• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO DI PUSKESMAS KHATULISTIWA PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO DI PUSKESMAS KHATULISTIWA PONTIANAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI

DENGAN PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO DI

PUSKESMAS KHATULISTIWA PONTIANAK

MARCHELINUS OTA

NIM. I31112019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2017

(2)
(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI DENGAN PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO DI PUSKESMAS KHATULISTIWA

PONTIANAK

(The Correlation of Knowledge and Risk Factors Control: A Study on Hypertensive Patients in Khatulistiwa Community Health Center, Pontianak)

Marchelinus Ota*, Kelana Kusuma Dharma**, Ariyani Pradana Dewi***

*Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura **Dosen Program Studi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI

***Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura Email : otamarchel@gmail.com

ABSTRAK

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penderita hipertensi telah memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap pengendalian faktor resiko dan komplikasi dari hipertensi, diharapkan tekanan darahnya tetap dalam batas normal. Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan pengendalian faktor resiko di Puskesmas Khatulistiwa Pontianak. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan data sampel menggunakan consecutive sampling dengan sampel sebanyak 56 responden sesuai dengan criteria inklusi. Setiap responden diberi kuesioner tentang pengetahuan dan pengendalian faktor resiko hipertensi. Uji yang digunakan adalah uji Spearman Rank. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Spearman Rank, menunjukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita hipertensi dengan pengendalian faktor resiko hipertensi (p = 0,000). Terdapat hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan pengendalian faktor resiko. Hal ini menunjukan bahwa dengan meningkatkan pengetahuan pasien mengenai hipertensi, dapat mempengaruhi perilaku pasien dalam mengendalikan faktor resiko hipertensi.

(4)

ABSTRACT

Knowledge or cognitive is a dominant factor crucial in determining someone’s act. Behavior based on knowledge will be more lasting than baseless behavior. When hypertensive patients have good knowledge and behavior on controlling risk factors and complications of hypertension, their blood pressure are expected to remain within normal limits. This srudy aims to determine the correlation of hypertensive patients’ knowledge and risk factors control in Puskesmas Khatulistiwa, Pontianak.This research was a quantitative study with analytic observational design and cross sectional approach. Data samples were taken by consecutive sampling technique with sample size of 56 respondents according to inclusion criteria. Every respondent was given a questionnaire regarding knowledge and risk factors control of hypertension. Statistical significance test applied was Spearman Rank test. Hypothesis test by using Spearman Rank test showed a significant correlation between hypertensive patients’ knowledge and hypertension risk factors control (p = 0.000). There was a significant positive correlation between knowledge and risk factors control in hypertensive patients. This indicates that improving patients’ knowledge regarding hypertension can influence patients’ behavior in controlling hypertension risk factors.

(5)

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak penyakit

hipertensi yang diderita oleh

masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak

menular tertinggi angka

kejadiannya[1]. Hipertensi terkait erat

dengan sistem kardiovaskuler,

dimana pada penderita yang

mengalami hipertensi terjadi

peningkatan pada tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat[2].

Berdasarkan data Statistik Kesehatan Dunia WHO tahun 2012,

hipertensi menyumbang 51%

kematian akibat stroke dan 45% kematian akibat jantung koroner [3].

Menurut National Health and

Nutritrion Examination Survey di Amerika serikat 58,4 juta orang

terkena hipertensi. Hipertensi

merupakan penyebab kematian

nomor 3 setelah stroke dan

tuberkolosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia [4]. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013 prevalensi secara nasional mencapai 25,8 % penduduk Indonesia menderita hipertensi. Jika saat ini

penduduk Indonesia sebesar

252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Untuk provinsi tertinggi penderita hipertensi yaitu Bangka Belitung (30,9 %) sedangkan untuk Kalimantan Barat pada tahun 2013 sekitar 25 % menderita hipertensi [2]. Di kota Pontianak angka kejadian hipertensi pada tahun 2015 mencapai 3581 kasus hipertensi. Kecamatan Pontianak Utara memliki total kasus tertinggi pertama dengan total kasus mencapai 1275 kasus pada tahun 2015. Pada kecamatan Pontianak Utara dengan total kasus hipertensi tertinggi terdapat di Puskesmas Khatulistiwa dengan total kasus mencapai 495 kejadian. Angka

kejadian penyakit hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas

Khatulistiwa merupakan Puskesmas dengan angka kejadian tertinggi pertama yang terjadi di kecamatan Pontianak Utara.

Tingginya angka prevalensi hipertensi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor resiko yang

(6)

akan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius jika tidak terkendalikan serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya misalnya stroke, jantung koroner, gangguan ginjal, yang terjadi karena kurangnya

pengetahuan keluarga mengenai

hipertensi. Tingkat pengetahuan

keluarga maupun pasien dalam

tindakan pencegahan komplikasi

hipertensi diharapkan dapat

mengontrol tekanan darah [5].

Kecenderungan yang sering dilakukan oleh penderita hipertensi adalah dengan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, padahal modifikasi gaya hidup

juga sangat membantu dalam

manajemen dan terapi hipertensi. Dimana hal ini merupakan faktor resiko yang dapat mempengaruhi

kejadian hipertensi. Faktor ini

diklarifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, jenis kelamin dan etnis. Disisi lain, faktor yang dapat dimodifikasi adalah nutrisi, stress, obesitas, dan zat berbahaya misalnya asap rokok dan

konsumsi alkohol berlebih, serta aktivitas fisik [6].

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan [5]. Apabila penderita hipertensi telah memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap pengendalian faktor resiko dan komplikasi dari

hipertensi, diharapkan tekanan

darahnya tetap dalam batas normal [7]. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang

“hubungan pengetahuan penderita

hipertensi dengan pengendalian

faktor risiko di Puskesmas

Khatulistiwa Pontianak.

TUJUAN

Untuk mengetahui “hubungan antara pengetahuan pasien hipertensi dengan pengendalian faktor resiko hipertensi

di Puskesmas Khatulistiwa

(7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan adalah

observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional.

pemilihan sampel dilakukan dengan

teknik Non Probability Sampling

dengan cara Consecutive Sampling

dan didapatkan jumlah sampel

sebesar 56 responden.

HASIL

Dari hasil Analisa univariat diperoleh data sebagaimana yang disajikan sebagai berikut:

Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tabel 1 Karakteristik Responden Responden F % Usia 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun >65 tahun 5 8 10 13 11 9 8,9 14,3 17,9 23,2 19,6 16,1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 31 25 55,4 44,6 Total 56 100

Sumber : Data Primer (2017), telah diolah

Berdasarkan tabel 1

didapatkan hasil penelitian

menunjukan bahwa kategori usia responden terbanyak yaitu usia 46-55 tahun dengan jumlah 13 responden

(23,2 %) dan usia responden

minoritas yaitu usia 17-25 tahun dengan jumlah 5 responden (8,9 %). Sedangkan pada jenis kelamin, laki-laki merupakan responden terbanyak dengan total 31 responden (55,4 %) dan perempuan lebih sedikit dengan total 26 responden (44,6).

Distribusi karakteristik responden berdasarkan lama responden menderita hipertensi. Tabel 2 Kriteria N Mean Std. Devias i Min -Max Lama Menderita 56 5,88 5,288 1-24

Sumber : Data Primer (2017), telah diolah Berdasarkan tabel didapatkan hasil nilai rata-rata lama responden menderita hipertensi adalah 5,88

tahun dengan lama menderita

minimum 1 tahun dan maksimum 24 tahun.

(8)

Analisis Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Dengan Pengendalian Faktor Resiko di Puskesmas Khatulistiwa Pontianak. Tabel 3 Variab el Indepe ndent Variabel Dependen Uji Statistik Nilai r Nilai p Pengeta huan Pengendal ian Faktor Resiko Spearma n Rank 0,80 8 0,00 0 Sumber : Data Primer (2017), telah diolah

Berdasarkan tabel dapat

dilihat bahwa analisis bivariat

diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan

pengetahuan penderita hipertensi

dengan pengendalian faktor resiko di Puskesmas Khatulistiwa Pontianak.

PEMBAHASAN

Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di Puskesmas Khatulistiwa Pontianak, didapatkan usia responden terbanyak yang menderita hipertensi pada rentang usia 46 – 55 tahun sebanyak 13 (23,2 %). Umur mempengaruhi

terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, maka resiko

terkena hipertensi semakin besar [8].

Menurut fisiologi, jantung pada proses penuaan mengalami hipertrofi atau disebut pembesaran jantung, padahal disekitar organ lain juga

mengalami penyusutan atau

pengecilan seperti halnya pada

pembuluh darah yang semakin

mengecil karena proses penuaan, dinding kamar jantung mengalami penurunan [9].

Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Khatulitiwa Pontianak didapatkan jenis kelamin terbanyak yang menderita hipertensi yaitu laki-laki sebanyak 31 responden (55,4 %). Jenis kelamin pria mempunyai resiko

sekitar 2,3 kali lebih banyak

mengalami hipertensi dibandingkan perempuan [8]. Hal ini kemungkinan

karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah [10]. Jenis kelamin

berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum perempuan

(9)

lebih memperhatikan kesehatanya

dibandingkan dengan laki-laki.

Perbedaan pola perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, perempuan lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan laki-laki [11]. Sampai dengan umur 55

tahun, laki-laki lebih banyak

menderita hipertensi dibanding

perempuan. Dari umur 55 s/d 74

tahun, sedikit lebih banyak

perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi [12].

Lama Menderita

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan peneliti

didapatkan hasil lama responden menderita hipertensi rata-rata adalah

5,88 tahun. Lama responden

menderita hipertensi minimun adalah 1 tahun, sedangkan lama responden yang menderita hipertensi maksimum pada penelitian ini adalah 24 tahun. Perjalanan penyakit hipertensi sangat

perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tidak menunjukan gejala

selama bertahun-tahun. Semakin

tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka semakin berat komplikasi yang ditimbulkan [13].

Hipertensi merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal

terminal. Beratnya pengaruh

hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Semakin lama menderita hipertensi maka semakin tinggi risiko untuk mengalami CKD

[13].

Lama hipertensi pada

penelitian yang dilakukan oleh

Novriyanti, dkk (2014) menunjukan faktor terjadinya penyakit jantung

koroner. Pada penelitian ini

menunjukan bahwa semakin lama menderita hipertensi maka semakin tinggi resiko terjadinya penyakit jantung koroner [14].

Pengaruh lama menderita

hipertensi juga dapat menyebabkan kecemasan. Hal ini dibuktikan dalam

penelitian yang dilakukan oleh

Laksita (2016), dengan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara

lama hipertensi dengan tingkat

kecemasan . yang dialami responden. Responden yang menyadari adanya gejala hipertensi, memiliki perasaan

khawatir dan takut, sehingga

(10)

Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi dengan Pengendalian Faktor Resiko Di Puskesmas Khatulistiwa Pontianak

Penelitian ini membuktikan

bahwa pengetahuan penderita

hipertensi berhubungan dengan

pengendalian faktor resiko hiipertensi

di Puskesmas Khatulistiwa

Pontianak. Hal ini terjadi karena saat diteliti, semakin tinggi pengetahuan responden, maka semakin responden

mengetahui hal-hal yang harus

dilakukan dan dihindari dalam

mencegah faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Menurut teori Green (1980), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi termasuk didalamnya adalah pengetahuan. Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin baik perilaku pencegahan individu terhadap penyakit [16].

Tingkat pengetahuan hipertensi pada

sesorang sangat penting dalam

memoengaruhi pola hidup sehat. Pola hidup sehat dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi dengan cara

mengenali hpertensi khususnya

faktor-faktor risiko yang dapat

menyebabkan hipertensi [2].

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Utomo (2013), dengan judul penelitian

hubungan tingkat pengetahuan

tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten

Karanganyar. Dengan jumlah

responden sebanyak 78 responden. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya pencegahan kekambuhan hipertensi

[17].

Penelitian lainnya yang

sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian hubungan pengetahuan

masyarakat dengan upaya

pencegahan di Puskesmas Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan yang dilakukan oleh Pontoh (2016),

membuktikan bahwa terdapat

hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan yang dilakukan. Peneliti

berpendapat bahwa pengetahuan

responden berpengaruh terhadap

pencegahan hipertensi yang

dilakukan oleh responden. Sesuai dengan informasi yang didapatkan

(11)

peneliti pada waktu melakukan penelitian, kurangnya pengetahuan reponden dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan oleh

responden. Sehingga masyarakat

membutuhkan penyuluhan kesehatan

tentang hipertensi. Apabila

pengetahuan responden bertambah, maka responden dapat mencegah penyakit hipertensi dengan cara menghindai faktor pemicu terjadinya hipertensi [18].

Hipertensi dipengaruhi

berbagai faktor-faktor resiko. Faktor resiko pemicu terjadinya hipertensi dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan

faktor yang dapat dikontrol.

Keturunan, jenis kelamin, dan umur merupakan faktor resiko hipertensi yang dapat tidak dikontrol. Apabila

orang tua memiliki riwayat

hipertensi, maka dugaan hipertensi esensial terhadap anak-anak akan lebih besar. Hipertensi juga lebih mudah menyerang kaun laki-laki daripada perempuan, hal ini diduga karena laki-laki banyak memiliki

faktor pencetus seperti stres,

kelelahan, pola hidup tidak sehat misalnya merokok dan konsumsi

alkohol. Usia juga mempengaruhi

terjadinya hipertensi. Dengan

bertambanya usia, maka resiko

hipertensi menjadi lebih besar.

Umumnya hipertensi menyerang pria pada umur diatas 30 tahun, sedangkan pada wanita akan meningkat lebih besar pada usia diatas 45 tahun, setelah memasuki masa menopause

[19].

Beberapa faktor resiko

pemicu terjadinya hipertensi seperti obesitas, konsumsi garam berlebihan, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan stress dapat dikontrol, dengan cara diupayakan dalam mengendalikan faktor-faktor tersebut dan melakukan pencegahan dengan mengubah pola hidup yang tidak sehat.

Mengetahui penyebab

terjadinya hipertensi dan mengetahui cara pengendalian faktor resiko hipertensi, dapat membantu individu dalam mencegah terjadinya hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi, serta memperbaiki pola hidup yang tidak sehat. Dengan meningkatkan

pengetahuan pasien mengenai

(12)

dapat mengupayakan pengendalian faktor-faktor yang memicu terjadinya hipertensi, sehingga pasien dapat merubah perilaku hidup yang tidak sehat menjadi perilaku sehat.

Selain dipengaruhi oleh

pengetahuan, perilaku kesehatan juga dipengaruhi beberapa faktor seperti

dukungan keluarga yang

diungkapkan oleh Puspita (2016). Pada penelitian terebut menunjukan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam menjalani

pengobatan hipertensi. Keluarga

adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat masyarakat, maka hasrus dimulai

pada masing-masing tatanan

keluarga. Dukungan keluarga

merupakan sikap, tindakan dan penerimaan terhadap penderita yang

sakit. Hipertensi memerlukan

pengobatan seumur hidup, dukungan

sosial dari orang lain sangat

diperlukan. Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat membantu

seseorang dalam menjalankan

program-program kesehatan dan juga secara umum orang yang menerima

penghiburan, perhatian dan

pertolongan yang mereka butuhkan

dari seseorang atau kelompok

biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis. Dukungan keluraga merupakan faktor resiko

yang mempengaruhi perilaku

kepatuhan pasien hipertensi. Orang dengan dukungan keluarga rendah beresiko 3 kali untuk tidak patuh dalam mengendalikan dan mengobati hipertensi [12].

Motivasi juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam

kepatuhan pengobatan dan

pengendalian hipertensi. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan

intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini adalah

kesembuhan dari hipertensi.

Tingginya motivasi seseorang

menunjukkan tingginya kebutuhan maupun dorongan responden untuk mencapai sebuah tujuan [20]. Motivasi

yang tinggi dapat terbentuk karena adanya hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Dengan adanya kebutuhan untuk sembuh, maka klien hipertensi akan terdorong untuk patuh dalam menjalani pengobatan, dimana tujuan ini merupakan akhir dari siklus motivasi [12].

(13)

Dayloko (2010) dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian hiperensi pada lansia di posyandu lansia wilayah

kerja Puskesmas Mojosongo

Boyolali, mengungkapkan bahwa

sikap mempengaruhi upaya

pengendalian hipertensi. Sikap adalah efek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. Dengan adanya sikap yang baik diharapkan adanya perubahan sikap pada lansia terhadap

pengendalian hipertensi.

Pembentukan sikap juga dapat

dipengaruhi oleh pengaruh faktor emosional. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Sikap yang kurang baik akan berpengaruh terhadap bagaimana pasien mengendalikan hipertensi [21].

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukhtarom, 2015. Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Posyandu Lansia Di Desa Patukrejomulyo Kecamatan Merit Kabupaten

Kebumen. http

://elib.stikesmuhgombong.ac.id. Di Unduh Pada Tanggal 25 Mei 2016.

2. Depkes RI, 2008. Profil

Kesehatan Indonesia. Diakses

Pada 24 Juli 2017

(www.depkes.go.id).

3. Anggrenny Reni (2013). Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok,

Dan Konsumsi Alkohol

Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota

Makassar. http://

repository.unhas.ac.id. Diunduh Pada Tanggal 25 Mei 2016.

4. Notoatmodjo, S. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.

5. Musthofa, Khoirul. 2013.

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penderita Hipertensi Dalam Pencegahan Stroke di

(14)

Puskesmas Ponorogo Utara

Kabupaten Ponorogo.

www.lib.umpo.ac.id. Diunduh

pada 23 Februari 2016.

6. Rahayu Hesti. 2012. Faktor

Risiko Hipertensi Pada

Masyarakat Rw 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Depok. http://lib.ui.ac.id. Diunduh Pada Tanggal 23 Februari 2016.

7. Kaidah Siti, Dkk. 2008.

Pengetahuan Dan Perilaku

Penderita Hipertensi Di Unit Pelabuhan (Ukespel) Pt. Pelindo III Dibanjarmasin Periode Juli-Agustus 2008. Diunduh Pada 23 Februari 2016.

8. Simbolon, Demsa., Dkk. 2016.

Buku Saku Kader Kesehatan; Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Yogyakarta; Deepublish.

9. Santoso, Dkk. 2009. Memahami

Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis Dan Pedagogis-Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia.

10.Kemenkes RI, 2013. Pedoman

Teknis Penemuan Dan

Tatalaksana Hipertensi. Diakses

pada 22 Juli 2017

(www.perpustakaan.depkes.go.i d)

11.Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu

Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. 2014.

12.Puspita, Exa. 2016. Faktor-faktor

Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Penderita Dalam

Menjalani Pengobatan. Diakses

pada 30 Juli 2017

(www.lib.unnes.ac.id)

13.Nurjanah, Adha. 2012.

Hubungan Antara Lama

Hipertensi Dengan Angka

Kejadian Gagal Ginjal Terminal

Di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Diakses Pada 24 Juli 2017 (www.eprints.ums.ac.id). 14.Novriyanti, Ira D,. Dkk. 2014.

Pengaruh Lama Hipertensi

Terhadap Penyakit Jantung

Koroner di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Diakses pada 24 Juli 2017

(www.ejournal.unsri.ac.id).

15.Laksita, Indra D. 2016.

Hubungan Lama Menderita

Hipertensi Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Lansia Di Desa

(15)

Diakses pada 24 Juli 2017 (www.eprints.ums.ac.id).

16.Notoadmodjo, Soekidjo.

Promosi Kesehatan dan Perilaku

Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. 2012.

17.Utomo, Prasetyo T. 2013.

Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Hipertensi Dengan

Upaya Pencegahan Kekambyhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blukukan Kecamatan Colomadu

Kabupaten Karanganyar.

Diakses Pada Tanggal 24 Juli 2017 (www.eprints.ums.ac.id). 18.Pontoh, Martje M., Dkk. 2016.

Hubungan Pengetahuan

Masyarakat Dengan Upaya

Pencegahan Hipertensi di

Puskesmas Amuran Timur

Kabupaten Minahasa Selatan. Diakses pada 24 Juli 2017 (www.jurnal.unsrittomohon.ac.i d)

19.Dalimartha Setiawan, Dkk.

2008. Care Yourself, Hipertensi. Jakarta; Penebar Plus+.

20.Pratama, Gede W., Ariastusti, Ni Luh P. 2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Pengobatan Hipertensi Pada

Lansia Binaan Puskesmas

Klungkung 1. Diakses pada 30 Juli 2017 (www.ojs.unud.ac.id).

21.Dayloko, Dyah A P. 2010.

Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Upaya Pengendalian Hiperensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas

Mojosongo Boyolali. Diakses

Pada 30 Juli 2017

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini perbedaan penurunan kekeruhan (TSS) pada berbagai variasi konsentrasi koagulan diuji dengan menggunakan Mann-Whitney dihasilkan bahwa perbedaan

I seem to have been using terminology from JUnit: setUp ( ) and tearDown ( ) are JUnit methods. Furthermore, JUnit does appear to be doing something similar to what we want, though in

Selain upah, faktor lain yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah lingkungan kerja karna sangat berkaitan erat dengan tinggi rendahnya kepuasaan karyawan, apabila

Untuk mengetahui pengaruh variabel Retribusi Jasa umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Khusus terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) digunakan analisis regresi linier

Hasil variasi tersebut berupa perubahan nilai

merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data yang benar terjadi di lapangan.Sedangkan penelitian kuantitatif sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono(2014:14) adalah

Obesitas sentral didefinisikan sebagai penumpukan lemak dalam tubuh bagian perut yang diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih pada jaringan lemak subkutan dan lemak

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Perangkat Bahan Ajar Matematika berbasis Karakter di kelas 4 yang berada pada kategori Baik dan