• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ……… iii

KATA PENGANTAR ………... iv

ABSTRAK ………... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………... 11

1.3 Tujuan Penelitian ………. 12

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 13

1.5 Sistematika Penelitian ……….. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep ………... 16

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ………... 16 2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja ………... 17

2.1.3 Teori dan Produksi ………... 18

2.1.4 Konsep Industri ………... 19

2.1.4.1 Industri Kecil ……….…………. 21

2.1.5 Modal ………... 23

2.1.6 Tingkat Upah ………... 26

2.1.7 Teknologi ………. 28

2.1.8 Hubungan Modal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ……….... 29

2.1.9 Hubungan Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ……….... 31

2.1.10 Hubungan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ……… 33

2.1.11 Hubungan Modal Terhadap Produksi ………... 34

2.1.12 Hubungan Tingkat Upah Terhadap Produksi ………... 35

2.1.13 Hubungan Teknologi Terhadap Produksi ………... 36

(2)

2.1.14 Hubungan Penyerapan Tenaga Kerja

Terhadap Produksi ………..… 37

2.2 Hipotesis Penelitian ……… 37

BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian ……… 39

1.2 Lokasi Penelitian ……… 39

1.3 Obyek Penelitian ……… 39

1.4 Identivikasi Variabel ……….. 40

1.5 Definisi Operasional Variabel ……… 41

1.6 Jenis dan Sumber Data ………... 42

1.7 Populasi Sampel dan Metode Penelitian ……… 42

1.8 Metode Pengumpulan Data ……… 44

1.9 Teknik Analisis Data ……….. 45

3.9.1 Jalur Path ……….. 45

3.9.2 Uji Sobel ………... 49

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian …………. 51

4.2 Gambaran Umum Industri Kerajinan Batako ……….. 52

4.3 Karakteristik Responden ………. 53 4.3.1 Jenis Kelamin ……….. 53 4.3.2 Umur ………... 54 4.3.3 Tingkat Pendidikan ………. 55 4.3.4 Modal ……….. 56 4.3.5 Tingkat Upah ………... 57 4.3.6 Teknologi ………. 57

4.3.7 Penyerapan Tenaga Kerja ……… 58

4.3.8 Produksi ………... 59

4.4 Pembahasan Penelitian ………... 60

4.4.1 Pengaruh Modal, Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kerajinan Batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung ……….. 60

4.4.2 Pengaruh Modal, Tingkat Upah, Teknologi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Industri Kerajinan Batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung ……….. 62

4.4.3 Hasil Pengujian Analisis Jalur ………. 64

4.4.4 Ringkasan Jalur Koefisien ………... 64

4.4.5 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ………... 66

4.4.5.1 Pengaruh Langsung ……… 66

4.4.5.2 Pengaruh Tidak Langsung Melalui Pengujian Variabel Intervening ………. 72

4.4.6 Nilai Kekeliruan Taksiran Standar ………. 75

(3)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……….... 77

5.2 Saran ……….. 78

DAFTAR RUJUKAN ……… 79

(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun 2009 – 2013 (dalam persen) ……… 2 1.2 PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2010 – 2013 ……….. 4 1.3 Jumlah Industri Kerajinan Batako Per-Kecamatan

Kabupaten Badung Di Hitung dari Jumlah Unit

Usaha dan Tenaga Kerja Tahun 2009 – 2013 ……….. 7 1.4 Jumlah Industri Kerajinan Batako di Masing-Masing

Desa/Kelurahan Kecamatan Mengwi (Unit) ……….. 10 1.5 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Kerajinan Batako

Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Tahun 2009 – 2013 ………. 10 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel Kerajinan Batako di

Masing-Masing Desa/Kelurahan Kecamtan Mengwi

Kabupaten Badung ………. 44 3.2 Jumlah Unit Usaha Kerajinan Batako Berdasarkan

Kelompok Golongan Usaha di Kecamatan

Mengwi Kabupaten Badung……… 44 4.1 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 54 4.2 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Kelompok Umur ………. 55 4.3 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………. 55 4.4 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Modal ……….. 57 4.5 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

(5)

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Tingkat Upah ……….. 57 4.6 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Teknologi ……… 58 4.7 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Penyerapan Tenaga Kerja ……… 59 4.8 Distribusi Responden Industri Kerajinan Batako

di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan Produksi ………... 60 4.9 Ringkasan Jalur Koefisien ………... 64 4.10 Hasil Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak

(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Model Analisis Jalur (path analysis) ………... 46 4.1 Diagram Hasil Analisis Jalur Penelitian ……….. 65

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ………. 84

2. Kuesioner Penelitian ………. 85

3. Tabel Tabulasi dan Responden ………. 88

4. Hasil Uji Persamaan Struktural 1 ……….. 91

(8)

Judul : Analisis Pengaruh Modal Tingkat Upah Dan Teknologi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Serta Produksi Pada Industri Kerajinan Batako Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Nama : Agnes Febrina Putri NIM : 1206105005

Abstrak

Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang mewarnai perekonomian daerah. Pembangunan industri kecil dan menengah yang berkembang di Provinsi Bali mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat sumber daya alam dan kreativitas masyarakat pada bidang seni dan kerajinan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung program pembangunan daerah.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dengan responden pengusaha kerajinan batako yang ada di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Obyek pada penelitian ini meliputi modal,tingkat upah dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi batako. Teknik sampling yang digunakan adalah Proporsionate Stratified Random Sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 37 responden. Metode yang digunakan pada penelitian ini antara lain observasi, wawancara dan kuisioner. Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur path untuk menganalisis pengaruh langsung antara variabel satu dengan variabel yang lainnya dan uji sobel menganalisis pengaruh tidak langsung melalui variabel intervening.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui 1) Pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja, 2) Pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi, 3) Pengaruh langsung penyerapan tenaga kerja terhadap produksi, 4) Pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi melalui penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian secara langsung diperoleh kesimpulan bahwa modal, tingkat upah dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi. Variabel modal, tingkat upah, teknologi dan penyerapan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Sedangkan variabel tidak langsungnya dimana modal, tingkat upah dan teknologi tidak mempengaruhi produksi secara tidak langsung melalui penyerapan tenagakerja. Jadi penyerapan tenagakerja bukan sebagai variabel intervening yang memediasi variabel modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang mewarnai perekonomian daerah. Pembangunan industri kecil dan menengah yang berkembang di Provinsi Bali mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat sumber daya alam dan kreativitas masyarakat pada bidang seni dan kerajinan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung program pembangunan daerah. Jenis industri di setiap daerah berbeda, hal ini di pengaruhi oleh perbedaan karakteristik sumber daya yang di miliki oleh setiap daerah. Pengembangan usaha kecil di Provinsi Bali memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi usaha yang memiliki potensi yang dapat menjalankan kegiatan perekonomian di Provinsi Bali. Perkembangan usaha kecil di Provinsi Bali berjalan sejajar dengan perkembangan industri pariwisata. Perpaduan ini dapat menciptakan sesuatu yang baru yaitu dalam hal ini adalah industri kecil (kerajinan) tangan yang merupakan salah satu usaha dari berbagai usaha yang berkembang di wilayah Bali.

Provinsi Bali merupakan salah satu Provinsi yang memiliki sektor industri kecil yang berkembang sangat pesat. Karakteristik perekonomian Provinsi Bali sangat spesifik bila dibandingkan dengan provinsi lainnya dengan mengandalkan kepada pesona alam, seni, budaya, dan adat istiadat yang sudah terkenal dimancan negara. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan PDRB Provinsi Bali setiap

(10)

tahunnya meningkat di masing-masing sektor (Sudemen, 2009 : 394). Berikut dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Tabel. 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 – 2013 ( dalam persen ) NO Kab/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata 1 Jembrana 4,82 4,57 5,61 5,90 5,38 5,26 2 Tabanan 5,44 5,68 5,82 5,91 6,03 5,78 3 Badung 6,39 6,48 6,69 7,30 6,41 6,72 4 Gianyar 5,93 6,04 6,79 6,79 6,43 6,39 5 Klungkung 4,92 5,43 5,81 6,03 5,71 5,58 6 Bangli 5,71 4,97 5,84 5,99 5,61 5,63 7 Karangasem 5,01 5,09 5,19 5,73 5,81 5,37 8 Buleleng 6,10 5,85 6,11 6,52 6,71 6,29 9 Denpasar 6,53 6,57 6,77 7,18 6,54 6,66 Bali 5,33 5,83 6,49 6,65 6,05 6,07 Sumber: BPS Provinsi Bali 2014

Menurut Tabel 1.1 menunjukan bahwa PDRB Kabupaten Badung mengalami suatu peningkatan yang bertahap pada setiap tahunnya dari tahun 2009-2013. Hal ini menunjukan bahwa laju PDRB Kabupaten Badung terus berkembang dengan baik dan produk yang dihasilkan setiap tahunnya terus bertambah apabila dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena kebayakan sektor berpusat di Kabupaten Badung seperti sektor pariwisata, pertanian, pembangunan, industri dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan dan pendapatan antar daerah di Provinsi Bali, sebagai pusat perkembangan industri di berbagai sektor Kabupaten Badung sangat

(11)

memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan industri, sehingga dapat memberikan peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kondisi ini menunjukan bahwa perekonomian sedang berkembang, selain meningkatkan pembangunan industri dapat juga meningkatkan sumber daya manusia dengan kemampuan yang memanfaatkan sumber daya secara baik dan optimal.

Berkembangnya sektor industri kerajinan di Kabupaten Badung yang didukung dengan sektor pertanian, pariwisata, serta sektor jasa-jasa menjadikan Kabupaten Badung mampu bersaing dengan kabupaten–kabupaten yang ada di Provinsi Bali. Dalam sektor industri kecil Kabupaten Badung memiliki potensi untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya alam lokal dan kreativitas masyarakat pada bidang seni dan kerajinan yang sangat cukup memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program pembangunan daerah. Berkembangnya industri kecil yang sangat pesat sejajar dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata yang memberikan peluang pasar baik dalam lokal maupun internasional. Kabupaten Badung memiliki industri pariwisata yang dalam hal ini potensinya dapat dikembangkan sebagai pendukung berkembangnya pariwisata itu sendiri dan pembangunan daerah. Seperti Tabel 1.2 berikut dijelaskan PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2013

(12)

Tabel. 1.2 PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 – 2013 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 Pertanian, Perternakan 487,78 504,63 514,10 526,96 Pertambangan dan Penggalian 5,94 6,22 6,87 7,40 Industri Pengolahan 169,69 177,09 187,63 202,62 Listrik, Gas, Air Bersih 94,44 100,78 112,95 124,47

Bangunan 253,70 273,90 355,19 385,66

Perdagangan , Hotel dan Restoran 2.689,07 2.900,78 3.000,02 3.180,02 Pengangkutan dan Komunikasi 1.55,51 1.644,53 1.816,93 1.732,28 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 148,97 152.51 164,73 174,05

Jasa – Jasa 482,26 519,77 580,49 648,07

PDRB 5.886,37 6.280,21 6.738,91 7.170,97

Sumber: BPS Provinsi Bali 2014

Dapat dilihat dari Tabel 1.2 sektor industri bangunan dari tahun 2010-2013 meningkat dan memberikan sumbangan terhadap PDRB yang menunjukan peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa pada perkembangan sektor industri khususnya pada industri bangunan pada Kabupaten Badung yang memiliki pertumbuhan yang sangat baik, dan pada pertumbuhan sektor industri ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dan dapat menunjang pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor pariwisata dan sektor lainnya. Seiring dalam berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara– negara berkembang, angka pengangguran yang semakin meningkat pesat yang disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja dengan faktor–faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negri dan kebijakan lainnya yang pada akhirnya akan

(13)

mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah dan penyediaan lapangan kerja (Todaro,2000:307).

Pembinaan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan (public policy). Kebijakan ini berupa pembinaan teknis maupun kebijakan dalam peng-implementasi-an untuk setiap sektor potensial.Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peciptaan iklim usaha yang kondusif, efisien,dan efektif (Suharjono, 2003). Hubeis (1997) menyatakan bahwa negara selalu memiliki keterlibatan langsung yang signifikan dalam ekonomi melalui kepemilikan banyak usaha besar yang strategis. Setelah krisis ekonomi, pemerintah tetap melanjutkan untuk menjadikan pemain utama dalam berbagai sektor penting (infrastruktur, sektor keuangan, industri) yang berdampak pada pengembangan IKM. Dalam kajian mengenai IKM dengan meninjau hubungan mengenai tata kelola dan kinerja IKM yang selanjutnya akan dapat dijadikan basis data atas dasar arahan dalam mengembangkan IKM di Kabupaten Badung. Hasil kajian berikutnya akan ikut membantu mempercepat pemulihan dan penggerakan ekonomi secara luas di daerah dengan melibatkan masyarakat secara luas dan dapat mempercepat meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat daerah khususnya Kabupaten Badung.

Berkenaan dalam masalah yang terjadi pada industri batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung saat ini yaitu permasalahan pemasaran yang sering terjadi dalam perusahaan adalah muculnya persaingan bisnis saat ini karena perusahan batako banyak sekali yang bermunculan didaerah lingkungan

(14)

perusahaan yang tentunya bersaing ketat terutama pelayanan yang tepat waktu yang dijanjikan dan pemenuhan target pesanan terkadang tidak tercapai. Selain itu, terjadinya masalah kualitas, kurangnya tingkat pengawasan terhadap tenaga kerja sehingga kualitas batako kurang memenuhi standart yang diminta oleh konsumen sehingga menimbulkan komplen dari konsumen atas kualitas batako yang terjual dipasaran.

Selain permasalahan pemasaran dan kualitas, industri batako juga saat ini sedang mengalami masalah keterpurukan mengenai kenaikan bahan baku hingga 50 persen sedangkan angka penjualan mengalami penurunan, sehingga banyak pengusaha industri batako beralih untuk membeli batako dari luar Bali dan menjualnya kembali karena harga batako disana jauh lebih murah. Dalam hal ini terjadinya kenaikan bahan baku pembuatan batako memberikan dampak yang menimbulkan terjadinya penurunan omzet produksi terhadap perusahaan yang menyebabkan terjadinya pula penurunan terhadap tingkat upah karyawan. Dengan demikian banyak sedikitnya jumlah tenaga kerja yang diminta pada suatu industri sangat dipengaruhi oleh tingkat upah. Karena dengan semakin tingginya tingkat upah maka tenaga kerja yang diminta akan sedikit. Dalam hal ini suatu perusahaan atau industri mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut. Terkaitnya dalam hal ini maka perlu diketahui seberapa besar pengaruh modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja serta produksi pada industri batako di Kecematan Mengwi Kabupaten Badung.

Industri kerajinan batako ini merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses pembangunan properti yang sedang berkembang saat ini di

(15)

Bali. Dengan adanya industri kerajinan batako maka terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat yang berpendidikan rendah, mengurangi permasalahan pengangguran dan dapat memperbaiki permasalahan perekonomian disuatu wilayah. Dalam sektor kerajinan di Kabupaten Badung sangat memberikan dampak yang penting untuk menciptakan suatu lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja informal di Kabupaten Badung. Dalam perkembangan usaha industri kerajinan batako disetiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Badung berbeda–beda seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel. 1.3 Jumlah Industri Kerajinan Batako Per-Kecamatan Kabupaten Badung Di Hitung dari Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Tahun 2009-2013

No Kecamatan Unit Usaha

(Unit) Tenaga Kerja (Orang) 1 Abiansemal 9 49 2 Kuta Utara 3 13 3 Mengwi 37 301 4 Kuta Selatan 2 37 5 Petang 10 58 Total 61 458

Sumber : Disperindag Kabupaten Badung 2015

Berdasarkan tabel 1.3 dapat di lihat bahwa jumlah industri pada kerajinan batako yang terdapat di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung memiliki jumlah unit usaha sebanyak 37 unit usaha dan jumlah tenaga kerja sebanyak 301 tenaga kerja. Dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti Abiansemal, Kuta Utara, Kuta Selatan, dan Petang kecamatan Mengwi yang lebih banyak memiliki jumlah unit usaha dan lebih banyak menyerap tenaga kerja dalam industri kerajinan

(16)

batako. Dalam pengembangan industri kerajinan ini kendala yang sering dihadapi seperti lemahnya modal usaha, pengetahuan dan kurangnya keterampilan dari instansi yang terkait. Begitu pula dengan industri kerajinan batako ini belum sepenuhnya menggunakan alat–alat yang modern. Sehingga demikian hasil produksi belum dapat maksimal.

Sektor industri memiliki peran penting dalam hal ini terutama dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor industri dalam pembangunan nasional dari tahun ketahun menunjukan kontribusi yang signifikan. Peran sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing– masing subsektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional atau terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, peran sektor industri yang ditunjukan untuk memperkuat struktur ekonomi nasional dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, mereduksi kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang juga dapat diharapkan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan perkapita (Widiyanto, 2010;54).

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berupaya untuk meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan, dalam hal ini pemerintah berusaha mengembangkan sektor industri skala kecil, menengah maupun besar (Lia,2007:53). Pratama (2012) memaparkan bahwa industri kecil merupakan suatu kegiatan industri yang di lakukan atau di kerjakan di rumah-rumah penduduk yang pekerjanya merupakan keluarga sendiri yang tidak terikat dengan jam kerja dan tempat. Dalam perkembangan sektor industri kecil salah satunya merupakan sektor industri kerajinan yang pada saat ini

(17)

mampu meningkatkan PDRB yang dimana konsep kerajinan menurut Soeroto (1983) menjelaskan bahwa kerajinan merupakan suatu usaha yang produktif disektor non pertanian baik itu berupa mata percaharian pokok maupun mata pencaharian sampingan. Usaha kerajinan merupakan suatu kegiatan yang produktif non pertanian yang tumbuh melalui dasar dorongan dari naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk mempertahankan hidup atau memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut.

Terkait pada hasil kerajinan yang dimiliki khususnya Provinsi Bali industri mengenai kerajinan pembuatan batako merupakan suatu kerajinan yang tumbuh dan berkembang dengan baik yang hampir di setiap desa dari wilayah di Bali memiliki suatu industri usaha kerajinan ini. Dimana dapat dilihat dari sisi perkembangan perindustrian usaha kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sangat berkembang dengan baik apabila dilihat dari sisi unit usahanya dan jumlah penyebaran unit usaha disetiap desa atau kelurahan yang terdapat di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Pengembangan industri kerajinan batako ini tak luput dari variabel-variabel yang dipergunakan seperti modal,tingkat upah dan teknologi yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan produksi. Dimana dapat dilihat dari jumlah industri kerajinan batako disetiap desa atau kelurahan dan perkembangan kerajinan batako dari tahun 2009-2013 ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

(18)

Tabel. 1.4 Jumlah Industri Kerajinan Batako di Masing-Masing Desa/Kelurahan Kecamatan Mengwi Tahun 2009-2013 (Unit)

No Desa / Kelurahan Jumlah

1 Kapal 23 2 Lukluk 2 3 Sempidi 1 4 Mengwitani 4 5 Sobangan 1 6 Ayunan 1 7 Abianbase 2 8 Gulingan 1 9 Tumbak Bayuh 1 10 Perenan 1 Total 37 Sumber : Lurah 2015

Pada tabel 1.4 menunjukan bahwa hampir diseluruh desa/kelurahan terdapat industri kerajinan batako. Total dari seluruh industri yang tersebar di desa atau kelurahan di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung adalah 37 unit. Jumlah unit usaha kerajinan batako terbanyak tersebar di desa atau kelurahan Kapal yang berjumlah 23 unit lalu di Mengwitani terdapat 4 unit.

Tabel. 1.5 Perkembangan Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Kerajinan Batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Tahun 2009-2013

Tahun Unit Usaha (Unit) Tenaga Kerja (Orang)

2009 4 16 2010 6 44 2011 8 65 2012 9 82 2013 10 100 Total 37 301

Sumber: Disperindag Kabupaten Badung 2015

Berdasarkan tabel 1.5 menunjukan bahwa perkembangan industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dari tahun 2009 – 2013 mengalami peningkatan baik itu dalam jumlah unit usaha maupun jumlah

(19)

tenaga kerja. Dalam hal ini menunjukan bahwa industri kerajinan batako ini sangat membantu perekonomian daerah dengan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat yang berpendidikan rendah yang mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan dengan adanya industri ini maka mengurangi jumlah angka pengangguran yang ada.

Dalam hal ini agar suatu usaha indutri batako dapat dikatakan memenuhi syarat dalam melakukan suatu proses bidang usaha terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi industri tersebut tergantung pada modal, tingkat upah dan teknologi. Faktor-faktor tersebut sangatlah memiliki peran yang dalam penyerapan tenaga kerja yang maksimal terhadap suatu proses produksi pada industri kerajinan batako yang terdapat pada di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adapun beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung?

2. Bagaimna pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung?

(20)

3. Bagaimana pengaruh langsung penyerapan tenaga kerja terhadap produksi pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung?

4. Bagaimana pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi melalaui penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk menganalisis pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

2. Untuk menganalisis pengaruh langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

3. Untuk menganalisis pengaruh langsung penyerapan tenaga kerja terhadap produksi pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

4. Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung modal, tingkat upah dan teknologi terhadap produksi melalui penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

(21)

1.4Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat berguna serta dapat memperkaya ragam penelitian, dapat dipakai sebagai referensi dan dapat mengetahui mengenai informasi tentang teori modal, teori tingkat upah, teori teknologi, teori penyerapan tenaga kerja dan teori produksi pada industri kerajinan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi pemikiran kepada instansi pemerintahan daerah yang terkait dan kepada pengusaha kerajinan batako dalam membuat dan menentukan kebijakan – kebijakan yang sesuai dengan industri, ketenagakerjaan, dan untuk meningkatkan produksi pada industri kerajianan batako di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

1.5Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini disusun berdasarkan dengan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut :

(22)

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan kajian pustaka dan rumusan hipotesis. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai pengertian tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja teori dan produksi, konsep industri, industri kecil, teori modal, teori tingkat upah, teori teknologi dan serta hubungan-hubungan antara variabel.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan obyek penelitian, identivikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sapel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang berbunyi “Pengadilan perikanan berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara tindak pidana di

Pada variabel pengakuan profesional pendapat tertinggi terjadi pada akuntan pemerintah, pendapat tertinggi terhadap pasar kerja terjadi pada mereka yang berprofesi sebagai

Terlihatlah bahwa waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti yang terdapat pada pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada

Dari hasil penelitian Tugas Akhir ini, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa : pertama, salah satu jenis pembiayaan di KJKS binama Kaliwungu adalah BBA,

Perasaan senang dan puas atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat memicu motivasi dan kepatuhan bagi wajib pajak yang akhirnya dapat

DER dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil topik penelitian sistem informasi akuntansi dengan judul “Pengaruh Kecanggihan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pengetahuan dan pemahaman peraturan amnesti pajak, persepsi yang baik atas sistem amnesti pajak, tingkat