• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA

PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LUKIYANA ALFIANTI NIM 11613032

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA

PADA ANAK KELOMPOK A DI RAUDLOTUL ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LUKIYANA ALFIANTI NIM 11613032

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“ Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan, jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang disekitar, karena hidup hanyalah sekali, ingat hanya pada Allah apapun dan

(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan impianku, selalu ada bersama aku:

1. Untuk Alm. Ayah (Tulus Wahyono), makasih bapak sudah mendidik aku sampai aku menjadi sarjana, meski di proses belajar aku bapak pergi untuk selamanya tapi saya yakin bapak selalu nemani disetiap proses belajar aku dan makasih sudah menjadi ayah yang sempurna untuk anak-anak mu, doa ku tidak akan putuh untuk ayah tercinta aku.

2. Untuk ibu saya (Sukini), makasih ibu sudah selalu sabar menemani setiap proses belajar ku dimana saya melakah kamu selalu ada untuk menemani aku, Doaku selalu sehat dan selalu menemani aku terus ibu.

3. Untuk kakak-kakak aku, (Erwin diyas, Ferdila Andiri,Rima yuni, Endang susi, Rio yulianto) selalu memberi semangat pada adek mu ini.

4. Untuk adek saya, (Selly anjar, Devina putri maharani, Devina alzahra putri maharani, Adel lia putri maharani)yang selalu buwat saya tersenyum disaat lelah aku.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. adapun julul skripsi ini adalah” PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT

PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2017/2018”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Hrahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Bapak Wahidin, M. Pd. selaku Dosen pembimbing akademik.

(10)

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

6. Ibu Afinaturrosida, S.Pd.i selaku Kepala RA Masitoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung yang telah memberikan dukungan.

7. Alm.Ayah (Tulus Wahyono), terima kasih sudah menjadi ayah yang baik, meski diperjalan proses belajar ayah tidak menemani penulis dan melihat penulis menjadi sarjana,tapi penulis sudah mewujutkan cita-cita ayah semogga ayah melihat diatas saya. (mukin raga mu tak disamping penulis, tapi cinta dan kasih mu selalu menemani)

8. Ibu (Sukini), memberdukungan serta menemani penulisan Skripsi ini hingga selesai.

9. Erwin Dizas.S.E, Ferdilla Andri Y.S.E, Rima Yuni asih, Endang Susilo wati (kakak-kakak ) selalu member motivasi kepada penulis.

10. Premesti maharani, Devina Alzahra putri maharani, Selly anjar sari, (Adek yang selalu ada dalam pembuatan Skripsi ).

11. Sahabat-sahabat terkasih, Rioyulianto, Nurrehana, Anistia, lianurul, Lidia, Fatih, Bu Marini, Anissa, Erwin, Riza, dll terimakasih sudah menjadi yang terbaik. 12. Teman-teman Jurusan PIAUD angkatan 2013 di IAIN Salatiga yang telah

(11)
(12)

ABSTRAK

Alfianti,Lukiyana. 2017. (Peningkatan Kemampuan Berhitung Menggunakan Alat Permainan Edukatif Balok Angka Pada Anak Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Drs. Siti Asdiqoh M.Si

Kata kunci: berhitung, alat permainan edukatif balok angka

Pembelajaran berhitung menggunakan media balok angka di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 sangat membantu pelajaran anak, sebelum menggunakan balok angka proses belajar sangat menggalami kesulitan dan anak menjadi tidak bisa terkondisikan dalam pembelajaran berhitung setelah menggunakan balok angka anak lebih tanggap untuk belajar berhitung dan anak lebih bisa terkondisikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung menggunakan alat permainan edukatif balok angka di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang bergabung dalam kelompok A dan berjumlah 20 anak. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi dan tes lembar kerja anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.

(13)

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Berhitung Permulaan ... 17

1. Pengertian Berhitung ... 17

2. Tahapan dan Prinsip Kemampuan Berhitung ... 18

3. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung ... 22

4. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan ... 24

B. Alat Permainan Edukatif (APE) ... 28

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif ... 28

2. Manfaat Permainan Edukatif ... 29

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Terbentuk Anak... 30

(15)

BAB III KAJIAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 45

1. Profil Sekolah ... 47

2. Subjek Penelitian ... 52

B. Pelaksanaan Penelitian ... 54

1. Siklus I ... 55

2. Siklus II... 58

BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Per Siklus... 63

B. Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kurikulum 2014 Standar Kompetensi TK/RA... 24

Tabel 2.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong ... 49

Tabel 2.2 Daftar Nama Siswa Kelompok A………...52 Tabel 2.3 Indikator Variabel……… ... 54

Tabel 3.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 63

Tabel 3.2 Indikator Yang Diamati Tiap Siklus ... 64

Tabel 3.3 Hasil Penilaian Siklus I ... 65

Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 66

Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 67

Tabel 3.6 Hasil Penilaian Siklus II ... 68

Tabel 3.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 70

Tabel 3.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 70

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati

Lampiran 6 Lembar Observasi

Lampiran 7 Wawancara

Lampiran 8 Cacatan Lapangan

Lampiran 9 RKH

Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 11 Lembar Kerja Anak

Lampiran 12 SKK

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) atau earlychildhood education (ECE) adalah pendekataan pedagogis dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang dimulai dari saat periode kelahiran hingga usia enam tahun (Santi Danar, 2009:1).

Pembelajaran masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek kecerdasaan anak dapat di kembangkan dengan baik dan dapat dengan mudah menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa ini bila terjadi perkembangan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya periode kanak-kanak bagi seseorang inilah yang tepat sangat diperlukan. Stimulasi yang tepat ini akan membantu anak-anak ini tumbuh,berkembang dan belajar secara maksimal.

(19)

Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young Children), PAUD dimulai saat kelahiran hingga anak berusia delapan tahun (Santi Danar, 2009:1). Batita dan balita mengalami kehidupan secara menyeluruh di rentang usia itu dibanding periode-periode berikutnya. Aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa, dan pendidikan jasmani tidak dipelajari terpisah oleh anak yang masih sangat muda. Orang dewasa yang sudah lebih dulu dapat menolong diri sendiri akan membantu seseorang anak dalam masa perkembangannya dan diharapkan memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang masih merlukan bantuan.

Masitoh (2005:1) mengungkapkan bahwa Pendidikan di Roudhatul Alhfal merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di taman kanak-kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya. Sebagia salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan program pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya anak usia empat tahun sampai memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

(20)

dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, mereka butuh permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah (Masitoh dkk, 2005 : 2).

Alat-alat permainan hendaknya memenuhi syarat untuk mengembangkan berbagi keterampilan anak sesuai dengan tingkat usia dan memperhatikan sifat-sifat perkembangan, secara kreatif guru dapat membuat dan menggunakan alat permainan yang berasal dari lingkungan sekitar dan memanfaatkan barang-barang bekas ataupun media-media yang sudah ada atau tersedia.

Media yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung di Roudhatul Alhfal salah satunya dengan mengunakan media balok mencakup banyak sekali bangun geometric yang membuat anak akan membangun struktur-struktur yang sangat menarik dengan kreatifitasnya.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin mendorong upaya-upaya pembahasan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Sehingga alat permainan edukatif (APE) yang sederhana cenderung tersingkir dan hampir sirna. Bermain tidak harus mahal unsur mendidiklah yang harus diutamakan dan dapat belajar sambil bermain.

(21)

fungsi, topologi. Kemampuan berhitung memerlukan pengetahuan berfikir karena diperlukan pengolahan angka-angka dan memperlukan ketelitian, kosentrasi dan pemahaman konsep sederhana dalam kehidupan sehari.

Berdasarkan hasil observasi di Roudhatul Alhfal Masyithoh Nglondong kecamatan parakan kabupaten temanggung mengenai proses pembelajaran matematika khususnya pada aspek kemampuan berhitung, menekankan pengajaran yang berpusat pada guru. Ini dapat dibuktikan dengan adanya guru memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Sehingga kegiatan yang dilakukan menjadi terasa membosankan untuk anak, ini terlihat pada saat guru memberikan tugas pada anak untuk membuat gambar apel sesuai jumlah angka, hanya 11 anak dari 20 anak yang bisa menyelesaikannya dengan tuntas. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan memahami konsep bilangan anak didik kelompok A dalam menghubungkan angka sesuai gambar hanya 50%. Selain itu masih, kurangnya media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran berhitung.

(22)

paper- pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pembelajaran berhitung, guru memberikan perintah kepada anak agar mengambil buku tulis dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh kepada anak membuat beberapa buah, benda dan benda tersebut di beri lingkarang. Setelah itu, anak harus mengisi jumlah benda tersebut dengan sebuah angka yang cocok setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk membuatnya sendiri jumlah benda tersebut beserta angkanya sebanyak mungkin. Cara belajar inilah yang membuat anak-anak merasa jenuh atau bosan sehingga minta mereka pada kegiatan berhitung terlihat menurun.

(23)

Dari hasil observasi ini menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam menyebutkan dan mengurutkan lambang bilangan belum berkembang.

Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan Penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan judul “ PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF BALOK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A DI ROUDHLATUL ATHFAL MASYITHOH NGLONDONG KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017”

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan menggunakan alat permainan edukatif balok angka dapat mengembangkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Roudhatul Alhfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan kabupaten temanggung tahun pelajaran 2017?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui alat permainan edukatif balok angka dapat mengembangkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Roudhatul Alhfal Masyithoh nglondong kecamatan parakan kebupaten temanggung pada tahun pelajaran 2017.

D. Hipotesis Tindakan

(24)

melakukan pengecekannya, Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah: Alat permainan edukatif balok angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok A di Raudhlatul Athfal Masyithoh nglondong Kec.parakan Kab.temanggung Tahun pelajaran 2017.

E. Kegunaan Penelitian 1. Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca khususnya mengenai mengembangkan kemampuan berhitung anak melalui permainan balok angka pada anak didik Roudhatul Alhfal.

2. Praksis

Dapat mengembangkan kemampuan dalam menciptakan dan mengembangkan alat permainan edukatif dalam kegiatan belajar mengajar belajar, dapat memotifasi belajar anak, dalam kegiatan pembelajaran akan lebih aktif dan efisien.

3. Definisi Operasional

(25)

a. Kemampuan Berhitung

Menurut Munandar (1999:17) bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bahwa sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.

Senada dengan Munandar, Robin (1987:13) juga menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan di atas, dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya dini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan tugasnya.

Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak usia dini, guna untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan dating di masa sangat penting. Istilah kemampuan dapat didenfinisikan dalam berbagai arti, salah satunya menurut Munandar, ”kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (Susanto, 2011:97).

(26)

mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

b. Alat permainan edukatif

Alat permainan edukatif adalah sarana yang digunakan oleh anak untuk bermain, yaitu mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Jadi Alat permainan Edukatif digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar (kemendiknas tentang pengebangan APE) (Kemendiknas, 2010: 2).

c. Balok Angka

Balok –balok angka merupakan salah satu media visual yang terbuat dari kayu mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini. Balok-balok angka merupakan media yang diciptakan oleh Montessori pada tahun1909 (Hainstock, 1909:90).

(27)

balok yang berbeda dan anak lebih tertarik untuk bermain dan berhitung dengan Balok angka.

d. Anak usia dini

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahu. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan keperibadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:7).

Jadi yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah peningkatan kemampuan berhitung menggunakan alat permainan edukatif balok pada anak usia dini yaitu suatu upaya pembilangan yang ditunjukkan kepada anak dengan usia 4-5 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan dengan menggunakan balok untuk membangun sebuah menara dengan belajar menghitung dari angka 1-10 yang mana dapat mewujudkan dan membantu perkembangan berhitung serta anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.

4. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

(28)

dengan tugas guru dilapangan. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi (Suwandi, 2008:25).

Gambar 1: Riset Aksi Model John Elliot Sumber : Belajar Bersama Penelitian Aksi 2. Subjek Penelitian

(29)

untuk belajar di tahap yang lebih tinggi untuk itu peneliti mencoba mencari suatu solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dengan berhitung dengan balok .

3. Langkah-Langkah Penelitian

Menurut Yanto (2013:40) tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan penting, yaitu :

a. Perencanaan

1) Membuat konsep atau skenario pembelajaran dengan penerapan berhitung dengan balok angka yaitu membuat (RKH) Rencana Kegiatan Harian.

2) Membuat susunan dengan menggunakan balok angka.

3) Menyiapkan lembar tes buatan peneliti atau lembar penugasan, yang mana hasil penugasan dari anak didik tersebut akan diberi nilai dan dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.

4) Membuat pedoman observasi b. Tindakan

(30)

c. Tahap pengamatan

Pada tahap ini segala aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan dinilai, kemudian dianalisis untuk dijadikan umpan baik. Pengamatan tersebut meliputi beberapa indikator yang telah ditentukan penulisan secara terlampir.

d. Tahapan Refleksi

Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan penelitian, tahap refleksi meliputi :

1) Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

2) Evaluasi hasil observasi.

3) Analisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan siklus I untuk dilakukan perbaikan pada siklus II.

4. Instrumen Penelitian

Instrument pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah :

(31)

b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa penugasan menyusun balok sambil berhitung susunan balok yang dilakukan oleh anak, tes pembuatan tersebut untuk mendapatkan data kuaaltatif berupa nilai.

c. Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajran berlangsung secara bersamaan, yaitu anak didik tidak diperintahkan untuk melkukan tugas dengan perintah guru dalam menyusun balok.

e. Pengumpulan Data

Ada sejumlah metode pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu peneliti harus memilih metode yang tepat. Adapun metode yang digunakan peneliti antara lain, yaitu :

a. Tes

Tes Tanya jawab digunakan peneliti untuk mengukur hasil belajar siswa. Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan dan lembar soal. b. Observasi

(32)

c. Dokumentasi

Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis, dimana anak didik melakukan kegiatan sehari-harinya. Strategi ini menurut Sukardi (2009: 81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa.

f. Analisis data

Analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga bisa dipahami, dan juga untuk membuat kesimpulan. Data telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Utuk mengetahui prosentase kemampuan berhitung maka data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian penulisan menggunakan penelitian dengan kode yaitu: BB (Belum Muncul), MM (Mulai Muncul), BSH (Berkembangn Sesuai Harapan, BSB (Berkembang Sangat Baik).

Rumusan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan berhitung anak sebagai berikut (Purwanto, 2006:102)

(33)

4 (empat) tingkatan data di interpresentasikan sebagai berikut: a. Kriteria Belum Muncul yaitu 0 % - 29 %

b. Kriteria Mulai Muncul yaitu 30 % - 59 %

c. Kriteria Berkembang Sesuai Harapan 60 % - 79 % d. Kriteria Berkembang Sangat Baik 80 % - 100 % 5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta memperjelas penulisan dan pembaca maka penulisan skripsi membuat sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan ini berisi ,latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan ,kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian pustaka ini membahas kemampuan berhitung pada anak, pengertian alat permainan edukatif, pengertian alat permainan edukatif balok angka.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian ini berisi tentang gambaran umum lokasi, subyek penelitian, penyajian data, dan diskripsi pelaksanaan siklus. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan.

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Berhitung Permulaan

1. Pengertian Berhitung

Kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan

kemampuannya anak dapat meningkat ketahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.

Kemampuan anak prasekolah dalam fase-fase perkembangannya perlu diimbangi oleh berbagai faktor, yaitun intern dan ekstern anak ini, di antaranya faktor intern yang berupa inteligensi, karena inteligensi sangat penting dalam proses belajar mengajar, peranan inteligensi dapat menentukan pertumbuhan kecerdasan seseorang. Kemampuan yang berkembang dalam perkembangan intelegensi adalah kemampuan matematis dan kemampuan bahasa. Kemampuan matematis menuju ke arah

(35)

Pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat jangan sampai dapat merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar matematika melalu cara yang sederhana dengan suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak anak akan terus berlatih dan berkembang bahkan anak dapat menyenangi

pelajaran matematika.

2. Tahapan dan Prinsip Kemampuan Berhitung

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan, kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk mengunakan ketrampilan berhitung. Tahapan yang dapat

dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika ,misalnya: tahap penguasaan konsep, tahap transisi, dan tahap pengenalan lambing (Depdiknas, 2000: 7-8).

Pertama, tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna ,bentuk,dan menghitung bilangan.

(36)

adalah di mana setelah memahami sesuatu secara abstrak, maka anak dapat

dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.

Konsep pengurangan dan penjumlahan dapat dilakukan dengan menggunakan permaian yang disesuaikan dengan kemampuan anak, dan melibatkan kreativitas guru atau pembimbing dalam minikatkan permainan agar hasil dari permainan ini sesuai dengan yang diharpkan.

Tahapan bermain hitung atau matematika atau anak usia dini, dengan mengacu pada hasil penelitian (Jean Piaget, 2014:12) tentang intelektual, yang menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan kegiatan berhitung / matematika pada anak usia taman kanak-kanak akan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Tahap kosep/pengertian

Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda- benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan menghitung –hitung ini harus dilakukan dengan memikat,sehingga benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan

(37)

b. Tahap transmisi/peralihan

Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari konkret kelambang, tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.

c. Tahap lambang

Kegiatan di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tahap paksaan, yakin berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.

Selanjutnya Gagne (1977:16), menyatakan sembilan tahapan pengelolaan yang esensial dalam belajar yang disebut fase belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a) persiapan untuk belajar; b) perolehan dan perbuatan, dan c) alih belajar. Fase belajar ini penting diperhatikan yang selalu ada dalam proses belajar yang diterapkan secara lainan dalam kondisi belajar. Tahapan informasi dalam belajar yang diterapkan Gagne selalu ada dalam proses belajar dan sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

(38)

beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu: (1) dimulai dari menghitung benda; (2) berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit; (3) anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri; (4) suasana yang menyenangkan; (5) bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh – contoh; (6) anka dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungny, (7) evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan. Prinsip-prinsip berhitung ini penting diperhatikan agar anak dapat dengan mudah memahami konsep berhitung dengan baik. Anak akan menyenangi kegiatan berhitung menjadi lebih bermakna (Depdiknas, 2000:8).

Prinsip-prinsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran yang disenangi dinilai dari hati

nuraninya sehingga anak akan merasa membutuhkan karena mengasyikkan dan cara mengajarkan nya pun harus tepat.

3. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung

Pengembangan kemampuan berhitung permulaan pada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam mengenalkan dan

(39)

Menurut (Renew,2002:1) metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan dengan permainan–permainan yang menyenagkan, suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak akan belajar angka dengan cara yang kreatif dalam suatu permainan

berdasarkan tahap-tahap tertentu.

Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir anak serta mampu memecahkan masalah. Gordon & Browne dalam Moeslichatoen (Depdiknass, 2000: 8-9) mengemukakan tiga macam pola kegiatan yang dapat dilakukan agar tujuan dari metode yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tiga macam pola kegiatan tersebut adalah:

a. Kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru

b. Kegiatan berpola semi kreatif

c. Kegiatan berpola kreatif

Kegiatan dengan pengarahan oleh guru yaitu kondisi dan kegiatannya berada dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan berpola semi kreatif, yaitu guru memberi kebebasan kepada anak untuk membuat sesuatu dan kegiatan berupa kreatif, dengan cara menghadapkan anak pada berbagai masalah yang harus dipecahkan. Pola ini

(40)

Untuk memperoleh hasil berlajar yang optimal, penerapan metode pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan metode lainnya, Metode yang dimaksud di antaranya: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan atau eksperimen, bercakap- cakap, bercerita, praktik langsung. Metode - metode ini dapat dipilih kemudian dikombinasikan dengan metode lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemampuan anak pada saat itu di beri pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran berlangsung.

Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip perkembangan berhitung pada anak, metode yang dikombinasikan dengan media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan balok angka untuk mengenalkan konsep perjumlahan dan pengurangan.

4. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung

(41)

Tabel 1.1 Kurikulum 2014 Standar Kompetensi TK/RA

Membilang atau menyebut urutan bilangan dari 1-20

Membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda 10

Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda

Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis)

Membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama lebih banyak dan lebih sedikit

Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10

Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan. Misalnya merah, putih dan biru. Meniru pola dengan menggunakan berbagai benda

Sumber: Depdiknas, 2004:22-23

(42)

antara lain anak menggunakan kata-kata untuk menyatakan suatu benda, menghitung secara sederhana , anak secara konkret dapat melakukan perbandingan lebih tinggi dan lebih banyak, pada tahap permulaan pra operasional, anak masih sukar melihat hubungan dan mengambil kesimpulan secara konsisten

Sesuai dengan petunjuk dari Depdiknas, setiap pengelola tenaga pendidik TK/RA wajib menggariskan tentang karakteristik perkembangan intlektual anak, khususnya pada anak 4-6 tahun yaitu:

a. Membentuk permainan secara sederhana.

b. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat. c. Menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan.

d. Menyebut dan membilang 1-10

e. Memahami lambing bilangan.

f. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan. g. Memahami konsep sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. h. Memahami penjumlahan dengan benda-benda.

i. Memahami waktu dengan menggunakan jam.

j. Menyusun kepingan puzzle secara sederhana menjadi utuh. k. Memahami alat-alat untuk mengukur.

l. Memahami sebab akibat.

(43)

Poin-poin petunjuk teknis di atas dapat ditegaskan, bahwa para pengelola tenaga pendidik anak usia dini dalam program pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan, maka terlebih dahulu perlu memahami karakteristik perkembangan intelektual anak itu sendiri. Selain itu, jangan lupa model pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berhitung permulaan ini juga harus dikemas dalam bentuk bermain. Menurut para ahli psikologi, bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Faktor-faktor yang memengaruhi permainan anak ini, yaitu: kesehatan, inteligensi, jenis permainan, lingkungan, dan status sosial ekonomi. Faktor-faktor ini akan memengaruhi perkembangan anak dalam memahami berhitung permulaan.

(44)

memahami konsep bilangan melalui permainan sangat penting karena dengan permainan anak akan dapat cepat memahami maksud dari pembelajaran tersebut (Hurlock, 1978:51-52).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas maka program pengembangan kemampuan berhitung permulaan di anak memiliki tujuan untuk memperkenalkan anak dalam mengunakan hitungan. Materi tersebut terdapat dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi taman kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Materi yang diberikan di antaranya: membilang, menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda )sampai 10, membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda – benda, menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda hingga 10 (anak tidak disuruh menulis), membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak, lebih sedikit, menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10; memperkirakan urutan berikutnya setelah memiliki bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan, merah, putih dan biru, meniru pola dengan menggunakan benda.

A. Alat Permainan Eduktif Alat Permainan Edukatif 1. Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)

(45)

digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar, artinya alat dan bermain itu sendiri merupakan sarana belajar yang menyenangkan. Dengan menggunakan alat permainan edukatif anak akan bermain dan bereksplorasi sesuai kebutuhan dan perkembangannya. Kegiatan main bereksplorasi yang menyenangkan akan membawa mereka kepada pengalaman yang positif dalam segala aspek, seperti aspek pengmbangan keimanan dan ketaqwaan, daya cipta, kemampuan berbahasa, keterampilan, kemandirian, bersosialisasi, serta kemampuan jasmani dan kemampuan lainnya. Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permaian yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak (Kemendiknas. 2010:2).

2. Manfaat Ape

Stimulasi untuk motorik halus diperoleh pada saat:

a. Stimulasi untuk motorik halus diperoleh pada anak meraih dan mengambil mainan, meraba, memegang, dengan kelima jarinya dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapatkan anak saat menggerak-gerakan mainannya, melempar, mengangkat, dan lain sebagainya.

(46)

c. melakukan aktivitas fisik lainnya sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.

d. Anak dilatih untuk berfikir logis dengan mengikuti urutan atau aturan sederhana sesuai dengan permainan yang dimainkannya, dimana anak dapat berfikir secara logis untuk menentukan suatu keputusan antara satu konsep dengan konsep lain dari mainannya, missal dalam menyusun balok anak akan berfikir bahwa balok yang besar lebih baik jika diletakan dibagian bawah sebagai pondasi sehingga tidak mengganggu keseimbangan bangunan yang dibuatnya.

e. Mengenal konsep sebab akibat anak akan belajar konsep-konsep sederhana tentang sebab dan akibat sesuatu.

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif Yang Tepat Buat Anak Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih APE yang tepat buat anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu pendidik harus mengetahui criteria memilih alat permainan edukatif, antara lain:

a. Mengandung unsur pendidikan.

b. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.

c. Dasar pemilihan alat permainan edukatif adalah minat dan kebutuhan anak terhadap mainan tersebut.

(47)

e. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak. Permainan tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah bagi anak. f. Dasar permilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan

fisik dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan berdasarkan usia. Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang umurnya sama dapat saja berbeda.

4. Penggunaan Dan Pengembangan Alat Permainan Edukatif a. Karakteristik Anak

Alat permainan edukatif sesuai dengan kebutuhan anak yang bermain maka dalam membuat dan menggunakan atau menghidangkannya, pendidik perlu tahu karakteristik anak yang akan menggunakan APE tersebut.

1) Usia 0-6 bulan

Masa umum ini secara umum anak mengeksplorasi lingkungan memalui suara, pengamatan & sentuhan. Oleh karena itu anak membutuhkan alat permainan edukatif obyek yang dapat bergerak, berwarna kontras, bersuara dan memiliki aneka tekstur.

2) Usia 7-12 bulan

(48)

3) Usia 12-18 bulan

Anak mulai menyukai tantangan untuk melakukan manipulasi & eksperimentasi, serta mnikmati dongeng sehingga APE yang dibutuhkannya antara lain buku bergambar, kotak musik, puzzle, menara gelang.

4) Usia 18-24 bulan

Anak menghabiskan waktu dengan alat permainan yang dapat dikelola bebas oleh dirinya sendiri sehingga pendidik dapat menghidangkan APE antara lain : boneka yang dapat diberi baju, martil kayu, balok geometri, instrtument music.

5) Usia 2-31/2 tahun

Anak seusia ini umumnya menyukai bongkar pasang dan benda yang menguji kemampuan seperti lego, playdough, sosiodram. 6) Usia 31/2-5 tahun

Anak seusia ini senang bermain bersama teman sebaya, permainan fisik, dan serba ingin tahu.

7) Usia 5-7 tahun

(49)

b. Konsep Pengetahuan

Konsep pengetahuan harus dikembangkan pada anak usia dini, terutama pada kegiatan bermain anak. Saat menghidangkan alat permainan untuk anak pendidik sudah tahu konsep pengetahuan apa yang akan dikembangkan dengan menggunakan ape yang bersangkutan. Untuk itu pendidik harus memberikan dukungan penggunaan alat main dan dukungan ketika anak sedang main dengan alat tersebut (Pentignya kreatifitas menentukan Ape).

c. Permainan Balok Angka

Konsep bermain balok pertama kali dikembangkan oleh Caroline Pratt, 1890. Dengan keahliannya mengolah kayu, Caroline menciptakan pendekatan belajar memalui balok. Dengan bantuan balok anak menggunakan seluruh kekuatan mentalnya, menemukan hal-hal yang berhubungan dan membuat kesimpulan-kesimpulannya, ia belajar untuk berpikir (Pratt, 1948: 31-32).

(50)

dan biru. Setiap segmen warna merah dan biru mewakili jumlah 1 balok. Balok pertama yang mempunyai ukuran terpendek adalah merah. Balok kedua adalah duakali ukuran balok yang pertama dengan setengah balok berwarna merah dan setengahnya berwarna biru. Balok ketiga adalah tiga kali urutan pertama dan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama berwarna merah, biru dan merah. Semua batang lainnya dibagi dengan cara yang sama dengan warna merah dan biru. Bagian pertama selalu berwarna merah, begitu seterusnya samapai pada balok nomor 10.

Angka-angka pada balok juga terbuat dari kayu yang terdiri dari angka 1 sampai 10. Setiap angka berwarna hitama.Balok-balok angka merupakan media yang diciptakan Montessori (1909:20) yang pada waktu itu untuk pembelajaran sensoris anak. Menurut Montessori latihan sensoris sangat penting dalam mempelajari dasar-dasar aritmatika. Pada tahun-tahun awal seorang anak mempunyai masa sensitif sehinga dibutuhkan stimulus-stimulus untuk mengembangkannya. Prinsip dari metode yang digunakan digunakan adalah kekonkretan dan latihan hidup praktis (Hainstock, 1999:95).

(51)

1) One-to-one correspondences

Korespondesi satu-satu adalah cara dimana anak mulai memahami tentang konsep bilangan dengan cara mencocokkan item yang sesuai dengan item yang lain. Pada tahap ini anak menyebutkan satu balok dengan menunjuk balok yang jumlahnya satu, menyebutkan 2 balok dengan menunjuk balok yang jumlahnya dua dan lain-lain Essa (2001-299).

2) Rote counting

Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka, membilang yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka.

3) Rotional counting

Menghitung rasional dimana anak secara akurat menempel nama angka untuk serangkaian objek yang dihitung, sehingga anak mengerti makna angka dan pengenalannya.

Menurut Bredekamp & Copple anak usia 5-6 tahun dapat memilih balok berdasarkan warna, bentuk dan ukuran, anak dapat menyusun balok berdasarkan urutan paling kecil hingga paling besar atau bedasarkan urutan angka terkecil hingga angka terbesar.

(52)

coklat pada eskrim dan terarik untuk menulis angka bilangan dan mempelajari bilangan (Shopian,1995:393).

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa balok-balok bukan hanya alat untuk bermain tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai filosoifi belajar dengan bermain balok sebagai alatnya. Anak belajar tentang geometri seperti eksplorasi berbagai ukuran (besar-kecil, panjang- pendek) dan bentuk-bentuk tiga dimensi. Proses ini terjadi saat anak bermain balok dengan berbagai ukuran. Merujuk potensi yang di munculkan dalam permainan balok diantaranya mengandung unsur pengukuran, ketepatan dan perencanaan maka secara langsung maupun tidak langsung permainan balok dapat mendukung kecerdasan logika matematika anak.

Penggolongan atau klasifikasi mengelompokan benda-benda yang serupa atau memiliki kesamaan adalah salah satu proses yang penting untuk mengembangkan konsep bilangan. Menurut (Ginsburg & Seo,1999:35) supaya anak usia 5-6 tahun mampu menggolongkan atau menyortir benda-benda mereka harus mengembangkan pengertian tentang saling memiliki kesamaan, keserupaan dan perbedaan.

(53)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa permainan dengan menggunakan balok angka dapat membantu anak untuk mengidentifikasikan angka sesuai jumlah benda yang mereka hitung.

B. Anak Usia Taman Kanak-kanak dan Roudhlatul Athfal

1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal

Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun, namun bila dilihat dari jenjang pendidikan di Indonesia, maka yang termasuk kelompok anak usia dini adalah pendidikan keluarga, pendidikan tempat penitipan anak, kelompok bermain, taman kanak-kanak dan roudhatul athfal atau prasekolah dan sekolah dasar kelas awal.

Tahun-tahun prasekolah adalah tahun awal masa kanak-kanak dan tahapan diletakkannya dasar struktur perilaku kelompok. Anak sekolah adalah pribadi yang mempunyai potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. (Harlok, 1978:26). Menurut Biechler dan Snowman anak Taman kanak-kanak & Raudhlatul Athfal dapat disebut juga anak prasekolah yaitu anak yang berusia 3-6 tahun (Patmonodewo 2003:19).

2. Ciri-ciri Anak Taman Kanak-kanak dan Roudhatul Athfal

(54)

sedang dilalui oleh anak tersebut. Anak taman kanak-kanak dam roudhatul athfal juga merupakan awal masa kanak-kanak dan memiliki fase kehidupan dengan karakteristik khas.

Kartini kartono (1995:109) mengungkapkan ciri khas pada masa kanak-kanak sebagai berikut.

a. Bersifat egoisentris naif

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit, Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam kehidupan orang lain.

b. Relasi sosial yang primitive

Relasi sosial yang primitife merupakan akibat dari sifat egoisantris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginnya sendiri

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hamper tidak terpisahkan

(55)

Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspikannya secara terbuka.

d. Sikap hidup yang fisiognomis

Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmain dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.

Snowman dalam Patmonodewo (2003:32-36), anak usia TK & RA atau prasekolah memiliki sejumlah ciri yang dapat dilihat dari fisik, sosial, emosi dan kognitif.

a. Ciri Fisik

(56)

2) Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat akif, maka bisanya setelah melakukan banyak aktivitas anak memerlukan istirahat walaupun kadangkala kebutuhan untuk beristirahat ini tidak disadarinya.

3) Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari dan tangan. Dengan demikin anak usia prasekolah belum bisa melakukan aktivitas yang rumit seperti mengikat sepatu.

4) Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil ukurannya sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.

5) Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak sehingga berbahaya jika terjadi benturan keras.

6) Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.

b. Ciri sosial

(57)

2) Anggota kelompok bermain jumlahnya kecil dan tidak terorganisir dengan baik. Oleh karena itu kelompok tersebut tidak bertahan lama dan cepat berganti-ganti.

3) Anak yang lebih kecil usianya seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar usianya.

4) Pola bermain anak usia prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender.

5) Perselisihan sering terjadi, tetapi hanya berlangsung sebentar kemudian hubungannya menjadi baik kembali. Anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku agresif dan perselisihan. 6) Anak usia prasekolah telah mulai mempunyai kesadaran terhadap

perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan. Dampak kesadaran ini dapat dilihat dari pilihan terhadap alat-alat permainan.

c. Ciri emosinal

(58)

d. Ciri kognitif

Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Pada umumnya mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.

Menurut Adi (2009:10) karakteristik yang nampak pada anak TK &RA adalah sebagai berikut.

a. Fisik

Anak akan menunjukkan kemampuan tentang kelenturan otot dan menggerakkan anggota tubuhnya untuk memantapkan gerakan dasar, mengembangkan keseimbangan diri dan dapat mengurus dirinya sendiri serta membuat berbagai bentuk dengan menggunakan berbagai media.

b. Daya cipta

(59)

c. Bahasa dan komunikasi

Anak dapat berkomunikasi secara lisan, menjawab pertanyaan, bercerita, memberi informasi dan menulis dengan simbol-simbol yang mengembangkan serta untuk memperkaya perbedaharaan kosakata. d. Sosial-emosional

Anak sudah dapat mengadakan hubungan dengan orang lain, terbiasa untuk bersikap sopan santun, mematuhi peraturan dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar.

e. Moral dan nilai-nilai agama

Anak sudah mulai percaya akan ciptaan Allah, mencintai sesama dan dapat mematuhi aturan yang menyangkut etika perbuatan. f. Seni

Anak dapat mengungkapkan gagasan dan daya ciptanya dalam berbagai bentuk.

(60)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung

Roudhlatul Athfal Masyithoh Nglondong berdiri pada 21 April 2001 oleh para tokoh kementerian agama dan para masyarakat Nglondong antara lain Bapak Choirun, Bapak Rohmat, H. Masduqi dan H. Mastur.

Pada awal berdirinya kegiatan belajar mengajar berlangsungan di rumah penduduk, yaitu rumah bapak Masduqi yang di pinjam oleh Raudhatul Athfal Masyithoh Nglondong, namun letaknya kurang strategis. Proses pembelajaran yang sangat sederhana dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Administrasi yang diterapkan juga sangat sederhana, belum ada komputerisasi, segala bentuk laporan masih berupa tulisan tangan, bahkan hanya ada satu guru yang mengajar. Jumlah siswa pada awal berdiri sangatlah sedikit, yaitu 12 siswa saja. Namun lambat laun siswa semakin bertambah dan rumah rumah yang ditempati untuk kegiatan belajar mengajar pun sudah tidak muat lagi.

(61)

gedung baru untuk memajukan RA Masyithoh Nglondong, pada tahun 2001 pembangunan telah jadi dengan 3 ruangan yaitu kantor, kelompok A dan kelompok B.

Pada tahun 2003 pihak sekolah mengajukan proposal kepada Kantor Gubenur Jawa Tengah melalui Disdikpora Kabupaten Temanggung dan Kantor Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah untuk membangun pagar keliling. Pada tahun 2005 dana tersebut terealisasi.

(62)

2. Profil Sekolah

Profil atau identitas sekolah adalah sebagai berikut :

No Nama Identitas Keterangan

1 Nama Sekolah Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong

2 Provinsi Jawa Tengah

3 Kabupaten Temanggung

4 Kecamatan Parakan

11 Status Bangunan Milik Sendiri

12 Akreditasi B

13 Tahun Pendirian Sekolah 2001

14 Ijin Pendirian Ada

15 Status Sekolah Swasta 16 Tahun Beroperasi 2001

3. Letak Geografis RA Masyithoh Nglondong

Lembaga pendidikan RA Masyithoh Nglondong tepatnya berada di Desa Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung dengan kode pos 56254. 4. Visi, Misi dan Tujuan RA Masyithoh Nglondong

a. Visi

Adapun visi RA Masyithoh Nglondong, yaitu:

“Mengembangkan potensi anak secara sehat, cerdas dan mandiri berdasarkan keimanan dan ketawaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”

(63)

Adapun misi RA Masyithoh Nglondong, yaitu: 1) Membiasakan hidup bersih dan sehat

2) Membiasakan anak berperilaku sopan, ramah dan budi pekerti yang luhur 3) Menanamkan rasa percaya diri

4) Melatih kemandirian dan kedisiplinan 5) Merangsang kecerdasan dan kreativitas anak

6) Melaksanakan pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar c. Tujuan

1) Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai Agama Islam dalam jiwa anak sejak dini melalui pembiasaan beribadah agar dikemudian hari menjadi anak yang beriman kuat dan berakhlak mulia.

2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui berbagai kegiatan edukatif, eksploratif, kreatif dan menyenangkan agar anak memiliki keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang bermanfaat dimasa mendatang.

3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kualitas yang baik secara intelektual dan religius.

5. Keadaan Guru

(64)

Table 2.1 Daftar Nama Guru Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong No. Nama Tanggal Lahir Tanggal Mulai Tugas 1 Afinaturrosidah, S.Pd 25/08/1975 21 April 2001

2 Mustaqimah 05/07/1967 21 April 2001 3 Rodliyatun 14/04/1969 21 pril 2001

6. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi RA Masyithoh Nglondong terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Gambar Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong

7. Tata Tertib dan Pembiasaan di RA Masyithoh Nglondong a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal

b. Bel masuk sekolah jam 07.30 WIB

Penasehat

Fikriyah

Kepala RA

Afinaturrosidah, S.Pd

Komite

Marliyah

Guru B

Rodliyatun Guru A

Mustaqimah

Siswa

(65)

c. Berbaris sebelum masuk kelas

d. Guru mendampingi anak dalam barisan

e. Anak masuk kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru f. Absen

g. Duduk di kelas dengan rapi h. Memberi salam

i. Berdoa sebelum kegiatan dimulai

j. Bernyanyi, bercerita, bertepuk berirama sebelum pembelajaran

k. Masuk ke inti pembelajaran yang mana materi telah disiapkan oleh guru l. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak didik m. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak lingkungan harus

nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama n. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan

o. Membaca doa sebelum makan

p. Selesai makan, anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebayanya

r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki tetap bersih s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai

digunakan

(66)

u. Setelah selesai jam istirahat, anak masuk kelas dengan rapi dan mengembalikan sandal pada rak yang telah disediakan

v. Anak dan guru memulai pelajaran kembali yang mana pembelajaran harus bersifat ringan, hanya sekedar mengevaluasi pelajaran inti dan menyampaikan pesan serta nasehat kepada anak yang bersifat penanaman akhlak atau moral anak

w.Selesai pelajaran, anak berdoa pulang dan mengucapkan salam x. Anak dengan rapi berjabat tangan kepada guru

y. Anak keluar kelas dengan rapi dan memakai sepatu sendiri 8. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 20 anak yang terdiri 9 laki-laki dan 11 perempuan.

Table 2.2 Daftar Nama Siswa RA Masyithoh Nglondang

No. Nama Tempat Tanggal Lahir

(67)

15 Gilang Kurniawan Temanggung, 9 September 2012 16 Deva Reza Pratama Temanggung, 6 Juni 2012 17 Fiyan Panji .P. Temanggung, 24 Maret 2012 18 Nafisa khazanah Temanggung, 2 November 2012 19 Bayu Aji Seswanto Temanggung, 1 November 2012 20 Hanifah Atinanur Temanggung, 24 April 2012 B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pada tindakan dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi adapun indikator yang di nilai pada pra siklus tindakan ini adalah: membilang/menyebut urutan bilangan 1-10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10, menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan, meniru pola dengan menggunakan berbagai benda.

Tabel 2.3 Indikator Variabel No Pencapaian Prosentase Hasil

Belajar Kemampuan

1. Membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda – benda sampai 10

4. Membilang (mengenal) konsep bilangan dengan balok sampai 10

- - BSB

Jumlah 20 100% -

(68)

mencapai MM 10 anak, dan baru 6 anak yang mencapai BSH sedangkan yang mencapai BSB belum ada.

Sebelum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan, karena indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam pembelajaran ini adalah 95%.

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada semester I. pada tanggal 17 Juli 2017. Pada siklus ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

Tahap ini peneliti menyusun semua persiapan untuk pelaksanaan proses pembelajaran yaitu pembuatan RKH yang mengacu pada RKM. Dan tema serta sub tema. Tema yang diangkat pada penelitian ini adalah tema Binatang sub tema macam-macam binatang.

Adapun media atau alat untuk meningkatkan kemampuan berhitung adalah balok angka yang aman untuk anak-anak. Metode yang akan digunakan adalah praktik langsung menggunakan media balok angka tanya jawab demonstrasi. Waktu yang digunakan mulai dari pukul 08.00 - 09.00 WIB.

2. Pelaksanaan

(69)

Kegiatan dalam siklus I ini adalah pembelajaran melalui media balok angka, yang dimulai sebelum anak-anak masuk kelas yaitu:

a) Kegiatan Awal (30 menit) 1) Guru mengucapkan salam

2) Membaca Al Fatihah dan Asmaul Husna 3) Absensi

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari b) Kegiatan Inti

1) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini tentang angka 2) Guru menjelaskan tentang berhitung dengan balok angka

3) Guru memberikan tugas secara individu, terkait pembelajaran berhitung dengan balok angka dengan pengurangan dan penjumlahan.

c) Istirahat

Sebelum istirahat yang dilakukan anak yaitu: 1) Anak mencuci tangan secara bergantian 2) Membaca doa sebelum makan

3) Makan bersama-sama di dalam kelas 4) Berdoa setelah makan

(70)

1) Guru mengajak anak untuk bernyanyi berhitung dengan jari 2) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dari awal hingga akhir 3) Guru menutup kegiatan belajar mengaja dengan doa dan salam. 3. Pengamatan

Selama pembelajar kemampuan berhitung dengan menggunakan balok angka berlangsung peneliti dan guru mengamati proses kegiatan tersebut. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pengamatan untuk mengetahui perkembangan kemampuan berhitung anak yang terdiri dari keaktifan, motivasi dan semangat. Observasi ini berpedoman pada indikator yang terdapat pada lembar observasi yaitu: membilang/menyebut urutan bilangan 1-10, membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10.

4. Refleksi

Hasil pengamatan dilapangan dijadikan sebagai pedoman penelitian untuk melakukan refleksi pada permasalahan yang muncul sehingga dapat mencari solusi terhadap masalah tersebut.

Pada siklus ini masih banyak kelemahan, diantaranya:

a. Media yang digunakan dalam pembelajaran kemampuan berhitung terutama penyedian balok angka.

(71)

c. Terbatasnya waktu pada saat anak diminta untuk mengulang penjumlahan dan pengurangan.

D. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan

Dalam pembelajaran hasil peningkatan kemampuan berhitung anak pada siklus I pada umumnya sudah cukup baik namun belum memenihi keberhasilan yaitu 75% untuk mengatasi permasalahan pada siklus I maka pada hari Senin 24 Juli 2017 peneliti merencanakan pada siklus II. Pada tahap ini peneliti merencanaka:

a. Guru menyiapkan tema dan sub tema pembelajaran b. Merencanakan pembelajaran yang tertuang pada RKH c. Menentukan indikator keberhasilan

d. Menyusun panduan pelaksanaan pembelajaran

e. Mempersiapkan fasilitas dan sarana prasarana untuk kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung anak

f. Mempersiapkan media pembelajaran berupa balok angka

g. Menyiapkan isntrumen penilaian berupa lembar observasi untuk mengetahui hasil belajar kemampuan berhitung anak saat proses pembelajaran berlangsung.

(72)

yang mampu melakukan kegiatan dengan baik dan tidak mengganggu temannya. Sehingga kegiatan pembelajaran kemampuan berhitung menggunakan media balok berjalan lancar, anak berkonsentrasi dan dapat dikondusifkan.

2. Pelaksanaan a. Kegiatan Awal

Pada tindakan siklus II ini dilakasanakan pada hari Senin, 24 Juli 2017. Tema pembelajarannya adalah binatang dan sub temanya adalah ciri-ciri binatang. Kegiatan pertama sebelum anak masuk pada inti pembelajaran, yaitu:

a) Kegiatan Awal (30 menit) 1) Guru mengucapkan salam

2) Membaca Al Fatihah dan Asmaul Husna 3) Absensi

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 5) Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari b) Kegiatan Inti

1) Guru bertanya jawab tentang tema yang dipelajari hari ini tentang angka 2) Guru menjelaskan tentang berhitung dengan balok angka

3) Guru memberikan tugas secara individu, terkait pembelajaran berhitung dengan balok angka dengan pengurangan dan penjumlahan.

c) Istirahat

(73)

1) Anak mencuci tangan secara bergantian 2) Membaca doa sebelum makan

3) Makan bersama-sama di dalam kelas 4) Berdoa setelah makan

5) Bermain bersama diluar kelas d) Kegiatan Akhir

1) Guru mengajak anak untuk bernyanyi berhitung dengan jari 2) Guru mengulas kembali kegiatan belajar dari awal hingga akhir 3) Guru menutup kegiatan belajar mengaja dengan doa dan salam. 3. Pengamatan

Selama pembelajaran kemampuan berhitung anak menggunakan media balok angka berlangsung, peneliti dan guru mengamati proses kegiatan tersebut. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaan yang berlangsung. Proses pengamatan pembelajaran untuk mengetahui hasil kemampuan berhitung anak yang terdiri dari keaktifan, motivasi dan semangat. Observasi ini berpedoman pada indikator yang terdapat pada lembar observasi yaitu: membilang/menyebut urutan bilangan 1-10, membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10, menepelkan potongan angka pada lembar kerja yang masih kosong. 4. Refleksi

(74)

masalah tersebut. Pada siklus ini sudah banyak pengembangan untuk hasil belajar kemampuan berhitung anak dikarenakan hal sebagai berikut:

a. Media yang digunakan dalam pembelajaran kemampuan berhitung balok angka menarik dan jelas.

b. Waktu pembelajaran menggunakan media balok berlangsung secara efektif. c. Dalam proses belajar menggunakan media balok angkam anak sudah banyak

yang termotivasi dan terampil memahami angka.

(75)

BAB IV kunatitatif untuk sementara, kemudian akan diolah kedalam bahasa kualitatif, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak Simbol Bintang Skor/

(76)

Tabel 3.2 Indikator Yang Diamati Tiap Siklus 1. Membilang (mengenal)

konsep bilangan dengan

3. Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari tiga pola berurutan (merahputih, biru, kuning)

Meniru bentuk dengan balok

a. Data Hasil Pengamatan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3 Hasil Penilaian Siklus I

No Nama Anak

Nilai pada Indikator Siklus I

(77)

4. Rosi 3 3 3 3 75

Total presentasi pencapaian kelas 1209

Dari tabel tersebut, maka diketahui presentasi pencapain tiap anak. ada 7 anak yang nilai pencapaiannya diatas dengan indikator keberhasilan yaitu 75%, akan tetapi 13 anak lainnya masih dibawah indikator keberhasilan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal dan masih memerlukan perbaikan. Peningkatan dari rata-rata presentase pencapaian kelas pada Pra Siklus sebesar 0% dan pada Siklus I sebesar 35%.

b. Pengamatan Guru yang di lakukan oleh observasi terhadap guru kelompok A yaitu selama pembelajaran berlangsung pada prasiklus dapat diketahui melalui table berikut:

Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Guru Siklus I

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

(78)

c. Menyiapkan lembar observasi √ d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √ 2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran

dan melakukan apersepsi Salam Pembuka a.

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √ 3. Ketetapan guru menggunakan media cerita

bergambar

a. Guru paham mengenai cerita bergambar

b. Guru mampu menggunakan cerita

bergambar √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya

b. Menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

c. Hasil pengamatan terhadap siswa

Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I

No Aspke Pengamatan Skor

1 2 3 1. Siswa menjawab salam dengan semangat √ 2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √ 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √ 4. Siswa semanga tmengikuti pembelajaran berhitung

dengan balok angka.

(79)

3. Siklus II

a. Data Hasil Penilaian Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data pada Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6 Hasil Penilaian Siklus II

No Nama Anak

Nilai pada Indikator Psiklus II

Presenta

Gambar

Gambar 1: Riset Aksi Model John Elliot
Tabel 1.1 Kurikulum 2014 Standar Kompetensi TK/RA
Table 2.1 Daftar Nama Guru Roudhatul Athfal Masyithoh Nglondong
Table 2.2 Daftar Nama Siswa RA Masyithoh Nglondang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti mempunyai suatu kerangka pemikiran yaitu untuk meningkatkan ketaatan‘ibādah alāt siswa memerlukan penggabungkan dua metode yang pertama metode ceramah, metode

Name Types of Transaction Transaction's Value5. Determination of

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) merumuskan teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kata dan frasa yang terdapat dalam teks bernuansa keagamaan:

Praksis pembelajaran berorientasi hard skills pada kenyataannya tidak didukung oleh temuan hasil penelitian bahwa faktor yang berperanan penting dalam menentukan

[r]

Hasil dari penelitian adalah aplikasi pembelajaran bersifat read only yang bagaimana cara mempelajari ilmu tajwid, definisi setiap bab materi, contoh pengucapan

Rektor berpesan, seluruh pengurus yang telah dilantik dapat melaksanakan semua tanggung jawab sesuai dengan amanah.. Selain itu Muhadjir juga memberikan motivasi pada

Dari latar belakang masalah diatas maka secara umum dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ” Seberapa Besar Pengaruh Kepemilikan Media Televisi Oleh Tokoh