• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINUSOIDAL WATER WAVE SINUSOIDAL WATER WAVE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINUSOIDAL WATER WAVE SINUSOIDAL WATER WAVE"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Sama halnya benda padat, cair juga

mempunyai

gerak

translasional,

rotasional, dan osilasi.

Gerak translasional dihasilkan ketika air

mengalir, Gerak Rotasional terjadi pada

pusat air dan osilasi terjadi ketika ada

gangguan

dari

luar.seperti

bentuk

gangguan dipermukaan air yang disebut

gelombang air.

Ketika batu jatuh ke air , beratnya

menekan kebawah terhadap titik air

dimana batu itu jatuh seperti kapal.

(3)

Gelombang adalah batas antara dua

fluida antara udara dan air.

Gelombang terbagi menjadi dua :

-

Gelombang regular.

(4)

 Gelombang laut terbentuk karena permukaan laut terkena hembusan angin terus menerus  wind waves (lihat Gbr. 1.1)

Angin

Permukaan laut tenang Riak permukaan laut Gelombang kecil

Riak di atas gelombang yang membesar

 Besarnya gelombang tergantung dari intensitas, jangka waktu, dan jarak angin

berhembus (fetch length). Gelombang menyerap energi dari angin, dan sebaliknya mengeluarkan energi untuk penyebaran; kondisi keseimbangan disebut sebagai fully developed seas

 Gelombang akan mereda s/d beberapa hari terutama karena gaya gravitasi 

gravity waves. Gelombang lancip dan kecil mereda karena mekanisme gelombang pecah, disamping itu gelombang juga terredam oleh efek kekentalan

 Gelombang yang mereda bergerak ke tempat yang sangat jauh sebagai gelombang

panjang dan beraturan  swell

(5)

SEA STATE DESCRIPTION OF SEA SIGNIFICANT WAVE HEIGHT Hs (m) AVERAGE WAVE HEIGHT Hav (m) WIND SPEED Vw (knots) BEAUFORT SCALE 0 Calm (glassy) 0.00 0.00 0.00 0.0 1 Calm (rippled) 0.01 – 0.10 0.01 – 0.06 0.01 – 6.0 1.0 – 2.0 2 Smooth (wavelets) 0.11 – 0.50 0.07 – 0.31 7.0 – 10.0 3.0 3 Slight 0.51 – 1.25 0.32 – 0.78 11.0 – 16.0 4.0 4 Moderate 1.26 – 2.50 0.79 – 1.56 17.0 – 21.0 5.0 5 Rough 2.51 – 4.00 1.57 – 2.50 22.0 – 27.0 6.0 6 Very Rough 4.01 – 6.00 2.51 – 3.75 28.0 – 47.0 7.0 – 9.0 7 High 6.01 – 9.00 3.76 – 5.63 48.0 – 55.0 10 8 Very High 9.01 – 14.00 5.64 – 8.75 56.0 -63.0 11 9 Phenomenal > 14.00 > 8.75 > 63.0 12

SEA STATES (KONDISI LAUT) adalah merupakan ukuran yang lazim digunakan dalam menjelaskan tingkat keganasan laut pada suatu saat tertentu. Ukuran

keganasan laut disini diperoleh berdasarkan pengalaman, utamanya oleh para pelaut yang telah terbiasa berlayar di lautan internasional. Ukuran tersebut umumnya juga dijadikan sebagai tolok ukur kemampuan operasi bangunan laut secara luas.

(6)

 Gelombang laut mempunyai bentuk dan arah gerakan tak beraturan/acak (random) dan tidak pernah berulang urutan kejadiannya, sehingga teori gelombang reguler tidak dapat secara langsung (deterministik) menjelaskannya. Oleh karena itu diterapkanlah metode statistik untuk mengkuantifikasi sifat gelombang acak

t (det)

z (t)

Gambar 3.1. Sample time history rekaman gelombang acak

Tp1 Tp2 Tz1 Tz2 H1 H2 z1 z2 z3 z4 z5

(7)

 Tiap satu rekaman gelombang diambil sekitar 10 s/d 30 menit (minimim memuat 100 sampel gelombang (lihat Gbr. 3.1 dan 3.2)

 Tiap gelombang dalam satu rekaman mempunyai harga kombinasi tinggi H,

amplitudo

z

w, periode puncak Tp dan periode simpangan nol Tz yang berbeda-beda

 Dengan metode statistik ukuran gelombang acak diberikan dalam bentuk harga rata-rata, signifikan, 1/10 tertinggi dll dari H,

z

w, Tp dan Tz

 Analisis yang dilakukan terhadap satu atau beberapa rekaman gelombang disebut analisis kurun waktu pendek (short-term wave analysis - STWA)

 Dengan STWA ternyata dapat diidentifikasi bahwa H (dan juga

z

w) mempunyai distribusi yang dapat didekati oleh distribusi teoretis dari Rayleigh; dengan

persamaan kepadatan peluang / probability density function (pdf)  lihat juga Gbr. 3.3: H / H x ; x exp x ) x ( p          2 4 2   (3.1)

 Sedangkan pdf periodenya didekati dengan persamaan (lihat juga Gbr. 3.4):

T T p ; / 1 2 ) ( 3/2 2 2 2          (3.2)

(8)

0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 p (x) H/Ĥ Pengukuran Teori (Rayleigh)

Gambar 3.3. Histogram non-dim untuk

H atau zwdari STWA

Gambar 3.4. Histogram non-dim untuk periode gelombang T dari STWA

t (det)

z (t)

Dt

( - ) ( + )

Gambar 3.5. Pengukuran elevasi gelombang Gambar 3.6. Distribusi Gaussian elevasi gel

z ( - ) ( + ) 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 2.0 1.5 1.0 0.5 p() Pengukuran Teori ( = 0.26) T T / ˆ

(9)

 Depresi permukaan rata-rata (mean):

N n n

N

1

/

z

z

(3.4)

 Varian dari depresi relatif terhadap rata-rata adalah:

N

m

N n n

1 2 0

z

z

(3.5)

 Simpangan baku atau akar rata-rata (root mean square – RMS) depresi relatif

terhadap mean adalah:

0

0

m

(3.6)

 Dalam pembahasan kemudian akan dapat dilihat pentingnya pemakaian RMS untuk

menurunkan harga-harga karakteristik gelombang acak

 Bila depresi permukaan gelombang setiap saat

z

diukur pada setiap interval waktu

tertentu yang cukup kecil, mis. Dt = 0.5 det, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal atau Gaussian (lihat Gbr. 3.5)

        2 2 2 exp 2 1 ) ( z   z p (3.3)

(10)

 Proses pembentukan gelombang secara kontinyu menunjukkan bahwa suatu time history gelombang yang diambil dalam waktu TH dapat dinyatakan dalam deret Fourier: ) ( 2 2 0 n n nAB z        n n n A B atan

 

1

)

sin(

)

cos(

)

(

n n n n n

t

B

t

A

t

z

z

(3.7)

 Dengan harga-harga frekuensi:

2

(

rad

/

s

)

untuk

n

1

,

2

,

3

...

T

n

H n

(3.8)

 Koefisien An dan Bn diberikan sebagai:

H n H n H n H n

t

t

dt

T

B

dan

dt

t

t

T

A

0 0

)

sin(

)

(

2

)

cos(

)

(

2

z

z

(3.9)

 Sehingga pers. (3.7) dapat dituliskan kembali menjadi:

 

1 0

cos(

)

)

(

n n n n

t

t

z

z

z

(3.10)dengan dan

 Pers. (3.7) dan (3.10) menunjukkan bahwa suatu gelombang acak adalah merupakan

superposisi/penjumlahan gelombang-gelombang reguler dalam jumlah tidak berhingga

(11)

t (det) z (t)

S

Wave-1 Wave-2 Wave-3 Wave-k Wave-∞

.

.

.

Gambar 3.7. Gelombang acak merupakan superposisi gelombang reguler dalam jumlah

(Pierson, W.J. Jr. and St Denis, M, “On the Motion of Ships in Confused Seas”,

(12)

 Kontribusi intensitas gelombang-gelombang reguler dalam membentuk gelombang acak

 dinyatakan dalam bentuk spektrum kepadatan energi gelombang (spektrum gelombang). Energi per 1 m2 luas permukaan gelombang reguler (komponen ke-n):



z

z

(

)

2

2 0 n

S

2 0

2

1

n n

g

E

z

(3.11)

 Kontribusi dari seluruh komponen gelombang

reguler yang membentuk energi per satuan luas permukaan kemudian dikumpulkan dalam bentuk luasan di bawah kurva dalam Gbr. 3.8.

 Bila

n adalah frekuensi bgelombang ke-n, yi.

rata-rata dari

a dan

b , sbb:

 Maka energi yang dikontribusikan oleh gelombang

ke-n tersebut (dengan amplitudo

z

n) adalah:





n b n a m2/(rad/s) (3.12)

z

g

n

gS

z

(

)

d

2

1

2 0

 (rad/s) Sz (  ) [m 2 /(rad /s )] ab

Energi dalam rentang

adan b= g x luasan

Gambar 3.8. Definisi spektrum energi gelombang

(13)

 Melihat kembali pers. (3.5), dalam pengukuran depresi

z

n dalam jumlah besar maka depresi rata-ratanya akan mendekati atau sama dengan nol. Dari analsis ini

dapat dituliskan besarnya varian sebagai fungsi depresi sbb:

H T H

dt

t

T

m

0 2 0

1

z

(

)

z (m2) (3.13)

 Bila variabel depresi

z

(t) digantikan dengan ruas kanan pers. (3.10) dan diambil

sama dengan nol, maka pers. (3.13) menjadi:

z

 

  H T n n n n H

dt

t

T

m

0 2 1 0 0

1

z

cos

(3.14)

 Karena frekuensi-frekuensi gelombang telah ditetapkan seperti dalam pers. (3.8)

maka penyelesaian persamaan integral (3.14) di atas adalah:

 

1 2 0 0

1

2

n n

m

z

(3.15)

 Memasukkan pers. (3.12) ke dalam pers. (3.15) akan diperoleh:

 

1 0 0

(

)

(

)

n

d

S

S

m

z



z

(3.16)

 Pers. (3.16) menunjukkan bahwa varian depresi gelombang adalah sama dengan

(14)

 Depresi gelombang acak yang diformulasikan dalam pers. (3.10) dapat diturunkan untuk mendapatkan kecepatan dan percepatan permukaan gelombang:

 

1 0

sin

)

(

n n n n n

t

t

z

z

(m/s) (3.17)

 Kecepatan dan percepatan permukaan gelombang dapat dianalisis secara statistik

seperti depresi gelombang, dengan amplitudo masing-masing

z

n0

n (m/s) dan

z

n0

n2

(m/s2). Analogi selanjutnya, ordinat spektra kecepatan dan percepatan dapat

diperoleh seperti dalam pers. (3.12):

 

1 2 0

cos

)

(

n n n n n

t

t

z

z

(m/s2) (3.18)

)

(

2

)

(

2 2 0 2



z

z z

S

S

n n

n (m 2/s2) (3.19)

)

(

2

)

(

4 2 0 4



z

z z

S

S



n n

n (m 2/s4) (3.20)

 Varian kecepatan dan percepatan diperoleh dengan mengikuti prosedur penurunan

pers. (3.16):

 

0 2 0 2

S

z

(

)

d

S

z

(

)

d

m

 (m2/s2) (3.21)

 

0 4 0 4

S

z

(

)

d

S

z

(

)

d

m

 (m2/s4) (3.22)

(15)

 Varian-varian m2 dan m4 disebut sebagai momen ke-2 dan ke-4 luasan spektra. Jadi momen spektra dapat diberikan dalam bentuk umum sbb:

 Dari analisis di atas, frekuensi rata-rata (atau modal frequency) yang merupakan

pusat spektra dapat diperoleh dengan:

0 1

m

m

m

(rad/s) (3.24)



0

)

(

S

z

d

m

n n (3.23)

 Periode rata-rata gelombang (atau modal period) dapat diperoleh dengan:

1 0

2

m

m

T

T

m

(sec) (3.25)

 Ochi & Bolton (1973) juga menunjukkan bahwa periode puncak rata-rata gelombang

dapat diperoleh dengan:

4 2

2

m

m

T

p

(sec) (3.26)

 dan periode simpangan nol rata-rata gelombang dapat diperoleh dengan:

2 0

2

m

m

T

z

(sec) (3.27)

(16)

 Lebih lanjut STWA dan spektra gelombang dapat menurunkan harga-harga karakteristik tinggi gelombang berikut.

1. Tinggi gelombang rata-rata: 0

50

.

2

m

H

(m) (3.28)

2. Tinggi gelombang signifikan: 0 3 / 1

4

.

00

m

H

H

S

(m) (3.29)

3. Tinggi gelombang rata-rata 1/10 gelombang terbesar: S

H

H

1/10

1

.

27

(m) (3.30)

4. Tinggi gelombang ekstrem yang paling mungkin terjadi (peluang=62.3%) dalam durasi badai yang membentuk gelombang, T jam :





0 2 2 0

2

60

ln

2

2

ˆ

m

m

T

m

H

(m) (3.31)

5. Tinggi gelombang ekstrem dengan peluang kejadian

a

(mis. 1%) dalam durasi gelombang T jam :





0 2 2 0

2

60

ln

2

2

ˆ

m

m

T

m

H

 a

a (m) (3.32)

(17)

 STWA dan analisis spektra gelombang juga menghasilkan perumusan untuk mempe-roleh jumlah kejadian gelombang, n, per satuan waktu (per detik), sbb:

0 2

2

1

m

m

n

(1/det) (3.33)

 Atau dalam bentuk yang lebih lengkap (memperhitungkan momen ke-4:





2 4 0 2

4

1

m

m

m

m

n

(1/det) (3.34)

 Spektra gelombang diperoleh dengan menganalisis rekaman gelombang

menggunakan teknik FFT (fast Fourier transform). Contoh hasil analisis sejumlah gelombang di suatu perairan  Gbr. 3.9

Gambar 3.9. Contoh plot sejumlah spektra gelombang dari satu perairandengan harga

Hs yang sama (grafik tebal untuk spektra gelombang rata-rata)

(18)

 Perancangan kapal seharusnya didasarkan pada spektra gelombang yang dihasilkan dari data gelombang setempat.

 Dalam hal spektra atau data gelombang setempat tidak tersedia  pilih formulasi

spektra gelombang yang sesuai (perairan terbuka, perairan tertutup, efek angin,

geografis, kedalaman perairan, fetch length dll)

 Formulasi spektra  diturunkan dari spektra rata-rata di suatu perairan.

 Contoh-contoh formulasi spektra gelombang:  Bretschneider (perairan terbuka):





4 5 4 2

675

.

0

exp

1687

.

0

)

(

z

H

S S s

S

(3.35)

S = 2

/TS dan TS = 0.976 TP

 ISSC - International Ship Structure Congress (perairan terbuka):

0 4 5 4 2

296

.

1

;

1427

.

0

exp

1107

.

0

)

(

z





H

S

S

(3.36)

(19)

 JONSWAP – Joint North Sea Wave Acquisition Project (perairan kepulauan / tertutup):

           

2 0 2 0 2 ) ( exp 4 0 5 2

/

25

.

1

exp

)

(

    z

a

g

S

(3.37)

= 3.30 (dapat bervariasi antara 1.0 s/d 7.0) peakedness parameter

 = 0.07 untuk ≤ 0 shape parameter

 = 0.09 untuk > 0

a = 0.0081

Catatan: persamaan JONSWAP dewasa ini banyak dipakai untuk analisis bangunan lepas

pantai di Indonesia dengan mengambil harga sekitar 2.0 ~ 2.5. Artinya menurunkan puncak spektra, atau dengan kata lain dominasi tidak terkonsentrasi pada periode atau frekuensi gelombang tertentu saja.

(20)

 Analisis gelombang kurun waktu panjang (long-term wave analysis – LTWA) adalah analisis yang dilakukan terhadap kumpulan data-data gelombang yang telah

diperoleh dalam kurun waktu tahunan (minimal 1 tahun).

 Bila satu rekaman gelombang diperoleh setiap 30 menit, maka dalam 1 hari akan diperoleh idealnya 24 rekaman (pertimbangkan 30 menit antar waktu pengukuran sebagai setting peralatan). Maka dalam 1 tahun akan diperoleh sejumlah 24 x 365 data = 8760 data (minimum berisi kombinasi antara Hs dan Tp , Tz atau T rata-rata).

 Bila ditinjau dari jumlah sampel gelombang, maka 1 tahun akan diperoleh 8760 data x 100 sampel = 876,000 sampel gelombang (asumsikan tiap rekaman berisi 100 sampel gelombang).

 Data gelombang lazimnya diperoleh dengan mempertimbangkan arah propagasi

gelombang.

 Disamping itu analsis yang lengkap juga akan memilahkan antara gelombang yang terbentuk oleh angin lokal dan gelombang yang datang dari tempat yang jauh

(swell).

 Data gelombang kurun waktu panjang umumnya disajikan dalam tabel yang dikenal sebagai diagram sebaran gelombang (wave scatter diagram)

 Contoh wave scatter diagram) yang cukup lengkap dari ladang West Seno di Selat Makassar dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

 Data gelombang terlengkap di dunia adalah yang dicatat di North Atlantic (> 50 tahun)

(21)

All Years Sea Wave Direction Hs (m) Tp (s) N NE E SE S SW W NW All Sea 0.15 3.05 0.19 0.60 0.41 0.34 0.33 0.38 0.22 0.07 2.54 0.15-0.30 3.35 1.55 5.27 3.83 3.47 4.61 5.60 2.02 0.90 27.25 0.30-0.45 3.73 2.04 5.19 2.72 1.68 3.21 4.38 0.97 0.57 20.76 0.45-0.60 3.93 2.23 4.28 1.96 0.70 1.68 2.44 0.40 0.35 14.04 0.60-0.75 4.24 2.36 4.17 1.69 0.29 0.53 0.79 0.18 0.14 10.15 0.75-0.90 4.58 2.15 3.47 1.35 0.11 0.13 0.19 0.08 0.06 7.54 0.90-1.05 4.77 1.96 2.90 1.19 0.05 0.02 0.02 0.03 0.02 6.19 1.05-1.20 4.90 0.98 1.39 0.59 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 2.98 1.20-1.35 5.38 0.62 0.84 0.38 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 1.85 1.35-1.50 5.56 0.13 0.18 0.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.39 1.50-1.65 6.05 0.05 0.06 0.03 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.17 1.65-1.80 6.35 0.02 0.04 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 1.80-1.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.28 28.39 14.24 6.67 10.52 13.81 3.91 2.11 93.93 Tabel 4.1a. Data sebaran gelombang (lokal) trivariat untuk ladang minyak

(22)

Swell Period

Hs (m) 8.50 9.50 10.50 11.50 12.50 13.50 14.50 SwellAll Total

0.15 0.14 1.13 0.42 0.12 0.02 0.00 0.00 1.83 4.35 0.15-0.30 0.30 1.04 0.83 1.15 0.46 0.00 0.11 3.90 31.16 0.30-0.45 0.02 0.00 0.02 0.11 0.12 0.00 0.02 0.30 21.06 0.45-0.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.04 0.60-0.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.15 0.75-0.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7.53 0.90-1.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.18 1.05-1.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.98 1.20-1.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.02 1.87 1.35-1.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.39 1.50-1.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.02 0.21 1.65-1.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.07 1.80-1.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.46 2.17 1.27 1.38 0.60 0.00 0.17 6.07 100.00

(23)

1 2 3 4 5 6 7 8 2 4 6 8 10 12 14 16 12 20 9 27 55 63 104 66 43 18 20 4 41 53 65 82 117 186 193 97 35 12 3 44 58 49 61 69 144 48 21 8 11 23 31 40 59 47 14 5 9 2 1 8 6 11 10 8 1 4 1 5 1 4 7 5 6 4 2 1 2 3 2 3 2 4 2 2 1 2 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 Hs (ft) Tp sec)

(24)

 Salah satu hal terpenting dalam LTWA adalah meramalkan intensitas gelombang-gelombang kurun waktu panjang dari data yang relatif terbatas.

 Kebanyakan badan berwenang (API) atau klasifikasi (ABS, DNV) mensyaratkan perancangan bangunan laut harus didasarkan pada gelombang 1-tahunan (kondisi ekstrem operasi) dan gelombang 100-tahunan (kondisi survival, ULS)

 Distribusi gelombang dalam kurun waktu panjang dapat didekati dengan distribusi

kontinyu dari Weibull (1951), yang fungsi kepadatan peluangnya (probability density function) diberikan dalam bentuk persamaan:

x

= parameter bentuk dengan harga umum antara 0.75 ~ 2.0; sedangkan untuk gelombang laut umumnya berkisar antara 0.9 ~ 1.1 (Naess : 0.7 ~ 1.3)

l

= parameter skala yang harganya tergantung dari harga ekstrim variabel x ; atau untuk gelombang laut adalah harga tinggi ekstremnya, yakni yang terjadi sekali dalam kurun waktu panjang (m)

x = intensitas obyek/parameter yang ditinjau; mis. tinggi gelombang, sehingga x

= H





 x x

l

l

l

x

x

x

x

p

(

)

exp

1 (4.1)

(25)

 Persamaan (3.1) dapat dituliskan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: (4.2)

l

x

x

ln

ln

)

(

1

1

ln

ln

P

H

x

 Distribusi Weibull dapat diaproksimasi dengan kurva berbentuk garis lurus bila

variabel x pada ruas kanan pers. (3.2) digantikan dengan (H – a).

 Variabel a disini adalah ukuran ambang tinggi gelombang (threshold wave height),

yaitu tinggi gelombang terkecil yang terjadi di suatu perairan. Untuk perairan tertutup

a dapat mem-punyai harga sangat kecil (0), sedangkan untuk perairan terbuka dapat mempunyai harga antara 0.5 ~ 2.0 m.

 Kurva distribusi Weibull akan mempunyai bentuk garis lurus jika digambarkan pada

grafik yang mengkorelasikan ln{ln{1/1-P(H)}] sebagai ordinat dan ln(H –a) sebagai sebagai absisnya, seperti ditunjukkan dalam Gbr. 3.2.

(26)

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 ln(H-a) ln [ln {1 -P (H )} -1 ] 1-thn 10-thn 100-thn 2.077 2.330 2.533

(27)

P(H) dihitung dengan memasukan durasi terjadinya badai yang menyebabkan

timbulnya gelombang, yi. ± 3 jam [Ochi, 1978].

 Jadi peluang terjadinya gelombang ekstrim kurun waktu panjang atau PLT(H) adalah

sama artinya dengan menghitung peluang terjadinya semua gelombang yang mempunyai intensitas lebih kecil dari gelombang ekstrim tersebut.

 Hal ini dilakukan dengan mengurangi peluang pasti terjadi, yaitu 1.0, dengan harga

perbandingan antara durasi badai Tbadai dan kurun waktu panjang TLT terhadap, seperti dalam persamaan:

)

(

24

)

(

365

)

(

)

(

1

)

(

jam

hari

tahun

T

jam

T

H

H

P

H

P

LT badai LT LT

(4.3)  Sebagai misal ingin diketahui peluang terjadinya gelombang 100-tahunan, P100(H),

maka perhitungan dengan pers. (3.3) menghasilkan:

 sehingga bila harga P100(H) ini dimasukkan ke ruas kiri pers. (3.2) akan diperoleh

hasil:

0

.

999

996

58

24

365

100

3

1

)

(

100 100

H

P

H

H

P

533

.

2

99999658

.

0

1

1

ln

ln

)

(

1

1

ln

ln

P

H

(28)

Diagram sebaran gelombang hasil pengukuran di perairan teluk Mexico adalah seperti diberikan dalam tabel. Untuk keperluan perancangan bangunan laut di daerah tersebut Saudara sebagai konsultan diminta melakukan prediksi intensitas gelombang ekstrim akibat badai untuk kurun waktu 10 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun. Untuk menganti-sipasi ketaktentuan adanya gelombang dengan tinggi di atas 8.0 maka dalam perhi-tungan disarankan jumlah total gelombang dari tabel ditambah 0.5. Gunakan prosedur analisis kurun waktu panjang dalam prediksi ini, dan gunakan bantuan grafis untuk penyelesaiannya (nilai P(H) agar dihitung sampai delapan digit dibelakang koma).

CONTOH PREDIKSI GELOMBANG KURUN WAKTU PANJANG

Hs (m) Tp (det) Jumlah Komulatif

3 – 4 4 – 5 5 – 6 6 – 7 7 – 8 8 – 9 9 – 10 0 - 1 60 140 112 35 12 6 -1 – 2 15 96 138 77 34 11 4 2 – 3 3 32 66 50 20 6 1 3 – 4 2 11 24 23 11 4 1 4 – 5 1 5 8 9 5 2 1 5 – 6 - 1 3 5 3 1 -6 – 7 - - 1 4 2 1 -7 – 8 - - 1 1 1 - -Jumlah

(29)

Penjumlahan banyaknya gelombang yang terjadi pada tiap-tiap interval serta jumlah komulatif setiap kenaikan interval sampai dengan harga Hs maksimum:

PENYELESAIAN

Hs (m) Tp (det) Jumlah Komulatif 3 – 4 4 – 5 5 – 6 6 – 7 7 – 8 8 – 9 9 – 10 0 - 1 60 140 112 35 12 6 - 365 365 1 – 2 15 96 138 77 34 11 4 375 740 2 – 3 3 32 66 50 20 6 1 178 918 3 – 4 2 11 24 23 11 4 1 76 994 4 – 5 1 5 8 9 5 2 1 31 1025 5 – 6 - 1 3 5 3 1 - 13 1038 6 – 7 - - 1 4 2 1 - 8 1046 7 – 8 - - 1 1 1 - - 3 1049 Jumlah 1049

(30)

Hs (m) P(Hs) ln (Hs – a) 1.00 0.34413965 0.0000 -0.8632 2.00 0.69925187 0.6931 0.1836 3.00 0.87680798 1.0986 0.7391 4.00 0.94962594 1.3863 1.0947 5.00 0.97755611 1.6094 1.3341 6.00 0.98852868 1.7918 1.4969 7.00 0.99650873 1.9459 1.7329 8.00 0.99950125 2.0794 2.0286

 Tabulasi data perhitungan untuk analisis kurun waktu panjang:

• Harga acuan batas bawah tinggi gelombang a diambil sama dengan 0.0m.

• Untuk perhitungan P(Hs) berikut jumlah gelombang total diambil sebesar 1049 + 0.5 = 1049.5 gelombang. Nilai 0.5 jumlah gelombang adalah untuk mengantisipasi ketaktentuan karena kemungkinan adanya gelombang dengan intensitas di atas Hs

= 8.0m.             P(Hs) 1 1 ln ln

 Dengan menggunakan data di atas dapat dibuat grafik hubungan antara para-meter

dalam kolom (3) sebagai absis dan kolom (4) sebagai ordinat. Dari sebaran data dapat dilakukan analisis regresi (atau dalam hal ini dilakukan perkiraan trendline sebaran data).

(31)

 Persamaan trendline yang diperkirakan sesuai dengan sebaran data adalah: v = 1.3333u – 0.8 ; dengan v =            P(Hs) 1 1 ln ln dan u = ln (Hs – a) -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 u = ln (Hs - a) v = l n [l n {1 /1 -P (H s )} ] v1.3333u0.8

 Persamaan trendline tersebut akan

digunakan sebagai panduan untuk menyelesaikan proses analisis se-lanjutnya.

(32)

 Perhitungan untuk prediksi gelombang signifikan akibat badai 10, 50 dan 100 tahun-an

dilakukan dengan tabulasi sbb:

 Kolom (1): jelas.

 Kolom (2): dihitung dengan pers. (3.3) untuk Tbadai = 3 jam  Kolom (3): dihitung berdasar hasil kolom (2).

 Kolom (4): hasil dalam kolom ini diperoleh dari pembacaan grafik trendline hu-bu-ngan

ordinat - absis dari kolom (3) dan kolom (4). Namun untuk kemu-da-han penyelesaian, perhitungan telah dilakukan dengan memakai persa-ma-an garis trendline yang

diperoleh sebelumnya, yakni: v = 1.3333u – 0.8 , dengan v adalah nilai yang diperoleh dari kolom (3), dan u adalah hasil yang dimasukkan ke dalam kolom (4).

 Kolom (5):hasil akhir analisis yang diperoleh dari inversi nilai-nilai dari kolom (4), yakni (Hs-a) = exp[ln(Hs – a)] ; karena a = 0.0 m maka Hs – a = Hs

Kurun Waktu Py(Hs) ln (Hs – a) Hs (m)

(1) (2) (3) (4) (5) 10 tahun 0.99996575 2.3304 2.3478 10.46 50 tahun 0.99999315 2.4758 2.4569 11.67 100 tahun 0.99999658 2.5325 2.4994 12.18             P(Hs) 1 1 ln ln

(33)

Dari tabel perhitungan di atas akhirnya didapat bahwa:

 Tinggi gelombang signifikan Hs untuk kurun 10 tahunan adalah = 10.46 m  Tinggi gelombang signifikan Hs untuk kurun 50 tahunan adalah = 11.67 m  Tinggi gelombang signifikan Hs untuk kurun 100 tahunan adalah = 12.18 m

Catatan:

 Perlu dipahami trendline yang diperoleh pada analsis di atas adalah merupakan

perkiraan (bukan dari analisis regresi yang akurat), sehingga satu perancang mungkin memperkirakan trendline yang berbeda dengan perancang yang lain. Namun

(34)

• Sebagaimana dijelaskan pada Bab 2, gelombang acak adalah merupakan

superposisi dari gelombang-gelombang reguler dalam jumlah yang sangat banyak (teoretis s/d tak berhingga), dengan kombinasi variasi tinggi gelombang H (m) dan frekuensi

(rad/det).

• Selanjutnya intensitas suatu gelombang acak dapat direpresentasikan dalam bentuk muatan energi per satuan luas permukaan laut, yang ditunjukkan oleh kurva

kerapatan spektra energi gelombang atau lazim disingkat sebagai spektra gelombang.

• Berdasarkan hal tersebut di atas, bilamana karakteristik respons struktur akibat eksitasi gelombang reguler (RAO) telah diketahui, maka respons struktur akibat eksitasi oleh gelombang acak kemudian dapat dihitung dengan menyusun kembali komponen energi respons yang timbul akibat pengaruh tiap-tiap gelombang dengan variasi H (m) dan

(rad/det). Harap diingat bahwa suatu kurva RAO adalah memuat harga repons yang bervariasi tergantung dari harga

(rad/det), sedangkan variasi H

(m) pada tiap-tiap harga

(rad/det) akan mengakibatkan perubahan respons yang linier.

• Karena energi gelombang adalah merupakan fungsi luasan permukaan yang

direpresntasikan oleh

z

02 (m2), maka energi respons juga akan merupakan fungsi

(35)

RAO = z r / z w

2

S(  )

X

S r (  )

=

• Hal tersebut adalah sama dengan mengubah energi gelombang menjadi energi respons, atau dengan kata lain mengubah spektra gelombang menjadi spektra respons. Proses yang disebut sebagai ANALISIS SPEKTRAini dapat ditunjukkan secara grafis berikut:

OUPUT

S

r

(

)

INPUT

RAO & S(

)

SISTEM (PROSES)

RAO

2

x S(

)

• Setelah spektra respons diperoleh maka harga-harga statistik dari respons dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan yang sama untuk harga-harga statistik gelombang (lih. Pers. 3.28 – 3.34).

(36)

Gambar

Gambar 3.1. Sample time history rekaman gelombang acak
Gambar 3.3. Histogram non-dim untuk
Gambar 3.7. Gelombang acak merupakan superposisi gelombang reguler dalam jumlah  ∞
Gambar 3.9. Contoh plot sejumlah spektra
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan sistem yang akan dilakukan adalah sistem yang dirancang sesuai dengan kebutuhan user, memiliki output yang tepat waktu, akurat dan dapat dipercaya.. BAB V :

[r]

Arah bangsa menjadi lebih baik apabila kita mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan ilmu yang telah kita dapat dari berbagai sumber.. Bagaimana

Renstra ini juga menjadi panduan bagi segenap civitas akademika di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Faperta Unmul untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan

Prinsip interrelasi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gejala geografi yang satu dengan gejala geografi yang lain di muka bumi, seperti hubungan antara gejala fisik

Menurut penelitian Wahjuningrum et al., (2007) rebusan buah mahkota dewa yang disemprotkan ke pakan perlakuan yang diberikan pada ikan patin 8 hari sebelum infeksi

Spektra Massa (KG-SM) menunjukkan terdapat 17 senyawa dalam fraksi heksan ekstrak etanol rimpang dringo kering (Acorus calamus L.) serta komponen minyak atsiri yang terdeteksi

Indikator peran kelompok dalam memfasilitasi penerapan teknologi bagi anggota didapatkan skor nilai sebesar 81,9% dengan kategori “Sangat Berperan”, skor ini menjelaskan