• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN. Y. Suci Pramudyati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN. Y. Suci Pramudyati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

PELATIHAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA TERNAK

AYAM POTONG DAN AYAM BURAS

BAGI ANGGOTA KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI HUTAN (KMPH) DESA MUARA MERANG DAN DESA KEPAYANG

19-21 AGUSTUS 2009

Y. Suci Pramudyati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

   

(2)

PREFACE

The Merang REDD Pilot Project (MRPP) is a technical co-operation project (GTZ Project No. 2008.9233.1) jointly funded by the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ and by the Government of the Republic of Indonesia through the Ministry of Forestry (MoF).

This report has been completed in accordance with the project Annual Work Plan (AWP) I - 2009,

in part fulfillment of

Activity 3.4.3: “Training on appropriate technology of the selected/introduced income generating activities” and

Activity 3.4: “Develop alternative of income generating activities to reduce/avoid illegal practices (eg. Illegal logging, fire, etc)”

to achieve

Result 3: “Integrated fire management and illegal activity measures is applied through community participation and sustainable natural resources management”

to realize

the project purpose, which is “Protection and part rehabilitation of the last natural peat swamp forest in South Sumatra and it’s biodiversity through a KPHP management system and preparation for REDD mechanism” and

the project overall objective, which is “Contribute to sustainable natural resource management, biodiversity protection and rehabilitation of degraded peat lands in South Sumatra”

The report has been prepared with financial assistance from the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ. The opinions, views and recommendations expressed are those of the author and in no way reflect the official opinion of the BMU and/or GTZ.

The report has been prepared by:

Ir Suci Pramudyati

from Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan

The report is acknowledged and approved for circulation by the MRPP Management Unit

Palembang, September 2009

Georg Buchholz Djoko Setijono

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselenggaranya

kegiatan Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi Kelompok Masyarakat

Peduli Hutan (KMPH) di dua desa wilayah binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP),

pada tanggal 18-21 Agustus 2009. Kegiatan Pelatihan ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di

Dusun Bina Desa, Desa Muara Merang dengan materi pengembangan usaha budidaya ternak

ayam buras dan di Desa Kepayang dengan materi pengembangan usaha budidaya ternak ayam

ras pedaging, termasuk dalam Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin. Jumlah

peserta pelatihan pada masing-masing lokasi adalah 25 orang yang terdiri dari 15 peserta, 4

nara sumber dan 6 panitia penyelenggara.

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan atas kerjasama GTZ Merang REDD Pilot Project

dan BPTP Sumatera Selatan. Disamping itu terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari

dukungan seluruh panitia penyelenggara, nara sumber dan peserta yang telah berperan aktif

menyumbangkan segenap tenaga dan pikirannya dalam mensukseskan jalannya kegiatan

pelatihan ini.

Namun demikian kami menyadari bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan

ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk perbaikan dimasa mendatang .

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan kegiatan

lokakarya ini mulai dari perencanaan sampai tersusunnya laporan ini, kami ucapkan

terimakasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, Agustus 2009

Pelaksana Kegiatan

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………

i

DAFTAR ISI ………..

ii

DAFTAR TABEL ………..

iii

DAFTAR GAMBAR ……….

iv

DAFTAR LAMPIRAN ………..

v

I. PENDAHULUAN

……… 1

1.1. Latar Belakang ………..

1

1.2. Tujuan Kegiatan ………

2

1.3. Keluaran kegiatan ………..

2

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak Kegiatan .………...

2

II. PELAKSANAAN………..

3

2.1. Dasar Pelaksanaan ……….

3

2.2. Waktu dan Tempat ………

3

2.3.

Materi

……….... 3

2.4. Pembicara/Nara Sumber ………....

4

2.5.

Peserta

………....

4

2.6. Metode Pelaksanaan ………..

5

III. HASIL

RUMUSAN

KEGIATAN PELATIHAN ………

6

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Peserta Pelatihan ………..

4

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Gambaran Kehidupan Masyarakat KMPH Binaan GTZ MRPP ………...

2

Gambar 2.

Narasumber Sedang Menyampaikan materi Di Dalam Ruangan ...

5

Gambar 3.

Peserta Pelatihan Serius Mendengarkan Penjelasan Narasumber ...

5

Gambar 4.

Peserta Sedang Mencoba Praktek Vaksinasi ND Pada Ayam Buras ...

5

Gambar 5.

Peserta Sedang Berdiskusi Dengan Peternak Ayam Ras Pedaging Pada

Saat Kunjungan Lapang ...

5

Gambar 6.

Peserta Pelatihan Pengembangan Usaha Ayam Buras Berfoto Bersama

Narasumber ...

7

Gambar 7.

Peserta Pelatihan Pengembangan Usaha Ayam Ras Pedaging Berfoto

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Materi Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dibawah program Perubahan Iklim, Pemerintah Jerman (BMU) dengan pelaksanaan oleh GTZ mengadakan kerjasama teknik dengan pemerintah Indonesia melalui Merang REDD Pilot Project (MRPP). Salah satu kegiatan proyek MRPP ini adalah melakukan program pemberdayaan Kelompok Masyarakat Peduli Hutan (KMPH) di desa Muara Merang tepatnya di dusun Bina Desa dan desa Kepayang, Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA). Bentuk kegiatan program pemberdayaan tersebut, berdasarkan keinginan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatannya. Salah satu jenis usaha yang dipilih KMPH adalah usaha budidaya ternak ayam, yaitu ternak ayam buras untuk Dusun Bina Desa, Desa Merang dan ternak ayam ras pedaging untuk Desa Kepayang. Disamping keinginan KMPH, komoditas tersebut baik ternak ayam buras maupun ayam ras pedaging mempunyai peluang pasar yang sangat baik khususnya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar juga karyawan perusahaan perkebunan swasta (kelapa sawit) yang ada di sekitar desa binaan.

Dari hasil peninjauan lapangan, KMPH lokasi binaan umumnya belum memahami tentang manajemen budidaya ayam secara benar. Untuk KMPH desa Muara Merang dusun Bina Desa yang rencananya akan mengembangkan usaha ayam buras, sebagian KMPH nya sudah memelihara ayam buras namun system pemeliharaannya masih secara ekstensif sedangkan untuk Desa Kepayang yang rencananya akan mengembangkan usaha ayam ras pedaging, KMPH nya umumnya belum pernah melaksanakan usaha tersebut namun mempunyai keinginan yang kuat untuk memulai usaha tersebut dikarenakan KMPH telah melihat keberhasilan sebagian masyarakat di sekitar desa Kepayang yang telah mengusahakan budidaya ayam ras pedaging.

Dalam usaha ternak ayam, keberhasilannya ditentukan bagaimana mengelola manajemen usahanya, yang meliputi : (a) cara pemeliharaan; (b) sistim perkandangan; (c) sistim pemberian pakan; (d) penjagaan kesehatan; serta (e) cara pemilihan bibit. Dengan pernerapan manajemen usaha yang baik diharapkan adanya peningkatan produksi yang sekaligus dapat meningkatkan jumlah pendapatan KMPH.

Sehubungan dengan hal tersebut, agar supaya pelaksanaan program pemberdayaan KMPH ini dapat berhasil dengan baik, maka KMPH telah dibekali pengetahuan tentang manajemen usaha ternak ayam melalui kegaiatan “Pelatihan Usaha Budidaya Ternak Ayam” yang telah dilaksanakan pada tanggal 18-21 Agustus 2009.

(9)

Dengan kegiatan pelatihan usaha budidaya ternak ayam ini, diharapkan KMPH dapat mengembangkan usaha budidaya ayam dengan baik sehingga dapat menjadi salah satu peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarganya.

1.2. Tujuan Kegiatan

a. Memberikan pembekalan teknis usaha budidaya ternak ayam kepada KMPH binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP).

b. Membuka wawasan bagi KMPH bahwa usaha budidaya ayam dapat menjadi salah satu alternatif peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan.

1.3. Keluaran Kegiatan

a. Terlaksananya kegiatan pelatihan usaha budidaya ternak ayam bagi KMPH binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP).

b. KMPH mengerti dan memahami serta mampu melaksanakan kegiatan pengembangan usaha budidaya ternak ayam secara benar sehingga usahanya dapat berjalan lancar dan berkesinambungan serta berkembang.

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak Kegiatan.

- Dengan dipahaminya pengetahuan teknis manajemen usaha budidaya ternak ayam maka : (a) diharapkan penerapan teknologi budidaya ayam buras di tingkat KMPH bergeser dari sistem budidaya secara ekstensif menjadi semi intensif; (b) diharapkan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging berkembang dan berkelanjutan.

- Tumbuh dan berkembangnya usaha budidaya ternak ayam baik ayam buras maupun ayam ras pedaging di lokasi binaan sehingga akan meningkatkan pendapatan dan gizi KMPH beserta keluarganya dan sekaligus berdampak terhadap berkurangnya aktifitas perambahan hutan yang selama ini menjadi mata pencahariannya.

- Gambar 1. Gambaran kehidupan masyarakat KMPH Binaan GTZ MRPP

(10)

II. PELAKSANAAN

2.1. Dasar Pelaksanaan

1. Proposal Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi Kelompok Masyarakat Peduli Hutan (KMPH) Di Wilayah Binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP) Tahun 2009.

2. Kontrak No. MRPP/21/2009 2.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Bagi KMPH Di Wilayah Binaan GTZ Merang REDD Pilot Prject dilaksanakan di dua tempat yaitu :

(a). Tanggal 19 Agustus 2009, bertempat di Dusun Bina Desa, Desa Muara Merang, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

(b). Tanggal 20 Agustus 2009, bertempat di Desa Kepayang, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

Tanggal 21 Agustus, dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke peternak ayam ras pedaging di Dusun bakung, Desa Muara Merang Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

2.3. Materi Pelatihan

Materi pelatihan yang disampaikan ada dua topik yaitu : (a). Budidaya Ayam Buras

Materi ini disampaikan di Dusun Bina Desa, Desa Muara Merang, karena pada lokasi tersebut KMPH akan mengembangkan usaha budidaya ayam buras.

Materi yang disampaikan meliputi :

1. Manajemen usaha budidaya ayam buras 2. Penjagaan kesehatan ternak ayam 3. Pengenalan kelembagaan kelompok tani. Materi pelatihan terlampir

(b). Budidaya Ayam Ras Pedaging

Materi ini disampaikan di Desa Kepayang, karena pada lokasi tersebut KMPH akan mengembangkan usaha budidaya ayam ras pedaging

Materi yang disampaikan meliputi :

1. Manajemen usaha budidaya ayam ras pedaging 2. Penjagaan kesehatan ternak ayam

(11)

3. Pengenalan kelembagaan kelompok tani.

4. Kunjungan lapang ke peternak ayam ras pedaging

Materi pelatihan terlampir. 2.4. Pembicara/Nara Sumber.

Pembicara/Nara Sumber berasal dari :

(a). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumsel

(b). Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

(c). Peternak ayam ras pedaging dari Dusun Bakung, Desa Muara Merang, Kecamatan bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin.

2.5. Peserta

Jumlah peserta pelatihan usaha budidaya ayam adalah 50 orang dengan rincian sebagai tertuang pada Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Rincian Peserta Pelatihan Budidaya Ayam Tanggal 19-21 Agustus Tahun 2009 No. Lokasi Pelatihan Asal Peserta Jumlah Peserta

(orang) Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Buras

1. Dusun Bina Desa, Desa Muara Merang

- MRPP

- Ka. BPTP Sumsel

- KMPH Dusun Bina Desa - Nara sumber BPTP Sumsel - Nara sumber BP3K Kec. Bayung

Lincir, Kab. Musi Banyuasin - Panitia lokal 1 1 15 3 1 4 Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Ras Pedaging

2. Desa Kepayang - MRPP

- Ka. BPTP Sumsel - KMPH Dusun Bina Desa - Nara sumber BPTP Sumsel - Nara sumber BP3K Kec. Bayung

Lincir, Kab. Musi Banyuasin - Narasumber Peternak ayam ras

pedaging - Panitia lokal 1 1 15 3 1 2 2 Jumlah peserta seluruhnya (1+2) = 50

(12)

2.6. Metoda Pelaksanaan

Metoda pelaksanaan kegiatan pelatihan budidaya ayam dengan cara : (a). Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Buras

 Penyampaian materi oleh nara sumber di ruangan, dilanjutkan dengan tanya jawab (diskusi).

 Disamping penyampaian materi, juga dilakukan praktek vaksinasi penyakit Newcastle Disease (ND) atau tetelo.

(b). Pelatihan Pengembangan Usaha Budidaya Ayam Ras Pedaging

 Penyampaian materi oleh nara sumber di ruangan, dilanjutkan dengan tanya jawab (diskusi).

 Disamping penyampaian materi, juga kunjungan lapang/parktek lapang ke peternak ayam ras pedaging dengan tujuan untuk memberikan gambaran langsung bagaimana cara usaha budidaya ayam ras pedaging

Gambar 2. Narasumber sedang menyampaikan materi di dalam

Gambar 3. Peserta pelatihan serius mendengarkan penjelasan

narasumber

Gambar 4. Disamping materi juga dilakukan praktek, nampak peserta sedang mencoba praktek vaksinasi ND pada ayam buras

Gambar 5. Peserta pelatihan sedang berdiskusi dengan peternak ayam ras pedaging saat kunjungan/praktek lapang.

(13)

III. HASIL RUMUSAN KEGIATAN PELATIHAN

Dari kegiatan pelatihan pengembangan usaha budidaya ternak ayam yang telah dilaksanakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Secara umum peserta pelatihan dapat menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh para narasumber, sehingga diharapkan peserta nantinya dapat menerapkan dalam melaksanakan usaha ternak ayam baik ayam buras maupun ayam ras pedaging.

2. Selama berlangsungnya pelaksanaan kegiatan pelatihan peserta berperan aktif baik pada saat penyampaian materi secara teori, praktek maupun pada saat diskusi.

Pada saat diskusi telah dihimpun pertanyaan-pertanyaan dari peserta pelatihan secara umum adalah :

(a). Pelatihan pengembangan usaha budidaya ayam buras.

Bagaimana cara mengatasi tingkat kematian yang tinggi pada anak ayam buras? Jawab : untuk mengatasi tingkat kematian yang tinggi pada anak ayam buras

adalah dengan cara penerapan teknologi pemisahan anak dengan menggunakan kandang indukan.

Berapa sebaiknya penggunaan pejantan agar telur yang dihasilkan dapat menetas?. Jawab : penggunaan pejantan agar telur yang dihasilkan induk terbuahi (menetas)

adalah 1 pejantan untuk 7 ekor induk ayam buras.

 Selama memelihara ayam buras pakan yang diberikan hanya sisa dapur/sisa makanan saja, bagaimana sebaiknya cara pemberian pakan yang betul?

Jawab : Jumlah pakan yang dibutuhkan ternak ayam adalah 10 % dari berat badan. Biasanya berat badan ayam buras dewasa 1,5-2 kg sehingga jumlah pakan yang diberikan ± 1,5-2 ons per ekor per hari, diberikan dua kali yaitu pagi dan sore hari. Jenis pakan yang diberikan bisa campuran sisa dapur + dedak padi +sayuran.

(b). Pelatihan pengembangan usaha budidaya ayam ras pedaging.

Umumnya peserta pelatihan usaha budidaya ayam ras pedaging belum mengajukan pertanyaan pada saat narasumber menyampaikan materi di dalam ruangan, karena usaha ini merupakan usaha yang baru. Sehingga peserta sifatnya hanya menerima saja, namun pada saaat kunjungan lapang ke peternak, peserta pelatihan umumnya berperan aktif dalam menimba ilmu secara langsung ke peternak dengan mengajukan

(14)

pertanyaan seputar masalah yang dihadapi dalam usaha ayam ras pedaging, disamping itu peserta juga menanyakan keuntungan dalam usaha ayam ras pedaging. Setelah mendapat pembekalan materi pelatihan dari nara sumber dan ditambah dengan kunjungan lapang maka peserta pelatihan umumnya memahami bagaimana cara budidaya ayam ras pedaging, sehingga diharapkan peserta mampu mengembangkan usaha budidaya ayam ras pedaging dengan baik.

Gambar 6. Peserta pelatihan pengembangan usaha ayam buras berfoto bersama dengan nara sumber

Gambar 7. Peserta pelatihan pengembangan usaha ayam broiler di Desa Kepayang berfoto bersama dengan nara sumber

(15)

IV. KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pelatihan pengembangan usaha budidaya ternak ayam yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan berikut :

1. Bahwa pelaksanaan pelatihan budidaya ayam, berjalan sesuai rencana. Dari 50 orang peserta yang direncanakan hadir semua.

2. Selama pelaksanaan pelatihan peserta berperan aktif dalam mengikutin jalannya pelatihan, baik pada saat penyampaian materi di dalam ruangan maupun pada saat praktek lapang.

3. Nara Sumber dan materi pelatihan yang disampaikan sesuai dengan perencanaan.

4. Dari hasil diskusi dari masing-masing materi yang disampaikan nara sumber maka peserta telah memahami materi yang disampaikan sehingga diharapkan dapat sebagai bekal dalam pengembangan usaha ternak ayam baik ayam buras (kampung) maupun ayam ras pedaging (broiler).

(16)

Lampiran 1. Materi Pelatihan Petani Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi KMPH Di Wilayah Binaan GTZ Merang REDD Pilot Project

1. Cara Pemeliharaan Ayam Buras

2. Cara Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler)

3. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Unggas Menular 4. Penumbuhan Kelompok Tani

(17)

CARA PEMELIHARAAN AYAM BURAS

Oleh : Y. Suci Pramudyati

Materi Pelatihan Petani Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi KMPH Di Wilayah Binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP) Tanggal 19 s.d 21 Agustus

2009

GTZ MERANG REDD PILOT PROJECT (MRPP)

(18)

I. PENDAHULUAN

Ayam buras (bukan ras) disebut juga ayam kampung. Jenis ayam ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan petani, baik sebagai sumber pandapatan, sebagai tabungan, sebagai gizi keluarga maupun kotorannya dapat sebagai penghasil pupuk.

Beberapa pertimbangan dalam memelihara ayam buras yaitu : 1. Tidak memerlukan modal yang besar.

2. Dapat dipelihara dengan mudah dan biaya perawatannya mudah. 3. Tempat yang dibutuhkan relatif tidak terlalu luas.

4. Cepat menyesuaikan dengan tempat atau lingkungan baru.

5. Daging dan terlurnya dapat dikonsumsi keluarga (menambah gizi keluarga) 6. Daging dan telurnya mempunyai nilai pasar yang tinggi

7. Mempunyai daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih kuat dari ayam ras. 8. Kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

Produksi telur ayam buras masih sangat rendah, dibandingkan dengan ayam ras. Hal ini disebabkan belum adanya seleksi/pemilihan bibit secara mantap dan terarah serta sistem pemeliharaannya masih sangat sederhana (tradisional) dengan membiarkan ayam-ayamnya berkeliaran (diumbar) di kebun, di sawah atau di pekarangan rumah untuk mencari makan karena peternak jarang memberikan pakan pada ayam-ayamnya.

Produksi telur ayam buras pada kondisi pedesaan adalah :

(1). Induk yang tidak mengerami telurnya, adalah sekitar 132 butir per ekor per tahun.

(2). Induk mengeram dan setelah menetaskan anak dipisahkan dari induknya, berproduksi telur sekitar 115 butir per ekor per tahun

(3). Induk ayam yang mengeram dan mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telurnya hanya 52 butir per ekor per tahun.

Berat telur ayam buras kurang lebih 35 gram per butir.

II. PEMILIHAN BIBIT

Untuk mendapatkan produksi telur dan pertumbuhan ayam yang maka diutamakan pemilihan calon bibit baik calon induk maupun calon pejantan.

(19)

Ayam Betina Ayam Jantan 1. Umur : 6-12 bulan 1. Umur : 8-24 bulan

2. Berat badan : ± 0,8 kg 2. Berat badan : ± 1 - 1,2 kg 3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan

hidup

3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan hidup

4. Daerah dubur lembut 4. Tubuh besar, kokoh dan kuat 5. Jarak antara tulang duduk 2 jari 5. Bentuk kepala lurus dan pipih 6. Jarak antara tulang duduk dan tulang

dada 3 jari

6. Bentuk ekor melengkung dan terjuntai kebawah

7. Kedua sayap lebar dan simetris

8. Jengger dan pial berwarna merah segar

9. Kepala pipih 7. Kepala pipih dan lurus

10. Tidak mempunyai sifat kanibal 8. Tidak mempunyai sifat kanibal

Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 7-8 artinya 1 ekor pejantan dapat melayani 7 sampai 8 ekor betina.

III. KANDANG

Kandang merupakan salah satu syarat bagi kelangsungan hidup ayam. Fungsí kandang bagi ternak ayam :

1. Untuk melindungi dari hujan, terpaan angin, panas dan gangguan binatang buas. 2. Sebagai tempat tidur dan berkembang biak.

Persyaratan Pembuatan Kandang :

1. Tempat/lokasi kandang harus kering 2. Tidak mudah tergenang air

3. Tidak menyatu dengan rumah 4. Mempunyai ventilasi yang baik 5. Sehat dan bersih

6. Cukup mendapat sinar matahari pagi 7. Kokoh dan kuat serta atap tidak bocor. Bahan kandang :

- Pilih bahan kandang tidak ada disekitar lokasi, misalnya : - Rangka kandang dibuat dari bambuatau kayu gelam.

(20)

- Dinding kandang dapat dibuat dari bambu atau papan rempesan atau kayu gelam atau kawat ram.

Ukuran kandang :

Ukuran kandang : 2m x 3m dapat menampung 25-30 ekor ayam. Peralatan kandang :

1. Tempat pakan dan minum

- Tempat pakan dan minum dapat dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat.

- Bahan-bahan yang dapat digunakan adalah belahan bambu, paralon, plastik atau papan.

- Tempat minum seperti halnya tempat pakan dapat dibuat dari bambu yang dipotong, kaleng plastik, atau kaleng-kaleng bekas yang tidak berkarat.

- Untuk ayam yang dipelihara secara intensif, tempat pakan dan minum sebaiknya diletakkan di dalam kandang pada dinding kandang bagian dalam dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai agar ayam tidak mencakar-cakar atau pakan bercampur kotoran.

- Untuk ayam yang dipelihara secara semi intensif pakan dan air minum dapat ditempatkan di luar kandang atau halaman asalkan tidak terekena langsung sinar matahari dan air hujan.

2. Tempat tenggeran.

Dapat dibuat dari bambu atau kayu, fungsi tenggeran adalah agar ayam dapat tidur teratur dan tidak tumpang tindih.

3. Sangkar bertelur/pengeraman.

- Sebaiknya ditempatkan di dalam kandang dalam posisi agak gelap dan teduh, misalnya di sudut atau bagian belakang kandang karena pada saat hendak bertelur atau mengeram ayam menghendaki suasana tenang dan agak gelap. Jumlah sangkar sebaiknya sama dengan jumlah babon yang sedang bertelur.

- Sangkar bertelur/pengeraman dibuat dari bahan yang mudah, murah dan tersedia ditempat misalnya dari kotak gardus bekas, kotak kayu, bambu yang dibuat seperti kukusan, baskom bekas, ember bekas dll.

- Sangkar bertelur/pengeraman dibuat jangan terlalu cekung atau terlalu datar agar induk mudah membalik telurnya dan diberi alas rumput kering atau jerami padi agar telur tidak mudah pecah dan induk ayam merasa nyaman. Usahakan tempat pengeraman terlebih dahulu disemprot dengan air kapur atau air tembakau untuk menghilangkan kemungkinan gangguan kutu ayam.

(21)

IV. PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

Pemberian pakan tambahan pada ayam kampung akan dapat meningkatkan produksi telur dan daging (berat badan). Pemberian pakan tambahan sebaiknya dilakukan secara rutin atau teratur setiap hari. Jenis bahan pakan tambahan untuk ayam buras dapat memanfaatkan sisa-sisa limbah berupa dedak padi, meniran, ampas tahu, limbah ikan, gabah hampa, sisa dapur (sayur-sayuran), sisa makanan, keong mas, bekicot, dll.

Pakan disediakan dalam wadah yang mudah dicapai ternak ayam, tetapi tidak mengakibatkan banyak pakan yang tumpah. Jumlah pemberian pakan 10 % dari berat badan per ekor per hari. Campuran pakan dapat diberikan dalam bentuk kering ataupun dalam bentuk bubur kasar.

Makanan yang diberikan pada ayam akan dipergunakan untuk : 1. Pertumbuhan, dari anak ayam menjadi ayam dewasa.

2. Mempertahankan hidup.

3. Untuk produksi, artinya selain untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup, makanan yang diberikan pada ayam digunakan untuk berproduksi. Produksi utama dari ayam buras adalah daging dan telur.

V. PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN

Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi dan menekan angka kematian anak ayam (kutuk).

Cara-cara perbaikan sistem pemeliharaan :

1. Induk dan anak yang baru menetas di kandangkan pada kandang indukan sampai anak umur 1 minggu. Pada siang hari induk bisa dilepas disekitar kandang indukan sedangkan anak ayam tetap di dalam kandang indukan. Pakan yang diberikan adalah untuk anak ayam 1 hari sampai umur 7 hari adalah dedak padi + meniran dalam bentuk kering atau diberi pakan ayam starter. Air minum disediakan secara terus menerus. Sedangkan induknya diberi pakan seperti ayam dewasa.

2. Pisahkan anak ayam umur 1 minggu dengan induknya dengan tujuan untuk meningkatkan produksi induk yaitu agar induk segera bertelur kembali.

- Anak ayam dipelihara dalam kandang indukan sampai umur 2 bulan.

Karena fungsi kandang indukan sebagai pengganti induk, maka kehangatan sangat diperlukan bagi anak ayam terutama sampai umur 10 hari. Oleh karena itu kandang

(22)

penutup pada saat hari hujan.Tanda-tanda anak ayam bila menggerombol ini berarti anak ayam kedinginan, dan sebaliknya kalau anak ayam menyebar menandakan udara didalamnya kandang. Pemanas dan penutup perlu diatur untuk menciptakan temperatur kandang yang sesuai.

- Pakan yang diberikan adalam campuran dedak padi + meniran + jagung giling + sisa makanan + sayur-sayuran. Diberikan dalam bentuk bubur kasar.

- Waktu pemberian pakan pagi, siang dan sore hari. - Air minum disediakan sepanjang hari.

3. Anak ayam umur 2 bulan sampai 3 bulan (ayam-ayam muda), Ayam muda sudah bisa dilepas sepanjang hari, pada sore dan malam hari dikandangkan.

Pemberian pakan dan air minum dapat dilakukan pada pagi dan sore hari (sebelum dilepas dan sebelum dikandangkan).

Pakan yang diberikan adalam campuran dedak padi + meniran + jagung giling + sisa makanan + sayur-sayuran. Diberikan dalam bentuk bubur kasar.

4. Ayam Dewasa (lebih dari 6 bulan), dapat dilepas sepanjang hari, pada sore dan malam hari dikandangkan. Yang perlu diperhatikan adalah jumlah ayam jantan harus lebih kecil dari ayam betina, perbandingannya 1 : 7 (1 jantan untuk 7 ekor betina). Ayam-ayam jantan dewasa dan betina yang kurang baik untuk bibit dapat di jual.

Pemberian pakan dan air minum dapat dilakukan pada pagi dan sore hari (sebelum dilepas dan sebelum dikandangkan).

Pakan yang diberikan adalam campuran dedak padi + meniran + jagung giling + sisa makanan + sayur-sayuran. Diberikan dalam bentuk bubur kasar.

VI. KANDANG INDUKAN

- Salah satu kendala pada usaha budidaya ayam buras di pedesaan adalah tingkat kematian anak ayam yang tinggi. Hal ini disebabkan masih banyak dijumpai induk mengasuh anaknya bersama-sama sampai anaknya disapih. Hal ini jelas akan menimbulkan kerugian yang tinggi yaitu disamping kehilangan anak ayam akibat kematian juga jumlah produksi telur rendah serta waktu untuk bertelur kembali menjadi lama atau panjang. - Teknologi pemisahan anak dari induknya bertujuan untuk meningkatkan produksi dan

menghindarkan hal-hal yang merugikan.

- Pemisahan induk dan pemeliharaan anak ayam dalam kandang indukan dapat dimulai pada anak berumur 7 hari sampai berumur 2 bulan.

(23)

- Bentuk dan konstruksi kandang indukan tergantung pada jumlah anak ayam, biaya yang tersedia dan ketersediaan bahan di lokasi.

- Bahan kotak indukan dapat dibuat dari bahan bambu, kayu reng, kawat ayam, rempesan kayu atau bahkan dari bahan-bahan bekas.

- Persyaratan penggunaan kandang indukan yang terpenting diperhatikan adalah :

1. Kebersihan, sebelum anak ayam dimasukan kedalam kandang indukan, sebaiknya kandang indukan disucihamakan dahulu dengan cara mengapur seluruh kandang indukan dan biarkan selama 2 sampai 3 hari. Kemudian baru dimasukan induk dan anak ayamnya. Untuk menjaga kebersihan kandang indukan perlu dibersihkan setiap hari, minimal 2-5 hari dalam satu minggu.

2. kehangatan, karena kandang indukan sebagai pengganti induk, maka kehangatan sangat diperlukan bagi anak ayam terutama sampai umur 10 hari. Pemanas dan penutup perlu diatur untuk menciptakan temperatur kandang yang sesuai.

3. Ventilasi, sangat diperlukan bagi anak ayam, karena keadaan sirkulasi udara dalam kandang indukan akan mempengaruhi perkembangan kesehatan anak ayam, seperti bau kotoran, sisa makanan, lembab, kurangnya sinar matahari. Kandang indukan pada waktu malam atau hujan ditutp dengan karung plastik atau karung goni untuk memberikan kehangatan atau menghindari serangan penyakit.

4. pengontrolan, dan jauh dari gangguan binatang pemangsa. Pembuatan Kandang Indukan

- Pada umumnya kandang indukan terbuat dari bambu yang dibelah kecil-kecil antara 1-2 Cm atau juga dapat dibuat dari kawat ayam dengan diameter 0,5 – 1 Cm.

- Bila kandang indukan dibuat dari bambu, usahakan jarak antara bambu jangan sampai rapat atau terlalu renggang.

- Bentuk kandang Indukan. Bentuk kandang indukan dibuat seperti kotak sehingga sering juga disebut kotak indukan.

- Ukuran kandang indukan : tinggi 60 Cm, panjang 1m dan lebar 80 Cm bisa digunakan untu 40 ekor anak ayam sampai umur 2 bulan.

Tempat Pakan dan Minum.

Tempat pakan dan minum harus diletakkan di dalam kandang indukan yang mudah dijangkau oleh anak ayam. Tempat makan dan minum terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat seperti belahan bambu, kotak kayu atau plastik.

(24)

VII. PENGATURAN SIKLUS BERTELUR

Produksi telur ayam kampung lebih rendah dari ayam ras, yaitu 50 butir per ekor per tahun. Untuk meningkatkan jumlah produksi beberapa cara dapat dilakukan, misalnya :

1. Mencegah ayam mengeram.

Langkah ini dilakukan bertujuan agar dapat dihasilkan telur yang lebih banyak.

Caranya : babon/induk begitu mulai terlihat sifat-sifat mau mengeram, dipegang dan dimandikan.Telur yang ada di sangkarnya diambil, sehingga kalau babon mau mengerami telur di sangkarnya tidak jadi karena kosong. 2 sampai 3 minggu kemudian babon sudah memperlihatkan sifat birahinya.

2. Menetaskan telur dengan mesin tetas atau entog.

Selain penetasan dengan induknya sendiri, penetasan secara alami bisa dibantu oleh ternak entog. Dimana entog dapat mengerami telur sampai 2 sampai 3 siklus penetasan. Selain penetasan secara alami juga dapat dilakukan dengan bantuan mesin tetas, yaitu dengan cara mengatur suhu di dalam mesin tetas sesuai dengan kondisi penetasan secara alami.

Setelah selesai bertelur dalam satu periode (± 2 minggu), babon mulai memperlihatkan sifat mengeramnya. Telur-telur diambil dan dimasukkan ke dalam sangkar entog yang sudah siap mengeram atau dipindahkan ke dalam mesin tetas. Sedangkan babon dipegang dan dimandikan yang akhirnya sifat mengeram lama kelamaan menghilang, 2-3 minggu kemudian babon sudah memperlihatkan sifat birahinya.

(25)

CARA BUDIDAYA AYAM RAS PEDAGING

(BROILER)

Oleh : Jauhari Effendy

Materi Pelatihan Petani Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi KMPH Di Wilayah Binaan GTZ Merang REDD Pilot Project (MRPP) Tanggal 19 s.d 21 Agustus

2009

GTZ MERANG REDD PILOT PROJECT (MRPP)

2009

(26)

I. MASA PERSIAPAN

Pemilihan Lokasi Kandang :

1. Lokasi kandang berada di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan atau daerah di sekitarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya genangan air maupun banjir pada saat musim hujan.

2. Lokasi kandang dipilih tempat yang teduh/sejuk tetapi tidak ternaungi oleh pohon-pohonan serta terkena sinar matahari.

3. Pilih lokasi kandang yang tersedia atau berdekatan dengan sumber air minum guna memudahkan aktivitas pemeliharaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat konsumsi air minum bagi ayam broiler sangat tinggi.

4. Sebaiknya lokasi kandang tidak terlalu dekat dengan rumah pemilik tetapi juga tidak terlalu jauh sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan (kontrol), sebagai acuan jarak antara rumah pemilik dengan kandang berjarak ± 10 m.

5. Demikian juga lokasi kandang dipilih tempat yang tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk untuk menghindari penyebaran polusi udara akibat bau dari kotoran ternak. 6. posisi kandang sebaiknya

Menjelang dan Saat Kedatangan DOC :

1. 3-7 hari sebelum DOC datang, kandang telah siap untuk ditempati. Sebaiknya terlebih dahulu seluruh bagian kandang disemprot dengan desinfektan (misalnya formalin yang dicampur air).

2. Setelah disemprot dengan desinfektan kemudian pada bagian alas kandang serta sebagian dindingnya dilaburi dengan kapur guna membunuh kuman atau mikroorganisme yang merugikan.

3. Jika memungkinkan, perlu disediakan thermometer guna mengukur temperatur dalam kandang. Thermometer diperlukan untuk mengetahui apakah suhu dalam kandang indukan sudah sesuai atau belum dengan kebutuhan suhu dari ternak ayam (DOC). 4. Beberapa jam sebelum DOC datang, pemanas (indukan) harus sudah dihidupkan. Jumlah

indukan harus disesuaikan dengan jumlah DOC. Khusus untuk indukan (pemanas) yang menggunakan lampu minyak, maka harus diperhatikan faktor resiko dan keamanannya. 5. Alas kandang untuk DOC sebaiknya dilapisi dengan kertas pembungkus semen atau

bahan lainnya yang sejenis. Hal ini untuk menghindari luka lecet pada DOC dimana kulit kakinya masih halus dan tipis. Pemberian alas tersebut dilakukan s/d DOC berumur 7 hari, dan setiap 3 hari alas kandang diganti dengan yang baru.

(27)

6. Untuk diperhatikan, pada saat DOC baru datang maka jangan langsung diberi pakan. DOC yang baru datang sebaiknya langsung diberikan air minum dicampur gula secukupnya. Pemberian air minum tersebut untuk memulihkan tenaga serta menghindari stres yang berkepanjangan pada DOC setelah menempuh perjalanan jauh dari pabrik (poultry shop) ke lokasi peternakan.

7. Periksa kembali alat pemanas (indukan) sehingga segala sesuatunya berada dalam kondisi yang aman apabila ditinggalkan. Perhatian harus lebih diberikan untuk pamanas yang menggunakan lampu minyak tanah.

II. PEMILIHAN BIBIT

1. Bibit ayam broiler (DOC) terdiri dari dua kategori, yaitu fast fattening (cepat tumbuh pada fase awal) dan slow fattening (relatif lambat tumbuh pada fase awal).

2. Ciri-ciri DOC yang baik dan sehat diantaranya : (i) berat ± 40 gram, (ii) bulu berwarna kuning muda, (iii) mata cerah, (iv) warna paruh dan kulit kaki kuning kecoklat-coklatan, (v) gerakannya lincah, (vi) tidak memiliki cacat tubuh, (vii) memiliki nafsu makan yang baik, (viii) tidak terdapat letakan tinja di duburnya serta (ix) suaranya nyaring.

3. Setelah DOC tiba di lokasi peternakan, kemasan (kardus pembungkus) langsung dibuka untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam kandang indukan. Perhatikan, jika terdapat DOC yang terlihat kurang sehat atau memiliki cacat tubuh maka segera dipisahkan dengan kelompok lainnya.

4. Sebaiknya bibit (DOC) berasal dari perusahaan pembibitan (bREDDing farm) yang sudah ternama/berpengalaman.

5. Beberapa jenis strain ayam yang banyak beredar di pasaran (poultry shop) diantaranya : CP-707, Super 77, Tegel 70, ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Acres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan lain sebagainya.

III. SISTEM PERKANDANGAN

Bentuk dan Bahan Kandang :

1. Berdasarkan model atap, dikenal dua bentuk kandang, yaitu kandang atap model gable

(28)

2. Demikian juga berdasarkan bentuk dasar kandang, dikenal dua jenis yaitu kandang model panggung dan model litter.

3. Bahan kandang disesuaikan dengan kemampuan modal usahatani, tetapi pada prinsipnya sebaiknya berasal dari bahan yang murah tetapi kuat serta mudah diperoleh di sekitar lokasi peternakan.

4. Temperatur ideal di dalam kandang berkisar 33-35°C sedangkan kelembabannya antara 60-70%.

Alat dan Perlengkapan Kandang :

1. Tempat pakan dan minum dapat dibeli dari toko penyedia sarana produksi peternakan (poultry shop) atau membuat sendiri dari bahan yang mudah diperoleh/tersedia di lokasi peternakan seperti bambu, alumunium, plastik, dan sebagainya. Perlu untuk diperhatikan, khusus untuk tempat pakan dan minum yang dibuat sendiri, maka bahan tersebut harus mudah dicuci dan tidak berkarat. Secara umum, sesuai dengan peruntukannya tempat pakan dan minum ada dua jenis yaitu untuk anak ayam (1-10 hari) dan ayam dewasa. Pastikan ayam bisa menjangkau pakan dan minum secara mudah.

2. Alat penerangan maupun indukan tersedia dalam jumlah yang cukup, disesuaikan dengan jumlah ternak dan luas kandang.

3. Litter/alas kandang harus dalam keadaan kering dengan ketebalan antara 5-10 cm. Bahan litter dapat menggunakan sekam, serbuk gergaji dicampur dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya,

IV. MANAJEMEN (CARA) PEMBERIAN PAKAN

Fase (Periode) Starter :

1. Pakan untuk fase starter diberikan pada ayam dari umur 1-30 hari (0-4 minggu).

2. Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK) 22-24%, lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

(29)

Tabel 1. Jumlah pemberian pakan pada fase starter Minggu Umur

(hari)

Konsumsi Pakan (gr/ekor) Prakiraan Berat Badan Kumulatif (gr/ekor) Per hari Kumulatif

1 12 12 52 2 15 27 65 3 19 46 81 I 4 24 70 100 5 29 99 122 6 33 132 147 7 37 189 174 8 41 210 205 9 45 265 238 10 50 305 279 II 11 55 380 322 12 60 420 389 13 65 485 420 14 70 555 474 15 75 630 529 16 80 710 586 17 85 795 646 III 18 91 886 709 19 97 983 774 20 103 1086 840 21 109 1195 908 22 115 1310 977 23 120 1430 1047 24 125 1565 1118 IV 25 129 1684 1189 26 133 1817 1260 27 135 1955 1332 28 143 2098 1405

(30)

Fase (Periode) Finisher

1. Pakan untuk fase finisher diberikan pada ayam dari umur 31-42 hari (4-6 minggu). 2. Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK) 18,1-21,2%,

lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4,5%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2900-3400 Kcal.

3. Jumlah pemberian pakan pada fase finisher disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah pemberian pakan pada fase finisher

Minggu Umur (hari)

Konsumsi Pakan (gr/ekor) Prakiraan Berat Badan Kumulatif (gr/ekor) Per hari Kumulatif

29 148 2246 1479 30 153 2399 1553 31 158 2557 1627 V 32 163 2720 1703 33 167 2887 1777 34 171 3058 1853 35 175 3233 1928 36 179 3412 2006 37 184 3596 2085 38 188 3784 2165 VI 39 192 3976 2246 40 196 4172 2327 41 199 4371 2407 42 203 4574 2487

4. Air minum diberikan secara ad-libitum (tidak terbatas), setiap saat ada di dalam kandang.

V. SANITASI DAN KESEHATAN TERNAK

1. Sebagai langkah upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, secara rutin kotoran ternak dibuang setiap satu minggu atau sesuai kebutuhan.

2. Penyemprotan desinfektan di lingkungan sekitar kandang atau lokasi peternakan perlu dilakukan setiap 2 minggu.

3. Vaksinasi perlu dilakukan guna mengantisipasi serangan penyakit menular tertentu seperti ND (tetelo), Gumboro, Coccidiosis, dan lain sebagainya.

(31)

4. Pelaksanaan vaksinasi ND dilakukan 2 kali selama satu periode pemeliharaan (6-7 minggu) yaitu pada umur 4 hari (suntik/tetes mata) dan umur 21 hari.

VI. PENANGANAN PASCAPANEN

1. Setelah semua ayam dipanen (dijual) maka untuk menjaga sanitasi dan kesehatan lingkungan maka kandang yang telah kosong harus segera dibersihkan dengan menggunakan detergent dan desinfektan.

2. Khusus untuk kandang panggung, dasar kandang (tempat penampungan kotoran) perlu ditambahkan tanah/pasir secukupnya serta pada bagian permukaannya ditaburi kapur.

(32)

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

UNGGAS MENULAR

OLEH : ARMANUDIN, SP

Bahan Materi Pelatihan Petani di Desa Muara Merang Dan Desa Kephayang Kecamatan Bayung Lencir Tanggal 19 Agustus s/d 21 Agustus 2009

GTZ MERANG REDD PILOT PROJECT (MRPP)

2009

(33)

A. PENDAHULUAN

Peranan sumbangan yang dapat diberikan oleh usaha ternak ayam sangat bermanfaat bagi petani peternak di pedesaan, khususnya di daerah kering dan rawan gizi. Upaya peningkatan produksi ternak ayam akan dapat mencapai sasaran dalam dua arah, yaitu penyediaan protein hewani dan peningkatan pendapatan bagi petani peternak yang memeliharanya.

Secara teknis, pengelolaan pemeliharaan ternak ayam tidak terlalu menuntut teknologi yang mutakhir. Pemeliharaan ternak ayam secara intensif dapat dilakukan dengan mudah oleh para peternak di pedesaan.

Dalam usaha ternak ayam yang sangat penting diperhatikan oleh para peternak adalah pengendalian penyakit, sebab ada beberapa jenis penyakit apabila sudah menyerang akan menimbulkan kematian yang cukup tinggi terutama penyakit tetelo dan penyakit flu burung. Kedua penyakit ini belum ada pengobatannya, yang ada baru vaksinnya, sehingga kedua penyakit ini dalam usaha ternak perlu dilakukan pencegahan.

B. PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT 1. Jenis Penyakit

Banyak penyakit menular yang dapat menyerang ternak ayam, antara lain : - Tetelo (ND) Mycoplasmosis

- Shot - Marek

- Cacar ayam, coccidiosis - Pullorum

- Flu burung

Penyakit yang paling sering menyerang ternak ayam ayam dan banyak menimbulkan kematian serta kerugian ekonomi adalah penyakit ND dan flu burung, penyakit flu burung juga sangat membahayakan manusia karena penyakit ini bisa menular pada manusia. Maka dalam materi latihan ini kita kan bahas kedua penyakit ini saja.

2. Pencegahan Penyakit ND (Tetelo)

Pada umumnya tindakan pencegahan lebih baik dan lebih murah biayanya disbanding dengan tindakan pengobatan. Oleh karena itu, tindakan yang perlu diambil untuk pencegahan antara lain :

(34)

- Selalu menjaga kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan - Jauhkan sumber-sumber penularan penyakit

- Berikan makanan/minuman yang baik dan cukup

- Lakukan vaksinasi atau berikan obat pencegahan tepat pada waktunya. a. Program Vaksinasi

- Jadwal vaksinasi harus diikuti dengan teliti dan ketat dengan menghindarkan faktor spekulasi yang menganggap tidak ada penyakit.

- Vaksinasi ND I umur 4 hari - Vaksinasi ND II umur 4 bulan

- Vaksinasi ND III umur 6 bulan dan seterusnya setiap 6 bulan. b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu vaksinasi

- Ayam yang akan divaksinasi harus dalam keadaan sehat.

- Alat-alat yang akan digunakan harus steril (spuit, pipet dan botol pencampur direndam dalam air mendidih selama 5 menit).

- Vaksin tidak boleh kena sinar matahari langsung dan harus disimpan di tempat dingin (kulkas, termos es).

- Vaksin yang telah dicampur lebih dari 4 jam jangan digunakan lagi. - Gunakan vaksin sesuai dengan petunjuk pemakaian.

- Waktu vaksinasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan di tempat yang teduh.

c. Bahan-bahan yang digunakan

- Vaksin ND Strain F untuk anak ayam umur 4 hari sampai 4 minggu, Strain K untuk anak ayam muda dan ayam dewasa.

- Pelarut, yaitu aquades atau Nael Fisiologis, alat-alat spuit, pipet, botol pencampur.

d. Cara Kerja

- Alat-alat disterilkan

- Larutkan vaksin dengan pelarut. Caranya pada tutup botol pelarut tusukan jarum suntik kemudian bukalah botol vaksin. Ambil sedikit pelarut, masukkan ke botol vaksin kocok dengan hati-hati hingga seluruh vaksin larut betul. Bila sudah larut sempurna masukkan ke dalam botol pencampur, dan bilas botol vaksin dengan sisa pelarut. Jumlah pelarut yang digunakan sesuai petunjuk.

(35)

- Pada vaksin F, teteskan pada mata atau mulut anak ayam, dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes.

- Pada vaksin K, suntikan ke dalam otot dada sebanyak '/2 cc untuk ayam umur 1- 4 bulan dan 1 cc untuk ayam umur 4 bulan ke atas.

e. Pencegahan terhadap tekanan lingkungan

Keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan tekanan pada ayam antara lain : - Suhu udara di luar dan di dalam kandang yang terlalu dingin.

- Keadaan lingkungan yang terlalu pengap, berbau busuk dan amonia yang tinggi konsentrasinya.

- Tata laksana yang tidak serasi. - Makanan yang tidak tepat. - Akibat vaksinasi yang tidak tepat.

Bila tekanan-tekanan tersebut tidak dapat dicegah, maka cara yang cukup baik adalah mencapur anti stres ke dalam makanan atau air minum. Untuk menghindari tekanan lingkungan yang disebabkan tingginya konsentrasi amonia maka litter ditambah dan diaduk-aduk.

C. Pencegahan dan Pemberantasan Flu Burung 1. Peningkatan Biosekuriti

- Desinfeksi alat dan fasilitas peternakan.

- Dilarang mengeluarkan unggas sakit, kotoran dan limbah peternakan. - Membatasi keluar masuk orang ke dalam lokasi peternakan.

- Mencegah kelur masuknya tikus dan hewan lain ke dalam lokasi peternakan. 2. Dekontaminasi/Desinfeksi

- Pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan.

- Pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar. - Bangunan kandang yang kontak dengan unggas, kandang/tempat penampungan

unggas.

- Permukaan jalan menuju peternakan/kandang/tempat penampungan unggas. 3. Tindakan pemusnahan selektif/terbatas

Pemusnahan selektif (depopulasi) dilakukan terhadap unggas sehat yang sekandang dengan unggas sakit di peternakan tertular.

(36)

Dilakukan pembakaran dan penguburan dengan kedalaman minimal 1,5 m terhadap : - Unggas mati (bangkai), karkas, telur terinfeksi.

- Kotoran, bulu alas kandang (sekam). - Pupuk dan pakan yang tercemar.

- Bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat disucihamakan secara efektif.

5. Vaksinasi

Vaksinasi yang dapat dilakukan terhadap unggas yang sehat di daerah tertular sebagai berikut.

- Ayam pedaging divaksin umur 4-7 hari dosis 0,2 ml, pemberian di bawah kulit pada pangkal leher.

- Ayam petelur dan pembibitan divaksin pada umur 4-7 hari dosis 0,2 ml, pemberian di bawah kulit pada pangkal leher.

- Umur 4-7 minggu, dosis 0,5 ml pemberian di bawah kulit pada pangkal leher. - Umur 12 minggu, dosis 0,5 ml pemberian di bawah kulit pada pangkal leher/otot

dada.

- Pengulangan kembali setiap 3-4 bulan dengan dosis 0,5 ml pada otot dada. 6. Pengisian kembali (Restocking)

- Peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali setelah 30 hari pengosongan kandang. - Harus dipastikan semua tindakan desinfeksi dan pembakaran/penguburan sesuai

prosedur Gejala penyakit flu burung

- Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan. - Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung.

- Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala. - Pendarahan di bawah kulit.

- Pendarahan titik pada daerah dada, kaki dan telapak kaki. - Batuk, bersin dan ngorok.

(37)

PENUMBUHAN KELOMPOK TANI

OLEH : ARMANUDIN, SP

Bahan Materi Pelatihan Petani di Desa Muara Merang Dan Desa Kephayang Kecamatan Bayung Lencir Tanggal 19 Agustus s/d 21 Agustus 2009

GTZ MERANG REDD PILOT PROJECT (MRPP)

2009

(38)

I. LATAR BELAKANG

Pada tanggal 11 Juni 2005 Presiden RI telah mencanangkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai salah satu dari triple track strategi dari kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan). Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompok tani yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi permodalan dan sumber daya lainnya.

II. PENGERTIAN

Dalam pedoman penumbuhan dan pembinaan kelompok ada beberapa pengertian yang perlu diketahui yaitu :

 Sistem penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

 Penyuluhan pertanian, adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

 Usaha tani adalah usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.

 Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian.

(39)

 Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan.

 Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha peternakan.

 Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

 Kontak tani adalah ketua atau mantan ketua kelompok tani yang masih aktif sebagai anggota kelompok dan diakui kepemimpinannya dalam menggerakkan anggota untuk mengembangkan usahanya.

III. KARAKTERISTIK KELOMPOK TANI

Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani, memiliki karakteristik sebagai berikut,

1. Ciri-ciri kelompok tani

a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota. b. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam usaha tani.

c. Memiliki kesamaan dalam ,'radisi dan atau pemukiman hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan teknologi.

d. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

2. Unsur Pengikat Kelompok Tani

a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.

b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para angggotanya.

c. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.

d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya.

e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang programa yang telah ditentukan.

3. Fungsi Kelompok Tani

a. Kelas belajar, kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan

(40)

berkembang kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitas meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

b. Wahana kerja sama, kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerja sama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain.

c. Unit produksi usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani. Secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas maupun kualitas dan kontinuitas.

IV. PENUMBUHAN KELOMPOK TANI

1. Dasar penumbuhan

 Tumbuh dan berkembangnya kelompok tani dalam masyarakat umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan-kelompok tersebut tergantung kepada faktor pengikat yang dapat menciptakan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.

 Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok/organisasi sosial yang sudah ada di masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan pendapatan dari usaha taninya.

 Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani didasarkan atas prinsip dari, oleh dan untuk petani. Jumlah anggota kelompok tani 20 sampai 25 petani atau sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya.

2. Prinsip Penumbuhan Kelompok Tani

Penumbuhan kelompok tani didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut.

 Kebebasan  Keterbukaan  Partisipatif  Keswadayaan  Kesetaraan  Kemitraan

(41)

3. Proses Penumbuhan Kelompok Tani

Penumbuhan kelompok tani dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengumpulan data dan informasi, yang meliputi antara lain :

 Tingkat pemahaman tentang organisasi petani

 Keadaan petani dan keluarganya

 Keadaan usaha tani yang ada

 Keadaan sebaran domisili dan jenis usaha tani

 Keadaan kelembagaan masyarakat yang ada

b. Saran dan pendapat kepada para petani khususnya tokoh-tokoh petani setempat serta informasi dan penjelasan mengenai :

 Pengertian tentang kelompok tani, antara lain mengenai apa kelompok tani, tujuan serta manfaat berkelompok untuk kepentingan usaha tani serta hidup bermasyarakat yang lebih baik. Langkah-langkah dalam menumbuhkan kelompok tani.

 Kewajiban dan hak setiap petani yang menjadi anggota kelompok.

 Penyusunan rencana kerja serta cara kerja kelompok.

 Penumbuhan kelompok tani dilakukan dalam pertemuan atau musyawarah petani yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa, penyuluh pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait. Selanjutnya kesepakatan membentuk kelompok tani dituangkan dalam berita acara pembentukan kelompok tani.

 Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah mufakat oleh semua anggota. Perangkat kepengurusan kelompok tani sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

V. PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI

Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, peningkatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain :

 Adanya pertemuan/rapat

 Ada rencana kerja kelompok

 Ada norma/aturan kelompok

 Memiliki pencatatan/administrasi

Gambar

Gambar 5. Peserta pelatihan sedang  berdiskusi dengan peternak ayam ras  pedaging saat kunjungan/praktek  lapang
Gambar 7. Peserta pelatihan  pengembangan usaha ayam  broiler di Desa Kepayang  berfoto bersama dengan nara  sumber
Tabel 1. Jumlah pemberian pakan pada fase starter

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, menurut penulis (sebagai temuan baru) perlu perbaikan terhadap rumusan Pasal 483 RUU KUHP dengan menambahkan hukumannya menjadi 20 tahun penjara dan delik

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan upaya pembelajaran dengan Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi dan keaktifan

第一章

Permasalahan diatas menjadi latar belakang untuk membuat sebuah buku telepon pintar yang dapat memecah digit angka yang lebih eksibel menggunakan metode pattern matching

Secara bersama-sama (simultan), koordinasi mata-kaki, kelincahan, fleksibilitas togok dan keseimbangan dinamis memberikan sumbangan yang berarti terhadap kemampuan

Hasil analisis konfirmatori variabel eksogen (word of mouth, harga, kualitas produk, lokasi, citra merek dan promosi) yang dibangun dengan total dua puluh ( 20 ) indikator,

Adapun peneliti menjadikan likers di MCI untuk menjadi informan dalam penelitian ini agar peneliti mengetahui bagaimana motif mereka bergabung dalam komunitas dan

(3) Penilaian barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh Bupati, dan