27
PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN
UNTUK MENGAKOMODASI SISWA KELAS II DENGAN
KESULITAN MEMBACA DI SEKOLAH DASAR
Elfa Adila
SLB Negeri Serdang Bedagai Email : elfaadila@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ditemui di lapangan, bahwa adanya siswa kelas dua yang belum mampu menguasai keterampilan membaca permulaan, yang merupakan pelajaran dasar dan kunci untuk pelajaran-pelajaran lainnya. Selanjutnya ditemukan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum dapat mengakomodasi anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan dan tidak adanya program pembelajaran yang dipersiapkan oleh sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat program pembelajaran membaca permulaan yang mampu mengakomodasi siswa yang mengalami kesulitan membaca. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan dua tahap penelitian, tahap pertama, pendahuluan, untuk menggali kemampuan objektif siswa dan pelaksanaan pembelajaran, dan tahap kedua, perumusan program dan uji keterlaksanaan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Teknik analisis data melalui reduksi data, display data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Berdasarkan hasil analisis kondisi objektif kemampuan anak dan hasil analisis kondisi objektif pembelajaran di kelas, dirumuskanlah sebuah program pembelajaran membaca permulaan yang meliputi program perumusan perencanaan pembelajaran, dan program pelaksanaan pembelajaran. Program di validasi oleh beberapa validator dengan menggunakan teknik delphie, dan setelah divalidasi, dilaksanakan uji coba keterlaksanaan program. Dari keterlaksanaan program diperoleh hasil bahwa adanya perubahan yang terjadi pada anak yang kesulitan membaca permulaan di dalam kelas, dan perubahan positif yang terjadi pada kondisi pembelajaran membaca permulaan di kelas serta terciptanya suasana dan pelaksanaan pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan siswa. Hasil dari keterlaksanaan program akan direkomendasikan kepada guru dan peneliti selanjutnya.
28
PENDAHULUAN
Membaca merupakan suatu pengetahuan yang harus dimiliki setiap orang. Kemampuan membaca adalah suatu fungsi kemanusian yang tertinggi yang menjadi pembeda manusia dengan makhluk yang lain (Sumarlin, et.al 2013). Membaca mempunyai manfaat bagi orang dewasa dalam hubungan sosial, pekerjaan, kesenangan, dan informasi (Sadoski,2004 :46). Jadi membaca memegang peranan yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan manusia.
Keterampilan membaca bagi siswa sekolah dasar merupakan bekal kemampuan yang mutlak harus dimiliki. Membaca merupakan hal yang paling mendasar untuk anak dapat mengembangkan pengetahun dan informasi yang diterima (Razak.2011). Membaca bagi anak yang mengalami kesulitan belajar membaca bukanlah hal yang mudah (Isnaini.2013). Kondisi kesulitan yang dihadapi anak dalam mengembangkan kemampuan membaca, khususnya membaca permulaan dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal, berupa dukungan lingkungan dalam mengembangkan kesadaran linguistic (Lyster. 1999), kemampuan perceptual (English. 1981) dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah (Westwood.2001). sedangkan menurut Ruhaena (2008) menyatakan bahwa kemampuan anak untuk mengenali kata dan huruf saat membaca dipengaruhi juga oleh cara pengajaran atau metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Latar belakang peneliti mengangkat masalah pembelajaran membaca permulaan ini karena adanya keresahan yang penulis alami setelah melihat kondisi pembelajaran dan kondisi siswa yang mengalami kesulitan membaca di lapangan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, penulis menemukan beberapa fakta yang membuat peneliti merasa perlu mengangkat masalah ini ke dalam penelitian, ditemukan seorang anak kelas II sekolah dasar yang belum mampu membaca dengan baik, setelah dilaksanakan identifikasi secara mendalam, ternyata kemampuan membaca anak masih pada tahap mengenal huruf, dan belum mampu membaca huruf,
29
suku kata secara fasih, padahal kurikulum kelas II sekolah dasar menuntut para siswa untuk dapat memiliki kemampuan membaca beberapa kalimat.
Selain hal itu, di lapangan juga ditemukan bahwa guru dalam pelaksanaan pembelajaran tidak ada acuan program yang jelas. Jadi pembelajaran hanya disesuaikan dengan materi pada buku paket tanpa adanya menyusun silabus, rancangan program pembelajaran, ataupun program pembelajaran individual. Sehingga selama pembelajaran terlihat materi yang disampaikan tidak runtut dan kegiatan pembelajarannya melompat-lompat, dan terlihat juga sewaktu guru menerangkan materi bahasa Indonesia, ada beberapa siswa yang sibuk dengan mata pelajaran yang lain. Selanjutnya khusus untuk anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan, tidak ada program khusus yang disusun atau direncanakan guru untuk mampu mengakomodasi kemampuan belajar anak. Tidak ada perlakuan atau kegiatan khusus yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan membaca. Selain itu dalam pembelajaran, tidak terlihat perhatian yang diberikan oleh guru kepada anak yang mengalami kesulitan membaca ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “Program pembelajaran membaca
permulaan yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengakomodasi siswa kelas II yang mengalami kesulitan membaca permulaan di SD?”
METODE PENELITIAN
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Research and Development, menurut (Sugiyono 2009a, 2012b) metode penelitian Research and Development yang disingkat dengan R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cidadap 1 di kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki yang mengalami kesulitan membaca permulaan di kelas dua dengan inisial AG, dimana anak ini mengalami kesulitan membaca permulaan dengan belum mampu membaca huruf, suku kata
30
maupun kata-kata. Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012 : 334) Langkah-langkah penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan reduksi data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksian, dan mentransformasi data kasar dari lapangan. Penyajian data adalah secara sistematis hasil reduksi data, diketahui tema dan polanya dengan menentukan bagaimana data disajikan antara lain dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan pokok masalah. Verifikasi, merupakan proses membuat rumusan proposisi terkait ciri, logika mengangkat sebagai temuan penelitian, dilanjutkan dengan mengkaji secara mendalam data yang ada untuk keperluan menyusun program pembelajaran membaca permulaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan kepada salah seorang anak yang mengalai kesulitan membaca permulaan di kelas 2 SD, penelitian dilaksanakan dengan mengamati dan mengasesmen kemampuan awal anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan dan pengamatan langsung proses pembelajaran membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Berikut secara garis besar dipaparkan tentang profil kemampuan anak dan profil pembelajaran sebelum diberikan program:
Tabel 1.1
Kondisi Objektif Anak yangMengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Kemampuan Kesulitan Kebutuhan Mampu membaca huruf
vokal
Secara dominan anak belum mampu melafalkan huruf konsonan
Pengenalan kembali konsep huruf konsonan, baik huruf besar
maupun huruf kecil Mampu membaca vocal Anak secara umum Diberikan pemahaman
31
rangkap membaca huruf konsonan dengan penambahan vocal “a”
tentang membaca huruf tanpa ditambah huruf “a”
Mampu membaca beberapa huruf konsonan
Pembalikan huruf,
beberapa huruf dibalikkan konsepnya, misalnya : b dan d, u,v,dan n, p dan q, j dan h
Latihan diskriminasi dan identifikasi huruf
Dilihat dari segi social dan interaksi, Patuh kepada tugas yang diberikan guru
Ketidakkonsistenan membaca huruf, selama test membaca, jawaban anak berubah-berubah, padahal soal yang diberikan sama
Bimbingan intensif membaca permulaan kepada anak selama dan setelah pembelajaran
Terlihat kurang percaya diri dan kurang
berinteraksi dengan temannya
Bimbingan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan interaksi
Tabel 1.2
Profil Proses Pembelajaran Membaca Permulaan
Kekuatan Kelemahan Kebutuhan
Guru mampu memberikan keceriaan dan semangat belajar kepada siswa
Tidak ada rencana pembelajaran
Pengetahuan tentang cara perumusan dan penyusunan program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak Guru selalu memberikan
penghargaan atas hasil pekerjaan siswa, walaupun berupa tepuk tangan
Pada saat pembelajaran, gaya mengajar guru kurang variasi. Alokasi waktu pembelajaran tidak jelas
Modifikasi dan penyesuaian silabus dan RPP yang mampu mengakomodasi
pembelajaran secara umum dan anak-anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Penyampaian materi
jelas dan melayani semua pertanyaan siswa
Metode dan media kurang variatif, metode hanya ceramah dan tanya jawab serta sekali permainan, dan media hanya buku teks
Adanya variasi metode pembelajaran dan media pembelajaran yang menarik bagi anak dalam pembelajaran
32
pelajaran.
Kurang melibatkan keaktifan siswa secara keseluruhan
Pembelajaran kelompok atau metode permainan sehingga meningkatkan keaktifan siswa
Pembelajaran bersifat keseluruhan, tidak mengakomodasi anak-anak yang memiliki kesulitan belajar, seperti kesulitan membaca permulaan
Perlunya bimbingan khusus kepada anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan selama pembelajaran
Tidak adanya penarik kesimpulan diakhir pembelajaran
Memberikan informasi akhir dari pelajaran
Evaluasi belajar hanya berpatok kepada hasil, dan tidak ada evaluasi khusus untuk anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan serta tidak adanya format evaluasi.
Perlu adanya evaluasi proses dan pelaksanaan evaluasi hasil dengan memperhatikan
kemampuan siswa
Setelah dilaksanakan asesmen kepada anak dan pengamatan langsung proses pembelajaran membaca permulaan, disusunlah sebuah program pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan. Program disusun dan disesuaikan dengan profil siswa dan pembelajaran. Program pembelajaran membaca permulaan ini disusun dengan guru sebagai target utama, yang diharapkan guru mampu meningkatkan proses pembelajaran sehingga kemampuan membaca anak pun dapat ditingkatkan. Program pembelajarannya meliputi : 1) petunjuk penyusunan program pembelajaran, seperti menyusun silabus dan menyusun rencana pembelajaran yang mampu mengakomodasi anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan untuk bisa belajar bersama dengan temannya yang tidak mengalami kesulitan membaca permulaan, 2) Penyusunan perencanaan pembelajaran yang telah disesuaikan sehingga mampu
33
mengakomodasi semua kemampuan siswa. Berikut hasil keterlaksanaan program yang telah dilaksanakan :
Tabel 1.3
Keterlaksanaan Program Pembelajaran pada Siswa
No Aspek Kondisi Sebelum Pelaksanaan Program Kondisi Setelah Pelaksanaan Program Perubahan 1 2 3 4 5 1. Pelaksanaan Pembelajaran AG selama pembelajaran duduk di belakang dan tidak adanya teman yang membantu dalam belajar
Posisi duduk AG dipindah ke depan dan diberikan tutor sebaya selama pembelajaran
AG bisa berinteraksi dengan temannya dan tutor sebaya mampu
membantu AG belajar membaca selama di kelas Khusus untuk AG,
kegiatan inti pembelajaran mengikuti materi temannya dan mengerjakan instruksi guru tentang materi yang dia tidak mengerti Dalam kegiatan inti pembelajaran AG diberikan materi tentang mengenal bentuk-bentuk huruf konsonan dan dalam pembelajaran AG diberikan media berupa kartu huruf dan latihan mengenal huruf selama pembelajaran yang dibimbing oleh guru. AG mendapatkan materi sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengikuti materi yang diberikan oleh guru Selama pembelajaran AG tidak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran Dengan adanya program khusus untuk AG, selama pembelajaran AG mempu berpartisipasi aktif Meningkatnya kepercayaan diri dan semangat belajar AG
34 dalam pembelajaran dan berani tampil di depan kelas Bimbingan belajar diakhir pelajaran kepada AG tidak sesuai dengan kemampuan dasarnya Setelah adanya asesmen, bimbingan belajar AG disesuaikan dengan hasil asesmen, dan diberikan dengan media yang menarik Konsep tentang pengenalan huruf AG sudah meningkat, dimana AG sudah mampu mengenal huruf konsonan dengan lebih baik 2. Pembahasan
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan, baik itu dengan melaksanakan tes, wawancara kepada guru, dan observasi selama anak belajar, diketahui bahwa kemampuan membaca permulaan anak baru menguasai huruf vokal, anak belum menguasai huruf konsonan secara keseluruhan, dan belum mampu membaca suku kata dengan baik dan benar.
Menurut Hargrove & Poteet dalam Abdurrahman (2012), perilaku anak yang mengalami kesulitan membaca atau kesulitan membaca adalah : (1) Tidak mampu memahami simbol bahasa, (2) Kesulitan mengurutkan kata dan huruf-huruf, (3) Tidak mampu menganalisa huruf-huruf, (4) Membaca secara terbata-bata.
Selanjutnya sesuai dengan hasil observasi, terlihat bahwa anak selama pembelajaran cendrung pendiam, kurang kepercayaan diri, kurang antusias untuk belajar. Hal ini mungkin terjadi karena anak kurang dilibatkan oleh guru selama pembelajaran, diberikan materi yang tidak sesuai dengan kemampuannya, serta ketidakmampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran bersama dengan teman-teman yang lain. Menurut McCombs (dalam Santrock,2007) menemukan bahwa siswa yang didukung dan diperhatikan oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa yang tidak didukung dan diperhatikan oleh guru. Dari teori
35
diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pemberian materi yang sesuai dengan anak dapat meningkatkan motivasi belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan hasil asesmen diketahui bahwa anak belum mampu mengidentifikasi semua huruf, terutama huruf konsonan, namun anak sudah menguasai semua huruf vokal, anak juga belum mampu membaca suku kata, baik itu dengan pola konsonan vokal, maupun vokal konsonan. Terdapat kesalahan konsep seperti pembalikan huruf yang dilakukan oleh anak. Kemampuan membaca permulaan anak sangat rendah dibandingkan dengan teman sekelasnya,
2. Selama proses pembelajaran, terlihat pelaksanaan pembelajaran yang monoton, kurangnya variasi dalam pembelajaran, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kurang terstruktur, evaluasi pembelajaran yang kurang jelas, dan tidak adanya perhatian atau pembelajaran khusus yang diberikan oleh guru kepada anak,
3. Dari hasil keterlaksanaan didapatkan hasil bahwa program ini mampu memberikan pengetahuan baru kepada guru tentang penyusunan program, guru mengerti bagaimana mengakomodasi kebutuhan anak dalam praktek pembelajaran, dan program ini mampu menciptkan suasana kelas yang semangat belajar. Sedangkan dari program ini, juga memberikan manfaat kepada siswa khususnya siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan, dimana dalam pembelajaran semua kebutuhan siswa dapat diberikan dan diakomodasi oleh guru, sehingga anak yang tertinggal belajarnya mampu mengikuti pelajaran di kelas secara baik, dan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi belajarnya.
36
SARAN
Anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan, kemampuannya berbeda dengan temannya yang lain, hendaknya guru mampu untuk mengasesmen siswa sehingga yang menjadi kebutuhan dan kelemahan siswa dapat digali dengan baik, sehingga nantinya dalam menyusun sebuah program pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan semua anak, dimana anak yang mengalami kesulitan membaca permulaan mampu diakomodasi dengan baik untuk bisa belajar bersama dengan temannya yang lain yang tidak mengalami kesulitan membaca permulaan. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono (2012) Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Al Razak. (2011) Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Anak
Kesulitan Belajar Melalui Brain Gym. E-JUPEKhu Vol 3,No. 1. Ejupekhu English, Kevin. (1981) Visual Perception and Reading Disabilities (Review). Dimuat
: Australian Jounal of Ophtamology.1981
Isnaini, Sari Selviana. (2013) Penggunaan Metode AISMA untuk meningkatkan kemampuan Membaca Permulaan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Membaca. Jurnal Pendidikan Luar Biasa. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Lyster, Solveig – Alma Halaas. (1999) Learning to Read and Write the Individual Child and Contextual Interaction. Oslo : University of Oslo. Rch.Ltd
Ruhaena, L. (2008). Pengaruh Metode Pembelajaran Jolly Phonics terhadap Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada Anak Prasekolah. Jurnal Penelitian Humaniora, 9 (2), 192-206. Sadoski, Mark. 2004. Conceptual Foundation of Teaching Reading. London : The
Gulidford Press.
37
Sumarlin, Desi, et.al. (2013) Meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode Glenn Doman bagi anak tuna grahita sedang. E-JUPEKhu Vol 2,No. 3. Ejupekhu
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Westwood, Peter. (2001) Reading and Learning Difficulties : Approaches to
Teaching and Assessment . Victoria : The Australian Council for Educational Reseach.