunan longlist: daftar bakal calon lokasi SLBM di seluruh Kabupaten

Kepulauan Selayar.

 Penyusunan shortlist: daftar calon lokasi SLBM.

 Pernyataan kesanggupan dari desa terpilih untuk melaksanakan kegiatan

dan berpartisipasi dalam pendanaan dalam bentuk surat minat.

 Pelaksanaan pemetaan swadaya (RPA) untuk mengidentifikasi potensi

dan masalah desa.

(11)

 Pelaksanaan pekerjaan fisik.

 Monitoring dan evaluasi

Pemberdayaan Masyarakat Dalam SLBM

 Partisipasi atau pelibatan sebanyak mungkin unsur masyarakat dalam

setiap tahapan.

 Memberi ruang dan kesempatan sebanyak mungkin masyarakat dalam

pengambilan keputusan.

 Peningkatan kapasitas dan pengetahuan masyarakat.

 Membangun semangat kebersamaan dalam masyarakat.

 Memperkuat kelembagaan di masyarakat.

 Mendorong pembangunan berkelanjutan.

 Pemilihan teknologi, perencanaan, pelaksanaan fisik kegiatan hingga

operasional dan perawatan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat

dengan pendampingan dari DPU&ESDM.

 Pemilihan teknologi, perencanaan, pelaksanaan fisik kegiatan hingga

operasional dan perawatan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat

dengan pendampingan dari DPU&ESDM

 IPAL Komunal: toilet di masing-masing rumah penduduk, IPAL berada di

suatu tempat (septiktank bersama)

 MCK Plus: sarana MCK dan IPAL berada di satu lokasi

 Pilihan teknologi diprioritaskan pada IPAL komunal demi kemudahan

penggunaan di masa mendatang dan kemudahan pemeliharaan.

Konstribusi Masyarakat

 Pada akhir pekerjaan fisik, masyarakat harus menyediakan dana untuk

pemeliharaan dan operasional selama satu tahun sebesar 1% dari nilai

pekerjaan.

 Dana pendamping masyarakat berupa in cash (tunai) dan in kind (tenaga

(12)

4. PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) Secara umum PAMSIMAS adalah program yang bertujuan meningkatkan

akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan

dan peri-urban. Dengan meningkatkan nilai dan perilaku hidup sehat dengan

membangun/menyediakan prasarana dan sarana air minum serta sanitasi.

Mitra yang terlibat program PAMSIMAS

Tujuan dari Program Pamsimas adalah sebagai salah satu upaya pemerintah

untuk mempercepat pencapaian target water supply dan sanitasion

millenium melalui penempatan kerangka kebijakan nasional pelayanan air

minum dan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat

Waktu pelaksanaan program ini adalah selama 5 tahun yaitu 6 Juni 2008-30

Juli 2013.

Berdasarkan prinsip program PAMSIMAS yang Berbasis masyarakat.

Kerjasama program PAMSIMAS adalah Community Based Provision (CBP).

Tujuan dari Program Pamsimas adalah sebagai salah satu upaya pemerintah

untuk mempercepat pencapaian target water supply dan sanitasion

millenium melalui penempatan kerangka kebijakan nasional pelayanan air

minum dan sanitasi lingkungan berbasis masyarakat

5. PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis komunitas)

Program Penataan Lingkungan Berbasis Masyarakat ini merupakan intervensi

lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan yang memberi peluang bagi

masyarakat untuk menata kembali lingkungan hidup dan menstrukturkan

kembali tatanan sosial dan ekonomi mereka selain itu masyarakat mampu

berpartisipasi dalam perumusan pernencanaandan pembangunan di tingkat

komunitas kelurahan.

6. P2S / IEG

(13)

Sampai dengan saat ini, kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan dana

untuk pembangunan sarana bidang penyehatan lingkungan permukiman

relatif sedikit. Disamping itu anggaran yang dialokasikan di masing-masing

kabupaten/kota untuk kegiatan bidang tersebut masih relative rendah.

Sementara itu kebutuhan masyarakat atas sarana tersebut sudah semakin

mendesak. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus penyakit yang terjadi akibat

tidak sehatnya lingkungan permukiman, baik akibat dari buruknya sistem

pengelolaan air limbah maupun persampahan yang aman bagi lingkungan.

Pemerintah pusat mempunyai komitmen untuk mendorong pemerintah

daerah dalam pembangunan sector penyehatan lingkungan permukiman

yang lebih tinggi lagi di tahun 2010 – 2014, hal ini tercermin dari

meningkatnya alokasi dana yang dianggarkan sebesar hamper tujuh kali dari

anggaran yang dialokasikan lima tahun sebelumnya.

Salah satu upaya pemerintah pusat dalam mendorong pemerintah daerah

untukmeningkatkan pembengunan sarana sector penyehatan lingkungan

permukiman berupa Program Hibah daerah Percepatan Pembangunan

Sanitasi (P2S). program ini berupa alokasi dana untuk kabupaten/kota yang

telah menganggarkan dana APBD di sector tersebut pada tahun anggaran

berjalan. Program ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia

dengan Pemerintah Australia (AusAID) untuk dilaksanakan mulai tahun

anggaran 2010-2011.

Hibah ini akan disalurkan melalui gabungan dua (2) mekanisme pendanaan,

yaitu (i) output based atau berdasarkan kinerja yang terukur atas pekerjaan

yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada Tahun Anggaran 2010; dan

(ii) pendanaan bersama untuk kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah pada Tahun Anggaran 2011.

Kegiatan pada APBD Tahun Anggaran 2010 yang dinilai layak untuk

menentukan besaran dana hibah Program P2S adalah kegiatan bidang air

limbah dan persampahan yang didanai melalui APBD murni atau DAU.

(14)

a. Persampahan

1. Peralatan untuk proses daur ulang sampah, yang dikelola oleh

masyarakat;

2. Pembangunan transfer depo, stasiun pengumpul sampah atau tempat

pengelolaan dan pengolahan sampah terpadu (contoh : Kontainer);

3. Revitalisasi dan pembangunan tempat pemrosesan akhir (TPA)

sampah;

4. Peralatan operasional pengelolaan sampah;

5. Penyediaan sarana non fisik untuk mendukung pengelolaan

persampahan (DED, sosialisasi, fasilitator).

b. Air Limbah

1. Pembangunan dan rehabilitasiIPAL baru skala kawasan (modular);

2. Pembangunan system sanitasi komunal yang berbasis masyarakat

3. Perluasan jaringan pipa air limbah terpusat termasuk sambungan

rumah, sesuai syarat dan ketentuan dari ditjen Cipta Karya;

4. Optimalisasi instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan rehabilitasi

IPAL skala kota atau regional;

5. Peralatan operasi dan pemeliharaan system terpusat;

6. Penyediaan sarana non-fisik untuk mendukung pengelolaan air limbah.

Seluruh Kegiatan tersebut didanai melalui dana APBD murni dan/atau DAU

dan telah tersedia lahan atau tidak memerlukan pembebasan lahan.

Kegiatan yasng dibiayai dari DAK dan dana pendamping kegiatan yang

bersumber dari hibah luar negeri / APBN tidak dapat diperhitungkan untuk

menentukan besaran dana hibah.

Dana hibah yang akan diberikan maksimal sebesar dana APBD yang

dialokasikan untuk bidang pengelolaan persampahan dan air limbah pada TA.

2010.

5.5 Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan Inovasi yang

(15)

Klaster E diperuntukkan untuk kabupaten/kota yang memiliki program

yang kreatif dan inovasi baru bagi pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya dan tercantum pada Rencana Terpadu dan Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya. Pada Klaster E

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Klaster C
Tabel 5.3

Referensi

Dokumen terkait

tambahan untuk melengkapi data yang tidak bisa diperoleh dari

PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI TUJUAN SPECIAL EVENT SURYANATION MOTORLAND PT.. GUDANG

Model pembelajar an par tisipatif pr ogr am pendidikan keluar ga bagi or ang tua dengan anak usia 13-15 tahun, ber tujuan untuk meningkatkan kepedulian, w aw asan dan

Bila Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=) pada jawaban yang benar. Apapun jawaban Anda, tidak akan dinilai benar

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ProShow PADA MATERI SATUAN UKUR DAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung dengan

Dari data yang peneliti hitung maka hasil belajar pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadis di kelas III B MI Nurul Huda Kota Bengkulu pada siklus II didapat 100% siswa yang dinyatakan

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan