• Tidak ada hasil yang ditemukan

U = -76, , ,148D1 0,006D2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "U = -76, , ,148D1 0,006D2."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN

KELEMBAGAAN LAHAN DI DUKUH SRIBIT LOR DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN

Rina Wahyuningsih,Suwarto, Agustono

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl. Ir. Sutami No.36A Kentingan Surakarta 57126 Telp. (0271) 646994 E-mail: rinawahyu479@yahoo.com, Telp. 085725446122

Abstract: This research was aimed to find rice farming income, to find out the influence of institutional and other factors on land and land productivity, and to calculate farming income in Sribit Lor Hamlet. Basic method used in this study is the Explanatory research and implementation of the survey technique. The study was taken place in in Sribit Lor Hamlet. Intake of respondents by census method. Methods for analysis using multiple linea rregression with dummy variables institutional land. The results showed that the magnitude of rice farming income to owner operator amount Rp 11.404.178,00/ha/MT, tenant farmers was Rp 6.399,886.00/ha/MT, share cropper about Rp 3.934.840/ha/MT. The equation showed that the influence of institutional land and other factors on the productivity of land : Ln Y = 4,761 + 0,062lnX1 + 0,556lnX2– 0,005lnX3 + 0,071lnX4

+ 0,006lnX5 – 0,007lnX6 + 0,085lnX7+ 0,044D1 + 0,079D2. Factors were significantly

positively on the productivity of the land area, amount of seeds, amount of SP-36 fertilizer and labor. The equation showed that the influence of institutional land and other factors of the rice farm income Ln U = -76,581 + 0,422lnX1 + 0,226lnX2

– 0,602lnX3+ 2,816lnX4 + 6,673 lnX5 – 0,065lnX6 + 1,813lnX7 + 0,148D1

0,006D2.Factors were significantly positively to the earnings of rice farming land,

SP-36 fertilizer prices and labor costs.

Key words : Rice Agribusiness, Land Productivity, Income Rice Agribusiness, Land Institutions

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani padi, mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap produktivitas lahan dan pendapatan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor. Metode dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Dukuh Sribit Lor. Pengambilan responden dengan metode sensus. Metode analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan variabel dummy kelembagaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pendapatan usahatani padi untuk pemilik penggarap sebesar Rp 11.404.178,00/Ha/MT, penyewa sebesar Rp 6.399.886,00/Ha/MT, sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan sebesar 3.934.840,00/Ha/MT. Persamaan yang menunjukkan pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap produktivitas lahan yaitu : Ln Y = 4,761 + 0,062lnX1 + 0,556lnX2– 0,005lnX3 + 0,071lnX4 + 0,006lnX5– 0,007lnX6 + 0,085lnX7+

0,044D1 + 0,079D2. Faktor yang berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas

lahan yaitu luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk SP-36 dan jumlah tenaga kerja. Persamaan yang menunjukkan pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap pendapatan usahatani padi Ln U = -76,581 + 0,422lnX1 +

0,226lnX2 – 0,602lnX3+ 2,816lnX4 + 6,673 lnX5 – 0,065lnX6 + 1,813lnX7 + 0,148D1 –

0,006D2. Faktor yang berpengaruh nyata positif terhadap pendapatan usahatani

padi yaitu luas lahan, harga pupuk SP-36 dan upah tenaga kerja.

Kata kunci : Usahatani Padi, Produktivitas Lahan, Pendapatan Usahatani Padi, Kelembagaan Lahan

(2)

PENDAHULUAN

Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainnya. Dalam lingkungan yang lebih sempit, pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat tani pada faktor produksi diantaranya sumber modal, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem distribusi, sehingga berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan petani (Apriantono, 2007).

Kabupaten Klaten merupakan salah satu penghasil padi di Jawa Tengah. Luas panen padi di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dengan rata-rata luas panen 58.144,2 Ha. Rata-rata produktivitas padi adalah sebesar 54,15 kw/Ha. Menurunnya produksi padi bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak tepat, terserang hama dan penyakit, sehingga produksi padi tidak optimal.

Luas lahan pertanian yang semakin menyempit, mengakibatkan semakin kecil peluang petani padi untuk memiliki lahan sawah yang luas. Dengan adanya keterbatasan pemilikan lahan sawah akan menyebabkan terjadinya perbedaan status petani padi dalam kelembagaan lahan sawah tersebut. Status penguasaan lahan pada pokoknya

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemilik penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan penyakap atau bagi hasil (share tenant). Status penguasaan lahan yang berbeda secara teoritis akan menentukan tingkat keragaman usahatani yang berbeda pula. Adanya perbedaan status kelembagaan lahan ini maka akan mempengaruhi produktivitas lahan dan pendapatan usahatani padi.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pendapatan usahatani padi pada petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap di Dukuh Sribit Lor; (2) mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap produktivitas lahan di Dukuh Sribit Lor; (3) mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap pendapatan usahatani padi di Dukuh Sribit Lor.

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research atau penelitian penjelasan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Sedangkanteknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei.

Penelitian dilakukan di Dukuh Sribit Lor Kecamatan Delanggu, karena daerah tersebut memiliki keragaman kelembagaan lahan yaitu petani pemilik penggarap, penyewa dan penyakap.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menanampadi berdasarkan status kelembagaan lahan yaitu pemilik penggarap, penyewa dan penyakap.Pengambilan responden petani padi dengan menggunakan metode sensus, yaitu pengambilan

(3)

sampel secara menyeluruh dalam suatu lokasi (populasi). Populasi yang ada di daerah penelitian berjumlah 40 petani. Data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, pencatatan.

Metode Analisis Data

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan usahatani (net farm income) didefinisikan sebagai selisih penerimaan usahatani dan biaya total usahatani. Jadi pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR – TC……….(1) Dimana Pd adalah Pendapatan usahatani (Rp); TR adalah Total Penerimaan (Rp); TC adalah Total Biaya (Rp).

Analisis Regresi linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap produktivitas lahan dengan model persamaan sebagai berikut : Ln Y = ln α + β1ln X1+ β2ln X2+ β3ln

X3 + β4ln X4 + β5ln X5 + β6ln X6 +β7ln

X7 +β8D1+ β9D2+ ε……… (2)

Dimana Y adalah produktivitas lahan (kg/Ha); α adalah intersep; βi adalah koefisien regresi (1 s/d 9); X1

adalah luas lahan garapan (m2); X2

adalah jumlah benih (Kg/Ha); X3

adalah jumlah pupuk urea (Kg/Ha); X4

adalah jumlah pupuk SP-36 (Kg/Ha);

X5 adalah jumlah pupuk phonska (Kg/Ha); X6 adalah jumlah

pestisida (ml/Ha); X7 adalah jumlah tenaga kerja (HKSP/Ha); Variabel dummy kelembagaan lahan yaitu D1 =

1 petani pemilik penggarap; D1 = 0

petani lainnya; D2 = 1 petani penyewa;

D2 = 0 petani lainnya; ε adalah standar eror.

Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan dan faktor lainnya terhadap pendapatan usahatani padi

dengan model persamaan sebagai berikut:

Ln U = ln α + β1ln X1 + β2ln X2 +

β3ln X3 + β4ln X4 + β5ln X5 + β6ln X6

+β7ln X7 + β8D1+ β9D2+ ε …… (3)

Dimana U adalah pendapatan (Rp); α adalah intersep; βi adalah koefisien regresi (1 s/d 9); X1adalah luas lahan

(m2); X2adalah harga benih (Rp/Kg); X3 adalah harga pupuk urea Rp/Kg);

X4 adalah harga pupuk SP-36 (Rp/Kg); X5 adalah harga pupuk

phonska (Rp/Kg); X6 adalah harga pestisida (Rp/Kg); X7 adalah upah tenaga kerja (Rp/HKSP); Variabel dummy kelembagaan lahan yaitu D1= 1 petani pemilik penggarap; D1 = 0 petani lainnya; D2= 1 petani penyewa; D2 = 0 petani lainnya; ε adalah

standar eror.

Uji Statistik ada empat : Pertama Uji F

Uji F dipergunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variasi

variabel dependen (Suwarto,2011). Selanjutnya

menurut Gujarati (2003) menjelaskan apakah semua variabel penjelas secara bersamaan merupakan variabel-variabel penjelas yang signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependentnya. Bila F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 5% dan tingkat kepercayaan tertentu atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

yang artinya variabel secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. H0 : βi = 0Hi :

minimal salah satu βi ≠ 0 Kriteria pengambilan keputusan ada 2 yaitu : (1) Jika nilai signifikansi lebih kecil daripada taraf

(4)

signifikansi yang disyaratkan (0,05) berarti Ho ditolak dan Hi diterima berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen; (2) Jika nilai signifikansi lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan (0,05) berarti Ho diterima dan Hi ditolak berarti variabel independensecara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Kedua Uji adjusted R2

Uji adjusted R2, dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dapat digunakan seberapa jauh model yang terbentuk untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya, yang dikenal sebagai koefisien determinasi. Faktor-faktor produksi padi akan semakin dekat hubungannya dengan hasil produksi padi bila nilai R2 sama dengan atau mendekati

satu.

TSS ESS

R2 = ………...(4) Dimana : R2 adalah koefisien determinasi; ESS adalah Jumlah kuadrat regresi; TSS adalah Jumlah kuadrat total.

Ketiga Uji Asumsi Klasik:

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah antar variabel independen memiliki hubungan linear yang sempurna dengan variabel independen lain, apabila hal ini terjadi maka dalam model tersebut terdapat masalah multikolinearitas. Untuk mengetahui multikolinearitas ini

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : Dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance Value. Jika nilai

VIF > 10 atau nilai tolerance value < 0,01 maka dalam model tersebut terdapat masalah multikolinearitas dan dengan melihat Pearson koefisien korelasi. Jika nilai koefisien korelasi Pearson antar variabel bebas < variabel bebas < 0,8 berarti tidak terjadi multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini digunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki

varian yang sama (homoskedastisitas).

Keempat uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. H0 : βi = 0,

artinya tidak terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen , Ha : βi ≠ 0,

artinya terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya nilai t-hitung dirumusan sebagai berikut : t-hitung = bi/Sβi………...(5)

t-tabel = (n-k-1; α / 2)…….(6) Dimana : βi adalah parameter yang diestimasi, S(βi) adalah Standard error yang diestimasi.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Responden

Tabel 1 Rata-Rata Identitas Petani

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Jumlah petani pemilik penggarap adalah 19 orang, penyewa sebanyak 5 orang dan penyakap sebanyak 16 orang. Rata-rata luas lahan petani pemilik penggarap 0,39 Ha, petani penyewa 0,59 Ha, dan petani penyakap 0,54 Ha. Rata-rata umur petani responden dari ketiga status petani tersebut masih berada dibawah 65 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden termasuk dalam usia produktif. Rata-rata pendidikan yang berhasil ditamatkan oleh petani pemilik penggarap adalah 11 tahun, penyewa 10 tahun dan penyakap 8 tahun. Rata- rata jumlah anggota keluarga dari ketiga status petani adalah sama yaitu 4 orang. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani oleh petani pemilik penggarap adalah satu orang, penyewa satu orang dan penyakap dua orang. Anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan usahatani yaitu suami, sedangkan istri biasanya menjadi ibu rumah tangga. Namun pada petani penyakap yang diperoleh rata-rata dua orang berarti menunjukkan istri juga

aktif dalam kegiatan usahatani. Rata-rata pengalaman usahatani oleh petani pemilik penggarap adalah 23,68 tahun, penyewa 15,4 tahun dan penyakap 22,06 tahun.

Analisis Usahatani Padi

Biaya Usahatani Padi

Besarnya biaya produksi oleh petani pemilik penggarap pada usahatani padi yaitu sebesar Rp 1.960.758,00/Ha/MT, petani penyewa yaitu sebesar Rp 1.871.018,00/Ha/MT, petani penyakap dengan sistem maro sebesar Rp 1.542.014,00/Ha/MT (Tabel 2). Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani penyakap relatif lebih kecil. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk urea merupakan bantuan dari pemilik lahan. Biaya saprodi meliputi biaya pengadaan benih, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk Phonska, pestisida regent, marshal dan score. Biaya yang dikeluarkan untuk pupuk relative mahal. Harga masing-masing pupuk adalah Urea Rp 1.800,00/Kg SP-36 Rp 2.300,00/Kg, Phonska Rp 2.300/Kg. SP-36 Rp 2.300,00/Kg, Phonska Rp 2.300/Kg. No Uraian Pemilik Penggarap (n = 19) Petani Penyewa (n = 5) Petani Penyakap (n = 16)

1 Luas lahan garapan (Ha) 0,39 0,59 0,54

2 Umur Petani 58 47 53

3 Pendidikan(Th) 11 10 8

4 Jumlah anggota keluarga

- Pria(orang) 2 3 2

- Wanita (orang) 2 1 2

5 Jumlah anggota keluarga yang aktif di UT (orang)

1 1 2

(6)

Tabel 2 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Padi

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Biaya Tenaga Kerja

Tabel 3 Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja

Sumber: Analisis Data Primer (2012)

Upah hari kerja dihitung dalam satuan Hari Kerja Setara Pria (HKSP), dimana satu HKSP sebesar Rp 25.000,00. Pada Tabel diketahui bahwa biaya tenaga kerja luar yang dikeluarkan oleh petani pemilik penggarap sebesar Rp 1.858.973,00/Ha/MT. Petani penyewa

mengeluarkan biaya tenaga kerja luar sebesar Rp 2.072.034/Ha/MT. Sedangkan petani penyakap paling sedikit mengeluarkan biaya tenaga kerja luar yaitu Rp 1.564.814/Ha/MT. Pada petani penyewa pada kegiatan

penyiangan memerlukan biaya yang tinggi. Hal ini dikarenakan ada beberapa lahan petani yang banyak ditumbuhi gulma dan petani mempunyai pekerjaan lain sehingga harus menggunakan tenaga kerja luar. Biaya yang dikeluarkan oleh petani penyakap paling sedikit karena mereka lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga. Pada kegiatan panen, dari ketiga status petani tidak mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja luar. Hal ini dikarenakan hasil panen langsung dijual kepada penebas.

No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Benih 210.526 539.810 320.300 542.373 295.438 547.107 2 Pupuk a. Urea 152.513 391.058 217.500 368.644 0 0 b. SP-36 137.026 351.348 184.700 313.051 179.875 333.102 c. Phonska 166.079 425.843 277.400 470.170 252.531 467.650 3 Pestisida a.Regent 27.447 70.377 37.000 62.712 40.000 74.074 b. Marshal 24.132 61.876 38.500 65.254 25.594 47.396 c.Score 46.974 120.446 28.800 48.814 39.250 72.685 Jumlah 759.121 1.960.758 1.104.200 1.871.018 832.688 1.542.014 No Uraian Kegiatan

Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Pengolahan Tanah 335.000 858.974 497.500 843.220 395.000 731.481 2 Persemaian 5.000 12.820 10.000 16.949 0 0 3 Penanaman 265.000 679.487 355.000 601.695 390.000 722.222 4 Pemupukan 15.000 38.461 40.000 67.797 0 0 5 Penyiangan 110.000 282.051 320.000 542.373 60.000 111.111 6 Pemberantasan Hama Penyakit 10.000 25.641 0 0 0 0 7 Pemanenan 0 0 0 0 0 0 Jumlah 740.000 1.858.973 1.222.500 2.072.034 845.000 1.564.814

(7)

Biaya Lain-lain

Tabel 4 Rata-Rata Biaya Lain-lain

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani pemilik pemilik penggarap yaitu sebesar Rp 253.299,00/Ha/MT, meliputi biaya pajak tanah, biaya irigasi dan biaya penyusutan. Petani penyewa yaitu sebesar Rp 4.118.079,00/Ha/MT. Biaya tersebut meliputi biaya sewa tanah, biayairigasi dan biaya penyusutan. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani penyakap yaitu hanya biaya irigasi sebesar Rp 20.833,00 dan biaya penyusutan sebesar Rp 83.333,00/Ha/MT. Biaya pajak tanah pada penyakap dikeluarkan oleh pemilik lahan. Sedangkan biaya sewa lahan juga tidak dikeluarkan oleh penyakap. Biaya Total Usahatani

Tabel 5 Rata-Rata Biaya Total

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Biaya usahatani total terdiri dari biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar dan biaya lain-lain. Pemilik penggarap mengeluarkan biaya total sebesar Rp 4.074.366,00/MT/Ha. Penyewa mengeluarkan biaya saprodi Rp8.061.131/MT/Ha. Penyakap dengan sistem maro mengeluarkan biaya Rp 3.210.994/MT/Ha (Tabel 5). Biaya yang dikeluarkan penyakap adalah yang terkecil karena terkait dengan biaya saprodi pembelian pupuk urea yang dikeluarkan oleh pemilik lahan. Petani penyakap juga lebih sedikit menggunakan tenaga kerja luar, karena dalam mengusahakan usahatani lebih banyak menggunakan tenaga keluarga. Mereka lebih memaksimalkan tenaga kerja keluarga karena juga menghemat biaya.

No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Biaya Pajak Tanah 26.860 68.871 0 0 0 0 2 Biaya Sewa Tanah 0 0 2.340.000 3.966.101 0 0 3 Biaya Irigasi 31.842 81.641 52.000 88.136 11.250 20.833 4 Biaya Penyusutan 40.087 102.787 37.667 63.842 45.000 83.333 Jumlah 98.789 253.299 2.429.667 4.118.079 56.250 104.166 No Uraian Kegiatan

Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap

Per UT (Rp) Per Ha(Rp) Per UT(Rp) Per Ha(Rp) Per UT (Rp) Per Ha(Rp) 1 Biaya Saprodi 759.121 1.962.094 1.104.200 1.871.018 823.688 1.542.014 2 Biaya Tenaga Kerja Luar 740.000 1.858.973 1.222.500 2.072.034 843.750 1.564.814 3 Biaya Lain- lain 98.789 253.299 2.429.667 4.118.079 56.250 104.166 Jumlah 1.597.910 4.074.366 4.756.367 8.061.131 1.723.688 3.210.994

(8)

Penerimaan Usahatani Padi

Tabel 6 Rata-Rata Penerimaan usahatani padi

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Rata-rata produksi usahatani padi yang diperoleh oleh petani pemilik penggarap sebesar 4.642,38 kg/Ha, petani penyewa sebesar 4.017 kg/Ha, sedangkan petani penyakap perolehan hasil sebesar 3.969,90 kg/Ha. Harga gabah kering panen per kilogramnya Rp 3.600,00. Besarnya penerimaan yang diterima oleh ketiga status petani berbeda-beda.Penerimaaan terbesar dari ketiga status petani yaitu pada pemilik penggarap sebesar Rp 15.478.544,00/Ha/MT. Penerimaan yang diterima oleh petani penyewa pada usahatani padi yaitu sebesar Rp 14.461.017,00/Ha/MT. Sedangkan penerimaan petani penyakap sebesar Rp 7.145.834,00/Ha/MT. Penerimaan tersebut setelah dibagi 50% dengan pemilik lahan. Jadi penerimaan penyakap tidak sebesar pemilik penggarap dan penyewa.

Pendapatan Usahatani Padi Tabel 7 Rata-Rata Pendapatan

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Rata-rata pendapatan usahatani padi oleh petani pemilik penggarap sebesar Rp11.404.178,00/Ha/MT, penyewa sebesar Rp 6.399.886,00/Ha/MT, sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan sebesar Rp 3.934.840,00/Ha/MT (Tabel 7). Perolehan pendapatan petani penyewa tidak sebesar pemilik penggarap dikarenakan petani penyewa mengeluarkan biaya sewa lahan. Perolehan pendapatan penyakap yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan pendapatan usahatani petani yang lain karena pada penerimaan hasilnya dibagi dengan pemilk lahan. Meskipun biaya yang dikeluarkan oleh penyakap lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang lain namun pendapatan yang diperoleh juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan petani pemilik penggarap dan penyewa.

No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Produksi (Kg) 1.810,53 4.642,38 2.370 4.017 2.143,75 3.969,90 2 Harga (Rp/Kg) 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 3 Penerimaan Penerimaan 50%nya 6.036.632 15.478.544 8.532.000 14.461.017 7.717.500 3.858.750 14.291.667 7.145.834 No Uraian Kegiatan Pemilik Penggarap Penyewa Penyakap Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) Per UT (Rp) Per Ha (Rp) 1 Penerimaan 6.036.632 15.478.544 8.532.000 14.461.017 3.858.750 7.145.834 2 Biaya 1.597.910 4.074.366 4.756.367 8.061.131 1.723.688 3.210.994 3 Pendapatan 4.438.722 11.404.178 3.775.633 6.399.886 2.135.062 3.934.840

(9)

Analisis Regresi Linier Berganda

Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer (2012)

Keterangan :

* = Nyata pada taraf kesalahan 5%

ns

= Tidak signifikan

Data yang telah dianalisis diperoleh persamaan sebagai berikut :

Ln Y = 4,761 + 0,062lnX1 +

0,556lnX2– 0,005lnX3 + 0,071lnX4 +

0,006lnX5– 0,007lnX6 + 0,085lnX7+

0,044D1 +0,079D2………...(7)

Apabila model persamaan tersebut dikembalikan ke model fungsi produksi Cobb-Douglas maka diperoleh persamaan sebagai berikut : Ŷ= 116,863 X10,062 X20,556 X3-0,005

X40,071 X50,006 X6-0,007 X70,085 e0,044 D1

e0,079D2………..(8)

Hasil analisis menunjukkan bahwa F-hitung signifikan, dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan dummy kelembagaan lahan secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu produktivitas lahan. Koefisien determinasi adjusted R2 sebesar 0,958.

Artinya variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel dependen yakni produktivitas padi di Dukuh Sribit Lor sebesar 95,8 % sedangkan sisanya sebesar 4,2% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Pada hasil analisis tidak terjadi multikolinearitas dan pada uji heterokedastisitas diketahui diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

Luas lahan garapan berpengaruh nyata positif terhadap terhadap produktivitas lahan. Nilai elastisitas luas lahan sebesar 0,062 yang artinya jika terjadi penambahan luas lahan sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,062%. Hal ini swsuai dengan penelitian Angelia (2011)

Variabel Koefisisen Regresi t-hitung

Luas Lahan (LnX1) 0,062* 4,746

Jumlah Benih (LnX2) 0,556* 3,708

Jumlah Pupuk Urea (LnX3) -0,005ns -0,104

Jumlah Pupuk SP-36 (LnX4) 0,071* 3,320

Jumlah Pupuk Phonska (LnX5) 0,006ns 0,475

Jumlah Pestisida (LnX6) -0,007ns -0,561

Jumlah Tenaga Kerja (LnX7) 0,085* 2,112

Dummy (D1) 0,044* 2,460

Dummy(D2) 0,079* 3,110

Konstanta = 4,761 t-tabel = 1,685(α : 5%)

R2 = 0,968 F-hitung = 99,342 Adjusted R2 = 0,958 F-tabel = 2,21 (α=5%)

(10)

bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi padi.

Variabel jumlah benih berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas lahan. Nilai elastisitas jumlah benih sebesar 0,556 yang artinya jika terjadi penambahan jumlah benih sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,556%.

Variabel jumlah pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Hal ini diduga disebabkan karena pupuk tersebut mudah menguap ataupun tercuci, sehingga petani perlu melalukan cara pemupukan secara benar agar bisa diserap oleh tanaman dengan baik.

Variabel jumlah pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas lahan dan diperoleh nilai elastisitas sebesar 0,071. Apabila terjadi penambahan pupuk SP-36 sebesar 1% diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sebesar 0,071%. Pupuk SP-36 banyak mengandung unsur fosfat (P) untuk pembentukan sistem perakaran sehingga pertumbuhan tanaman semakin kuat.

Variabel jumlah pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Penggunaan pupuk di daerah penelitian belum berimbang sehingga penggunaan pupuk belum efisien.

Variabel jumlah pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan. Hal ini dimungkinkan karena tanaman padi tidak selalu bergantung dengan pestisida.

Menurut status kelembagaan lahan, ternyata produktivitas lahan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa sedangkan produktivitas lahan

penyewa lebih tinggi dari pada penyakap. Hal ini sejalan pada Tabel 6.

Data yang telah dianalisis diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln U = -76,581 + 0,422lnX1 +

0,226lnX2 – 0,602lnX3+ 2,816lnX4+

6,673 lnX5– 0,065lnX6 + 1,813lnX7 +

0,148D1 – 0,006D2………...(9)

Apabila model persamaan tersebut dikembalikan ke model fungsi produksi Cobb-Douglas maka diperoleh persamaan sebagai berikut : Û = (5,512 x10-34) X10,422X20,226

X3-0,602 X42,816 X56,673 X6-0,065 X71,813

e0,148D1e-0,006D2………(10)

Hasil analisis menunjukkan bahwa F-hitung signifikan, dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan dummy kelembagaan lahan secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu produktivitas lahan. Koefisien determinasi adjusted R2 sebesar 0,957 yang berarti bahwa variasi variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel dependen yakni pendapatan usahatani padi di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten sebesar 95,7 % sedangkan sisanya sebesar 4,3% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model (Tabel 9). Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

Variabel luas lahan garapan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Nilai koefisien regresi sebesar 0,422, artinya jika terjadi peningkatan luas lahan garapan 10% maka diharapkan pendapatan usahatani akan meningkat sebesar 4,22%.

(11)

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi di Dukuh Sribit Lor

Sumber : Analisis Data Primer (2012) Keterangan :

* = Nyata pada taraf kesalahan 5%

ns

= Tidak signifikan

Variabel harga benih tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Hal ini diduga karena rata-rata petani menggunakan varietas yang sama yaitu varietas situbagendhit dengan harga Rp 8.000,00/kg. Dengan harga tersebut ternyata belum berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi.

Variabel harga pupuk urea berpengaruh nyata tetapi negatif. Nilai koefisien regresi sebesar -0,602 artinya apabila terjadi peningkatan harga pupuk urea sebesar 1% maka pendapatan petani dapat berkurang sebesar 0,602%.

Variabel harga pupuk SP-36 berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan usahatani. Nilai koefisien regresi sebesar 2,816 artinya apabila terjadi peningkatan

harga pupuk SP-36 sebesar 1% maka diharapkan pendapatan petani dapat meningkat sebesar 2,816 %.

Variabel harga pupuk Phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Sesuai dengan penelitian Suryani (2012) bahwa penggunaan pupuk phonska lebih rendah daripada pupuk urea, penggunaan yang tidak berimbang menyebabkan harga pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Variabel harga pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran maka tidak bekerja secara efektif membasmi hama dan penyakit.

Variabel upah tenaga kerja berpengaruh nyata dan positif Variabel Koefisisen Regresi t-hitung

Luas Lahan (LnX1) 0,422* 6,019

Harga Benih (LnX2) 0,226ns 0,623

Harga Pupuk Urea (LnX3) -0,602* -3,816

Harga Pupuk SP-36 (LnX4) 2,816* 3,458

Harga Pupuk Phonska (LnX5) 6,673ns 0,831

Harga Pestisida (LnX6) -0,065ns -0,653

Upah Tenaga Kerja (LnX7) 1,813* 4,763

Dummy (D1) 0,148* 1,820

Dummy (D2) -0,006ns -0,064

Konstanta = -76,581 t-tabel = 1,685 (α : 5%) R2 = 0,967 F-hitung = 97,164 Adjusted R2 = 0,957 F-tabel = 2,21 (α=5%)

(12)

terhadap pendapatan usahatani padi. Upah tenaga kerja 1HKSP sebesar Rp 25.000,00 ternyata untuk tenaga yang dikeluarkan kurang optimal dalam mengelolanya. Maka diharapkan dengan adanya kenaikan upah, tenaga kerja bisa mengoptimalkan tenaganya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Menurut status penguasaan lahan, variabel dummy pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa sedangkan pendapatan penyewa dan penyakap tidak berbeda nyata.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : pertama pendapatan usahatani padi untuk pemilik penggarap sebesar Rp 11.404.178,00/Ha/MT, penyewa sebesar Rp 6.399.886,00/Ha/MT, sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan sebesar Rp 3.934.840,00/Ha/MT, kedua faktor

yang berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas lahan yaitu luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk SP-36, jumlah tenaga kerja, Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan yaitu jumlah pupuk urea, jumlah pupuk phonska, dan jumlah pestisida. Menurut status kelembagaan lahan, produktivitas lahan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa sedangkan produktivitas lahan penyewa lebih tinggi dari pada penyakap, ketiga faktor yang berpengaruh nyata positif terhadap pendapatan usahatani padi yaitu luas lahan, harga pupuk SP-36, dan upah tenaga kerja. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi yaitu harga

benih, harga pupuk phonska, harga pestisida. Menurut status kelembagaan lahan, pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa sedangkan pendapatan penyewa dan penyakap tidak berbeda nyata.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut : pertama Penggunaan faktor produksi luas lahan dapat mempengaruhi produktivitas lahan pada usahatani padi di Dukuh Sribit Lor, Kecamatan Delanggu maka diharapkan petani dapat mengoptimalkan lahan yang digarapnya dengan menggunakan benih atau bibit padi dengan kualitas unggul. Selain itu penggunaan pupuk urea, pupuk phonska dan pestisida diharapkan lebih efisien agar dapat mempengaruhi produktivitas lahan pada usahatani padi, kedua pada hasil penelitian menunjukkan bahwa petani penyakap memiliki produktivitas dan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan petani pemilik penggarap dan penyewa. Oleh karena itu, disarankan petani penyakap lebih mengelola lahan usahatani padi dengan baik dan optimal agar produktivitas dan pendapatan juga bisa tinggi. Selain itu, apabila mempunyai modal bisa juga dengan menyewa lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Angelia, Stefani. 2011. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Status Petani (Studi Kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor). Skripsi IPB. Bogor.

(13)

Apriantono, Anton. 2007. Konsep Pembangunan Pertanian. (Online). http://www.deptan.go.id/renb angtan/Konsep_Pembangunan _Pertanian. pdf). Diakses 10 Maret 2013.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Gudjarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, Forth Ed. Mc Graw Hill. Boston.

Singarimbun, M dan S. Effendi., 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Suwarto, 2011. Kelembagaan Lahan dan Tenaga Kerja Pada Usahatani Suatu Analisa pada Lahan Kering. UNS Press. Surakarta.

Gambar

Tabel 1 Rata-Rata Identitas Petani
Tabel 2 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Padi
Tabel 5 Rata-Rata Biaya Total
Tabel 6 Rata-Rata Penerimaan usahatani padi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Intisari: Penelitian mengenai Indeks Gonad Somatik (IGS) ikan Bilih ( Mystacoleucus padangensis Blkr.) yang masuk ke muara sungai sekitar Danau Singkarak telah

Jaringan sederhana yang terdiri dari satu jalan dengan dua bagian adalah contoh simulasi untuk mendapatkan hasil demonstrasi. Simulasi dilakukan untuk dua berbeda

Seorang humas itu adalah jembatan atau jalan pertama dari sebuah image yang terbentuk dimasyarakat pada suatu lembaga tertentu, seperti yang dilakukan oleh humas suatu

Rumusan Masalah dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “ Apakah dengan Penerapan Model

Dari uraian permasalahan diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : bahwa jumlah produksi rokok / hasil tembakau, Harga Jual Eceran (HJE) dan Jumlah Pita Cukai

Penampakan pada citra multiwaktu, garis pantai di bagian timur dan barat Pekalongan relatif tidak berubah, sementara di daerah muara Kali Comal terdapat perubahan yang

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam upaya memperoleh informasi yang memadai mengenai alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan yang baik (dalam hal ini alat ukur

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan adalah : 1) Pola distribusi unggas hidup yang diperdagangkan pada Pasar