• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BANTAENG (HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN BANTAENG

(HUMAN DEVELOPMENT ANALISIST BANTAENG REGENCY)

KERJASAMA BAPPEDA BANTAENG

(3)

KATA SAMBUTAN

Kebutuhan konsumen akan data statistik semakin kompleks, khususnya data sosial. Untuk memenuhi data tersebut Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banteng telah menerbitkan publikasi Analisis Pembangunan Manusia (APM) 2016.

Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai tingkat kesejahteraan rakyat dan indikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaian keberhasilan Pembangunan di Kabupaten Banteng.

Data yang digunakan untuk menganalisis dua hal tersebut di atas adalah data survei lapangan dan data sekunder yang tersebar di SKPD serta data sekunder lainnya yang berkaitan dengan pembangunan manusia.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga terbitnya publikasi ini diucapkan banyak terima kasih. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan publikasi APM selanjutnya.

Bantaeng, Agustus 2016 KEPALA BAPPEDA

KABUPATEN BANTAENG,

(4)

DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... i DAFTAR ISI ... ii BAB - I PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Tujuan Penulisan ... 4 1.3.Ruang Lingkup ... 4 1.4.Sistimatika Penulisan ... 5 BAB - II METODOLOGI ... 6

2.1.Konsep dan Definisi ... 6

2.1.1.Angka Harapan Hidup ... 10

2.1.2.Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah 12 2.1.3.Purchasing Power Parity ... 15

2.2.Sumber Data ... 16

BAB - III KONDISI WILAYAH... 17

3.1.Geografis ... 17

3.2.Keadaan Iklim ... 17

3.3.Penduduk ... 18

3.4.Perekonomian ... 19

BAB - IV KINERJA PEMBANUNAN ... 20

4.1.Posisi Pembangunan Manusia ... 20

4.2.Bidang Kesehatan ... 20

4.3.Bidang Pendidikan ... 21

4.4.Daya Beli ... 22

(5)

BAB - V KESEHATAN ... 25

5.1.Angka Kematian Bayi dan Harapan Hidup ... 25

5.2.Pemerataan Pelayanan Kesehatan ... 28

5.3.Peningkatan Peran Serta Masyarakat ... 30

BAB - VI PENDIDIKAN ... 32

6.1.Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 33

6.1.1. Harapan Lama Sekolah ... 35

6.1.2. Rata-rata Lama sekolah... 36

6.2. Angka Partisipasi Sekolah ... 36

BAB - VII. PARIETAS DAYA BELI ... 38

BAB - VIII PENUTUP ... 42

8.1.Kesimpulan ... 42

8.2.Implikasi Kebijakan ... 43

(6)

BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan potensi utama sekaligus merupakan tujuan utama dalam pembangunan. Hal tersebut berarti bahwa manusia merupakan aset kekayaan bangsa yang harus dijaga dan terus dtingkatkan seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Sehingga keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar permasalahan mendasar di masyarakat yang dapat teratasi, meliputi : kemiskinan, pengangguran, gizi buruk, dan buta huruf.

Derajat peningkatan kesejahteraan manusia yang merupakan tujuan utama pembangunan tentunya menjadi penting untuk diketahui. Hal tersebut sekaligus menjadi ukuran peningkatan atau penurunan pencapaian indikator keberhasilan pembangunan. Untuk itu diperlukan adanya ukuran standar pembangunan manusia yang sekaligus merupakan raport pemerintah dan pemerintah daerah.

Berbagai ukuran pembangunan manusia telah dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat membandingkan antar wilayah atau antar negara. Oleh karena itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (APM) atau Human Development Indeks (HDI). Menurut UNDP, didenifisikan sebagai proses perluasan

(7)

people). APM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan HDR

(Human Development Report). APM adalah pengukuran

perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Dan digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara sebagai negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (Wikipedia).

APM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. APM sekaligus merupakan indicator keberhasilan pemerintahan, baik daerah/kota, provinsi maupun Negara. APM tersebut merupakan indikator tertinggal tidaknya suatu daerah, sehingga merupakan raport kinerja pemerintah daerah.

Pengukuran APM terkait dengan indikator lain sebagai pendukungnya, dimana setiap perubahan pada indikator tersebut mempengaruhi nilai indeks pembangunan manusia. Adapun dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu meliputi 3 indeks :

longevity/umur panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup (AHH) saat kelahiran, knowledge/pengetahuan diukur dengan angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS), serta decent living standard/standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli (purchasing power parity). Seperti dalam mengukur angka harapan hidup maka

(8)

terlebih dahulu harus ditentukan tingkat kematian penduduk. Tingkat kematian ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan pangan, kemiskinan, keadaan gizi, penyakit menular, keadaan fasilitas kesehatan, kecelakaan, bencana dan kelaparan massal.

Berdasarkan hasil perhitungan APM Kabupaten Bantaeng periode 2015 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Berbagai program strategis dalam peningkatan sumberdaya manusia baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun daya beli masyarakat dijalankan dan mendapat respon baik dari masyarakat. Hal tersebut berarti pula bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah sehingga berdampak langsung terhadap partisipasinya yang semakin baik dalam pembangunan. Untuk maksud sebagaimana disebutkan sebelumnya, sehingga hasil hitungan APM periode 2015 menjadikan dasar hadirnya buku ini. Kebijakan pembangunan pendidikan dan kesehatan yang merupakan aset utama sehingga mempercepatan pembangunan ekonomi di daerah merupakan pilihan yang tepat sebagaimana dilakukan di Bantaeng dan terukur pada buku ini.

1.2. Tujuan Penulisan

Secara umum, publikasi ini bertujuan untuk menyajikan data dan analisis APM tahun 2015 dan untuk melihat perkembangannya juga digunakan data pada tahun sebelumnya. Selain itu, publikasi ini juga menganalisis perkembangan masing-masing komponennya. Secara khusus, publikasi ini

(9)

komponennya, menyajikan analisis perkembangan indeks pembangunan manusia serta menyajikan analisis keterkaitan APM dengan indikator lainnya. Disamping itu, laporan APM Kabupaten Bantaeng Tahun 2015 disusun dalam kerangka menempatkan dimensi manusia sebagai titik sentral dalam pembangunan, dengan bercirikan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga daerah mempunya iindikator yang berfungsi sebagai ukuran pencapaiaan pembangunan, terutama yang terkait erat dengan upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Penggunaan salah satu indikator komposit pada indeks pembangunan manusia, sehingga dalam tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang kinerja pembangunan Kabupaten Bantaeng selama periode 2015.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pelaporan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bantaeng tahun 2014 - 2015 hanya mencakup wilayah kabupaten. Cakupan tersebut disesuaikan dengan besarnya sampel dan ketersediaan data skunder sehingga hanya secara fokus untuk menghitung APM Kabupaten Bantaeng.

Sumber data yang digunakan adalah hasil survey sosial ekonomi tahun 2015, dan Produksi Domestik Regional Bruto Kabupaten Bantaeng 2015 Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantaeng serta hasil survey dengan menggunakan kuesioner Modul konsumsi yang disesuaikan dengan indeks PPP sebagai data konsumsi riil perkapita.

(10)

1.4. Sistematika Penulisan

Bab satu menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Kemudian Bab dua membahas tentang metodologi, meliputi pengertian konsep, metode yang digunakan dan penjelasan komponen serta cara penghitungan indeks masing-masing komponen dan sumber data yang digunakan. Selanjutnya pada Bab tiga membahas tentang gambaran umum Kabupaten Bantaeng yang diuraikan mulai dari letak geografis, kependudukan, ekonomi (PDRB), potensi pemanfaatan sumber daya alam. Bab empat membahas tentang posisi pembangunan manusia yang terdiri dari; indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli serta indeks pembangunan manusia. Pada Bab lima membahas tentang masalah kesehatan yang terdiri dari; angka kematian bayi dan harapan hidup, pelayanan kesehatan, status gizi, status kesehatan masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakat. Bab enam membahas tentang pendidikan yang meliputi; sarana dan prasarana pendidikan, tingkat pendidikan yang ditamatkan serta partisipasi sekolah. Bab tujuh adalah penutup, yang berisi kesimpulan, saran, dan implikasi kebijakan.

(11)

BAB – II METODOLOGI

Analisis pembangunan manusia mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. APM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Sebagai ukuran kualitas hidup, APM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar antara lain: umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas Karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity).

2.1. Konsep dan Definisi

APM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks

(12)

Indeks X (i) = X(i) – X(i) min ……….. (2) X (i) maks – X(i) min

pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak, yang dirumuskan sebagai berikut:

APM = 1/3 [ X(1) + X(2) + X(3) ] ……….…(1)

Dimana : X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah).

X(3) : Indeks paritas daya beli.

Nilai indeks hasil perhitungan dari setiap komponen tersebut adalah antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Dari hasil laporan ini indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100) untuk memudahkan penafsiran, yang disarankan oleh Badan Pusat Statistik (BPS-UNDP, 1996).

Masing-masing indeks komponen tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya, dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Formula yang digunakan sebagai berikut:

Dimana X(i) : Indikator ke-i (i=1,2,3) X(i)maks : Nilai maksimum X(i)

(13)

X(i)min : Nilai minimum X(i)

Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen APM yang digunakan dalam penghitungan

a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 b) Mengikuti kondisi pasca krisis ekonomi

Dari hasil rekomendasi UNDP berbagai kritikan dan masukan yang berkaitan dengan rumusan indicator variabel APM, namun saat ini masih menggunakan ketiga komponen di atas, yaitu komponen kesehatan (longevity) yang terwakilkan dari usia harapan hidup (life expectancy at Age 0; e0), komponen

Indikator Komponen APM [=X(i)] Nilai Catatan Maksimu m Minimum (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata lama

sekolah 15 0

Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita

yang disesuaikan (Pendekatan terhadap daya beli) 732.720 a) 300.000 (1996) 360.000b)(1999,2 002) UNDP menggunakan PDB riil disesuaikan

(14)

pengetahuan atau kecerdasan terwakilkan oleh dua buah indicator yaitu angka melek huruf (literacy rate/ Lit) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling/ MYS) dan indicator hidup layak (decent living) atau kemakmuran yang terwakilkan oleh purchasing power parity/paritas daya beli. Untuk data PPP masih sulit didapatkan, maka data yang digunakan adalah PDRB riil perkapita.

2.1.1. Angka Harapan Hidup (e0)

Angka harapan hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Atau juga dapat didefinisikan sebaga rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh seseorang setelah orang tersebut mencapai ulang tahun yang ke x. Ukuran yang umum digunakan adalah angka harapan hidup saat lahir (eO) yang mencerminkan kondisi

kesehatan pada saat itu. Sehingga pada umumnya ketika membicarakan angka harapan hidup, yang dimaksud adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh seseorang sejak orang tersebut lahir. Angka harapan hidup berhubungan erat dengan angka kematian bayi. Secara teoritis menurunnya angka kematian bayi, akan menyebabkan meningkatnya harapan hidup, juga merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekata tidak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu anak lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup data ALH dan AMH. Selanjutnya dipilih metode Trussel

(15)

dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004)

Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup digunakan nilai maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun.

Penggunaan Angka Harapan Hidup didasarkan atas pertimbangan bahwa angka ini merupakan resultante dari berbagai indikator kesehatan. AHH merupakan cerminan dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sanitasi lingkungan, pengetahuan ibu tentang kesehatan, gaya hidup masyarakat, pemenuhan gizi ibu dan bayi, dan lain-lain. Oleh karena itu AHH untuk sementara bisa mewakili indikator lama hidup.

Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk, khususnya di bidang kesehatan. Capaian angka harapan hidup di Indonesia masih belum menggembirakan, walaupun terjadi peningkatan angka harapan hidup selama tahun 2014 - 2015. Untuk itu perlu upaya peningkatan kualitas kesehatan yang lebih komprehensif agar perbaikan derajat kesehatan yang direfleksikan melalui penurunan angka kematian bayi. Tingkat kesehatan bayi juga dipengaruhi secara nyata oleh kondisi kesehatan ibu serta lingkungannya. Tidak sedikit anak yang terpaksa terlahir dengan

(16)

berat badan lahir rendah karena dilahirkan oleh ibu yang menderita kekurangan gizi.

Seperti yang telah disebutkan dalam BPS-UNDP (1996: 8) bahwa sebenarnya agak “berlebihan” mengatakan bahwa variabel e0

dapat mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat”, mengingat angka morbiditas tampaknya lebih valid dalam mengukur “hidup sehat”. Meskipun demikian, karena keterbatasan data dan hanya sedikit negara yang memiliki data morbiditas yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan perbandingan.

2.1.2. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Kata melek huruf dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis huruf latin/lainnya pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain atau dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca tulis (BPS, 2015). Angka melek huruf adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kualitas sumber daya manusia di suatu daerah. Indikator melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf.

Indikator pendidikan yang merepresentasikan dimensi pengetahuan dalam APM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang digunakan

(17)

   10 1 10 1 * i i fi LSi fi MYS

oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan indikator rata-rata lama sekolah dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel “ijazah/STTB tertinggi” yang dimiliki sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana : MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun) fi : frekuensi penduduk yang berumur 10

tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i.

Si : skor masing-masing jenjang pendidikan i.

LSi : 0 (bila tidak/belum pernah sekolah) LSi : Si (bila tamat)

LSi : Si + kelas yang diduduki – 1 (bila masih bersekolah dan pernah tamat)

LSi : kelas yang diduduki – 1 (bila jenjang yang

(18)

diduduki SD/SR/MI/Sederajat) i : jenjang pendidikan (1,2,3, ..,10):

Tabel 2.2. Jenjang Pendidikan dan Skor yang Digunakan untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan Skor

(1) (2) Tidakpunya 0 SD/MI/Sederajat 6 SLTP/MTs/Sederajat/Kejuruan 9 SMU/MA/Sederajat/Kejuruan 12 Diploma I/II 14

Diploma III/Sarjana Muda 15

Diploma IV/S1 16

S2 18

S3 21

Kemampuan membaca dan menulis penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan seseorang untuk dapat mencapai tujuan hidupnya, dimana hal ini berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi dalam pembangunan.

2.1.3. Purchasing Power Parity (PPP)

Komponen standar hidup layak atau dikenal juga sebagai Purchasing Power Parity (PPP) yang digunakan dalam laporan ini

(19)

U(y) = y’ jika yy’ = y’ + 2(y-y’)(1/2) jika y’ < y2y’

= y’+ 2(y-y’)(1/2)+ 3(y-2y’)(1/3) jika 2y’< y3y’

= y’ + 2(y-y’)(1/2)+ 3(y-2y’)(1/3)+ 4(y-3y’)(1/4) jika 3y’ < y4y’ dst.

adalah hasil survey menggunakan konsumsi riil perkapita dari hasi modul konsumsi disesuiakan dengan indeks PPP. Dengan menggunakan PDRB riil perkapita ini berarti mengasumsikan bahwa hasil dari PDRB daerah dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduk wilayah ini.

Formula Atkinson yang digunakanuntukpenyesuaian rata-rata konsumsi riil, yang dianggap kemampuan daya beli (U), secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dimana:

y = PDRB riil per kapita

y’ = threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (Garis Kemiskinan) yang dalam laporan ini nilai y ditetapkan sebesar Rp.540.378.- per kapita setahun.

2.2. Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan adalah data survei modul konsumsi sebagai mana yang digunakan pada sosial ekonomi nasional dan sebagai penunjang data survei penduduk antar sensus (SUPAS), dan indeks harga konsumen (IHK). Data

(20)

SKPD terkait merupakan sumber data sekaligus membantu verifikasi data yang digunakan untuk menghitung dua indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yaitu angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Demikian pula dengan angka harapan hidup (e0) dihitung

menggunakan data yang dikoreksi. Sedangkan indikator daya beli atau PPP (purchasing Power Parity) dihitung menggunakan hasil survey dengan menggunakan modul konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditi. Untuk mendapatkan pengeluaran per kapita riil digunakan indeks harga konsumen sebagai deflator.

(21)

BAB – III

KONDISI WILAYAH 3.1. Geografis

Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak 5°21’13’’ - 5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’- 120°05’27’’ Bujur Timur. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar sekitar 120 kilometer ke arah selatan. Letak kabupaten ini berbatasan ; di utara dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba, di timur dengan Bulukumba, Selatan dengan Laut Flores, dan barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto.

Ketinggian antara 100 – 500 M dari permukaan laut merupakan wilayah yang terluas atau 29,6 persen dari luas wilayah seluruhnya, dan terkecil adalah wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut 0-25 m atau hanya 10,3 persen dari luas wilayah. Luas wilayah daratan secara administrasi sekitar 398,70 Kilometer persegi terdiri dari 82 persen adalah lahan kering dan sisanya adalah lahan sawah. Keadaan jenis tanah sebagai besar berkategori tanah mediteran coklat dan kemerahan, yang cocok untuk lahan perkebunan dan lahan tanaman pangan.

3.2. Keadaan Iklim

Berdasarkan hasil pemantauan 10 hari perbulan di tahun 2015 terjadi hujan dengan curah hujan rata-rata 21 mm. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Bantaeng merupakan desa bukan pesisir yaitu sebanyak 51 desa. Hanya 16 desa yang terletak di daerah pesisir. Desa bukan pesisir ada yang terletak pada daerah

(22)

aliran sungai, lereng bukit dan juga ada yang terletak pada dataran.

3.3. Penduduk

Jumlah penduduk periode lima tahun terakhir memperlihatkan adanya kecendurungan peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 0.78 persen. Hal ini dapat di lihat pada hasil perthitungan pertumbuhan penduduk mulai tahun 2011 - 2015.

Tabel 3.1

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG

2011 2012 2013 2014 2015

178,477 179,505 181,006 182,283 183.386

Grafik akumalasi penyebaran penduduk dari 8 kecamatan, 46 desa dan 21 kelurahan; dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi sekitar 463 jiwa dan menunjukan adanya peningkatan kepadatan penduduk, sedangkan kecamatan yang jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Bissapu dan Bantaeng.

3.4. Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar harga berlaku) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga berlaku ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kondisi perekonomian yang

(23)

pada kenyataannya sangatlah dinamis dan cendrung mengikuti kondisi perekonomian local, regional dan internasional. Adapun gambaran perkembangan perekonomian Kab. Bantaeng sebagaimana pada Tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2.

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rupiah) Kabupaten Bantaeng tahun 2011 – 2015

NO. TAHUN PDRB 1. 2011 18,193,471 2. 2012 21,310,939 3. 2013 23,964,408 4. 2014 27,083,158 5. 2015 30,563,901

Dari table tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Bantaeng. Pada dua tahun terakhir, sejak tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar dua juta rupiah setiap tahunnya. Hal tersebut berarti bahwa terjadi peningkatan kualitas ekonomi masyarakat secara signifikan setiap tahunnya.

(24)

BAB – IV

KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA

4.1. Posisi Pembangunan Manusia

IPM merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai ukuran kebijakan dan upaya yang dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia khususnya pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) serta partisipasi dalam pembangunan. Namun indeks ini hanya akan memberikan gambaran perbandingan antar waktu dan perbandingan antar wilayah. Sebelum pembahasan mengenai perbandingan IPM antar waktu, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai keadaan dari masing-masing indikator (komponen) pembentuk IPM. Komponen-komponen tersebut adalah indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks paritas daya beli.

4.2. Bidang Kesehatan

Indeks Kesehatan diwakili dengan Angka Harapan Hidup (eo) yang

dijadikan gambaran kualitas pembangunan manusia dibidang kesehatan. Pada tahun 2014 indeks kesehatan sebesar 76.43% kemudian bergerak naik menjadi sebesar 76.57% pada tahun 2015. Perubahan indeks kesehatan yang relatif kecil tetapi kenyataannya menunjukkan nilai yang besar terhadap perubahan kondisi kesehatan masyarakat. Angka ini juga sekaligus menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat telah berubah ke arah yang lebih baik dari tahun ke tahun sekaligus

(25)

menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Selain itu pembangunan kesehatan baik yang dilakukan masyarakat, pemerintah maupun swasta telah menampakkan wujud nyata sebagai masyarakat yang memahami pentingnya arti kesehatan. Hal tersebut tentunya ditunjang oleh berbagai program kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan didukung dengan baik oleh seluruh komponen masyarakat, diantaranya gratis program pelayanan kesehatan.

Kenaikan indeks kesehatan tersebut tentunya secara langsung berkonstribusi terhadap kenaikan IPM Kabupaten Bantaeng. Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakat untuk tahun 2014 sebesar 69.68 dan pada tahun 2015 terjadi sedikit peningkatan (AHH) 69.77 hal tersebut sekaligus menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.

4.3. Bidang Pendidikan

Indeks Pendidikan yang sekaligus menunjukkan kualitas pendidikan manusia di Kabupaten Bantaeng diwakili dengan dua indikator pendidikan yaitu Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah. Pada umumnya Indeks Pendidikan di kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan walaupun dengan nilai yang variatif. Harapan Lama Sekolah (HLS) di Kabupaten Bantaeng meningkat sebesar 11.48 pada tahun 2014 menjadi 11.67 pada tahun 2015. Dengan demikian terjadi kenaikan jumlah masyarakat yang mampu membaca atau tidak buta aksara.

(26)

Peningkatan Indeks Pendidikan dimana tahun 2014 sebesar 52.42% meningkat menjadi 52.97% pada tahun 2015 yang diwaliki dengan dua komponen tersebut, sekaligus menunjukkan terjadinya peningkatan dan perubahan yang cukup dinamis dalam upaya peningkatan kualitas pembangunan sumberdaya manusia di Kabupaten Bantaeng. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) tersebut. Walaupun demikian angka tersebut tidaklah permanen dan setiap saat bisa berubah. Hal tersebut berarti pula bahwa kesadaran masyarakat untuk belajar secara partisipatif merupakan hal utama dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia.

4.4. Bidang Daya Beli

Parietas daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lainnya berbeda. Perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah masih belum bisa dibandingkan, untuk itu perlu dibuat standarisasi.

Kemampuan daya beli/standar hidup layak atau Komponen PPP (Puschasing Power Parity) dalam laporan ini diolah berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga. Daya beli penduduk Kabupaten Bantaeng pada tahun 2014 sebesar 10.294 (juta rupiah) meningkat menjadi sebesar 10.467 (juta rupiah) pada tahun 2015.

(27)

Peningkatan ini dengan sendirinya menunjukkan perekonomian Kabupaten Bantaeng yang semakin membaik walaupun dengan peningkatan yang masih relatif rendah. Hal tersebut tentunya sangat ditunjang dengan peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang digalakkan oleh pemerintah daerah.

4.4. Indeks Pembangunan Manusia

Perbandingan indikator (komponen IPM yang diuraikan pada sub bab sebelumnya) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan pembangunan baru diukur dari masing-masing komponen. Sementara untuk mengetahui nilai akumulatifnya, maka menggunakan indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang merupakan penilaian kinerja pembangunan manusia secara keseluruhan dari tingkat pencapaian pembangunan manusia. Indikator ini juga secara mudah dapat memberikan posisi kinerja pembangunan (output pembangunan) yang dicapai oleh suatu daerah. Atau dengan kata lain, semakin tinggi nilai IPM suatu daerah atau negara, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan di wilayah tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bantaeng pada tahun 2014 sebesar 65.77% dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 66.20% Nilai tersebut menunjukkan peningkatan. Berdasarkan kriteria UNDP nilai IPM kurang dari 51 digolongkan sebagai IPM sedang, nilai IPM antara 51 sampai dengan 79 (51-79) digolongkan sebagai IPM menengah dan nilai IPM di atas 79 (> 79) digolongkan tinggi. Dengan demikian sesuai dengan kriteria tersebut, IPM Kabupaten Bantaeng tergolong IPM menengah, baik IPM pada tahun 2014 maupun IPM pada tahun 2015. Tentu

(28)

tidaklah mudah untuk mendapatkan kategori tinggi di tengah kondisi masyarakat Bantaeng yang secara keseluruhan masih dalam tahap peningkatan kapasitas sumberdaya dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Daerah yang memiliki IPM menengah terdapat pada kuadran I. Posisi nilai IPM yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu yang berada pada kuadrant III. Kabupaten yang berada pada kuadrant ini berarti secara konsisten dalam periode 2014-2015 kinerja pembangunannya dapat dikatakan tergolong sedang, walaupun terjadi peningkatan yang cukup pesat dan signifikan pada beberapa sektor, terutama sektor perekonomin. Hal tersebut berarti bahwa masih perlu dilakukan akselerasi melalui program-program strategis yang bermanfaat langsung bagi kehidupan masyarakat.

(29)

BAB – V

K E S E H A T A N

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar terjadi peningkatan kualitas kesehatan semua lapisan masyarakat dengan cara kemudahan dan kemurahan pelayanan kesehatan dan merata pada semua lapisan masyarakat. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan yang baik. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan memberikan penyuluhan agar keluarga membiasakan diri untuk hidup sehat dan menyediakan beberapa fasilitas kesehatan sampai ke daerah-daerah terpencil.

5.1. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup

Salah satu cara untuk menilai tingkat keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah terlaksana adalah melihat perkembangan angka kematian setiap tahunnya. Tingkat kematian secara umum erat hubungannya dengan tingkat kesakitan yang biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian. Proses penyebab kematian antara lain secara langsung dan tidak langsung, namun sebenarnya yang terjadi adalah akumulasi proses interaksi dari berbagai faktor yang secara sendiri ataupun bersama mempengaruhi terhadap tingkat kematian dalam masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (AKB).

(30)

Tabel 5.1.

BANYAKNYA ANAK LAHIR MATI MENURUT KECAMATAN 2015

Adanya penurunan angka kematian bayi merupakan salah satu indikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun demikian, mengingat angkanya yang masih relatif tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya khusus dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kecamatan District Kelahiran Birth Mati Dead Bissappu 1 Uluere -Sinoa 1 Bantaeng 4 Eremerasa 2 Tompobulu 3 Pajukukang 9 Gantarangkeke -Jumlah Total 20

(31)

Tabel .5.2.

BANYAKNYA ANAK LAHIR HIDUP MENURUT KECAMATAN 2015

Sementara itu, masih terdapat beberapa variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap AHH/e0. Semakin tingginya

persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Perkiraan hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga medis digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan penanganan yang sudah terlambat. Untuk itu keberadaan pelayan kesehatan merupakan faktor penting terjadinya keselamatan dalam penanganan kelahiran.

Kecamatan District Kelahiran Birth Hidup Life Bissappu 605 Uluere 208 Sinoa 227 Bantaeng 672 Eremerasa 469 Tompobulu 272 Pajukukang 849 Gantarangkeke 233 Jumlah Total 3.535

(32)

5.2. Pemerataan Pelayanan Kesehatan

Fasilitas dan tenaga kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya peningkatan dan penanggulangan kesehatan masyarakat. Fasilitas yang tersedia tanpa didukung dengan tenaga yang mengerti di bidangnya tentunya akan kurang bermakna, begitu juga sebaliknya tenaga yang tersedia tanpa fasilitas yang memadai akan mendapatkan hasil yang kurang optimal. Peningkatan peran masyarakat : Posyandu, Polindes, POD (Pos Obat Desa) BKM (Bina Keluarga Balita ) dan lain–lain.

Tabel 5.3.

BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN MENURUT KECAMATAN 2015 Kecamatan District Rumah Sakit Hospita l Rumah Bersalin Swasta Puskes mas/ Pustu/ Pusling Posyandu Integrated Service Klinik/ Balai Kesehatan Praktek Dokter/ Bidan Apotik Dispensary (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Bissappu - - 2 39 1 21 1 Uluere - - 1 17 - 7 -Sinoa - - 1 18 - 2 -Bantaeng 1 - 2 38 4 32 14 Eremerasa - - 2 30 - 6 -Tompobulu - - 1 20 - 7 -Pajukukang - - 3 58 1 12 -Gantarangkeke - - 1 17 - 5 -Jumlah Total 1 - 13 237 6 92 15

(33)

Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya 1 buah Rumah Sakit Umum yang berada di Ibu Kota Kabupaten Bantaeng yang dibantu dengan 13 puskesmas/puskesmas pembantu, 237 posyandu, 6 klinik/balai kesehatan, praktek dokter 92 dan 15 apotik yang tersebar di 8 kecamatan.

Guna menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing-masing rasanya agak sulit dilakukan oleh Puskesmas, apalagi mengingat beberapa wilayah mempunyai kondisi geografis yang cukup sulit. Oleh sebab itu harus ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yang disebut puskesmas pembantu (Pustu) dan puskesmas keliling (Puskel).

TABEL 5.4

BANYAKNYA TENAGA KESEHATAN/MEDIS MENURUT KECAMATAN 2015

UNIT KERJA DOKTER

SPESIALIS DOKTER UMUM DOKTER GIGI PUSKESMAS/ PUBLIC HEALTH CENTER - 13 14 RUMAH SAKIT/ HOSPITAL 11 15 2 JUMLAH/ TOTAL 11 28 16

(34)

Kecamatan District Tenaga Medis Medical Personal Apoteker Pharmacist Bidan Midwife Perawat Nurse Tenaga Kesehatan Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bissappu 5 1 10 19 30 Uluere 6 - 4 1 16 Sinoa 2 1 4 2 21 Bantaeng 21 19 58 177 14 Eremerasa 3 - 5 4 30 Tompobulu 2 - 5 5 11 Pajukukang 7 1 17 16 45 Gantarangkeke 2 - 3 4 19 Jumlah Total 44 22 106 228 186

Pada tahun 2015 tenaga kesehatan di Kabupaten Bantaeng terdiri dari 11 Dokter Spesialis, 28 dokter umum, 16 dokter gigi, 22 apoteker, 228 tenaga perawat, Tenaga Kebidanan 106. Kesemuanya bekerja pada sarana pelayanan kesehatan yang tersebar di Kabupaten Bantaeng (sumber : BPS Profil Kabupaten Bantaeng 2016)

5.3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Keberhasilan penanganan kesehatan sekaligus merupakan langkah dalam upaya pencapaian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap insan oleh sebab itu kesehatan mestinya tercermin dari kegiatan tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan yaitu; Kepemimpinan adalah melakukan intervensi kepemimpinan yang

(35)

berwawasan kesehatan untuk semua, Pengorganisasian, yaitu melakukan intervensi dibidang kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul Usaha Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM), Pendanaan; yaitu mengembangkan sumber dana yang ada untuk membiayai beberapa kegiatan di bidang kesehatan.

Peningkatan peran serta masyarakat secara kasar dapat dilihat dengan melihat keberadaan jenis UKBM misalnya Posyandu, Polindes, POD (Pos Obat Desa) BKM (Bina Keluarga Balita ) dan lain–lain. Namun karena keterbatasan data pada tulisan ini hanya dapat disampaikan keberadaan posyandu.

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, sehingga dihitung Angka Harapan Hidup (AHH). Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa (AHH) Kabupaten Bantaeng pada 2014 sebesar 69.68 dan tahun 2015 sebesar 69.77. Besar kecilnya AHH dipengaruhi oleh banyaknya variabel yang bersifat endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Variabel eksogen sangat luas cakupannya, meliputi input makanan, upaya kesehatan dan kondisi lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu. Pengaruh variabel tersebut bekerja secara tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain.

(36)

BAB – VI

P E N D I D I K A N

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, terutama dalam konteks pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan merupakan hak asasi manusia dan hak setiap warga negara untuk dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran, Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, gender dan lokasi geografis. Hal tersebut tentunya semakin meyakinkan bahwa sektor tersebut perlu mendapatkan porsi yang tepat guna meningkatkan kapasitasna dalam mengelola sumberdaya

UUD 1945 Pasal 31 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Demikian pula dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) pasal 5, ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat).

Isu mendasar di bidang pendidikan sesuai inpres No.5 Tahun 2006 adalah penuntasan wajib belajar dan pemberantasan buta aksara. Kedua isu ini tercantum dalam Rencana Pembangunan

(37)

Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP-D).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 disebutkan dalam sasaran pembangunan bidang pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk buta huruf, meningkatnya persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan pendidikan lanjutan dan berkembangnya pendidikan kejuruan yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil.

Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus sebagai investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.

6.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidkan merupakan kebutuhan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Ketersediaan fasilitas pendidikan sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar merupakan dua hal yang sangat berperan penting terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu hal yang selama ini masih menjadi kendala adalah

(38)

kelangkaan jumlah guru pada daerah terpencil. Isu yang sering terdengar, banyaknya tenaga pendidik yang enggan ditempatkan pada daerah terpencil, hal ini mengakibatkan menumpuknya jumlah guru di daerah perkotaan.

Tabel 6.1.

Jumlah Murid Dan Guru Kab. Bantaeng 2015

TINGKAT PENDIDIKAN SEKOLAH MURID GURU

RASIO MURID -GURU SD 143 21,154 2,388 9 MADRASAH IBTIDAYAH (MI) 21 1,549 289 5 SMP 33 6,515 646 10 MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) 33 3,581 493 7 SMA 8 3,979 335 12

MADRASAH ALIYAH (MA) 17 2,100 332 6

Sebaran tenaga pendidik di daerah dapat dilihat dengan perbandingan antara jumlah murid dan guru dengan tingkat pendidikan. Semakin kecilnya rasionya, maka beban guru semakin kecil pula. Rata-rata banyaknya murid bersekolah setiap tingkat pendidikan dapat diketahui dengan membandingkan jumlah murid terhadap sekolah. Salah satu kegunaannya adalah untuk melihat apakah sudah waktunya pemerintah atau pihak swasta membangun sekolah baru pada suatu tempat.

(39)

Rasio murid terhadap guru di Kabupaten Bantaeng pada kurun waktu 2014-2015 relatif stabil. Perubahan yang terjadi tidak signifikan. Jika diperhatikan dari tingkat pendidikan SD maka rasio murid terhadap guru artinya dari 9 murid harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar. Begitupun rasio murid terhadap guru SLTP dari 10 siswa harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar selanjutnya rasio murid terhadap guru SMA artinya dari 12 murid harus ditangani oleh seorang guru ketika mengajar.

6.1.1. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Harapan Lama Sekolah (HLS) pada periode 2014 dan 2015 mengalami perubahan yaitu sebesar 11.48 pada tahun 2014 dan sebesar 11.67 pada tahun 2015. Peningkatan yang tidak sangat pesat tersebut sekaligus menunjukkan bahwa upaya peningkatan kemampuan membaca bagi masyarakat telah menunjukkan peningkatan yang sangat berarti yang tentunya bermanfaat bagi ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas.

6.1.2. Rata–Rata Lama Sekolah (RLS)

Gerakan wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu merupakan kebijakan umum yang diharapkan mampu meningkatan kualitas sumberdaya manusia.

(40)

Sehingga rata-rata lamanya sekolah merupakan indikator yang dapat memberikan informasi tentang sejauh mana capaian wajib belajar yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk.

Rata-rata lamanya sekolah penduduk untuk tahun 2015 dan 2014 tidak perjadi perubahan dimana berkisar 6.16 rata-rata lama sekolah. Jika dibandingkan dengan 24 kabupaten/kota maka pada tahun 2015 rata-rata lamanya sekolah angkanya sudah relatif tinggi. Walaupun demikian, kesadaran masyarakat di bidang pendidikan termasuk lama sekolah masih perlu ditingkatkan.

6.2. Angka Partisipasi Sekolah

Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Angka partisipasi sekolah merupakan daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama penduduk usia muda.

Angka partisipasi sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi angka partisipasi sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun meningkatnya angka partisipasi sekolah tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka

(41)

kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan.

Tabel 6.2

Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partispasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan 2015

JENJANG APM (%) APK (%)

SD/MI 86.86 110.60

SMP/MTs 50.99 87.51

SMA/MA 31.30 56.48

(42)

BAB – VII

PARIETAS DAYA BELI

Berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan dan upaya pembangunan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan khususnya pada lima tahun terakhir, hal tersebut dapat dilihat dari tahun ketahun yang terus meningkat di Kabupaten Bantaeng.

Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Bantaeng pada tahun 2015 dimana nilai PDRB atas harga berlaku telah mencapai 5.604.991,- (juta rupiah). Jika dibandingkan PDRB pada tahun 2014 yang hanya sekitar 4.964.121,- (juta rupiah).

Data PDRB Kabupaten Bantaeng masih menunjukkan struktur perekonomiannya yang masih didominasi oleh sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2015 sebesar 32.12% kemudian sektor konstruksi 16.75% dan selanjutnya pada sektor perdagangan sebesar 13.51%.

TABEL 7.1.

PDRB KAB. BANTAENG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH)

TAHUN 2014-2015

KATEGORI URAIAN 2014 2015

A PERTANIAN, KEHUTANANDAN PERIKANAN 1,699,092.9 1,800,591.6 B PERTAMBANGAN DANPENGGALIAN 145,317.90 217,903.5

C INDUSTRI PENGOLAHAN 233,422.4 276,637.6

(43)

E PENGADAAN AIR,PENGOLAHAN SAMPAH,

LIMBAH DAN DAUR ULANG 3,710.10 3,873.0

F KONSTRUKSI 858,491.30 938,854,8

G PERDAGANGAN BESAR DANECERAN, REPARASI MOBIL

DAN SEPEDA MOTOR 641,028.60 757,143.0

H TRANSPORTASI DANPERGUDANGAN 55,133.9 73,840.8 I PENYEDIAAN AKOMODASIDAN MAKAN MINUM 40,092.40 50,759.1 J INFORMASI DANKOMUNIKASI 111,988.70 121,937.4 K JASA KEUANGAN DANASURANSI 120,486.4 132,811.1

L REAL ESTATE 251,904.20 302,992.7

M,N JASA PERUSAHAAN 8,282.00 9,360.1

O

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,

PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL

323,194.67 367,436.36

P JASA PENDIDIKAN 268,998.70 297,111.6

Q JASA KESEHATAN DANKEGIATAN SOSIAL 122,651.70 157,326.3

R,S,T,U JASA LAINNYA 76,841.50 93,082.7

PDRB 4,964,121.2 5,604,991.7

(44)

TABEL 7 - 2.

PDRB KAB. BANTAENG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (PERSENT) 2015

KATEGORI URAIAN %

A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 32.12

B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.89

C INDUSTRI PENGOLAHAN 4.94

D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 0.06

E PENGADAAN AIR, PENGOLAHAN SAMPAH,LIMBAH DAN DAUR ULANG 0.07

F KONSTRUKSI 16.75

G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN,REPARASI MOBIL & SEPEDA MOTOR 13.51

H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 1.32

I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN

MINUM 0.91

J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2.18

K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 2.37

L REAL ESTATE 5.41

M,N JASA PERUSAHAAN 0.17

O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL 6.56

P JASA PENDIDIKAN 5.30

Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 2.81

R,S,T,U JASA LAINNYA 1.66

(45)

Penduduk yang mayoritas bekerja pada sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng, sekaligus menunjukkan terjadi peningkatan kualitas ekonomi yang lebih baik. Hal tersebut selaras dengan hasil perhitungan Parietas Daya Beli Masyarakat berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga pertahunnya. Dimana daya beli masyarakat pada tahun 2014 untuk pengeluaran pertahunnya sebesar 10.294.000,- rupiah terjadi peningkatan sebesar 10.467.000,- pada tahun 2015. Berdasarkan data tersebut hal ini menunjukkan adanya peningkatan daya beli masyarakat setiap tahunnya.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah daerah bersinergi dengan swasta dan masyarakat ini menunjukkan semakin membaiknya perekonomian masyarakat selama ini. Keseriusan pemerintah daerah yang telah mendapat sambutan baik oleh masyarakat merupakan momentum yang sangat baik bagi pemerintah daerah dalam upaya melakukan akselerasi pembangunan. Hal ini berarti bahwa langkah pemerintah daerah untuk menjadikan Bantaeng sebagai pusat pembangunan ekonomi di bagian selatan Sulawesi Selatan menjadi terbuka.

(46)

BAB - VIII P E N U T U P 8.1. Kesimpulan

a. Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia. Yang dibangun melalui pendekatan 4 (empat) dimensi, yaitu Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita.

b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bantaeng meningkat selama kurun waktu 2014 – 2015. Dimana untuk tahun 2014 dari 65.77 % meningkat menjadi 66.20 % pada tahun 2015. Hal ini merupakan akibat naiknya indeks pendidikan dan indeks kesehatan serta indeks daya beli masyarakat.

c. Indeks Kesehatan menunjukkan peningkatan dari 76.43% pada tahun 2014 meningkat menjadi 76.57% pada tahun 2015, dimana Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2014 berkisar 69.68 tahun dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 69.77 tahun.

d. Indeks Pendidikan mengalami peningkatan dari 52.42% pada tahun 2014 meningkat menjadi 52.97% untuk tahun 2015, dimana Harapan Lama Sekolah (HLS) tahun 2014 terjadi peningkatan dari 11.48 Tahun menjadi 11.67 Tahun 2015.

(47)

e. Indeks Daya Beli Masyarakat terjadi peningkatan dimana pada tahun 2014 sekitar 71.02% dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 71.53%. Adapun untuk Pengeluaran Perkapita Masyarakat dalam waktu 1 tahun dimana pada tahun 2014 sebesar 10.294 juta meningkat menjadi 10.467 juta untuk tahun 2015.

8.2. Impilikasi Kebijakan

1. Usaha peningkatan kemampuan dasar sumber daya manusia dalam bidang kesehatan di antaranya melalui pemerataan pelayanan kesehatan, peningkatan status gizi terutama balita dan peningkatan peran serta masyarakat. a. Peningkatan Status Gizi

- Peningkatan kualitas gizi makanan ibu hamil

- Pemberian kapsul zat gizi terutama bagi ibu hamil dan balita.

- Pemberian makanan tambahan untuk bumil dan balita lebih diintensifkan/diperluas.

b. Pemerataan pelayanan kesehatan diantaranya melalui : - Peningakatan kualitas dan kuantitas tenaga medis dan

paramedis

- Penyediaan obat-obatan yang harganya terjangkau dan mudah didapatkan oleh masyarakat

- Penambahan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

(48)

c. Peningkatan peran serta masyarakat

- Melakukan intervensi kesehatan pada setiap kelompok masyarakat sehingga muncul usaha kesehatan bersama masyarakat,

- Melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesehatan untuk semua,

- Memanfaatkan sumber dana yang ada pada masyarakat untuk membiayai kegiatan bidang kesehatan.

2. Usaha Bidang Pendidikan melalui :

a. Peningkatan angka melek huruf dengan upaya pemberantasan buta aksara melalui kejar paket A yang ditindaklanjuti dengan pembentukan kelompok pembaca dan penyediaan perpustakaan keliling.

b. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Untuk anak usia sekolah yang sudah bekerja membantu perekonomian rumahtangga, hendaknya waktu bekerja diatur sedemikian rupa tanpa menggangu waktu belajar.

c. Kemudahan akses pendidikan melalui penambahan jumlah SD, SLTP dan SLTA melalui program Satu Atap d. Peningkatan kapasitas pengelolaan program kejar Paket

A,B dan C

e. Selain pengembangan sistem pendidikan formal, maka kebijakan perlu pula ditujukan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan pendidikan non formal. Kebijakan ini

(49)

pertimbangan usia maupun alasan lainnya, tidak dapat ikut dalam sistem pendidikan formal. Dengan kebijakan pendidikan non formal ini maka diharapkan terjadi peningkatan kemampuan dasar di kalangan penduduk, terutama mereka yang berlatar belakang pendidikan formal rendah atau tidak ada sama sekali. Kemampuan tersebut mencakup membaca/ menulis, pengetahun umum, serta keterampilan-keterampilan yang dipandang perlu.

3. Usaha Bidang Ekonomi melalui :

a. Peningkatan pendapatan masyarakat melaui perluasan kesempatan kerja, deversifikasi usaha dan peningkatan produktivitas usaha

b. Kebijakan kemudahan permodalan dan fasilitasi kemudahan penjualan komoditas hasil pertanian, perkebunan dan perikanan yang merupakan sektor unggulan daerah yang sangat potensi sekaligus merupakan lapangan usaha mayoritas masyarakat Kabupaten Bantaeng

c. Peningkatan investasi daerah dengan membuka ruang dan iklim usaha yang sehat bagi dunia usaha dan jaminan kepastian hukum dalam berinvestasi di daerah.

(50)
(51)

Tabel 1. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Bantaeng Tahun 2011 – 2015

(Persent %).

NO. KOMPONEN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

1. Indeks Kesehatan % 76.19 76.29 76.39 76.43 76.57 2. Indeks Pendidikan % 46.99 48.72 50.47 52.42 52.97 3. Indeks Daya Beli % 70.09 70.49 70.82 71.02 71.53 4. Paritas

Daya Beli Juta/Thn 9.984 10.117 10.226 10.294 10.467 IPM 63.07 63.99 64.88 65.77 66.20

Gambar

Tabel 2.1 Nilai  Maksimum  dan  Minimum  Komponen APM yang digunakan dalam penghitungan
Tabel  2.2. Jenjang  Pendidikan  dan  Skor  yang  Digunakan  untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Tabel 1. Komponen  Indeks  Pembangunan  Manusia Kabupaten  Bantaeng  Tahun  2011 – 2015 (Persent %).

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan individu dari masa kanak-kanak, kemudian remaja, lalu dewasa turut mempengaruhi sebuah keluarga, ketidak cocokan dalam berkeluarga acapkali terjadi

Pasal 25 ayat 2 — Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat 2 terbukti

kualitas airtanah di wilayah pesisir Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (Zein, 2012); penelitian pengaruh tingkat kepadatan permukiman

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurmala Kiki Wijayanti bahwa terdapat pengaruh penggunaan pendekatan PAIKEM terhadap minat

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem penelusuran katalog perpustakaan dengan mengimplementasikan metode rocchio relevance feedback dapat mempermudah

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa skala nyeri kepala hipertensi pada lansia mengalami nyeri ringan sebanyak 29 orang (75%), 9 orang nyeri

Respirasi atau oksidasi glukosa adalah suatu proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh

Hendra (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penilaian Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Balanced Scorecard Sebagai Alternatif pada PT.