• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN NOTARIS SETELAH BERSTATUS TERSANGKA DALAM PEMBUATAN AKTANYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEDUDUKAN NOTARIS SETELAH BERSTATUS TERSANGKA DALAM PEMBUATAN AKTANYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

KEDUDUKAN NOTARIS SETELAH BERSTATUS

TERSANGKA DALAM PEMBUATAN AKTANYA

KOMING PRATIWI JUWITA NIM: 1292462025

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

TESIS

KEDUDUKAN NOTARIS SETELAH BERSTATUS

TERSANGKA DALAM PEMBUATAN AKTANYA

KOMING PRATIWI JUWITA NIM: 1292462025

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

KEDUDUKAN NOTARIS SETELAH BERSTATUS

TERSANGKA DALAM PEMBUATAN AKTANYA

Tesis ini dibuat untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Umum Universitas Udayana

KOMING PRATIWI JUWITA NIM: 1292462025

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAl 18 AGUSTUS 2017

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Dewa Gde Atmadja, SH.MS. NIP. 19441231 197302 2 003 Pembimbing II, Dr. I Gede Artha, SH., MH. NIP. 19580127 198503 1 002 Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister (S2) Kenotariatan Dekan Fakultas Umum Fakultas Hukum Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. Desak Putu Dewi Kasih,SH.,M.Hum. Prof. Dr.I Made Arya Utama,SH.,M.Hum. NIP. 19640402 198911 2 001 NIP. 19650221 199003 1 005

(5)

PERNYATAAN PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan yang sebenarnya bahwa : Nama : Koming Pratiwi Juwita

NIM : 1292462025 Program Studi : Kenotariatan

Judul Tesis : Kedudukan Notaris Setelah Berstatus Tersangka dalam Pembuatan Aktanya.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 12 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Koming Pratiwi Juwita

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan selesainya tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah Kedudukan Notaris Setelah Berstatus Tersangka dalam Pembuatan Aktanya.” Tesis ini disusun untuk memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. I Dewa Gde Atmadja, SH.MS., selaku Pembimbing I dan Dr. I Gede Artha, SH., MH., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan ide kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Universitas Udayana, kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswi Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana, Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum., atas kesempatan dan dukungan yang telah diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana, kepada panitia penguji tesis, yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana atas ilmu yang telah diberikan, rekan-rekan mahasiswa serta Bapak dan Ibu staf

(7)

berserta karyawan Magister Kenotariatan Universitas Udayana yang telah banyak membantu kelancaran proses administrasi.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, suami dan anak-anak yang tersayang dan saudara yang tercinta serta teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas dukungan dan sarannya untuk menyelesaikan tesis ini. Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Denpasar 12 Agustus 2016 Penulis

ABSTRAK

Notaris merupakan pejabat umum yang mempunyai kewenangan membuat akta autentik. Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, banyak notaris yang

(8)

menjadi tersangka karena melakukan suatu kejahatan. Isu hukumnya apakah notaris yang menjadi tersangka memiliki kewenangan dalam hal pembuatan akta atau tidak.

Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian ini dalam rangka mengetahui (1) bagaimana kedudukan notaris setelah dijadikan tersangka melakukan tindak pidana dalam menjalankan prakteknya?; and (2) apakah selama dijadikan tersangka notaris masih berwenang membuat akta?

Sejalan dengan permasalahan penelitian ini, maka jenis pendekatan penelitian hukum yang digunakan bersifat penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konsep dan pendekatan historis. Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi kepustakaan. Teknik analisis bahan hukum yang digunakan merupakan analisis yuridis. Objek atau sasaran yang merupakan data penelitian ini pada dasarnya berkisar pada kajian ilmu hukum, yang bertitik berat pada substansi atau regulasi hukum yang mengatur kedudukan notaris setelah dijadikan tersangka melakukan tindak pidana terkait akta yang dibuatnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kedudukan notaris setelah dijadikan tersangka melakukan tindak pidana dalam menjalankan prakteknya masih belum diatur secara lengkap dalam UUJN. Pengaturan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d dan Pasal 9 ayat (4) UUJN, notaris dengan status tersangka yang menjalani penahanan dapat diberhentikan sementara paling lama 180 hari. Berdasarkan kondisi ini terdapat ketidakpastian kedudukan notaris sebagai tersangka yang menjalani penahanan di atas 180 hari dan di bawah 400 hari, apakah notaris tersebut masih tetap dalam status diberhentikan sementara atau sudah diangkat kembali. Dalam hal ini Majelis Kehormatan Notaris merekomendasikan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk memberhentikan sementara notaris dari jabatannya selama dalam masa penahanan hingga yang bersangkutan sudah mendapatkan vonis dengan kekuatan hukum yang tetap. Bila dalam vonis itu, notaris dinyatakan bersalah, maka pemberhentian sementara dapat ditingkatkan menjadi pemberhentian dengan tidak hormat, sehingga notaris yang bersangkutan tidak lagi dapat berpraktek sebagai notaris dan juga tidak berhak untuk membuat akta lagi; dan (2) Kewenangan notaris dalam membuat akta selama dijadikan tersangka apabila notaris yang bersangkutan dalam status diberhentikan sementara, maka notaris itu tidak berwenang untuk membuat akta. Namun pemberhentian sementara ini hanya berlaku selama 6 bulan atau 180 hari, setelahnya notaris seharusnya bisa membuat akta lagi karena masa pemberhentian sementaranya sudah habis. Karena itu, dapat dikatakan notaris dalam status tersangka sebagai pejabat umum pembuat akta autentik tetap berwenang dalam membuat akta, karena pada dasarnya notaris sebagai tersangka belum tentu bersalah dan harus menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah. Salah atau tidaknya seorang ditetapkan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Kata Kunci: Notaris, Akta Autentik, Tersangka.

(9)

Notary is a public official who has the authority to make an authentic deed. In carrying out its duties and authorities, amount of notaries were suspected for committing a crime. The legal issue is whether the notary who was suspected commit a crime, does he have power to legitimate a deed or not.

The condition serves as background of this research in frame of disclosing (1) how the position of notary after it was suspected of committing criminal offenses in conducting their practice?; and (2) whether during to be a suspect notary still authorized to make the deed?

In line with the research problems in this research, the type of research is normative legal research with statute approach, conceptual approach and historical approach. The technique of legal materials collection is done through the study of literature. The legal materials analysis technique used is the juridical analysis. The object or the goal which was to be the data of this research was basically about legal science review, of which the emphasis was at the legal substance or regulation that regulate the position of notary after it was suspected of committing criminal offenses related the deed they made.

The result of this research indicates that (1) The position of notary after it was suspected of committing criminal offenses in conducting their practice still not be completely regulated in Notary Law. The regulation in the Article 9 paragraph (1) letter d and Article 9 paragraph (4) of Notary Law, notary with the status of a suspect who undergo detention can be suspended a maximum of 180 days. Based on these conditions the uncertainties position of the notary as a suspect who undergo detention in over 180 days and under 400 days, whether the notary is still in the status of suspended or had been reappointed. In this case the Notary Honorary Council recommend to the Minister of Justice and Human Rights to pause a notary from their position during the period of detention up to the notary concerned already has got a verdict with binding legal force. When in this verdict, notary declared guilty, the suspensions can be increased to dishonorable discharge, so the notary concerned are no longer able to practice as notaries and also can not entitled to make a deed again; and (2) The notary authority to make a deed during has status of suspect if the notary in a suspended status, then the notary was not authorized to make a deed. But the temporary dismissal is only valid for 6 months or 180 days, thereafter notary should be made a deed again because the interim dismissal has been depleted. Therefore, notary with status of suspect as a public official of authentic deed maker still has an authority to make a deed, because basically, it can be said notary as a suspect may not necessarily guilty and should uphold the presumption of innocence. Wrong or not someone decided after court decision has binding legal force.

Keywords: Notary, Authentic Deed, Suspect.

(10)

Tesis ini menganalisis kedudukan notaris setelah berstatus tersangka dalam pembuatan aktanya.

Bab I, menguraikan latar belakang masalah yang dalam hal ini Pasal 9 ayat (1) huruf d dan Pasal 9 ayat (4) UUJN, notaris dengan status tersangka yang menjalani penahanan dapat diberhentikan sementara paling lama 180 hari. Berdasarkan kondisi ini terdapat kekosongan norma yaitu status notaris sebagai tersangka yang menjalani penahanan di atas 180 hari dan di bawah 400 hari. Apakah notaris tersebut masih tetap dalam status diberhentikan sementara atau sudah diangkat kembali? Hal ini belum diatur dalam UUJN (norma kosong). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada sub ini juga diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritis dan metode penelitian.

Bab II, menguraikan tentang tinjauan mengenai pelanggaran hukum yang dilakukan notaris sebagai pejabat umum. Bab ini terdiri dari 4 Sub Bab yaitu Sub Bab pertama macam-macam akta dan kekuatan pembuktian akta otentik yang terdiri dari pengertian akta dan macam-macam akta, perbedaan akta otentik dan akta di bawah tangan, bentuk-bentuk akta otentik dan kekuatan pembuktian akta notaris. Sub Bab Kedua mengenai kewenangan dan kewajiban notaris yang terdiri pengertian wewenang notaris, sumber kewenangan notaris dan kewajiban notaris. Sub Bab ketiga tanggung jawab notaris selaku pejabat umum. Sub Bab keempat pembuatan akta otentik yang tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris.

Bab III merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah yang pertama, mengenai kedudukan notaris setelah dijadikan tersangka melakukan tindak pidana dalam menjalankan prakteknya. Bab ini dibagi menjadi 6 Sub Bab yaitu Sub Bab pertama mengenai pelanggaran yang dapat dilakukan notaris yang terdiri dari bentuk pelanggaran perbuatan melanggar hukum dan batasan perbuatan melanggar hukum oleh notaris. Sub Bab kedua mengenai Sanksi Sebagai Bentuk Pertanggungjawaban Notaris. Sub Bab ketiga membahas malpraktek notaris. Sub Bab Keempat mengenai kejahatan pemalsuan akta. Sub Bab Kelima membahas peran Majelis Kehormatan Notaris (MKN) dalam penetapan notaris sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Sub Bab Keenam mengenai kedudukan notaris sebagai pejabat umum terhadap akta otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah kedua terkait dengan kewenangan notaris dalam membuat akta selama dijadikan tersangka. Bab ini dibagi menjadi 5 Sub Bab yang terdiri dari Sub Bab pertama tentang tugas dan wewenang notaris. Sub Bab kedua membahas mengenai kode etik profesi notaris sebagai pedoman dalam menjalankan tugas jabatan notaris. Sub Bab ketiga membahas mengenai sanksi atas pelanggaran kode etik. Sub Bab keempat membahas mengenai pengawasan terhadap notaris. Sub Bab kelima membahas mengenai kewenangan notaris dalam membuat akta selama dijadikan tersangka.

Bab V merupakan bab penutup yaitu menguraikan tentang simpulan dan saran dari penulis. Penulis menyimpulkan bahwa (1) Kedudukan notaris setelah dijadikan tersangka melakukan tindak pidana dalam menjalankan prakteknya

(11)

masih belum diatur secara lengkap dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Pengaturan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d dan Pasal 9 ayat (4) Undang-Undang Jabatan Notaris, notaris dengan status tersangka yang menjalani penahanan dapat diberhentikan sementara paling lama 180 hari. Sehingga kedudukan notaris sebagai tersangka belum jelas mengingat dalam 180 hari itu terdapat kemungkinan notaris belum mendapat vonis yang berkekuatan hukum tetap (inkracht); dan (2) Kewenangan notaris dalam membuat akta selama dijadikan tersangka apabila notaris yang bersangkutan dalam status diberhentikan sementara, maka notaris itu tidak berwenang untuk membuat akta. Namun pemberhentian sementara ini hanya berlaku selama 6 bulan atau 180 hari, setelahnya notaris seharusnya bisa membuat akta lagi karena masa pemberhentian sementaranya sudah habis. Karena itu, dapat dikatakan notaris dalam status tersangka yang sudah tidak diberhentikan sementara tetap berwenang dalam membuat akta, karena pada dasarnya notaris sebagai tersangka belum tentu bersalah dan harus menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah (presumtion of innocence). Salah atau tidaknya seorang ditetapkan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht). Sementara itu saran yang dapat disampaikan, diharapkan Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya harus tetap berpegang teguh terhadap Undang Jabatan Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris serta Kode Etik Notaris sehingga Notaris dalam menjalankan tugasnya terhindar dari perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang dapat merusak harkat dan martabat seorang Notaris. Diharapkan Pasal 9 UUJN redaksinya diganti menjadi pemberhentian sementara itu tidak hanya untuk 6 bulan saja, tetapi untuk memberhentikan sementara notaris dari jabatannya, selama dalam masa penahanan hingga yang bersangkutan sudah mendapatkan vonis dengan kekuatan hukum yang tetap, tidak dibatasi hanya 6 bulan/180 hari saja.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjabaran di atas akibat hukum jika notaris tidak melaksanakan kewajibannya dalam membuat akta otentik pada pembuatan akta jaminan fidusia maka akan diberlakukan

Dan sebagai hasil dari pengamatan dan penelitian mengenai kedudukan Jaminan Fidusia dan kaitannya dengan peran notaris dalam suatu perjanjian kredit atau perjanjian hutang

Uraian diatas sangatlah jelas mengenai ketentuan saksi dalam UUJN dan Hukum perjanjian islam, dalam pasal 16 ayat (1) huruf 1 dan pasal 40 Undang-Undang Jabatan Notaris menyebutkan

Bertolak dari hal itu, maka persoalan penelitian ini adalah bagaimana kedudukan surat keterangan Notaris yang dikuti kuasa menjual sebagai dasar dibuatnya akta jual beli

Pasal 13 UUJN: “Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi pidana penjara menurut putusan pengadilan yang sudah mendapat kekuatan hukum tetap seabab

ii TESIS KEDUDUKAN HUKUM ATAS PROTOKOL NOTARIS YANG DIBUAT SECARA ELEKTRONIK UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KERUSAKAN AKIBAT KONDISI FORCE MAJEURE Diajukan Untuk Memperoleh Gelar