• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi keuangan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan diharapkan dapat membantu kreditor dan investor dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan dana yang mereka investasikan. Laba merupakan salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk menaksir kinerja manajer. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, perhatian utama untuk menilai kinerja atau pertanggungjawaban manajemen adalah informasi laba. Kecenderungan untuk lebih memperhatikan laba ini disadari oleh pihak manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya dinilai berdasarkan informasi laba. Hal tersebut dapat menimbulkan perilaku menyimpang, salah satu bentuknya adalah manajemen laba.

Manajemen laba merupakan suatu fenomena yang sampai saat ini masih diperdebatkan mengenai pemahaman etis dan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang kita ketahui bahwa manajemen laba berada di daerah abu-abu (grey area) antara aktivitas yang diijinkan oleh prinsip akuntansi dan merupakan sebuah kecurangan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan pendapat mengenai pemahaman etis dan tanggung jawab sosial antara satu orang dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, laporan keuangan dapat disebut sebagai cerminan

(2)

2

perilaku etis dan tanggung jawab sosial pribadi orang yang membuat laporan keuangan tersebut (Sri Sulistyanto, 2008:110).

Fischer dan Rosenzweigh (1995) mengatakan bahwa banyak manajer menganggap praktik manajemen laba sebagai tindakan wajar dan etis serta merupakan alat sah manajer dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendapatkan keuntungan atau return perusahaan. Sedangkan Merchant dan Rockness (1994) menyatakan bahwa manajemen laba yang banyak dilakukan selama ini dianggap perbuatan yang legal, dengan artian tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Berdasarkan pendapat tersebut manjemen laba merupakan tindakan yang etis dan wajar dilakukan oleh manajer.

Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba mengungkapkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang kontroversial di dalam dunia akuntansi dan bisnis. Permasalahan manajemen laba dimulai ketika membawa pengaruh negatif dan cenderung menyesatkan bagi pengguna informasi dalam pelaporan keuangannya. Schipper (1989:92) menyatakan bahwa manajemen laba adalah intervensi atau campur tangan manajer dalam proses penyusunan laporan keuangan yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Definisi tersebut mengartikan bahwa manajemen laba adalah perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitas mereka. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dilakukan dengan memilih metode atau kebijakan akuntansi untuk menaikkan laba atau menurunkan laba. Manajemen menggeser laba periode-periode yang akan datang ke periode-periode sekarang pada saat manajer menaikkan laba

(3)

3

dan menggeser laba periode masa sekarang ke periode-periode berikutnya pada saat manajer menurunkan laba. Sedangkan menurut Mulford dan Comiskey (2010), manajemen laba adalah manipulasi akuntansi dengan tujuan menciptakan kinerja perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya.

Manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen timbul sebagai dampak dari masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan (agent). Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemilik perusahaan sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.

Konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan juga terjadi karena pemilik perusahaan tidak selalu dapat mengawasi aktivitas yang dilakukan manajer sehari-hari di dalam perusahaan, dan memastikan bahwa mereka bekerja sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai kinerja perusahaan, sedangkan manajer memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan informasi perusahaan yang dimiliki oleh manajemen dan pemilik perusahaan. Perbedaan informasi tersebut dapat memberikan peluang bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.

(4)

4

Manajemen melakukan manajemen laba melalui manipulasi laporan keuangan dengan memanfaatkan kebijakan-kebijakan akuntansi. Manajer cendrung lebih melakukan manajemen laba dengan mengendalikan transaksi akrual, yaitu transaksi yang tidak mempengaruhi aliran kas (Friedlan, 1994). Transaksi akrual merupakan transaksi yang tidak mempengaruhi aliran kas masuk (cash inflow) maupun aliran kas keluar (cash outflow). Akuntansi akrual terdiri dari discretionary accruals (DA) dan non discretionary accruals (NDA). DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen (management determined). Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metode dan estimasi akuntansi. NDA merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi (Xiong, 2006).

Salah satu kasus manajemen laba yang baru-baru ini terjadi adalah skandal akuntansi yang dilakukan Toshiba. Seperti yang dimuat dalam money.cnn.com oleh Yan (2015), kasus ini bermula ketika Toshiba sendiri mulai menyelidiki praktik akuntansi di divisi energi. Menurut sebuah komite independen, perusahaan menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥ 151.8 milyar ($ 1,2 milyar) selama tujuh tahun. Kepala eksekutif Toshiba dan presiden Hisao Tanaka mengundurkan diri atas skandal akuntansi yang mengguncang perusahaan. Delapan anggota dewan, termasuk wakil ketua Norio Sasaki, juga telah mengundurkan diri dari jabatan mereka sebagai bagian dari perombakan besar manajemen perusahaan. Akibat skandal akuntansi yang mengguncang perusahaan, saham Toshiba telah turun sekitar 20% sejak awal april ketika isu-isu akuntansi ini terungkap. Nilai pasar perusahaan hilang sekitar ¥ 1.673 triliun ($ 13.4 milyar) dan para analis memperkirakan saham Toshiba masih akan terus menurun.

(5)

5

Toshiba yang merupakan salah satu merek elektronik paling dikenal di dunia serta memiliki reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan akibat skandal akuntansi yang telah dilakukan perusahaan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka akan semakin besar juga ukuran perusahaan. Semakin besar aktiva mengindikasikan semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan mengindikasikan semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar mengindikasikan semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dalam penelitian ini total aset digunakan sebagi proksi ukuran perusahaan. Pemilihan total aset dikarenakan total aset merupakan ukuran yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan ukuran lain dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Muliati (2011) serta Jao dan Pagalung (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Namun, Rahmani dan Mir (2013) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan

(6)

6

manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya.

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi stakeholder -nya seperti pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu bentuk komitmen perusahaan terhadap para stakeholder-nya dalam mempertanggungjawabkan dampak dari aktivitas operasi yang telah dilakukan perusahaan. Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa CSR merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Perusahaan menjadi bagian dari suatu komunitas dan lingkungannya itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar, sehingga apa yang dilakukan oleh pihak perusahaan akan kembali lagi kepada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manajemen perusahaan membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat yang kondusif agar perusahaan dapat beroperasi dengan tenang.

Pemerintah Indonesia memberikan perhatian pada isu CSR dengan menerbitkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007. Pasal 74 menyatakan bahwa perusahaan yang kegiatan operasinya berhubungan dengan penggunaan sumber daya alam diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan pasal 66 ayat 1 menyatakan bahwa hal-hal yang harus dimuat dalam

(7)

7

laporan tahunan perusahaan diantaranya adalah pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Putra (2013) menyatakan bahwa walaupun pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan bersifat wajib, namun item-item tanggug jawab sosial yang diungkapkan perusahaan masih merupakan informasi yang bersifat sukarela.

Ukuran perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Purwanto (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa pertanggungjawaban sosial dipengaruhi oleh ukuran perusahaan dimana perusahaan besar cenderung mengungkapkan pertanggungjawaban sosial yang lebih luas. Perusahaan besar pada umumnya akan mengungkapkan lebih banyak informasi daripada perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil (Kusumastuti, 2014). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat (Junitasari, 2015)

Di sisi lain, pengungkapan aktivitas CSR dapat membatasi terjadinya tindakan manajemen laba. Lanis dan Richardson (2012) mengatakan bahwa tujuan perusahaan mengungkapkan banyak informasi tentang aktivitas CSR mereka adalah membentuk profil organisasi yang baik. Oleh karena itu, mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan praktik manipulasi laba karena tidak konsisten dengan tujuan pembentukan profil tersebut. Selain itu, praktek kecurangan seperti manajemen laba dapat menghapus pengaruh positif dari melakukan aktivitas CSR.

(8)

8

Penjelasan tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (2011) dan Yip et al. (2011) yang menemukan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Uraian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dan pengungkapan CSR berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan besar akan mengungkapkan CSR untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. Dengan mengungkapkan CSR, perusahaan akan lebih membatasi praktik manipulasi laba karena tidak konsisten tujuan perusahaan mendapatkan legitimasi dan nilai positif tersebut. Praktik manajemen laba juga dapat menghilangkan pengaruh positif dari melakukan aktivitas CSR. Hal inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui apakah pengungkapan CSR mampu mempengaruhi hubungan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba. Selain itu, adanya perbedaaan pendapat dan perbedaan hasil mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba, membuat peneliti menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel intervening agar hasil yg diperoleh nantinya dapat menjadi lebih konsisiten. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening”.

(9)

9 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada pengungkapan corporate social responsibility?

2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada manajemen laba?

3) Apakah pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh pada manajemen laba?

4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada manajemen laba melalui pengungkapan corporate social responsibility?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang ada diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui adanya pengaruh ukuran perusahaan pada pengungkapan corporate social responsibility.

2) Untuk mengatahui adanya pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba.

3) Untuk mengetahui adanya pengaruh pengungkapan corporate social responsibility pada manajemen laba.

4) Untuk mengatahui adanya pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba melalui pengungkapan corporate social responsibility.

(10)

10 1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut :

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam rangka pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai teori-teori tentang praktik manajemen laba dan corporate social responsibility.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi manajemen perusahaan dalam menerapkan corporate social responsibility dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkompeten terhadap kepentingan perusahaan. Dengan demikian diharapkan perusahaan akan mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat meningkatkan kompetensinya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan landasan teori dan konsep yang relevan guna menunjang pembahasan terhadap masalah dalam penelitian, antara

(11)

11

lain uraian mengenai manajemen laba, ukuran perusahaan, corporate social responsibility, dan juga rumusan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menyajikan metode penelitian yang mencangkup berbagai hal seperti desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini memuat tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan penelitian melalui gambaran umum obyek penelitian, analisis statistik deskriptif, dan analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini juga memuat tentang interpretasi dari hasil penelitian yang memberikan jawaban atas permasalahan dari penelitian ini.

BAB V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif yang memanfaatkan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pandangan siswa terhadap penggunaan film animasi pendek dari

Pernah juga itu dia lagi semangat berangkat tapi sayanya yang kecapekan, jadi saya bilang buat minta tolong sama omnya atau siapa.. Tapi dia bilang kalau ga sama ibuk itu

Pada tahap plan telah disajikan materi tentang media pembelajaran dan praktik LS oleh Tim, penentuan media pembelajaran IPA yang akan dibuat, dan penentuan guru model yang akan

- Guru merespon dan menampung semua jawaban siswa kemudian memberikan aplaus untuk semua jawaban siswa. - Siswa mengamati gambar yang dipasang guru di depan kelas. -

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa ada pengaruh yang signifikan dari strategi pemodelan bermedia

Berpengaruh juga dengan perasaan atau kebiasaan, adalah suatu hal kebudayaan suku Karo mengadakan acara-acara upacara dengan Musik Tradisi seperti yang sudah dijelaskan penulis

Oleh karena itu, Dalam skripsi ini akan membahas mengenai dinamika hubungan Tiongkok dan Taiwan, lalu menjelaskan ancaman apabila Taiwan lepas dari Tiongkok,

Dan nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05 maka sesuai dasar pengambilan keputusan dalam Uji Paired Sample T-Test, dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang