• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANTUAN HUKUM DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BANTUAN HUKUM DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BANTUAN HUKUM DALAM

MENDUKUNG PENGEMBANGAN

PETERNAKAN DAN KESEHATAN

HEWAN DI PROVINSI JAWA

TENGAH

Disampaikan oleh

Kepala Bagian Bantuan Hukum Dan HAM Biro Hukum SETDA Provinsi Jawa Tengah

Surakarta, 23 Februari 2016

Lampiran huruf AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

TEKNOLOGI, MUTU DAN KUALITAS

PENDAHULUAN

(2)

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan Dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2009 tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak.

3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8

Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Peternakan Dan

Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah.

Tindak

lanjutnya……

WTO, APEC, AFTA, MEA

tanggung jawab kinerja bagi Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan

tugas pokok dan fungsinya

perlindungan hukum bagi Aparatur Sipil

Negara terkait pengembangan

peternakan dan kesehatan hewan

apabila program tersebut tidak tercapai

(3)

PERMASALAHAN

pelaksanaan kegiatan khusus dalam pengembangan peternakan dan kesehatan hewan tidak tercapai bagaimana?? BANTUAN HUKUM BAGI ASN GIMANA?

bantuan hukum tersebut bisa mendukung

pengembangan peternakan dan kesehatan hewan??

PEMBAHASAN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara

Pasal 92

(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja; c. jaminan kematian; dan

d. bantuan hukum.

(2) Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.

(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

(4)

pengendalian dan pengawasan yang menjadi Pemerintah Provinsi dalam bidang

peternakan dan kesehatan hewan

Lampiran huruf AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANIAN Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

inovasi-inovasi program kerja yang

menjadi kebijakan pemerintah daerah

Pasal 389

Dalam hal pelaksanaan inovasi yang

telah menjadi kebijakan Pemerintah

Daerah dan inovasi tersebut tidak

mencapai sasaran yang telah

ditetapkan, aparatur sipil negara

tidak dapat dipidana.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

(5)

Ketentuan tersebut ditujukan guna

melindungi Aparatur Sipil Negara

sepanjang pelaksanaanya

sesuai dengan ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan

Pasal 2

Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai salah satu dasar hukum bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dalamupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan.

Pasal 3

Tujuan Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan adalah : a. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan; b. menciptakan kepastian hukum;

c. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;

d. menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;

e. memberikan perlindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur pemerintahan;

f. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menerapkan AUPB; dan

(6)

mengatur Biro Hukum SETDA Provinsi Jawa Tengah/Bagian Hukum dapat melaksanakan

penanganan perkara di lembaga peradilan

Pasal 10 sampai dengan Pasal 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara Di Lingkungan

Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah

PIDANA PENDAMPINGAN PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA PROSES JAWAB JINAWAB HINGGA TINGKAT KASASI

Pasal 10

Perkara perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c yang dilakukan oleh: a. Menteri;

b. Kepala Derah dan/atau Wakil Kepala Daerah; dan

c. CPNS/PNS Kementerian Dalam Negeri, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pasal 11

Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum Provinsi dan Bagian Hukum Kabupaten/Kota dalam penanganan perkara perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, melakukan:

a. telaah terhadap objek gugatan;

b. penyiapan surat kuasa, penyiapan jawaban, duplik, alat bukti dan saksi, kesimpulan, memori banding/kontra memori banding, memori kasasi/kontra memori kasasi dan memori peninjauan kembali/kontra memori peninjauan kembali;

c. menghadiri sidang di Pengadian Negeri;

d. menyampaikan Memori Banding/ Kontra Memori Banding kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Tingkat Pertama; dan

e. menyampaikan Memori Kasasi/ Kontra Memori Kasasi, Memori Peninjauan Kembali/Kontra Memori Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Tingkat Pertama.

(7)

Pasal 12

(1) Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri dapat melakukan pendampingan dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana yang dilakukan oleh Menteri dan CPNS/PNS Kementerian Dalam Negeri.

(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berkoordinasi dengan unit kerja Kementerian Dalam Negeri, Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah terkait.

Pasal 13

(1) Biro Hukum Provinsi melakukan pendampingan dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana yang dilakukan oleh Gubernur/Wakil Gubernur dan CPNS/PNS provinsi. (2) Pendampingan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Biro

Hukum Kementerian Dalam Negeri, Bagian Hukum Kabupaten/Kota dan SKPD terkait.

Pasal 15

Pendampingan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14, memberikan pemahaman hukum antara lain:

a. mengenai hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan;

b. ketentuan hukum acara pidana;

c. mengenai materi delik pidana yang disangkakan; dan

d. hal-hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi.

Pasal 16

Perkara tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e berkaitan dengan:

a. Keputusan Presiden; b. Keputusan Menteri; c. Keputusan Gubernur; dan d. Keputusan Bupati/Walikota

Pasal 17

Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum Provinsi dan Bagian Hukum Kabupaten/Kota dalam penanganan gugatan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 melakukan antara lain:

a. kajian/telaah terhadap objek gugatan;

b. menghadiri sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara;

c. menyiapkan dan menyampaikan surat kuasa, jawaban, duplik, alat bukti, saksi, kesimpulan;

d. menyatakan dan mengajukan Banding, menyampaikan Memori Banding/Kontra Memori Banding; dan

(8)

Pasal 18

Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum Provinsi dan Bagian Hukum Kabupaten/Kota dalam penanganan perkara di Badan Peradilan Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, melakukan antara lain:

a. kajian/telaah terhadap objek gugatan; b. penyiapan dokumen dan data; c. penyiapan surat kuasa; dan

d. sidang yang meliputi proses jawab jinawab dan pembuktian;

Pasal 19

Perkara non litigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas: a. pengaduan hukum;

b. konsultasi hukum; dan c. penanganan unjuk rasa.

Pasal 20

(1) Pengaduan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a merupakan masalah yang disampaikan oleh masyarakat dan/atau pemerintah daerah untuk dapat difasilitasi oleh Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum provinsi, Bagian Hukum kabupaten/kota.

(2) Konsultasi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b merupakan permohonan masukan dan saran yang disampaikan oleh masyarakat dan/atau pemerintah daerah untuk dapat difasilitasi oleh Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum provinsi, Bagian Hukum kabupaten/kota.

(3) Penanganan unjuk rasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c merupakan bentuk penjelasan hukum oleh Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri, Biro Hukum daerah provinsi dan Bagian Hukum kabupaten/kota kepada pengunjuk rasa.

(4) Penanganan Non Litigasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) dapat dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dengan Unit Kerja Kementerian Dalam Negeri, pemerintah daerah dan SKPD terkait.

(9)

Pasal 22

(1) Penanganan pengaduan hukum yang disampaikan secara tertulis kepada

pemerintah daerah provinsi terkait penyelenggaraan pemerintah kabupaten/kota, dilakukan oleh Biro Hukum provinsi.

(2) Penanganan pengaduan hukum oleh Biro Hukum provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. mempelajari dan memberikan kajian pertimbangan hukum mengenai objek pengaduan hukum;

b. menyiapkan jawaban terkait pengaduan hukum; dan

c. mengirimkan surat berupa pemberitahuan atau teguran kepada

bupati/walikota yang berisi perintah untuk memfasilitasi atau menyelesaikan permasalahan dengan tembusannya kepada pihak-pihak yang bersangkutan. (3) Biro Hukum provinsi dalam menangani pengaduan hukum sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) berkoordinasi dengan Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri dan satuan kerja perangkat daerah provinsi terkait.

Pasal 25

(1) Penanganan konsultasi hukum kepada pemerintah daerah provinsi, dilakukan oleh Biro Hukum provinsi.

(2) Biro Hukum pemerintah daerah provinsi dalam menangani konsultasi hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan SKPD provinsi terkait

Pemerintah telah berkomitmen dalam pemberian

perlindungan hukum bagi Aparatur Sipil Negara,

dan dalam hal inovasi telah pula ditegaskan

bahwa Aparatur Sipil Negara yang melaksakan

tugas inovasi yang menjadi kebijakan Pemerintah

Daerah tidak dapat dipidana

sepanjang

pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

, sehingga

apabila Aparatur Sipil Negara yang bertugas di

bidang peternakan dan kesehatan hewan

melakukan tugas

inovasi yang menjadi kebijakan

Pemerintah Daerah dan tidak tercapai hasilnya

maka yang bersangkutan tidak dapat dipidana

sehingga kelanjutan program tersebut masih

dapat dilakukan.

(10)

KESIMPULAN

1.

Aparatur Sipil Negara yang menjalankan tugas Inovasi yang

telah menjadi kebijakan Pemerintah Daerah sepanjang

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan tidak dapat dipidana.

2.

Biro Hukum/Bagian Hukum dapat sebagai konseling dalam

permasalahan hukum.

3.

Biro Hukum/Bagian Hukum dapat membantu melakukan

pendampingan apabila Aparatur Sipil Negara terkena

perkara pidana.

4.

Biro Hukum/Bagian Hukum dapat melakukan penanganan

perkara gugatan di pengadilan dalam perkara Perdata dan

Tata usaha Negara.

Terima Kasih

Dan semoga bermanfaat bagi pengembangan peternakan dan kesehatan hewan di Provinsi Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari metode DPPH adalah secara teknis simpel, dapat dikerjakan dengan cepat dan hanya membutuhkan spektrofotometer UV-Vis (Karadag dkk. Sedangkan kelemahan dari metode

• Urin pagi yang pertama kali dikeluarkan Urin pagi yang pertama kali dikeluarkan • Wadah harus bersih dan kering.

Berdasarkan arahan sutradara Josh Boone, film ‘The New Mutants’ merupakan film Marvel superhero dan franchise ke-13 ‘X-Men’ yang dikemas dengan genre berbeda dari film

Sementara untuk ketiga taman lainnya, yakni Taman Musik, Taman Fotografi, dan Taman Pustaka Bunga tidak terletak di jalan utama Kota Bandung sehingga menjadi tidak sesuai

20 Pada penelitian ini pun menunjukkan hal yang sama, yaitu gejala saluran pernapasan tidak sensitif untuk mendiagnosis PPOK, yang terlihat dari hasil tabulasi silang kombinasi dua

c. Peraturan Rektor Universitas Tidar Nomor 19/UN57/HK.01/2019 tentang Fungsi Jabatan dan Rincian Tugas Pimpinan di lingkungan Universitas Tidar d. Peraturan Inspekturat

Pada scene tiga puluh lima ditemukan makna diskriminasi gender dalam penanda konotatif yaitu Simran duduk di atas ranjangnya dan merasakan kekecewaan, dia juga

Variabel independen yang digunakan penelitian ini adalah Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, variabel Kontrol adalah Return on Asset (ROA) dan Firm Size. Metode