Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas i
KATA PENGANTAR
Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata ‘akker’ (Bahasa Belanda), ‘agros’ (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, ‘agger’ (Baha-sa Latin) berarti tanah atau sebidang tanah, ‘agrarian’ (Baha(Baha-sa Inggris) berarti tanah un-tuk pertanian (Santoso, Urip. 2009:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agra-ria berarti (1) urusan pertanian atau tanah pertanian, (2) urusan pemilikan tanah. Mengacu pada amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945, segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, dikuasai, diatur dan dikelola serta didistribusikan oleh negara. Pengelolaan ini menjadi salah satu poin penting untuk dapat mencapai cita-cita pasal 33 yaitu untuk se-mata-mata meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, yang saat ini terjadi adalah masih ada beberapa kasus terkait kurangnya kinerja pengelolaan aset negara (dalam hal ini tanah) yang membawa dampak cukup besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Sebagai contoh, konflik dan sengketa tanah adat, kepemilikan hak atas tanah, kurangn-ya lahan untuk pembangunan kepentingan umum dan lain sebagainkurangn-ya. Penjabaran terkait permasalahan pengelolaan pertanahan di atas perlu adanya tindak lanjut, sehingga hal ini dapat diminimalisir.
Buku profil pertanahan menjelaskan kondisi pengelolaan pertanahan pada setiap provinsi di Indonesia yang disajikan dalam data angka maupun penjelasan deskriptif yang mudah dipahami dan membuat seluruh pembacanya mengetahui kondisi pertanahan pada setiap provinsi di Indonesia. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi dasar pengam-bilan keputusan di bidang pengelolaan pertanahan ke depannya, sehingga akan sesuai an-tara yang terdapat di lapangan dengan apa yang akan direncanakan.
Buku ini membahas mengenai kondisi nyata terkait pertanahan Provinsi Kalimantan Barat yang akan diulas secara singkat dalam meninjau data pertanahan tersebut. Data dan informasi pertanahan Provinsi Kalimantan Barat yang dimaksud di dalam buku ini men-cakup peta dasar pertanahan, wilayah bidang bersertifikat, tanah terlantar, redistribusi tanah dan legalisasi aset, kasus pertanahan, jumlah dan nilai transaksi tanah, informasi pegawai pertanahan, serta isu spesifik pertanahan yang ada di provinsi tersebut.
Buku ini merupakan bentuk kerjasama Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Ke-menterian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bekerjasama dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi sebagai penyedia data dan informasi. Selain itu, penyusunan buku Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat ini merupakan suatu upaya untuk mensosialisasikan kondisi pengelolaan pertanahan per provinsi di Indo-nesia.
Buku ini diharapkan dapat menjadi sarana evaluasi implementasi perencanaan sekaligus menjadi acuan bagi perencanaan ke depannya, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat.
Jakarta, Agustus 2015 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas iii
DAFTAR SINGKATAN
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BPN RI : Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Ha : Hektar
HGU : Hak Guna Usaha HGB : Hak Guna Bangunan
IP4T : Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah IPSLA : Institutional Partnership for Strengthening Land Administration
Kakanwil : Kepala Kantor Wilayah Kantah : Kantor Pertanahan
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia Keppres : Keputusan Presiden
KK : Kepala Keluarga
KPPN : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MPR RI : Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
P4T : Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah PP : Peraturan Presiden
PPAN : Program Pembaharuan Agraria Nasional Renstra : Rencana Strategis
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RUU : Rancangan Undang-Undang SIP : Sistem Informasi Pertanahan TI : Teknologi Informasi
TIK : Teknologi Informasi dan Komputerisasi TOL : Tanah Objek Landreform
TORA : Tanah Objek Reforma Agraria UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria
DAFTAR ISTILAH
Dalam buku profil pertanahan daerah ini, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan dalam bidang pertanahan. Himpunan istilah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca da-lam memahami maksud dari setiap data dan informasi yang disajikan dada-lam buku profil pertana-han. Berikut istilah-istilah yang digunakan:
1. Peta Dasar Pertanahan
Peta dasar pertanahan adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik pengukuran dan unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah.
2. Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
a. Peta Zona Nilai Tanah
Peta zona nilai tanah adalah peta tematik yang menggambarkan besaran-besaran nilai tanah atau harga pasar dan potensi tanah di suatu wilayah tertentu. Peta ini dibuat dengan skala 10.000 atau lebih kecil.
b. Peta Sosial-Ekonomi
Peta sosial-ekonomi adalah peta tematik yang menggambarkan kondisi so-sial-ekonomi yang ada di suatu wilayah berdasarkan variabel tertentu secara spasial. c. Peta Penggunaan Tanah
Peta penggunaan tanah adalah peta tematik yang menggambarkan peruntukkan lahan yang ada di suatu wilayah.
3. Status Hukum Atas Tanah
a. Hak Milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan bahwa “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.
b. HGU atau Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. Hak ini diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 Ha dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai den-gan perkembanden-gan zaman.
c. HGB atau Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangu-nan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
d. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi we-wenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas v yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala se-suatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
e. Hak Sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan membayar sewa kepada pemiliknya.
f. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
g. Hak Wakaf
h. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaan-nya sebagian dilimpahkan kepada pemegangpelaksanaan-nya (PP No 24/1997)
4. Tanah Terlantar
Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.
5. Redistribusi Tanah
Redistribusi tanah (land reform) merupakan salah satu bagian dari agrarian reform, atau yang sering disebut dengan reforma agraria. Program land reform melalui redistribusi tanah melakukan koreksi agar sebagian besar penduduk dapat hidup di tanah yang lua-sannya layak secara ekonomi, sosial, dan budaya.
6. PRONA (Sumber: bpn.go.id)
Nama kegiatan legalisasi aset yang umum dikenal dengan PRONA, adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudi-kasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertifikat/tanda bukti hak atas tanah dan diselenggarakan secara masal. PRONA dimulai sejak tahun 1981 berdasarkan Kepu-tusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Berdasarkan keputusan tersebut, Penyelenggara PRONA bertugas memproses pensertifikatan tanah secara masal sebagai perwujudan daripada program Catur Tertib di Bidang Pertanahan.
7. Sertifikasi Tanah Lintas Sektor (LINTOR) (Sumber: bpn.go.id)
Program pemberdayaan sertifikasi LINTOR merupakan kegiatan legalisasi aset yang awal-nya berupa inisiatif dan dana kegiatan berasal dari sektor terkait, seperti Kementerian Ko-perasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun karena portofolio sertifikasi hak atas tanah adalah domainnya Ke-menterian Agraria dan Tata Ruang/BPN, maka kegiatan sertifikasi hak atas tanah terse-but harus diletakkan di DIPA BPN. LINTOR dimaknai dengan istilah lintas sektor karena kegiatan ini tidak diselenggarakan oleh satu instansi saja (Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN), tetapi merupakan kegiatan bersama dengan sektor/kementerian/lemba-ga lain.
8. Kasus Pertanahan (bpn.go.id)
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Peng-kajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada BPN RI untuk mendapatkan pena- nganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebija-kan pertanahan nasional.
a. Sengketa pertanahan yang selanjutnya disingkat Sengketa adalah perselisihan per-tanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak ber-dampak luas secara sosio-politis.
b. Konflik pertanahan yang selanjutnya disingkat Konflik adalah perselisihan pertanah-an pertanah-antara orpertanah-ang perseorpertanah-angpertanah-an, kelompok, golongpertanah-an, orgpertanah-anisasi, badpertanah-an hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara so-sio-politis.
c. Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilak-sanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih di-mintakan penanganan perselisihannya di BPN RI.
9. Tipologi Kasus Pertanahan (Sumber: bpn.go.id)
a. Penguasaan Tanah Tanpa Hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak atau belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak ter-tentu.
b. Sengketa Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Per-tanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan batas.
c. Sengketa Waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan menge-nai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari warisan
d. Jual Berkali-Kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan me- ngenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang diperoleh dari jual beli kepa-da lebih kepa-dari 1 orang.
e. Sertifikat Ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan me- ngenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertifikat hak atas tanah lebih dari 1.
f. Sertifikat Pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan sertifikat hak atas tanah pengganti.
g. Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya akta jual beli palsu.
h. Kekeliruan Penunjukkan Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan menge-nai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Penunjukkan ba-tas yang salah.
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas vii i. Tumpang Tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya.
j. Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai Putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.
10. Kriteria Penyelesaian Kasus Pertanahan
a. Kriteria (K1): penerbitan surat pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa.
b. Kriteria (K2): penerbitan surat keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pem-batalan sertifikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan. c. Kriteria (K3): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang ditindaklanjuti
mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain disetujui oleh pihak yang bersengketa.
d. Kriteria (K4): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang intinya menya-takan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di penga-dilan.
e. Kriteria (K5): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang menyatakan bah-wa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenan-gan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain.
11. Sertifikat Tanah
Sertifikat tanah adalah surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
12. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, me- ngendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelan-jutan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR SINGKATAN ... iii
DAFTAR ISTILAH ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT ... 1
I. Peta Dasar Pertanahan ... 3
II. Wilayah Bidang Bersertifikat ... 4
III. Tanah Terlantar ... 8
IV. Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset ... 9
V. Kasus Pertanahan ... 9
VI. Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah ... 11
VII. Juru Ukur Pertanahan ... 11
VIII. Isu Spesifik Pertanahan ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 12
DAFTAR TABEL
Tabel I Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2003-2013 4 Tabel II Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat Berdasarkan Jenis Hak Yang Dikeluarkan di Provinsi Kalimantan Barat ... 6Tabel III Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Barat ... 7
Tabel IV Persentase Perbandingan antara Luas Wilayah dengan Luas Tanah yang Sudah Memiliki Sertifikat di Provinsi Kalimantan Barat... 8
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Persentase Penggunaan Tanah terhadap Total Luas Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014 ... 1 Gambar 2 Peta Luas Wilayah Administrasi Kabupaten / Kota di Provinsi
Kalimantan Barat ... 2 Gambar 3 Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan Provinsi
Kalimantan Barat ... 3 Gambar 4 Peta Cakupan Bidang Tanah Bersertipikat yang Telah Terdigitasi
Provinsi Kalimantan Barat ... 5
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Perbandingan Antara Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Terindikasi Terlantar dan yangTelah Ditetapkan sebagai Tanah Terlantar di Provinsi Kalimantan Barat ... 8 Diagram 2 Jumlah Kasus Pertanahan Berdasarkan Obyek di Provinsi Kalimantan Barat ... 9 Diagram 3 Jumlah Kasus yang Terselesaikan di Provinsi Kalimantan Barat ... 10 Diagram 4 Prosentase Antara Jumlah Kasus Pertanahan dengan Jumlah
Kasus yang Terselesaikan di Provinsi Kalimantan Barat ... 10 Diagram 5 Jumlah Pegawai Pertanahan di Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat . 11
DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
1
Provinsi Kalimantan Barat secara geografis terletak pada 2°08’ LU - 3°05’ LS dan 108°00’ - 114°10’ BT. Batas wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebelah Utara dengan Sarawak (Malaysia), berbatasan dengan Kalimantan Timur di bagian Timur, Selatan dengan Laut Jawa dan Kalimantan Tengah, serta Barat dengan Laut Natuna dan Selat Karimata. Provinsi ini memiliki 14 kabupaten/ kota dengan total luas wilayah sebesar 14.737.505 Ha. Ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat adalah Kota Pontianak dengan luas wilayah terkecil di antara kabupaten/kota lainnya, yaitu sebesar 11.974 Ha. Adapun luas wilayah administrasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar 2.
Wilayah Daratan Provinsi Kalimantan Barat memiliki luasan 314.541,50 Ha atau 31,76% dari total luas wilayah provinsi. Penggunaan tanah di wilayah daratan Provinsi Kalimantan Barat ter-diri dari Kawasan Hutan, Kawasan Non-Hutan, dan LP2B. Sebagian besar penggunaan tanah di Ka-limantan Barat didominasi oleh kawasan hutan, yakni seluas 8.174.768 Ha atau mencapai 55,47% dari total luas wilayah provinsi. Kemudian kawasan non-hutan dan LP2B memiliki luasan yang sama yakni mencapai 43,59% dari total luas wilayah provinsi atau seluas 6.424.678 Ha.
Sumber : Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
Gambar 1
Persentase Penggunaan Tanah terhadap Total Luas Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014
Kawasan hutan yang ada di Provinsi Kalimantan Barat termasuk ke dalam kawasan hutan yang cukup besar di Indonesia (Badan Planologi Kehutanan). Kalimantan Barat memiliki 5 (lima) kat-egori kawasan hutan, yakni Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Kawasan Hutan Produksi Tetap, dan Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (SK Nomor 936/Menhut-II/2013).
Kilas Informasi
Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut.
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas 3
I. Peta Dasar Pertanahan
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang sudah memiliki peta dasar pertanahan selama sampai dengan tahun 2003 hingga 2013 baru seluas 88.000 Ha dari total luas wilayah provin-si. Dari cakupan luas wilayah peta dasar tersebut, belum ada peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi. Adapun wilayah di Provinsi Kalimantan Barat yang belum memiliki peta dasar terhitung cukup besar, yakni seluas 14.561.505 Ha. Dari data yang didapatkan, masih terdapat wilayah yang belum terdata terkait ketersediaan peta dasar pertanahan, yakni seluas 88.000 Ha.
Gambar 3
Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa baru sekitar 0,60% dari total wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang sudah memiliki peta dasar, sedangkan masih 98,81% yang belum memiliki peta dasar pertanahan artinya ham-pir seluruh wilayah provinsi tersebut belum memiliki peta dasar pertanahan. Peta dasar pertanahan yang dimiliki seluruhnya belum berbentuk digital. Hal ini menunjukkan sistem pendaftaran tanah yang masih bertendensi nega-tif (stelsel neganega-tif) di Provinsi Kalimantan Barat. Keterse-diaan peta dasar yang mi-nim tersebut dapat mengar-tikan bahwa masih kurangnya data sebagai pendukung dalam bukti kepemilikan tanah yang menjelaskan ba-tas-batas kepemilikan tanah secara presisi guna mence-gah terjadinya konflik pertanahan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat.
Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut.
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepas-kan hubungan hukum antara peme-gang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberi-kan ganti kerugian atas dasar musy-awarah.
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Sedangkan untuk peta tematik Provinsi Kalimantan Barat terbagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu peta zona nilai tanah, sosial-ekonomi, dan penggunaan tanah. Pembuatan peta tematik di Provinsi Kalimantan Barat dimulai sejak tahun 2010, yakni pembuatan peta penggunaan tanah dengan cak-upan wilayah seluas 14.737.505 Ha. Adapun untuk peta zona nilai tanah dan sosial-ekonomi mulai dibuat sejak tahun 2013.
Tabel I
Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi Kalimantan Barat Tahun s.d 2003-2013
No. Tahun Zona Nilai Tanah Sosial-Ekonomi Penggunaan Tanah
1. s.d 2003 0 0 0 2. 2004 0 0 0 3. 2005 0 0 0 4. 2006 0 0 0 5. 2007 0 0 0 6. 2008 0 0 0 7. 2009 0 0 0 8. 2010 0 0 14.737.505 9. 2011 0 0 14.737.505 10. 2012 0 0 14.737.505 11. 2013 50.000 15.000 14.737.505 Total 50.000 15.000 58.950.020
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
II. Wilayah Bidang Bersertifikat
Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 947.272,44 Ha. Hampir semua kabupaten/ kota di Provinsi Kalimantan Barat memiliki bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi terse-but. Adapun persebaran bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4 di halaman berikutnya.
Jumlah bidang yang telah memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Barat dalam kurun waktu 10 tahun diperoleh secara swadaya, PRONA, dan melalui program bagi petani, nelayan, MBR, UKM, dan transmigrasi. Sertifikat hak milik atas tanah yang diperoleh secara swadaya memiliki jumlah bidang yang terbanyak dibanding sertifikat hak milik atas tanah lainnya yak-ni sebanyak 138.332 bidang hingga tahun 2013. Jumlah bidang bersertifikat yang diberikan kepa-da UKM kepa-dan MBR berjumlah 750 bikepa-dang untuk MBR kepa-dan 284 bikepa-dang untuk UKM. Jumlah sertifikat kepemilikan tanah bagi petani sebesar 3.450 bidang. Selain dari program sertifikasi khusus bagi ketiga pihak tersebut dari masing-masing kementerian terkait, PRONA turut memberikan sertifikat kepemilikan tanah untuk petani, MBR, dan UKM. Jumlah bidang bersertifikat hak milik juga dapat menunjukkan tingkat ketimpangan kepemilikan lahan khususnya antara masyarakat umum dengan pihak-pihak seperti petani, nelayan, dan MBR.
Tabel III
Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Barat
No. Tahun Swadaya PRONA Petani Nelayan MBR UKM Transmigrasi
1. s.d 2003 0 0 0 0 0 0 0 2. 2004 86,446 1,304 0 0 0 67 1,046 3. 2005 4,930 2,262 0 0 0 39 330 4. 2006 6,805 1,912 0 0 0 28 401 5. 2007 7,767 7,129 0 0 0 0 793 6. 2008 7,393 8,306 0 0 0 0 849 7. 2009 5,375 8,704 0 0 0 0 291 8. 2010 9,227 3,727 800 0 0 0 1970 9. 2011 10,389 11,800 950 375 0 150 2,725 10. 2012 0 15,780 1,700 400 400 0 1,000 11. 2013 0 12,547 0 700 350 0 439 Total 138,332 73,471 3,450 1,475 750 284 9,844
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas 7
Selain sertifikat Hak Milik, BPN Provinsi Kalimantan Barat juga mengeluarkan sertifikat tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak Tanggungan, Hak Wakaf dan Hak Pengelolaan. Tabel II menjabarkan data jumlah bidang untuk sertifikat dalam 6 (enam) bentuk sertifikat tanah di Provinsi Kalimantan Barat tersebut. Dalam periode tahun s.d 2003 hingga 2013, Hak Pakai memiliki jumlah bidang paling banyak dibanding yang lainnya dengan jumlah sebanyak 83.484 bidang dan luas total sebesar 35.013 Ha. Namun, Hak Guna Usaha (HGU) memiliki luasan yang paling besar di antara jenis hak lainnya, yakni mencapai 60.743.303 Ha.
Tabel II
Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Kalimantan Barat Periode Tahun s.d 2003-2013
No. Sertifikat Hak Atas Tanah Jumlah (Bidang) Luas (Ha)
1. Hak Guna Usaha 561 60,743,303
2. Hak Guna Bangunan 41,686 157,445
3. Hak Pakai 83,484 35,013
4. Hak Tanggungan 46,025 0
5. Hak Wakaf 113 0
6. Hak Pengelolaan 127 93,910
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
Jika dibandingkan dengan luas wilayah provinsi, yakni seluas 14.737.505 Ha, luasan bagi HGU teraebut sangat melebihi total luas wilayah yang ada. Berdasarkan Tabel IV, persentase lua-san lahan bersertifikat HGU mencapai 1595,13% dari total luas wilayah provinsi. Hal ini mengindi-kasikan adanya pengulangan dalam pendataan bidang tanah yang tersertifikasi HGU. Selain itu juga mengindikasikan intensitas penggunaan tanah yang ada di Kalimantan Barat digunakan sebagian besar untuk usaha oleh karena luasnya bidang tanah yang bersertifikat HGU.
Berdasarkan data yang didapatkan, luasan tanah yang tersertifikasi dibandingkan total luas wilayah provinsi dapat dilihat pada Tabel IV. Secara keseluruhan, terdapat 1 jenis sertifikat tanah yang lebih dari 100% total luas wilayah provinsi, yakni sertifikat Hak Guna Usaha (HGU). Sertifikat tanah dengan prosentase tertinggi tersebut mencapai 412,17% lebih dari total wilayah provin-si. Hal ini mengindikasikan suatu bidang tanah terdapat pengulangan sertifikasi berulang kali yang dapat disebabkan oleh potensi Provinsi Kalimantan Barat yang mengundang banyak penggunaan dengan lahan terbatas, seperti pertambangan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk hak milik atas tanah hanya sebesar 1,54% dari total wilayah provinsi.
Ketersediaan hak milik dan hak atas tanah di Provinsi Kalimantan Barat dapat berguna dalam menunjukkan tingkat kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat di provinsi tersebut. Jumlah bidang yang bersertifikat hak atas tanah dapat menggambarkan pola bagaimana tanah yang ada di Provinsi Kalimantan Barat tersebut digunakan dan dikelola di atasnya. Selain itu, juga dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan percepatan penyamarataan kesejahteraan masyarakat yang ada di Provinsi Kalimantan Barat guna menghindari permasalahan ketimpangan kepemilikan tanah yang ada.
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Tabel IV
Persentase Perbandingan antara Luas Wilayah dengan Luas Tanah yang
Sudah Memiliki Sertifikat di Provinsi Kalimantan Barat
Sertifikat Hak Atas Tanah
Sertifikat Hak Atas Tanah 1595,13 % Hak Guna Usaha (HGU) 412.17%
Hak Guna Bangunan (HGB) 1.07% Hak Pakai 0.24% Hak Tanggungan 0.00% Hak Wakaf 0.00% Hak Pengelolaan 0.64%
Sumber : Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
III. Tanah Terlantar
Dari data yang didapatkan, Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat mengindikasikan sebanyak 48 bidang tanah yang berstatus ter-lantar pada tahun 2008 – 2011. Tanah yang terindikasi terlantar di provinsi tersebut memi-liki luasan yang cukup besar, yakni 196.356 Ha. Namun, baru di tahun 2013 BPN Provinsi Kalimantan Barat melakukan penetapan tanah terlantar sebanyak 3 bidang dengan luasan 2.773,12 Ha.
Jumlah bidang tanah yang terindikasi terlantar di Provinsi Kalimantan Barat terse-but menunjukkan tanah yang memiliki sertifikat tidak dipergunakan sesuai dengan
peruntukan-Diagram 1
Perbandingan Antara Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Terindikasi Terlantar dan yangTelah Ditetapkan sebagai Tanah Terlantar
di Provinsi Kalimantan Barat
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
nya. Hal tersebut membuat penggunaan tanah di Provinsi Kalimantan Barat kurang dioptimalkan. Namun, baru sebatas 6,25% tanah yang ditetapkan sebagai tanah terlantar oleh Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karenanya, tanah terlantar di provinsi tersebut seharusnya dapat dialihfungsikan, khususnya untuk kepentingan masyarakat seperti digunakan untuk Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B).
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas 9
IV. Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset
*)Data terkait “Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset” Provinsi Kalimantan Barat tidak tersedia.
V. Kasus Pertanahan
Jumlah kasus pertanahan berdasarkan subyek di Provinsi Kalimantan Barat terjadi antar pemerintah daerah, antara masyarakat dan pemerintah, serta antar masyarakat. Sengketa antar masyarakat menjadi kasus yang paling banyak terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yakni sebesar 334 kasus dibandingkan kasus antar pemerintah daerah yang terjadi hanya dalam 4 kasus, serta antar masyarakat dan pemerintah yang hanya terjadi dalam 10 kasus. Adapun kasus antar pe-merintah daerah terjadi antara pepe-merintah provinsi atau kabupaten/kota di Kalimantan Barat.
Sedangkan dilihat dari obyek dalam kasus pertanahan, data yang didapatkan hanya pada tahun 2013 saja yang ditunjukkan pada Diagram 2. Kasus pertanahan terkait sengketa pengua-saan tanah tanpa hak menjadi kasus terbanyak dibandingkan obyek kasus lainnya, yakni sebesar 24 kasus. Selain itu, kasus sertifikat ganda dan tumpang tindih juga memiliki jumah kasus terban-yak ke-2 yaitu sebanterban-yak 20 kasus dalam kurun waktu 1 tahun. Kasus lainnya berdasarkan objek yang terjadi di Kalimantan Barat adalah kasus sengketa batas, sengketa waris, dan kekeliruan penunjukkan batas.
Diagram 2
Jumlah Kasus Pertanahan Berdasarkan Obyek di Provinsi Kalimantan Barat
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Diagram 3
Jumlah Kasus yang Terselesaikan di Provinsi Kalimantan Barat
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
Dari 97 kasus pertanahan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat 46 kasus yang terselesaikan di Provinsi Kalimantan Barat. Dari kriteria penyelesaian kasus pertanahan, kriteria (K3) menjadi cara penyelesaian yang paling banyak dilakukan, yakni sejumlah 15 kasus. Kriteria (K3) ini diselesaikan melalui proses mediasi dalam penyelesaian kasus pertanahan tersebut. Selain itu, kasus pertanahan di Provinsi Kalimantan Barat paling banyak diselesaikan melalui jalur hukum se-banyak 13 kasus. Diagram 3 menunjukkan jumlah kasus yang terselesaikan dengan masing-masing kategori penyelesaian di Kalimantan Barat.
Berdasarkan Diagram 4 di bawah, dari jumlah kasus pertanahan di Provinsi Kalimantan Barat, baru sebesar 47,42% kasus yang sudah terselesaikan. Masih 52,58% dari total kasus yang belum terselesaikan di provinsi tersebut. Keberadaan kasus pertanahan dapat menghambat ke-giatan penggunaan lahan yang optimal serta adanya potensi kasus pertanahan baru lainnya yang muncul.
Sumber : Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat 2014
Diagram 4
Prosentase Antara Jumlah Kasus Pertanahan dengan Jumlah Kasus yang Terselesaikan di Provinsi Kalimantan Barat
Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat 2015 - Kementerian PPN / Bappenas Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
11
Diagram 5
Jumlah Pegawai Pertanahan di Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013
Sumber: Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014
VI. Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah
*) Data mengenai “Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah” di Provinsi Kalimantan Barat tidak tersedia.
VII. Juru Ukur Pertanahan
Pada tahun 2013, Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat baru mendata jumlah pegawai pertanahan yang bekerja yang ditunjukkan melalui
Diagram 5. Pegawai non-juru ukur memiliki jum-lah yang lebih banyak dibandingkan pegawai juru ukur tanah yakni sebesar 316 orang. Sedangkan pegawai juru ukur tanah hanya sebanyak 125 pegawai, atau dengan kata lain perbandingan jumlah antar kedua kategori pegawai adalah 1:3.
Berdasarkan jumlah pegawai juru ukur yang dimiliki oleh Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Barat, jumlah tersebut dirasa masih belum men-cukupi kebutuhan karena kegiatan pelayanan pe -ngukuran rata-rata pertahun sebanyak 51.214 bidang dan kemampuan petugas juru ukur mak-simal 2 (dua) bidang perhari. Dari bidang per-tanahan yang dikerjakan tersebut, masih membutuhkan sekitar 18 pegawai juru ukur lagi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan. Adapun dari 89 pegawai juru ukur yang ada menghasilkan ke-mampuan sebesar 42.720 pelayanan di Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karenanya, perlu adanya penambahan pegawai minimal 18 orang mengingat pada wilayah Provinsi Kalimantan Barat memi-liki topografi atau medan yang cukup sulit.
VIII. Isu Spesifik Pertanahan
*) Data mengenai “Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah” di Provinsi Kalimantan Barat tidak tersedia.
Data dan Informasi Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa Angka Tahun. “Program Prioritas: LARASITA,” dalam http://www.bpn.go.id. Di-unduh 18 September 2014
Laporan Akhir Multi Donor Fund 2012, Masa Depan yang Berkelanjutan: Warisan Rekonstruk-si, Volume 2: Lembaran Info Proyek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Limbong, Bernhard. 2012. Konflik Pertanahan. Jakarta: Margaretha Pustaka Santoso, Urip. 2009. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Peraturan Menteri Agraria/KPPN No.5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
UU No. 5 Tahun 1970 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum