• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN FRAMING TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESESUAIAN FRAMING TAMAN TEMATIK DI KOTA BANDUNG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN FRAMING TAMAN TEMATIK

DI KOTA BANDUNG

Rina Nourmasari1 1

Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia-Depok, 16424, Indonesia

Email : rina.nourmasari@sci.ui.ac.id Abstrak

Pada tahun 2013 akhir hingga awal 2014, Pemerintah Kota Bandung telah meresmikan 5 taman tematik, yakni Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Fotografi, Taman Lansia, dan Taman Pustaka Bunga. Konsep yang berbeda membuat masing-masing taman memiliki temanya sendiri. Penamaan yang dipadupadankan dengan desain tempat membentuk identitas pada masing-masing taman. Penelitian ini akan menjabarkan bagaimana Pemerintah Kota Bandung mengemas taman sedemikian rupa sehingga tujuan dari pembuatan taman tematik ini bisa diterima oleh masyarakat. Lebih luas lagi, pembangunan taman tematik ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap masing-masing taman. Oleh sebabnya, dalam penelitian ini akan digunakan konsep framing yang dapat membantu kita menganalisis identitas taman. Pada analisis ini akan dijabarkan tentang 3 hal yang berperan dalam framing taman tematik. Pertama, aspek pemerintah yang berperan dalam pembuatan taman, meliputi penamaan dan tujuan khusus. Kedua, proses pengemasan taman sehingga sesuai dengan namanya, meliputi karakteristik fisik taman. Ketiga, dampak framing taman tematik yang meliputi persepsi pengunjung terhadap taman. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian antara framing pada taman tematik dengan penamaan dan persepsi pengunjungnya.

Suitability of Framing Thematic Parks in Bandung Abstract

In the end of 2013 up to early 2014, Bandung Government has built 5 thematic parks there are Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Fotografi, Taman Lansia, and Taman Pustaka Bunga. Difference concepts of parks create their own theme. Name and design are combined to make identity which has uniqueness each others. This research will describe how the Government creates framing to each thematic park so that the civilization can support this program. Moreover, this framing can be able to change perception of civil to look at the parks. This research will use framing concept to analyze identity of the parks which describe 3 elements to create framing of thematic parks. First, in the Government side, we can see the name and the aim of the parks. Second is framing process which consists of physical characteristic of parks. Third is the framing impact of thematic parks which have difference perception from the civilization. The result of this research is seen by describing the process of framing to each park which has strength to change perception of civilization to look at thematic parks.

Keywords: framing, thematic parks, Bandung Pendahuluan

Kota sebagai sebuah tatanan dengan laju pembangunan yang sangat pesat menuntut adanya suatu tata ruang yang baik. Tata ruang ini diperuntukkan sebagai penyeimbang antara pesatnya pembangunan sebuah kota dengan kenyamanan masyarakat terhadap kota tersebut (Dirjen PU, 2005). Kota dengan pembangunan yang pesat, khususnya pembangunan fisik, secara otomatis mengurangi lahan yang ada pada kota tersebut. Padahal, peruntukkan lahan

(2)

kota tidak semata-mata untuk pembagunan fisik, seperti perumahan, gedung-gedung perkantoran atau pusat pembelanjaan.

Menurut Dirjen PU (2005), bahwa kemajuan yang ada pada sebuah kota, menimbulkan dampak lingkungan seperti pencemaran, kebisingan, kenaikan suhu perkotaan terhadap masyarakat penghuninya. Lebih jauh dikatakan bahwa sebuah kota semestinya memiliki upaya penyeimbangan wilayah perkotaan dengan merancang dan tata letak dan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara ideal, agar terciptanya keseimbangan ekosistem perkotaan.

Mengamati tantangan untuk menciptakan keseimbangan ekosistem perkotaan, Pemerintah Kota Bandung melakukan upaya yang akan dilakukan dalam 5 tahun mendatang, melalui pendekatan peningkatan peranan fungsi RTH. Peningkatan kualitas RTH tersebut, dengan memfungsikan RTH berdasarkan tata letak, keragaman jenis tetumbuhan, paduserasi antara jenis tanaman dan kondisi fisik lingkungannya, dengan dijadikannya taman-taman tematik.

Realisasi pembenahan taman menjadi taman-taman tematik di kota Bandung hingga akhir tahun 2013 tercatat 5 lokasi taman tematik yang telah dibangun dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Taman-taman tematik tersebut meliputi: (1) Taman Jomblo, (2) Taman Fotografi, (3) Taman Lansia, (4) Taman Musik dan (5) Taman Pustaka Bunga. Dalam jangka waktu 5 tahun mendatang Pemerintah Kota Bandung akan merealisasikan sebanyak 300 taman menjadi taman tematik, sebagai wahana ruang publik atas keindahan alamnya, serta memiliki perbedaan yang spesifik antara taman tematik yang satu dengan lainnya. Atas dasar itulah penelusuran tentang karakteristik taman tematik melalui pendekatan Framing menjadi strategis sebagai salah satu kajian dalam penelitian Geografi. Selain menginformasikan tata letak dan keanekaragaman jenis taman tematik, juga menginformasikan sejauhmana keterkaitan interaksi antara pengunjung dengan tematik tamannya.

Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep framing pada Taman Tematik di Kota Bandung?

b. Bagaimana kesesuaian antara framing Taman Tematik di Kota Bandung dengan persepsi masyarakat?

(3)

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui framing yang terbentuk pada Taman Tematik di Kota Bandung dan mengetahui kesesuaian antara framing Taman Tematik di Kota Bandung terhadap persepsi masyarakat

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada 3, yakni : Analisis deskriptif

a. Digunakan untuk memaparkan konsep taman, sejarah taman, tujuan pembuatan taman, dan sasaran pengunjung dari masing-masing Taman Tematik di Kota Bandung.

b. Digunakan untuk memaparkan karakteristik fisik taman dan karakteristik pengunjung hasil observasi dan wawancara.

c. Digunakan untuk memaparkan dan menjelaskan persepsi pengunjung terhadap Taman Tematik

Analisis Framing

Analisis framing digunakan untuk melihat hubungan antara aspek pemerintah , site and situation, aksesibilitas yang berpengaruh terhadap proses yang membentuk framing taman tematik sehingga sesuai dengan penamaannya. Untuk menjabarkan analisis ini, perlu adanya penjabaran tentang masing-masing aspek yang terkait satu sama lain (pemerintah, site and situation, dan aksesibilitas).

Tabel Check List

Tabel check list digunakan untuk melihat seberapa banyak variabel yang sesuai dengan framing taman tematik. Jumlah dari variabel yang sesuai ini akan menentukan hasil klasifikasi dari kesesuaian framing. Untuk selanjutnya akan dibuat 3 klasifikasi, yakni:

a. Sesuai, dengan jumlah check list 9-12;

b. Mendekati sesuai, dengan jumlah check list 5-8; dan c. Tidak sesuai, dengan jumlah check list 1-4

Hasil dan Pembahasan

Taman Tematik Kota Bandung A. Taman Pasupati (Taman Jomblo)

Taman Pasupati, yang lebih dikenal dengan nama Taman Jomblo, memiliki luas 384 m2 dan berlokasi pada posisi 107°36'33" BT dan 6°53'54" LS. Taman Jomblo juga memiliki

(4)

beberapa fasilitas yang cukup unik, yakni single seat yang merupakan ciri khas dari Taman Jomblo. Single seat ini merupakan simbol dari nama taman yang memberikan kesan kesendirian. Selain itu, di taman ini tersedia area bermain skateboard lengkap dengan 4 buah papan skate. Area bermain skateboard ini tidak pernah sepi, karena setiap hari selalu diramaikan oleh pecinta skate. Para pecinta skate ini juga menyediakan fasilitas penyewaan papan seluncur dan les bermain skate bagi yang ingin belajar.

Gambar 1. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Jomblo

Tema ”jomblo” memiliki kedekatan makna dengan sendiri atau single, sehingga kursi taman didesain single seat. Warna single seat yang cerah menunjukkan kesan fresh dan muda, yang menandakan tempat ini disesuaikan dengan anak muda. Kemudian, jenis tanaman disesuaikan dengan lokasi taman yang berada di bawah jembatan layang, yakni tanaman yang berukuran rendah, yakni rerumputan. Sedikitnya tanaman juga menyesuaikan dengan fungsi utama taman, yakni sebagai tempat berkunjung bagi anak muda sehingga fungsi ekologis taman menjadi berkurang. Bagian alas pada tanaman berupa semen dan konblok, disesuaikan dengan peruntukan taman, yakni untuk areal bermain skateboard dan tempat ”hang out” anak muda. Taman Jomblo tidak memiliki pintu gerbang khusus dan juga pagar, karena taman didesain lebih terbuka. Tidak adanya pagar juga bertujuan sebagai kontrol sosial, agar

(5)

masyarakat bisa melihat apa saja aktivitas yang terdapat di dalam taman serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

B. Taman Musik

Taman Musik yang berada pada posisi 107°36’56.97” BT dan 6°54’43.75”LS memiliki luas taman sebesar 4.200 m2. Di Taman Musik terhadap beberapa fasilitas taman (lampiran 2) yang bercorak khas musik, seperti stage, tribun penonton, patung ornamen musik, dan papan informasi musik. Stage dan tribun penonton didesain khusus menjadi tempat yang cocok untuk pertunjukan musik terbuka. Disediakan stop kontak karena alat-alat musik biasanya memerlukan aliran listrik.

Gambar 2. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Musik

Pada sketsa Taman Musik di atas, desain dibuat sedemikian rupa sehingga memunculkan kesan musik pada taman ini. Mulai dari patung-patung ornamen musik, stage, dan tribun penonton. Konsep taman ini dibuat seperti tempat konser terbuka sehingga tidak berpagar dan beratap. Tanaman yang didominasi oleh rerumputan disesuaikan dengan fungsi taman yang ingin ditonjolkan, yakni aktivitas bermusik sehingga sisi ekologisnya menjadi

(6)

berkurang. Meskipun demikian, tempat ini tetap teduh karena ada beberapa pohon besar di bagian kanan dan kiri stage.

C. Taman Fotografi

Taman Fotografi memiliki luas taman sebesar 1.785 m2. Taman ini terletak pada posisi 107°37’37.62”BT dan 6°54’49.59”LS. Di Taman Fotografi terdapat 10 buah tempat sampah yang berarti setiap 170 m2 terdapat 1 tempat sampah. Kemudian, terdapat 6 pasang frame karya fotografi yang terletak di bagian tengah taman. Karya fotografi yang dipajang di frame merupakan karya pemenang kompetisi yang dilakukan oleh komunitas fotografi saat peresmian Taman Fotografi..

Gambar 3. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Fotografi

Di taman ini juga terdapat beberapa permainan anak yang juga biasa dimainkan oleh orang-orang dewasa. Terdapat salah satu permainan yang didesain mirip dengan bentuk kamera. Jenis tanaman ini disesuaikan dengan peruntukkan taman sebagai tempat bagi kegiatan fotografi. Kegiatan fotografi membutuhkan area yang luas dan hanya ditanamani rerumputan agar memudahkan gerak. Selain itu, apabila terdapat pameran fotografi, maka tidak akan merusak tanaman apabila terinjak-injak, karena merupakan tanaman rumput.

(7)

Desain Taman Fotografi seperti yang tergambar pada Gambar 5.14 di atas disesuaikan dengan konsep pameran fotografi secara terbuka. Beberapa karya fotografi di bagian tengah cukup memperlihatkan tema dari taman ini. Sebagai taman yang difungsikan untuk menjadi tempat pameran hasil karya seni fotografi, maka fungsi ekologis pada taman ini pun berkurang sehingga jenis tanamannya sedikit dan jumlahnya tidak banyak.

D. Taman Lansia

Taman Lansia yang memiliki luas 16.620 m2 ini berada pada posisi 107°37’16.98” BT dan 6°54’8.76” LS. Fasilitas yang terdapat di taman ini antara lain jogging track yang dibuat dari konblok berukuran 1,5 m, 2 buah jembatan besi yang dibangun untuk menghubungkan dua bagian taman yang terpisahkan oleh sungai. Kemudian disediakan batu melingkar untuk tempat refleksi bagi para pengunjung yang ingin memanfaatkannya. Di beberapa lokasi dengan jarak tertentu diletakkan tempat sampah dan pada sambungan jalan setapak terdapat fasilitas tempat duduk yang juga merupakan lokasi berjualan beberapa pedagang kaki lima. Selain itu, terdapat fasilitas toilet dan mushola yang disediakan di taman ini.

(8)

Jenis tanaman yang ada di Taman Lansia berupa pohon-pohon besar dan tinggi serta sangat rindang. Umur pohon-pohon ini rata-rata lebih dari 10 tahun. Kemudian terdapat rumput-rumput dan beberapa tanaman paku. Jika dilihat dari luar, maka Taman Lansia ini nampak seperti hutan di tengah kota karena pepohonan yang sangat rindang. Taman ini memang didesain khusus menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi para lansia yang biasanya berolahraga di Hari Jumat pagi.

Pada Taman Lansia, terdapat dua buah jembatan besi yang merupakan penghubung antara dua bagian taman yang terpisahkan oleh sungai. Di kedua sisi jembatan ini biasanya terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di taman ini. Tempat sampah pada taman ini merupakan tempat sampah permanen yang terbuat dari perkerasan (campuran pasir dan semen). Fasilitas taman juga dilengkapi dengan adanya tempat ibadah (mushola) dan kamar mandi umum.

Desain Taman Lansia di atas disesuaikan dengan peruntukkan taman bagi orang lanjut usia (lansia). Oleh sebabnya, nampak pepohonan rindang yang terdapat di taman ini. Selain memberi kesan nyaman, pepohonan rindang dengan usia lebih dari 10 tahun ini juga disesuaikan dengan tema taman. Tidak seperti ketiga taman di atas, taman ini dipagari untuk menjaga taman ini tetap asri dan nyaman.

E. Taman Pustaka Bunga

Taman yang berada pada posisi 107°37’19.72” BT dan 6°54’11.29” LS memiliki luas 9753 m2. Sesuai dengan namanya, Taman Pustaka Bunga ini memiliki banyak koleksi tanaman yang diharapkan terus bertambah dari waktu ke waktu. Saat ini sudah ada sekitar 60 jenis tanaman yang dimiliki oleh Taman Pustaka Bunga. Pemerintah Kota Bandung bersama Komunitas Kandaga Puspa memiliki keinginan bahwa Taman Pustaka Bunga tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mengoleksi berbagai jenis tanaman, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi para siswa, khususnya bagi yang memiliki kecintaan terhadap tanaman.

(9)

Gambar 5. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Musik

Pada gambar di atas disajikan desain tapak dari Taman Pustaka Bunga. Sesuai dengan namanya, Taman Pustaka Bunga memiliki paling banyak koleksi tanaman dibanding taman tematik lainnya, yakni lebih dari 60 jenis tanaman. Selain rerumputan dan pepohonan, banyak juga tanaman hias yang ada di taman ini. Untuk menjaga koleksi tanaman yang ada, taman ini pun diberi pagar. Di bagian tengah taman terdapat kursi melingkar yang dihiasi oleh berbagai tanaman hias. Desain taman ini pun semakin indah karena warna-warni tanamannya. Di taman ini pun, tanaman di tata dengan rapi dan sesuai dengan jenis tanamannya.

Popularitas Taman Tematik Kota Bandung

Taman Tematik rata-rata telah berumur 6 bulan sejak pertama kali diresmikan, kecuali Taman Musik yang baru berumur kurang lebih 3 bulan. Selama itu, banyak respon positif dari masyarakat yang mendukung dibangunnya Taman Tematik ini. Namun tidak dipungkiri, masih ada beberapa masyarakat yang juga belum mengetahui adanya Taman Tematik ini. Di bawah adalah hasil wawancara kepada 95 orang pengunjung taman tentang pengetahuan mereka terhadap 5 Taman Tematik di Kota Bandung. Pengetahuan pengunjung terhadap Taman Tematik ini mengindikasikan popularitas dari masing-masing taman. Pengunjung yang

(10)

mengetahui nama dan keberadaan lokasi taman dihitung dengan melihat popularitas Taman Tematik seperti pada gambar di bawah.

Gambar 6. Popularitas Taman Tematik Menurut Pengunjung

Gambar di atas memperlihatkan bahwa Taman Jomblo, Taman Musik, dan Taman Lansia memiliki popularitas di atas 50%, sedangkan Taman Fotografi dan Taman Lansia memiliki popularitas di bawah 50%. Dari segi lokasi, ketiga taman yang memiliki popularitas di atas 50% merupakan taman yang terletak persis di tepi jalan utama di Kota Bandung, sementara taman yang memiliki popularitas di bawah 50% tidak terletak di jalan utama dan tidak banyak dilalui oleh kendaraan umum.

Perbedaan Konsep Taman Tematik Menurut Pengunjung

Persepsi pengunjung Taman Tematik didasarkan pada ada atau tidaknya perbedaan menurut pengunjung antara taman tematik yang satu dengan yang lainnya, serta popularitas pada Taman Tematik. Gambar di bawah ini menunjukkan persentase perbedaan konsep Taman Menurut Pengunjung. 89% pengunjung taman berpendapat bahwa Taman Tematik memiliki konsep yang berbeda satu sama lain.

Gambar 9. Perbedaan Konsep Taman Tematik Menurut Pengunjung

Di telaah lebih jauh lagi, perbedaan ini disebabkan oleh 4 hal, yakni suasana taman, desain dan branding penamaan, fasilitas taman, dan perbedaan karena faktor ekologis

Taman  

Jomblo   Taman  Musik   Fotografi  Taman   Taman  Lansia   Pustaka  Taman   Bunga   67.40%   62%   46%   68%   46%   Tingkat  popularitas   89%   11%   Beda   Sama  

(11)

(tanaman). 37,5 % pengunjung berpendapat bahwa perbedaan konsep taman disebabkan oleh desain dan branding penamaan. Kemudian, 32,5% perbedaan disebabkan oleh fasilitas taman dan unsur ekologis taman (keragaman jenis tanaman). Dan persentase terakhir perbedaan konsep taman disebabkan oleh suasana yang terdapat pada masing-masing taman, yakni sebesar 17,5%. Dari 4 faktor di atas yang disebutkan, mayoritas pengunjung berpendapat bahwa faktor pembeda antara taman tematik yang satu dengan yang lainnya adalah desain taman dan branding penamaan.

Kesesuaian Framing Taman Tematik Kota Bandung

Gerbang Depan

Taman Jomblo merupakan nama taman yang dipopulerkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Nama resmi taman ini adalah Taman Pasupati yang sesuai dengan nama jembatan layang tempat taman ini berada. Pemerintah memberikan branding Jomblo pada taman ini untuk menarik minat dan perhatian masyarakat untuk mengunjungi taman ini. Namun, branding yang dipopulerkan oleh Pemerintah Kota Bandung tidak sesuai dengan konsep gerbang depan dari taman ini yang tetap memakai nama resminya. Hal ini menyebabkan beberapa pengunjung yang datang dari luar Kota Bandung tidak mengetahui bahwa taman yang terletak di bawah jembatan layang Pasupati ini adalah Taman Jomblo. Oleh sebabnya, penamaan gerbang depan taman menjadi tidak sesuai dengan framing dari Taman Jomblo.

Untuk Taman Musik dan Taman Lansia, gerbang depan taman memiki kesamaan dengan nama yang dipopulerkannya sehingga menjadi sesuai dengan framing dari taman tersebut. Sementara untuk Taman Fotografi, bagian depan taman hanya bertuliskan inisial ”C” yang berarti Camera. Namun, tidak banyak pengunjung yang mengetahui makna dibalik inisial ini sehingga tidak tahu bahwa taman yang terletak di Jalan Cempaka ini adalah Taman Fotografi. Sedangkan untuk Taman Pustaka Bunga, bagian depan taman tidak diberikan papan nama sehingga masyarakat tidak mengetahui bahwa taman ini bernama Taman Pustaka Bunga. Karena bagian depan taman yang berbeda dengan nama yang dipopulerkan oleh pemerintah, maka bagian depan Taman Fotografi dan Taman Pustaka Bunga menjadi tidak sesuai.

Desain Tempat, Fasilitas, dan Tanaman

Untuk Taman Jomblo, ada single seat yang memberikan kesan sendiri atau jomblo, kemudian bagian bawah taman yang diberi perkerasan (semen) yang cocok sebagai tempat berkumpulnya anak muda. Untuk Taman Musik, terdapat ornamen-ornamen musik, stage, dan

(12)

tambahan fasilitas aliran listrik yang sering digunakan untuk alat-alat musik. Kemudian, Taman Fotografi memiliki wahana bermain berbentuk kamera dan beberapa pajangan hasil karya fotografi. Pada Taman Lansia, banyak disediakan kursi kayu, batu melingkar yang sering digunakan para lansia untuk terapi atau pijat refleksi, dan jogging track. Untuk Taman Pustaka Bunga, cirinya adalah koleksi bunga yang bervariasi, pengelompokan jenis tanaman, dan penamaan pada setiap koleksi tanaman. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kelima jenis taman tematik telah sesuai dengan framing yang dibuat oleh taman tersebut.

Dari segi fasilitas dasar taman, kelima taman tematik telah sesuai, yakni memiliki lampu taman, kursi, dan tanaman atau pepohonan. Sementara untuk tanaman atau pepohonannya disesuaikan dengan tujuan dibangunnya taman. Seperti pada Taman Jomblo, Taman Musik, dan Taman Fotografi, tanaman yang ada sebaiknya tanaman-tanaman yang rendah dan tidak terlalu mendominasi taman. Hal ini disebabkan oleh tujuan dibentuknya ketiga taman tersebut adalah sebagai tempat atau arena untuk melakukan kegiatan.

Kondisi Ekstrinsik Taman dan Permukiman/Pusat Kegiatan

Kondisi ekstrinsik taman merupakan kondisi sekeliling taman yang mendukung penamaan dari taman tematik yang ada di Kota Bandung. Penamaan pada taman semestinya disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung penamaan dan konsep framing pada taman. Kesesuaiannya dapat dilihat dari ada atau tidaknya kondisi lingkungan sekitar, seperti yang berkaitan dengan sejarah tempat dijadikannya taman atau tempat lain yang mendukung penamaan dari taman. Letaknya terhadap permukiman/pusat kegiatan masyarakat juga menjadi pertimbangan untuk meningkatkan daya tarik masyarakat agar berkunjung ke taman.

Dalam hal ini, kondisi ekstrinsik Taman Jomblo yang mendukung adalah adanya tempat berkumpulnya anak muda, seperti Balubur Town Square. Kemudian, taman ini juga terletak diantara permukiman padat penduduk Tamansari sehingga meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung, terutama yang berada di sekitar Tamansari. Selain dekat permukiman, taman ini juga dekat dengan kampus ITB dan SMAN 1 Bandung yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa. Dengan demikian, adanya unsur ekstrinsik taman yang mendukung serta letaknya yang berada di sekitar permukiman/pusat kegiatan masyarakat menjadi sesuai dengan tujuan dari framing yang terbentuk pada taman.

Pada Taman Musik, kondisi ekstrinsik taman yang mendukung penamaan dari taman adalah SMAN 3 dan 5 Bandung yang sering mengadakan kegiatan pentas seni di tempat ini

(13)

sebelum diresmikan menjadi Taman Musik. Tempat yang semula bernama Pengky ini adalah tempat yang biasa digunakan untuk mengadakan pentas musik dari dua sekolah menengah tersebut. Dengan demikian, kondisi ekstrinsik taman menjadi sesuai dengan penamaannya. Dari segi letaknya terhadap permukiman/pusat kegiatan, taman ini terletak diantara komplek perumahan yang terletak di Jalan Belitung. Hal ini menandakan bahwa letak Taman Musik terhadap permukiman menjadi sesuai dengan framing pada taman ini.

Pada Taman Fotografi, seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa tidak terdapat tempat atau sejarah tempat yang sesuai dengan konsep atau tema fotografi, sehingga kondisi ekstrinsiknya menjadi tidak sesuai dengan framing-nya. Sedangkan untuk letaknya terhadap permukiman, dapat dikatakan sesuai karena lokasi taman yang berada di sekitar komplek perumahan.

Untuk Taman Lansia, kondisi ekstrinsik yang mendukungnya adalah keberadaan gedung-gedung tua yang erat kaitannya dengan lansia. Letaknya berada persis di sebelah Tenggara Lapangan Gasibu Bandung yang merupakan pusat kegiatan masyarakat. Oleh sebabnya, lokasi Taman Lansia menjadi sesuai dengan framing taman ini. Sedangkan untuk Taman Pustaka Bunga, kondisi ekstrinsik taman yang mendukung adalah lokasi berjualan para pedagang bunga yang semula berada tepat di seberang gerbang utama taman. Lokasi taman juga dekat dengan permukiman warga dan SMAN 20 Bandung. Dengan demikian, kondisi ekstrinsik taman dan lokasinya terhadap permukiman/pusat kegiatan menjadi sesuai dengan framing-nya.

Jalan Utama dan Transportasi Umum

Aksesibilitas memegang peranan penting dalam membentuk framing taman tematik. Kemudahan akses menjadi hal yang berperan dalam meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke taman. Untuk melihat kesesuaiannya terhadap framing pada masing-masing taman tematik, keberadaan jalan utama dan adanya transportasi umum yang melalui taman menjadi indikasi adanya kesesuaian.

Taman Jomblo dan Taman Lansia merupakan dua taman yang terletak di jalan utama Kota Bandung, masing-masing Jalan Layang Pasupati dan Jalan Diponegoro. Letak kedua taman ini terhadap jalan utama menjadi sesuai dengan framing pada taman. Sementara untuk ketiga taman lainnya, yakni Taman Musik, Taman Fotografi, dan Taman Pustaka Bunga tidak terletak di jalan utama Kota Bandung sehingga menjadi tidak sesuai dengan framing-nya.

Untuk ketersediaan transportasi umum, kelima taman dilalui oleh angkutan umum Kota Bandung. Hal ini menandakan bahwa masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi

(14)

dapat dengan mudah mencapai tempat ini melalui angkutan umum. Dengan demikian, ketersediaan moda ini menjadi indikasi bahwa ada kesesuaian antara transportasi umum dengan framing-nya.

Pemagaran Taman

Menurut Bapak Budi Faisal, taman publik merupakan taman yang bebas untuk diakses oleh masyarakat. Hal ini ditandai dengan ada atau tidaknya pemagaran pada taman. Adanya pagar mengindikasikan taman tersebut kehilangan makna sebagai taman publik dan sebaliknya, tidak adanya pagar pada taman menjadi indikasi kuatnya kepemilikan publik terhadap taman tersebut.

Dari hasil observasi yang dilakukan, terdapat satu taman yang berpagar, yakni Taman Pustaka Bunga. Hal ini menandakan ketidaksesuaian terhadap framing dari taman tematik yang diperuntukan sebagai ruang publik. Sedangkan untuk keempat taman lainnya, yakni Taman Jomblo, Taman Musik, Taman Fotografi, dan Taman Lansia tidak berpagar sehingga sesuai dengan framing-nya.

Aktivitas dan Interaksi Pengunjung

Aktivitas dan interaksi pengunjung menjadi salah satu indikasi sesuai atau tidaknya framing yang terbentuk pada taman tematik dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Aktivitas pengunjung yang sesuai ditandai dengan adanya kegiatan yang mencirikan penamaan atau tujuan dibangunnya taman tersebut. Sementara interaksi pengunjung yang sesuai ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan masyarakat setelah taman tematik diresmikan.

Pada Taman Jomblo, Taman Lansia, dan Taman Pustaka Bunga, aktivitas pengunjung mencirikan nama dan tujuan dari taman. Aktivitas duduk-duduk sendiri, bermain skateboard, dan diskusi dengan teman merupakan aktivitas pengunjung Taman Jomblo. Kemudian, pada Taman Lansia ditandai dengan adanya aktivitas jogging setiap Jumat pagi dan kegiatan berkumpul para warga dalam berbagai acara. Untuk Taman Pustaka Bunga, aktivitas pengunjung adalah duduk bersantai menikmati keindahan taman. Aktivitas yang tergambar pada ketiga taman menandakan bahwa penamaan dan tujuan dari taman menjadi sesuai dengan aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjungnya.

Untuk Taman Musik dan Taman Fotografi, dalam kurun waktu 2 pekan waktu observasi, tidak nampak adanya aktivitas bermusik atau fotografi yang sesuai dengan framing dari kedua taman tersebut. Aktivitas yang dilakukan pengunjung hanya sebatas duduk bersantai dengan sekelompok teman, bermain basket, dan bermain wahana permainan. Hal ini

(15)

jelas tidak sesuai dengan framing pada kedua taman yang memang difungsikan sebagai area untuk bermusik dan sarana fotografi.

Popularitas dan Perbedaan Konsep Taman Menurut Pengunjung

Popularitas dan perbedaan konsep taman menurut pengunjung merupakan dampak dari framing yang perlu dilihat kesesuaiannya terhadap konsep pembuatan taman. Untuk melihatnya, dilakukan dengan mengumpulkan kuisioner dari 15-20 orang setiap taman untuk dimintai pendapat. Hasilnya, jika setengah atau 50% dari pengunjung mengetahui masing-masing taman tematik, maka taman tersebut sesuai dan jika di bawah 50% masyarakat mengetahui, maka dianggap taman tersebut tidak sesuai dengan framing-nya. Hal yang sama juga berlaku untuk perbedaan konsep taman menurut pengunjung. Apabila lebih dari 50% pengunjung menganggap adanya perbedaan konsep pada taman tematik, maka framing dianggap sesuai dengan tujuannya dan sebaliknya jika dibawah 50% pengunjung menganggap tidak ada perbedaan yang berarti dari konsep taman tematik, dianggap tidak sesuai.

Dari hasil kuisioner didapat bahwa Taman Jomblo, Taman Musik, dan Taman Lansia diketahui oleh lebih dari 50% total pengunjung kelima taman (95 orang). Artinya, popularitas ketiga taman tersebut sesuai dengan framing-nya. Sedangkan untuk Taman Fotografi dan Taman Pustaka Bunga diketahui oleh 40% pengunjung taman sehingga popularitasnya menjadi tidak sesuai dengan framing-nya. Untuk perbedaan konsep antara taman tematik satu dengan taman tematik lainnya, 89% pengunjung setuju bahwa ada perbedaan konsep pada setiap taman tematik. Hal ini menandakan bahwa masyarakat menangkap adanya value yang berbeda pada masing-masing taman yang telah dikonsepkan oleh pemerintah sehingga menjadi sesuai dengan framing taman tematiknya.

Dari penjabaran di atas, kita dapat menginventarisasi variabel kesesuaian terhadap framing taman tematik menggunakan tabel check list.

(16)

Tabel 1. Check List Kesesuaian Framing Taman Tematik Kota Bandung No. Variabel Kesesuaian Taman Jomblo Taman Musik Taman Fotografi Taman Lansia Taman Pustaka Bunga Keterangan

1. Gerbang depan - √ - √ - Observasi

2. Desain tempat √ √ √ √ √ Informan

3. Fasilitas √ √ √ √ √ Informan

4. Tanaman √ √ √ √ √ Observasi

5. Kondisi Ekstrinsik √ √ - √ √ Observasi

6. Permukiman/Pusat Kegiatan

√ √ √ √ √ Observasi

7. Jalan utama √ - - √ - Observasi

8. Transportasi umum √ √ √ √ √ Observasi

9. Pemagaran taman √ √ √ √ - Informan

10. Aktivitas √ - - √ √ Kuisioner

11. Interaksi pengunjung

√ √ √ √ √ Kuisioner

12. Popularitas taman √ √ - √ - Kuisioner

13. Perbedaan konsep taman

√ √ √ √ √ Kuisioner

Jumlah Check List 12 11 8 13 9 -

Keterangan : (√) = sesuai (-) = tidak sesuai

Jumlah variabel yang ditentukan dalam kesesuaian framing taman tematik ini sebanyak 13. Dengan asumsi bahwa masing-masing variabel memiliki pengaruh yang sama terhadap kesesuaian framing taman tematik, maka check list pada tabel di atas dijumlahkan. Kemudian, hasil penghitungan check list ini akan dibuat 3 klasifikasi berdasarkan jumlah variabel yang ada, yakni 1-4 tidak sesuai, 5-8 mendekati sesuai, dan 9-13 sesuai, dengan demikian, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Framing Taman Tematik

No. Nama Taman Jumlah Check List Hasil Klasifikasi

1. Taman Jomblo 12 Sesuai

2. Taman Musik 11 Sesuai

3. Taman Fotografi 8 Mendekati Sesuai

4. Taman Lansia 13 Sesuai

(17)

Berdasarkan tabel hasil klasifikasi kesesuaian framing Taman Tematik di Kota Bandung, dapat terlihat bahwa 4 taman tematik sesuai dan 1 taman mendekati sesuai. Dari hasil ini dapat kita lihat bahwa proses framing yang dilakukan dengan menggabungkan berbagai unsur, seperti site and situation dan aksesibilitas dapat mengubah persepsi masyarakat. Kemudian, proses dari framing yang baik akan memberikan kesesuaian terhadap tema atau penamaan dari Taman Tematik dan juga persepsi pengunjungnya.

KESIMPULAN

Atas dasar desain taman, pengisian fasilitas, dan berbagai jenis tanaman hias dan lindung, memberikan arti dan makna sebagai bentuk taman tematik yang sesuai dengan kesan dan persepsi masyarakat keterkaitannya dengan toponimi sebuah taman. Berdasarkan analisis tersebut, Taman Jomblo, Taman Musik, dan Taman Lansia memiliki kategori sangat sesuai, berbeda dengan Taman Fotografi dan Taman Pustaka Bunga yang memiliki kategori sesuai. Kesesuaian dimaksud memberikan gambaran bahwa analisis dalam membentuk proses framing menunjukkan bahwa taman tematik di Kota Bandung memberikan kesan yang baik bagi masyarakat.

Daftar Referensi

Buku

Bakhaus, Gari dan John Murungi. (2004). Earth Ways : Framing Geographical Meanings. USA: Lexingtong Books.

Hunker, Henry L. (2000). Colombus, Ohio : A Personal Geography. Ohio : The Ohio State University.

Indonesian Forum for Urban Sustainable Development. (2010). Public Space

as a Medium for Community Participation in The Development of Yogyakarta Municipality. Yogyakarta : Gadjah Mada University.

Joga, Nirwono dan Iwan Ismaun. (2001). RTH 30% Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kodoatie, Robert J dan Roestam Syarief. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta : ANDY OFFSET.

Onggodiputro, Aris K. (1985). Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan Terbitan Kedua. Intermedia : Bandung.

Purwoto, Agus. (2007). Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta : Grasindo

(18)

Rakow, Donald A dan Sharon A. Lee. (2011). Public Garden Management. New Jersey : John Wiley&Sons, Inc.

Santana, Septiawan. (2007). Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Emil. (1997). Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : LP3ES

Semiawan, Conny R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta : Grasindo.

Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta

Zukin S. (1995). The Cultures of Cities. Oxford: Blackwell.

Jurnal

Akbar, Roos. (2010). Manajemen Taman Milik Pemerintah Kota Bandung

Berbasiskan Pendekatan Manajemen Aset. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 17, No.3, Desember 2010 : 171-179.

Entman, Robert M. (1993). Framing : Toward Clarification of a Fractured Paradigm. Journal of Communication, 43, 51-58.

Goheen, Peter G. (1998). Publik Space and The Geography of The Modern City. Progress in Human Geography, 22,4, 479-496.

Shmueli, Deborah F. (2008). Framing in Geographical Analisys of

Environmental Conflicts : Theory, Methodology and Three Case Studies. Geoforum, 39, 2048-2061

Skripsi

Gaol, Lasma Wati LBN. (2010). Kajian Nilai Ekonomi Taman Kota sebagai

Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus di Taman Bunga Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara). Skripsi Sarjana. Medan : Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Dokumen Pemerintah

BAPPEDA Kota Bandung. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kota Bandung Tahun 2009. Badan Pembagunan Daerah Kota Bandung : Bandung

(19)

BAPPEDA Kota Bandung. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Kota Bandung Tahun 2014. Badan Pembagunan Daerah Kota Bandung : Bandung

Mehta. (2007). A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress 2007.

Pemerintah Kota Bandung. (2014). Bandung dalam Angka 2014. BPS Kota Bandung: Bandung.

Rosada, Dada. (2012). Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah (ILPPD) Kota Bandung Tahun 2012. Bandung : Pemerintah Kota Bandung Tim Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor. (2005).

Makalah Lokakarya: Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Jomblo
Gambar 2. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Musik
Gambar 3. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Fotografi
Gambar 4. Sketsa (atas) dan Eksisting (bawah) Taman Lansia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu pada tahun 2003 dilakukan kegiatan ”Perencanaan Neraca Bahan Makanan Komoditas Hortikultura” yang bertujuan :. Mendapatkan besaran konversi dari kering panen ke

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh isolat bakteri penghasil enzim amilase yang toleran terhadap pH asam dari sampel tanah ekosistem rawa Taman Nasional Rawa

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners ini dengan judul

apabila anggaran yang disusun tidak dapat mencapai tujuan perusahaan dan. justru mengalami kegagalan, maka dapat

memungkinkan meningkatkan kemampuan pemahaman, penalaran matematis dan self confidence siswa, karena siswa dilibatkan secara langsung dalam berpikir matematis pada

Rata-rata siswa, baik di kelas eksperimen dan kelas kontrol belajar bahasa Jepang.. tingkat dasar ( Shokyuu ) sejak

[r]

penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri. 1) Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan