GAMBARAN PELAKSANAAN TUGAS PERAWAT PRIMER DAN PERAWAT ASOSIET DI BANGSAL MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP) RSUD DJOJONEGORO TEMANGGUNG
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
AMBAR RELAWATI 20040320016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA 2008
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN PELAKSANAAN TUGAS PERAWAT PRIMER DAN PERAWAT ASOSIET DI BANGSAL MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP) RSUD DJOJONEGORO TEMANGGUNG
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
AMBAR RELAWATI
20040320016 Pada Tanggal : Mei 2008 Dewan Penguji :1. Penguji I : Mohammad Afandi, S.kep, Ns (...) 2. Penguji II : Arif Riyanto, S.kep, Ns (...)
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama : Ambar Relawati No Mahasiswa : 20040320016
Judul : Gambaran Pelaksanaan Tugas Perawat Primer dan Perawat Asosiet di Bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung.
Setuju/tidak setuju* naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa* mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author.
Demikian harap maklum. Yogyakarta, Mei 2008 Pembimbing
Moh Afandi, S.kep,Ns *) Coret yang tidak perlu
The illustration of Primary Nurse and Associate Nurse Job Implementation in Professional Nursing Practice Ward Djojonegoro General Hospital of
Temanggung
Ambar Relawati1, Moh Afandi2
Student Research Project, School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2008
ABSTRACT
Professional nursing practice model (Model Praktik Keperawatan Profesional/ MPKP) is a system (structure, process, and professional values) which give the possibility to the professional nurse to manage the nursing care giving include the environment to support the care giving it self. As an effort to increase health service especially in the nursing field, Djojonegoro General Hospital of Temanggung and School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta develop professional nursing practice model from 2006 with primary modification method. The successful of primary modification method will depends on primary nurse and associate nurse in take their job based on their responsibility.
Objective of this study was to know the illustration of primary and associate nurse job implementation in professional nursing practice ward Djojonegoro General Hospital of Temanggung. This study used descriptive design with cross sectional approach. Samples in this study are all of primary and associate nurses in MPKP ward Djojonegoro General Hospital of Temanggung (Dahlia and Flamboyan wards). Total of the samples are five primary nurses and 25 associate nurses. Data was gotten by questionnaire, observation, and interview.
Result of this study are primary nurses job implementation is good with percentages 85,9%. Associate nurses job implementation also in a good category with percentages 79,3 %. In conclusion, MPKP implementation in Djojonegoro General Hospital of Temangung is good. Primary nurses and associate nurses in MPKP ward Djojonegoro General Hospital of Temanggung has been done their job based on their responsibility.
Key word: Professional nursing practice model, Primary nurse, Associate nurse.
1
2
Lecturer at School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta
Gambaran Pelaksanaan Tugas Perawat Primer dan Perawat Asosiet di Bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung
Ambar Relawati1, Moh Afandi2
Sarjana Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2008
INTISARI
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djojonegoro Temanggung bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Keperawan Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) mengembangkan Model Praktik Keperawatan professional (MPKP) mulai tahun 2006 dengan metode primer modifikasi. Keberhasilan penerapan metode primer modifikasi sangat tergantung dari kemampuan perawat primer dan perawat asosiet dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas perawat primer dan perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah adalah semua perawat primer dan perawat
asosiet di bangsal MPKP (Bangsal Dahlia dan Bangsal Flamboyan) RSUD Djojonegoro Temanggung, dengan jumlah lima perawat primer dan 25 perawat asosiet. Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan wawancara.
Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan tugas perawat primer di bangsal MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung berjalan baik dengan presentase 85,9%. Demikian pula tugas perawat asosiet dengan presentase sebesar 79,3% termasuk kategori baik Kesimpulannya pelaksanaan MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung secara umum berjalan baik. Perawat primer dan perawat asosiet di bangsal MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung sudah melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.
Kata kunci: Model praktek keperawatan profesional, perawat primer, perawat asosiet
1
Sarjana Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan terus meningkat. Masyarakat menuntut tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan kualitas secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang ditentukan (Kusnanto, 2004). Sulaeman cit Sitorus &Yulia 2006, mengatakan bahwa masalah keperawatan yang di hadapi saat ini ialah belum terbentuknya layanan keperawatan profesional sehingga layanan keperawatan yang diberikan belum sesuai dengan tuntutan standar profesi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan
restructuring, reenginering, dan redesigning sistem pemberian asuhan keperawatan
melalui pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) (Sitorus & Yulia, 2006).
Kurniawan (2007), menyatakan bahwa pada kenyataannya MPKP yang diterapkan di rumah sakit masih cukup banyak kekurangan dalam pelaksanaannya.. Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Flamboyan RSUD Saras Husada Purworejo adalah tugas perawat primer dan perawat asosiet belum terlaksana dengan baik, presentasenya sebesar 42,1% (kurang) untuk tugas perawat primer dan 37,7%(kurang) untuk tugas perawat asosiet, hal ini mempengaruhi hubungan profesional antara perawat dengan klien yang menunjukkan persentase 51% termasuk kategori kurang, nilai-nilai profesional belum terlaksana dengan baik yang
menunjukkan presentase 58,8% (kurang), dan penerapan standart asuhan keperawatan termasuk kategori kurang (58,7%).
Model praktik keperawatan profesional merupakan struktur penting dalam pemberian pelayanan keperawatan pada klien. Praktik keperawatan profesional memungkinkan terwujudnya profesionalisme yang tinggi karena melalui praktik keperawatan profesional dapat diterapkan suatu praktik yang berlandaskan pengetahuan. Melalui kegiatan praktik keperawatan profesional, otonomi, pendidikan keperawatan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan bersifat kolaboratif akan dapat terselenggara dengan baik (Rocchiccioli and Tilbury cit Sitorus, 2006). MPKP telah dikembangkan di beberapa negara termasuk indonesia, salah satunya adalah RSUD Djojonegoro Temanggung yang bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien. Dari hasil studi pendahuluan RSUD Djojonegoro Temanggung telah mengembangkan MPKP dengan metode keperawatan primer mulai tahun 2006. MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung awalnya hanya di terapkan di satu bangsal, yaitu di bangsal Dahlia. Kemudian dikembangkan lagi menjadi dua bangsal yaitu Bangsal Dahlia dan Flamboyan. Dalam MPKP dengan metode keperawatan primer terdapat seorang perawat profesional yang disebut Perawat Primer (PP). PP adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan, hubungan perawat-klien dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan PP bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di bawah tanggung jawabnya. Peran utama PP adalah mengelola asuhan keperawatan klien yang menjadi tanggung jawabnya, mengkaji, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan. PP bekerja sama dengan Perawat Asosiet (PA) dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan di bawah pengawasan PP, memberikan masukan pada PP tentang rencana asuhan keperawatan (Sitorus, 2006).
Keberhasilan pelaksanaan MPKP karena adanya dukungan lingkungan, termasuk struktur organisasi dan pimpinan rumah sakit. Pelaksanaan MPKP memerlukan tenaga keperawatan yang dapat melakukan peran dan fungsinya dengan baik. Tenaga keperawatan merupakan tenaga profesi kesehatan yang jumlahnya terbanyak dirumah sakit dan yang berinteraksi lama kepada pasien. Tenaga keperawatan di rumah sakit mempunyai peran yang besar terhadap pencapaian mutu dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Kemampuan perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab berpengaruh terhadap mutu asuhan keperawatan yang berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan (Nurachmah, 2001). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas perawat primer dan perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung sudah dilaksanakan dengan baik.
METODE PENELITAN
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat primer dan perawat asosiet di ruang MPKP (Bangsal Dahlia dan Bangsal Flamboyan) dengan jumlah lima perawat primer dan 25 perawat asosiet.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif menggunakan metode Cross
Sectional dimana data yang bersangkutan diambil dalam waktu yang bersamaan (
Notoatmojo, 2002 ) untuk meneliti pelaksanaan tugas perawat primer dan perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung.
Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pelaksanaan tugas perawat primer dan perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro. Interpretasi skor menggunakan skala ordinal yang dikategorikan menjadi tiga yaitu pengetahuan baik, cukup dan kurang (Arikunto, 2002).
Data primer didapatkan dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada perawat primer dan perawat asosiet yang ada di ruang Dahlia dan Flamboyan. Responden terlebih dahulu diberikan informasi dari maksud penelitian ini serta menjelaskan pertanyaan jika ada yang kurang jelas. Kemudian responden diminta untuk memberikan tanda chek list (√) pada alternatif jawaban yang sesuai dengan tugas yang sudah dilaksanakan. Data sekunder diperoleh dari buku profil rumah sakit pada bagian Diklat dan bagian rekam medik rumah sakit. Data yang bisa didapatkan dari buku profil rumah sakit pada bagian Diklat adalah semua kondisi rumah sakit, sarana dan prasarana, jenis pelayanan dan sumber daya organisasi.
Pengolahan data kuesioner menggunakan skala likert (selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah) yang telah diubah dalam bentuk angka seperti yang tertera pada score. Pada penelitian ini data kuesioner yang sudah terkumpul dilakukan tabulasi frekuensi. Data yang diambil kemudian dikategorikan ke dalam skor menurut Arikunto (1997), yaitu dengan cara membandingkan scor data dengan skor-skor yang
ada dalam standar sehingga didapatkan presentase, kemudian ditafsirkan kedalam kalimat yaitu baik, cukup dan kurang, dengan kriteria :
1. Baik bila persentase 76-100% 2. Cukup bila Persentase 56-75% 3. Kurang bila persentase <55%
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan permohonan dan persetujuan dari instansi, badan atau lembaga yang terkait untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya. Kepada responden, peneliti memberkan informed consent dan surat permohonan bersedia menjadi responden.
Kesulitan dalam penelitian ini adalah jadwal perawat pelaksana yang bertugas tidak menentu, bahkan ada yang cuti dan sakit sehingga membuat peneliti kesulitan sehingga menyebabkan penelitian menjadi tersendat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristik Responden Bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung
Karakteristik Frekuensi Persentase
1 Jenis Kelamin Laki-laki 4 13.3 Perempuan 26 86.7 2 Pendidikan SPK 2 6.7 DIII Keperawatan 25 83.3 S1 Keperawatan 3 10 3 Umur 20-30 tahun 16 53.3 30-40 tahun 10 33.3 >40 tahun 4 13.4
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa responden perempuan merupakan responden terbanyak yaitu 26 respoden (86,7%) dari jumlah respoden 30. Sedangkan jumlah responden laki-laki empat responden (13.3%) yang berarti respoden terkecil.
Latar belakang pendidikan responden yang terbanyak yaitu responden dengan pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 25 responden (83,3%). Responden dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan sebanyak tiga responden (10%). Responden dengan latar belakang pendidikan SPK sebanyak dua responden (6,7%).
Responden dengan usia antara 20-30 tahun menempati posisi tertinggi yaitu 16 respondent (53,3%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar usia responden termasuk dalam usia produktif. Responden dengan usia antara 30-40 tahun sebanyak 10 responden (33.3%). Sedangkan jumlah responden terkecil yaitu responden yang telah berusia diatas 40 tahun sebanyak empat responden (13,4%).
Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Tugas Perawat Primer Di Bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung.
No Tugas perawat primer % Nilai
1 Bertugas di pagi hari 100 Baik
2 Melaksanakan operan jaga 100 Baik
3 Melaksanakan kontrak dengan klien 100 Baik 4 Menyelenggarakan Pre conference 86.7 Baik 5 Menyelenggarakan Post conference 86.7 Baik
6 Membagi tugas PA 93.3 Baik
7 Melakukan pengkajian,diagnosa, perencanaan 100 Baik
8 Memonitor, membimbing PA. 100 Baik
9 Membantu tugas PA 100 Baik
10 Mengoreksi, dan melengkapi catatan askep PA 100 Baik 11 Mendampingi visite dokter dan mengatur
pelaksanaan konsultasi dan laborat 100 Baik
12 Melakukan evaluasi askep 93.3 Baik
13 Pendelegasian tugas pada PA 100 Baik
14 Memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien.. 86.7 Baik
15 Melakukan tindakan yang bersifat terapi 100 Baik 16
17 Diskusi kasus dalam pertemuan rutin
keperawatan 40 Kurang
18 Menyelenggarakan diskusi kasus sesuai
prosedur. 46.7 Kurang
19 Membuat rencana pulang 100 Baik
Prosentase rata-rata 86 Baik
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 2, gambaran pelaksanaan tugas perawat primer di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung secara umum termasuk kategori baik, prosentase rata-ratanya yaitu 86%. Hal ini perlu dipertahankan dan di tingkatkan agar pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan yang di berikan kepada pasien optimal. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan di RSUD Saras Husada Purworejo yang menyatakan bahwa pelaksanaan tugas perawat primer belum terlaksana dengan baik, prosentasenya sebesar 42,1% (kurang), sehingga nilai-nilai profesional belum terlaksana dengan baik yang menunjukkan prosentase 58,8% (kurang), dan penerapan standart asuhan keperawatan sebesar 58,7% termasuk kategori kurang.
Hal ini menunjukkan bahwa perawat primer mempunyai peran penting dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien. Didukung oleh teori Hubber cit Sitorus (2006) yang menyatakan bahwa perawat primer harus mempunyai kemampuan asertif, mandiri, mempunyai kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, bertanggung jawab serta mampu berkolaborasi dengan baik untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Prosentase terendah dalam pelaksanaan tugas perawat primer di RSUD Djojonegoro Temanggung adalah diskusi rutin dengan tim kesehatan lain dengan
prosentase 0%, kegiatan ini belum terselenggara sama sekali jadi peneliti mengangap bahwa prosentase terendah adalah penyelenggaraan diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan yaitu 40% termasuk kategori kurang. Menurut hasil wawancara diskusi dalam pertemuan rutin keperawatan sudah berjalan tetapi masih jarang dan belum terjadwal, pada diskusi tersebut belum tentu semua perawat dapat mengikuti karena perbedaan shift, sibuk menangani pasien. Hal ini perlu di perbaiki lagi, karena diskusi kasus sangat penting untuk menambah pengalaman, memperbaharui ilmu mereka sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan khususnya keperawatan. Salah satu strategi untuk lebih memahami tentang nilai-nilai profesional adalah diskusi kasus secara periodik tentang berbagai masalah pada praktik keperawatan yang dilakukan (Sitorus, 2006).
Prosentase tertinggi pelaksanaan tugas perawat primer adalah melaksanakan operan jaga, melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan, Memonitor dokumentasi yang dilakukan perawat asosiet, membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan perawat asosiet, melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan perawat asosiet, mendampingi visite dokter, mendelegasikan tugas kepada perawat asosiet yang telah di tunjuk (wakil perawat primer) sebagai pembimbing apabila perawat primer cuti/ libur, membuat perencanaan pulang, dan pelaksanaan proses keperawatan yaitu masing-masing prosentasenya 100% termasuk kategori baik.
Seluruh perawat primer selalu melaksanakan tugasnya untuk melakukan operan jaga. Operan jaga merupakan salah satu hubungan profesional antar perawat yang berfungsi untuk menyampaikan kondisi atau keadaan umum klien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu di tindak lanjuti oleh perawat yang dinas berikutnya. Hal ini berarti perawat primer sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan pernyataan Sitorus & Yulia (2006), salah satu tugas perawat asosiet adalah melakukan kegiatan serah terima jaga bersama dengan perawat asosiet.
Pada awal pasien masuk ruangan semua perawat primer selalu melakukan kontrak dengan pasien dan keluarganya. Hal ini berfungsi untuk membangun hubungan profesional karena hubungan itu dimulai sejak pasien pertama kali bertemu dengan perawat dan di teruskan pada saat melakukan pengkajian/ tindakan kepada klien dan keluarga. Oleh karena itu perawat harus mampu menggunakan pengetahuan tentang teori-teori komunikasi sehingga dapat membangun hubungan saling percaya. Tugas perawat primer adalah melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan berdasarkan format orientasi klien dan keluarga sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-menerus pada saat melakukan pengkajian/tindakan kepada klien dan keluarga (Sitorus & Yulia, 2006).
Pengkajian kepada pasien selalu dilakukan oleh seluruh perawat primer. Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dari proses keperawatan sehingga tahapan berikutnya sangat tergantung pada keakuratan tahapan sebelumnya. Sesuai dengan pernyataan Sitorus & Yulia (2006), bahwa Tugas perawat primer adalah
melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan perawat asosiet pada sore, malam atau hari libur.
Berdasar pada pengkajian perawat primer menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang menjadi tanggung jawabnya. Kemudian perawat primer membuat rencana keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab perawat primer adalah menetapkan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian (Sitorus & Yulia, 2006).
Perawat primer membagi tugas kepada perawat asosiet untuk melaksanakan intervensi keperawatan sesuai perencanaan keperawatan yang sudah disusun. Dalam hal ini perawat primer juga bertugas membimbing dan memonitor tugas perawat asosiet. Tugas perawat primer adalah Menetapkan perawat asosiet yang bertanggung jawab kepada setiap klien pada setiap giliran jaga (shift) sesuai kondisi yang ada, melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) pada perawat asosiet dalam implementasi tindakan keperawatan, Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA (Sitorus & Yulia, 2006).
Selanjutnya perawat primer melakukan evaluasi hasil yang diharapkan , hasil evaluasi digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian selanjutnya. Tugas perawat primer adalah melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari (Sitorus & Yulia, 2006). Secara umum dapat digambarkan bahwa pelaksanaan tugas perawat primer di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung sudah berjalan baik.
Tabel 3. Gambaran Pelaksanaan tugas perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung.
No Tugas perawat asosiet % Nilai
1 Membaca rencana keperawatan 94.7 Baik
2 Konfirmasi tentang kondisi klien 90.6 Baik
3 Hubungan terapeutik 89.3 Baik
4 Mengikuti pre conference 89.3 Baik
5 Melaksanakan rencana askep 96 Baik
6 Monitoring respon klien 92 Baik
7 Konsultasi tentang masalah klien ke PP 76 Baik 8 Berperan dlm penkes pada pasien 65.3 Cukup 9 Menerima keluhan klien/keluarga 93.3 Baik
10 Melengkapi catatan askep 94.6 Baik
11 Evaluasi askep setiap akhir tugas 84 Baik
12 Mengikuti post conference 85.3 Baik
13 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik
88 Baik
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada siang, malam, dan hari libur
93.3 Baik 15 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter
seminggu sekali.
0 Kurang
16 Mengikuti diskusi kasus rutin keperawatan 34.6 Kurang 17 Memberikan resep & menerima obat dari
klien/ keluarga
76 Baik
Prosentase rata-rata 79 Baik
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 3, gambaran pelaksanaan tugas perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung secara umum termasuk kategori baik, prosentase rata-ratanya yaitu 79%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan di RSUD Saras Husada Purworejo yang menyatakan bahwa prosentase pelaksanaan tugas perawat asosiet sebesar 37,7% termasuk kategori kurang, hal ini mempengaruhi hubungan profesional antara perawat dengan klien yang menunjukkan prosentase 51% termasuk
kategori kurang. Keberhasilan penerapan metode keperawatan primer modifikasi sangat tergantung dari kemampuan perawat primer dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya serta komitmen yang tunggi dari seluruh anggota tim dan pimpinan rumah sakit (Kertayasa, 2007).
Persentase terendah adalah mengikuti diskusi kasus dengan dokter seminggu sekali dengan prosentase 0%, kegiatan ini belum terlaksana di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro Temanggung karena sulit mencari waktu luang di antara kesibukan dokter dan perawat, jadi peneliti menganggap bahwa prosentase terendah dalam pelaksanaan tugas perawat asosiet adalah mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan yaitu 34,6% termasuk kategori rendah, dari hasil wawancara hal ini karena diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan belum terjadwal dan hal itu sulit di laksanakan karena kesibukan perawat dan perbedaan jadwal dinas. Hal ini belum sesuai dengan pendapat Sitorus (2006), bahwa salah satu strategi untuk lebih memahami tentang nilai-nilai profesional adalah diskusi kasus secara periodik tentang berbagai masalah pada praktik keperawatan yang dilakukan.
Prosentase tertinggi adalah melakukan tindakan pada pasien berdasarkan rencana keperawatan pada semua klien yang menjadi tanggung jawabnya yaitu 96 % termasuk kategori baik. Hal ini berarti perawat asosiet sudah melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh perawat primer dan sudah menjalankan tugasnya dengan baik terutama dalam proses keperawatan. Salah satu tugas perawat asosiet adalah
melakukan tindakan keperawatan pada klien berdasarkan rencana keperawatan (Sitorus & Yulia, 2006).
Setelah selesai melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan perawat asosiet mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil tindakan yang sudah dilakukan. Hal ini berfungsi untuk menghindari kesalahan intervensi dan untuk membantu perawat primer dalam pendokumentasian keperawatan. Salah satu tugas perawat asosiet adalah Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia (Sitorus & Yulia, 2006).
Perawat asosiet mendiskusikan tentang masalah pasien dan bekerjasama dalam pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawab timnya. Hal ini berarti bahwa kolaborasi antara perawat primer dan perawat asosiet terjalin dengan baik. Mengkomunikasikan kepada perawat primer bila menemukan masalah yang perlu diselesaikan (Sitorus & Yulia, 2006).
Secara umum pelaksanaan MPKP di RSUD Djojonegoro sudah berjalan baik. Hal ini terwujud karena dukungan dari pimpinan rumah sakit dan tidak lepas dari peran perawat yang melaksanakan tugas dengan baik serta sesuai tanggung jawab masing-masing.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah secara umum pelaksanaan MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung berjalan baik. Perawat
primer di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro melaksanakan tugasnya dengan baik persentasenya sebesar 86%. PP sudah menyelenggarakan operan jaga, pre conference dan post conference untuk menciptakan hubungan professional sesama perawat. Pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan dan evaluasi yang merupakan bagian dari asuhan keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik.
Pelaksanaan tugas perawat asosiet di bangsal MPKP RSUD Djojonegoro termasuk kategori baik dengan persentase 79%. PA sudah mengikuti operan jaga, pre
conference dan post conference yang diselenggarakan oleh PP. PA melaksanakan
tugas yang didelegasikan oleh PP dan berkoordinasi apabila menemui kesulitan. Saran
1. Bagi Direktur RSUD Djojonegoro Temanggung perlu meneruskan kebijakan pelaksanaan MPKP yang sudah ada dan mengembangkan pelaksanaan MPKP ke bangsal lain selain Flamboyan dan Dahlia.
2. Bagi perawat, perlu mengembangkan diskusi kasus dengan tim kesehatan lain untuk bertukar pengalaman, lebih berfikir kritis untuk menyelesaikan masalah klien.
3. Bagi pimpinan PSIK FK UMY, perlu mengadakan penyegaran materi secara berkala untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelaksanaan MPKP di RSUD Djojonegoro Temanggung.
4. Kepada peneliti lain yang berminat melanjutkan yang terkait dengan penelitian ini sebaiknya memperhatikan keterbatasan dalam penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih penulis ucapkan kepada :
1. dr. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Uswatun Khasanah, MNS selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Moh. Afandi S.Kep, Ns selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
4. Arif Riyanto S.Kep,Ns selaku pembimbing dari rumah sakit dan sekaligus dosen penguji.
5. Orang tuaku yang tidak pernah berhenti berdo’a dan berharap, yang senantiasa menjadi semangat ketika penulis mulai merasa lelah.
6. Anung, yang tak pernah bosan bersamaku saat susah dan senang serta semua teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
RUJUKAN
Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi V. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
BP. RSUD Djojonegoro Temanggung. (2006). Profil BP RSUD Djojonegoro
Kabupaten Temanggung Tahun 2006. Tidak diterbitkan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I (1993). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.
Hidayat, A Aziz Alimul. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
Kertayasa. (2007). Optimalisasi model praktek keperawatan professional dengan
modifikasi keperawatan primer dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Diakses November 2007, dari http://Top / Unair S2-Thesis /
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan / 2006 / jiptunair-gdl-s2-2007-kertayasag-5981
Kurniawan, M.Arif. (2007). Evaluasi pengembangan model praktik keperawatan
profesional (MPKP) di Ruangan Flamboyan RSUD Saras Husada Purworejo. Skripsi strata satu, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Kusnanto, (2004). Pengantar profesi & praktik keperawatan profesional. Penerbit
Buku Kedokteran Egc. Jakarta.
Mulyani, S. (2006). Efektifitas sistem pembagian tugas metode primer modifikasi
(mpm) terhadap penerapan standar asuhan keperawatan serta kepuasan klien dan perawat di ruang mpkp rsud prof. margono sukarjo purwokerto.
Skripsi strata satu, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Nurachmah, Elly. (2001, 21 Juni). Asuhan keperawatan bermutu di rumah sakit.
Diakses November 2007, dari
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=786&tbl=artikel Nursalam, (2002). Manajemen keperawatan, aplikasi dalam keperawatan
profesional. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Nursalam, (2003). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Nuryandari. (2000). Pengaruh implementasi model prakteik keperawatan profesional
(MPKP) terhadap mutu asuhan keperawatan di RSUP Dr. Sardjito. Tesis,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Panitia pelatihan FIK UI (2006). Modul pelatihan implementasi model praktik
keperawatan profesional di rumah sakit. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Jakarta.
Siswono. (2002). Model praktik keperawatan profesional di Indonesia. Diakses November 2007, dari http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi? Newsid 1036642126,58917
Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan profesional di rumah sakit, penataan
struktur & proses (sisem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Sitorus, R & Yulia (2006). Model praktik keperawatan profesional di rumah sakit,
penataan struktur & proses (sisem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Swanburg, R. C. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan,