• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN BIOAKUSTIK PADA AYAM KOKOK BALENGGEK AYAM LOKAL PENYANYI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN BIOAKUSTIK PADA AYAM KOKOK BALENGGEK AYAM LOKAL PENYANYI SUMATERA BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN BIOAKUSTIK PADA AYAM KOKOK BALENGGEK

“AYAM LOKAL PENYANYI” SUMATERA BARAT

(Bioaccoustic Assessment of The Balenggek Crow Chicken “The Local Sing

Fowl” from West Sumatera)

RUSFIDRA

Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas Kampus Faterna UNAND Limau Manis, Padang 25163

ABSTRACT

The balenggek chickens have been raised by rural communities for many generations in Payung Sakaki and Tigo Lurah, Regency of Solok, Province of West Sumatera. The balenggek chicken is a long crower type fowl. This study was carried out to characterize crow traits and to conduct crow analyze in the balenggek chicken. The crows were recorded using a Sony TCM-343 cassette recorder. The crow were analysed using Sound forge XP 4.5, the sound analysis programsand displayed in wave form. In the balenggek chicken, crows are produced only by males for two reasons: to proclaim his territory and to attract female for mating. Its crow can last 2.08 – 4.43 seconds. The average crow has 5.07 syllables, divided into three segments: first, middle and last segment. The frequency of crowing is 8.08 times per 10 minutes. The peak of crowing activity happens in the morning time with a frequency of 9.59 times per 10 minutes. The duration of a crowing varied from 2.08 to 4.43 second.

Key Word: Bioaccoustic, Balenggek Crow Chicken, West Sumatera

ABSTRAK

Ayam kokok balenggek (AKB)merupakan ayam lokal “penyanyi”. AKB memiliki suara kokok merdu dan bertingkat-tingkat (balenggek: bahasa Minang). AKB berkembang di beberapa nagari di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi suara dan analisis suara kokok ayam kokok balenggek. Materi penelitian terdiri dari 14 ekor ayam kokok balenggek. Peralatan yang digunakan: 1 set audio recorder, sport timer, kaset, batu battery dan paket program komputer Sound forge XP 4,5 dan Spectrogram versi 6,4 untuk analisis suara kokok. Pada ayam kokok balenggek, suara kokok hanya terdapat pada ayam jantan dengan tujuan untuk pernyataan wilayah kekuasaan dan memikat ayam betina yang akan dikawini. Rataan jumlah suku kata kokok adalah 5,07 yang terbagi ke dalam tiga segmen: suara kokok depan, suara kokok tengah, dan suara kokok ujung (disebut lenggek kokok). Frekuensi berkokok ayam kokok

balenggek adalah 8,08 kali/10 menit. Aktivitas puncak berkokok terjadi pada pagi hari dengan frekuensi 9,59 kali/10 menit. Durasi kokok AKB berkisar dari 2,08 sampai 4,43 detik.

Kata Kunci: Bioakustik, Ayam Kokok Balenggek, Sumatera Barat

PENDAHULUAN

Ayam kokok balenggek (AKB) merupakan “ayam penyanyi” yang berkembang di beberapa daerah di Kabupaten Solok, Sumatera Barat (RUSFIDRA, 2004; 2006a; 2007). Ayam ini memiliki suara kokok merdu dan bersusun-susun (dapat mencapai 24 suku kata) (balenggek: bahasa Minang). Kemerduan dan keunikan suara kokok AKB diduga satu-satunya bangsa ayam dengan tipe kokok

balenggek di dunia (RUSFIDRA, 2004). AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau (FUMIHITO et al., 1996), karena memiliki suara kokok merdu. Oleh karena itu, AKB dapat dijadikan sebagai objek riset bioakustik di Indonesia.

Bioakustik adalah bidang ilmu yang mempelajari karakteristik suara, organ suara, fungsi suara, fisiologi suara, analisis suara dan manfaat suara pada hewan dan manusia. Sampai kini riset bioakustik belum berkembang

(2)

di Indonesia, meskipun suara memiliki peran penting dalam kehidupan. Saat ini, suara telah menjadi komoditas ekonomi. Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call (suara panggilan) dan song

(suara nyanyian). Tipe suara call digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh (respon predator), saat terkejut dan ketika menemukan makanan. Tipe suara song merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan (territorial declare) dan sebagai atraksi memikat unggas betina yang akan dikawini. Tipe suara call

terdapat pada unggas jantan dan betina, sedangkan tipe song hanya pada unggas jantan. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan, ekspresi emosional dan status fisiologi hewan.

Suara dapat pula dijadikan sebagai penanda individu, karena setiap individu mempunyai karakteristik suara spesifik. Tidak satupun orang ataupun hewan yang mempunyai suara persis sama, karena adanya perbedaan spektrum suara, perbedaan frekuensi dan amplitudo, baik antar individu maupun antar spesies. Suara kokok pada ayam jantan merupakan salah satu potensi yang bernilai ekonomi. Ayam jantan yang memiliki suara kokok merdu biasanya memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagai contoh ayam AKB yang menang kontes memiliki harga 50 kali lebih tinggi dari ayam jantan yang berkokok tidak merdu (RUSFIDRA, 2004).

Sampai saat ini penelitian AKB sebagai “ayam penyanyi” khas daerah Sumatera Barat belum banyak dilakukan, sehingga upaya penelaahan karakterisasi dan analisis suara kokok AKB penting dilakukan, terutama dalam kajian bioakustik.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan mempelajari pola pewarisan sifat suara kokok pada AKB. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dasar sifat-sifat suara kokok AKB, sebagai informasi dasar dalam penyusunan kebijakan pemuliaan dalam rangka meningkatkan jumlah lenggek kokok, dan sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu ternak unggas, khususnya berkaitan dengan “ayam penyanyi”.

MATERI DAN METODE

Studi karakteristik suara kokok ayam kokok balenggek dilaksanakan di daerah sentra AKB di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Penelitian lapangan berlangsung dari bulan Juni 2004 sampai Maret 2005. Analisis suara kokok AKB dilakukan dari bulan April sampai Desember 2005.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 14 ekor AKB jantan dewasa (sudah berkokok) yang diperoleh secara acak dari peternak di nagari sentra. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran karakteristik suara kokok terdiri dari satu set alat perekam merek Sony TCM-343, sport timer, mikrofon tipe unidirectional khusus untuk komputer, kaset, batu baterai, dan satu set komputer yang dilengkapi program analisis suara.

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap-1 berupa karakterisasi suara kokok AKB. Tahap-2 adalah melakukan analisis suara kokok AKB menggunakan paket komputer

Sound Forge XP 4.5, dan Goldwave versi 4. Karakterisasi suara kokok ditetapkan menggunakan metode time sampling (SEVILLA

et al. 1993). Pengamatan dilakukan pada tiga periode waktu, yakni pagi (pukul 06.00 – 08.00 WIB), siang (pukul 11.00 – 13.00 WIB) dan sore (pukul 15.00 – 17.00 WIB) (BIBBY et al. 2000).

Karakteristik suara kokok AKB yang diamati dalam penelitian ini adalah: jumlah suku kata kokok (JSK), jumlah lenggek kokok (JLK), waktu berkokok (WBK), frekuensi berkokok (FKK) pada waktu tertentu (10 menit), dan durasi kokok (DKK). Frekuensi berkokok adalah tingkat kekerapan kokok selama waktu 10 menit yang dicatat pada waktu pagi, siang, dan sore selama tiga hari berturut-turut, yaitu hari pertama (H1), hari kedua (H2) dan hari ketiga (H3). Durasi kokok adalah lama waktu berkokok (detik) yang diamati pada 10 kali kokok berturut-turut pada pagi, siang, dan sore hari.

Analisis suara kokok menggunakan program komputer Sound forge XP 4,5 dan

Goldwave versi 4,25. Suara kokok AKB direkam pada pita kaset menurut MACKINNON (1990) menggunakan alat perekam merek Sony TCM-323. Urutan pekerjaan perekaman suara kokok dikerjakan sebagai berikut:

(3)

1. Kegiatan merekam suara kokok AKB ke dalam pita kaset menggunakan alat perekam.

2. Melakukan digitalisasi suara kokok dengan menggunakan sound recorder yang tersedia pada beberapa program analisis suara. Program komputer yang dipakai adalah

Sound forge XP 4.5. Perangkat lunak komputer ini dapat digunakan dalam analisis suara (visualisasi suara), printing

(pencetakan suara), bentuk gelombang suara (wave form), pengukuran waktu dan frekuensi suara kokok.

3. Setelah direkam, suara kokok AKB disimpan dalam format. WAV untuk digunakan dalam analisis berikutnya. 4. Visualisasi suara kokok ke dalam bentuk

wave form (oscilogram).

5. Untuk mereduksi suara yang tidak diinginkan pada saat perekaman digunakan program komputer Goldwave versi 4.25 (http://www. goldwave.com. Program ini memiliki kemampuan untuk mereduksi adanya latar belakang suara gaduh atau berisik (noise).

6. Interpretasi hasil analisis suara kokok AKB. Karakterisasi Suara Kokok. Data terkumpul ditabulasi, dihitung nilai rataan, standar deviasi dan kisarannya. Rekaman suara kokok AKB dianalisis menggunakan program komputer Sound forge XP 4.5. Hasil analisis suara ditampilkan dalam bentuk wave form

suara kokok.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ayam kokok balenggek merupakan tipe ayam penyanyi yang memiliki suara kokok merdu, bersusun-susun dan enak didengar (RUSFIDRA, 2004; 2006a; b; 2007a; b). Suara kokoknya sangat khas dan bersusun-susun. Masyarakat daerah sentra menamakannya ayam kokok balenggek (ABBAS et al., 1997). AKB merupakan fauna maskot Kabupaten Solok (FUMIHITO et al., 1996). Lafal suara kokok dapat dieja sebagai berikut:

1. Suku kata 5: ku-ku-ku-ku-kuuuuuu. 2. Suku kata 10:

ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu.

Jumlah lenggek kokok dihitung berdasarkan pengurangan jumlah suku kata kokok dengan tiga poin (RUSFIDRA, 2004), misalnya:

1. Balenggek tiga: jumlah suku kata enam dikurang tiga.

2. Balenggek tujuh: suku kata 10 dikurang tiga.

RUSFIDRA (2004; 2006a) mengelompokkan suku kata kokok AKB menjadi tiga bagian, yaitu kokok depan, kokok tengah dan kokok belakang. Kokok depan dimulai dari suku kata pertama, kokok tengah terdiri dari suku kata kokok kedua dan ketiga, dan kokok belakang dihitung dari suku kata keempat sampai suku kata terakhir. Kokok bagian belakang disebut lenggek kokok. Penampilan AKB dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. AKB Jalak

(4)

Karakteristik suara kokok

Pola suara kokok

Berdasarkan analisis waveform suara kokok dengan menggunakan program Sound forge XP 4.5 dapat dilihat bahwa satu sekuens suara kokok terdiri atas tiga elemen (Gambar 3) yaitu:

1. Kokok depan; terdiri atas suku kata kokok pertama;

2. Kokok tengah; terdiri atas suku kata kokok kedua dan ketiga; dan

3. kokok belakang; mulai dari suku kata kokok keempat dan seterusnya. Kokok bagian belakang disebut lenggek kokok.

Jumlah suku kata kokok (JSK)

Suku kata kokok adalah suara kokok yang mengelompok dalam sebuah kelompok suara yang rapat dan antara suku kata terdapat fragmentasi yang jelas. JSK AKB berkisar dari enam sampai 12 suku kata, dengan rataan 8,07 suku kata. JSK sangat penting dalam pelaksanaan kontes dan penentuan harga jual AKB. Semakin banyak JSK, maka semakin tinggi harga jual AKB.

Jumlah lenggek kokok (JLK)

JLK dihitung dengan mengurangi total suku kata kokok dengan tiga poin (RUSFIDRA,

2004). JLK AKB berkisar dari 3 – 9 lenggek dengan rataan 5,07. Perbedaan JLK antar AKB diduga sebagai bentuk variasi individu. Menurut WOOTON (2003), terdapat variasi

song antar individu, antar individu dalam spesies dan antar spesies burung penyanyi. JLK sangat penting diketahui dalam pelaksanaan kontes dan penentuan harga jual AKB. Semakin banyak JLK, maka semakin tinggi harga jual AKB dan semakin besar peluang memenangkan kontes suara kokok.

Durasi berkokok

Rataan durasi kokok AKB adalah 3,018 detik, dengan kisaran 2,088-4,431 detik, tidak jauh berbeda dengan durasi kokok ayam domestik 2 – 3 detik (SIEGEL dan DUNNINGTON, 1990). Durasi kokok AKB lebih pendek dari kokok ayam pelung, ayam

toutenko, toumaru dan koeyoshi. Ayam pelung umur 11 bulan memiliki durasi kokok 3,0-8,9 detik (JATMIKO, 2001). Ayam toutenkou, toumaru, dan koeyoshi di Jepang memiliki durasi kokok 15 detik (TSUDZUKI, 2003). Durasi kokok AKB dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi pejantan AKB dalam untuk pengembangan tipe ayam penyanyi. RUSFIDRA (2004) menyatakan bahwa durasi dan frekuensi berkokok dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi ayam jantan berkokok merdu.

1 2 3 4 5 6 kokok depan kokok tengah kokok belakang (lenggek)

(5)

Waktu berkokok

Durasi berkokok lebih lama terjadi pagi hari (pukul 06.00 – 08.00 WIB) dengan rataan 3,096 detik, diikuti sore hari (pukul 15.00 – 17.00 WIB), dan siang hari (pukul 11.00 – 13.00 WIB) dengan durasi kokok masing-masing 3,075 dan 2,883 detik. Puncak aktivitas berkokok terjadi pada pagi hari. Hal ini sejalan dengan pernyataan LUNDBERG dan ALATALLO (1992), bahwa puncak aktivitas song pada bangsa burung terjadi pagi hari dan cenderung menurun pada sore dan siang hari.

Frekuensi berkokok

Frekuensi berkokok penting diketahui karena sifat ini termasuk salah satu unsur yang dinilai pada kontes AKB. Rataan frekuensi berkokok AKB adalah 8,08 kali/10 menit. Aktivitas puncak berkokok AKB terjadi pada pagi hari (9,59 kali), diikuti sore hari (7,62 kali) dan siang hari (7,02 kali).

Pewarisan sifat kokok balenggek

Suara kokok pada ayam jantan termasuk tipe suara nyanyian (song). Jika diekstrapolasi berdasarkan penelitian pada burung penyanyi, maka diduga sifat kokok balenggek pada AKB termasuk sifat yang diwariskan secara kultural (culturally inherited traits). Anak-anak jantan akan mencontoh suara kokok bapaknya atau pejantan lain yang ada disekitarnya sebagai tutor. Fenomena sifat meniru ini disebut proses

imprinting.

Sifat nyanyian pada burung merupakan perilaku berlatih yang diwariskan secara kultural (MARLER dan DOUPE, 2000). Studi pada burung Finch Darwin yang dilaporkan Grant dan Grant (1997) menunjukkan bahwa sifat nyanyian diwariskan secara kultural melalui proses imprinting. Menurut CARDOSO dan SABBATINI (2004), sifat imprinting

merupakan interaksi antara naluri dan pengalaman berlatih (song learning). GRANT dan GRANT (1997) menyimpulkan bahwa sifat nyanyian tidak diwariskan secara genetik, namun ditentukan oleh proses berlatih pada umur muda. Menurut SOLISet al. (2000), song learning terjadi dalam dua tahap, yaitu sensory phase dan sensorimotorphase. Selama sensory

phase, burung muda mendengar dan merekam suara nyanyian dari sang tutor, biasanya suara bapaknya. Pada burung Finch Darwin fase ini terjadi sebelum umur 60 hari. Fase sensorimotor dimulai setelah umur 60 hari dimana burung mulai belajar bernyanyi dan berlatih terus menerus sampai menjadi burung penyanyi yang baik.

Analisis suara kokok AKB

Analisis suara kokok dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak sound forge XP 4.5 diharapkan dapat membantu proses penjurian pada kontes AKB. Dengan melakukan analisis suara kokok dan memvisualisasikannya, maka proses penjurian dapat dilakukan secara objektif, transparan, terukur dan dapat diulang. Visualisasi suara kokok ditampilkan dalam bentuk waveform.

Pola Waveform Suara Kokok. Waveform merupakan visualisasi suara kokok dalam bentuk grafik. Sumbu X adalah dimensi waktu (detik) dan sumbu Y adalah dimensi frekuensi (kHz). Waveform berguna untuk menggambarkan pola kokok (ANDERSONet al. 2000). Visualisasi wave form AKB disajikan pada Gambar 3.

Suara kokok AKB terdiri atas enam suku kata, terdiri atas kokok depan, kokok tengah dan kokok ujung (lenggek). Suara depan terdiri atas suku kata pertama, suara tengah terdiri atas suku kata kedua dan ketiga, dan suara ujung terdiri atas suku kata keempat sampai suku kata terakhir. Visualisasi waveform dapat digunakan untuk menghitung jumlah suku kata dan jumlah lenggek kokok. Oleh karena itu,

waveform dapat dijadikan sebagai indikator bagi dewan juri dalam penentuan AKB pemenang kontes secara lebih akurat, objektif dan terukur.

Berdasarkan waveform suara kokok diketahui bahwa pola kokok AKB berbeda dengan pola kokok ayam pelung, bekisar, dan ayam kampung (RUSFIDRA, 2004). Ayam pelung memiliki tiga suku kata kokok dan memiliki nada yang panjang. Tidak terdapat interval yang jelas diantara suku kokok, namun terjadi perubahan volume suara diantara suara awal dengan suara tengah dan diantara suara tengah dengah suara akhir. Menurut JATMIKO (2001), suara kokok ayam pelung terdiri atas suara depan, suara tengah dan suara akhir.

(6)

Ayam bekisar memiliki dua suku kata kokok, yaitu suara depan dan suara belakang (TARIGAN dan HERMANTO, 1991; KEMARI, 2003, RUSFIDRA, 2004). Ayam bekisar dianggap baik bila suara depan memiliki nada rendah, besar, tebal, panjang dan bersih, sedangkan suara belakang memiliki nada tinggi, tebal, panjang, lurus dan bersih.

KESIMPULAN

1. AKB memiliki jumlah lenggek kokok 5,07 yang terbagi ke dalam tiga segmen: suara kokok depan (suku kata kokok pertama), suara kokok tengah (suku kata kokok kedua dan ketiga) dan suara kokok ujung (disebut lenggek kokok) (suku kata kokok keempat dan seterusnya).

2. Visualisasi wave form suara kokok dapat digunakan untuk menghitung jumlah suku kata, jumlah lenggek kokok, sebagai alat bantu dewan juri dalam menentukan AKB pemenang kontes dan sebagai kriteria seleksi pejantan AKB unggul (jumlah lenggek kokok banyak).

DAFTAR PUSTAKA

ABBAS,M.H.,A.ARIFIN,S.ANWAR,A.AGUSTAR, Y.HERYANDI dan ZEDRIL. 1997. Studi ayam kokok balenggek di Kecamatan Payung Sakaki, Kabupaten Solok: Potensi wilayah dan genetika. Laporan Penelitian. Padang: Pusat Pengkajian Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Andalas – Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. ANDERSON, C., J. WONG and A. LATHOP. 2000.

Acoustical analysis of the advertisement calls of five Vietnamese anurans. Tropical Biodiversity. 7(1): 61 – 71.

BIBBY,C.,M.JONES and S.MARSDEN.2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung. Bogor: Birdlife International–Indonesia Program.

CARDOSO, S.H. and R.M.E. SABBATINI. 2004. Learning who is your mother, the behavior of imprinting. http://www.epub.ogr.br.cm/n14/ experimento/lorentz/index-lorentx.html. (2 Juni 2004).

FUMIHITO,A. et al. 1996. Monophyletic origin and unique dispersal patterns of domestic fowl. Proc. Natl. Acad. Sci, USA. 93: 6792 – 6795. Evolution.

GOLLER, F. and O.N. LARSEN. 1997. A new mechanism of sound generation in song birds.

Proc. Natl. Acad. Sci. 94: 14787 – 14791. GRANT,P.R. and B.R.GRANT. 1997. Genetics and

the origin of bird species. Proc. Natl. Acad. Sci. 94: 7768 – 7775.

JATMIKO. 2001. Studi fenotipe ayam pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. KEMARI (KELUARGA PENGGEMAR BEKISAR

INDONESIA). 2003. Dasar-dasar penilaian suara ayam Bekisar. Artikel tidak dipublikasikan. Jakarta: Taman Bekisar TMII.

LUNBERG,A. and R.V.ALATALO. 1992. The Pied Flycatcher. T&AD Poyser.

MACKINNON, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. MARLER,P. and A.J.DOUPE. 2000. Singing in the

brain. Proc. Natl. Acad. Sci. 97(7): 2965 – 2967.

RUSFIDRA. 2007a. Paradigma Baru Pembangunan Peternakan; Membangun Peternakan Bertumpu pada Ternak Lokal. Bogor: Cendekia Publishing House.

RUSFIDRA. 2007b. Kajian bioakustik pada ayam kokok balenggek dan ayam pelung. Prosiding Semirata BKS PTN-Barat. Pakanbaru: Faperta UNRI 23 – 26 Juli 2007.

RUSFIDRA.2006a. Studi bioakustik pada ayam kokok balenggek dan burung perkutut. Prosiding Seminar Nasional Biologi. FMIPA Universitas Negeri Semarang. Semarang, 26 Agustus 2006. RUSFIDRA. 2006b. Pengembangan riset bioakustik di Indonesia: studi pada ayam kokok balenggek, pelung dan bekisar. Pros. Seminar Nasional Pendidikan, Penelitian dan Penerapan MIPA. Yogyakarta, 1 Agustus 2006. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dan CPIU Dikti Depdiknas.

RUSFIDRA. 2006c. Ayam kokok balenggek; ayam penyanyi dari Ranah Minang. Artikel iptek pada situs http://www.sumbarprov.go.id. (20 Januari 2006).

RUSFIDRA. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam kokok balenggek di Sumatera Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

SIEGEL, P.B. and E.A. DUNNINGTON. 1990. Behavioral Genetic. In: Poultry Breeding and Genetics. CRAWFORD,R.D. (Ed.). Amsterdam, The Nederlands: Elsevier Sciences Publishers BV. pp. 877 – 895.

(7)

SOLIS, M.M., M.S.BRAINARD, N.A.HESSLER and A.J. DOUPE. 2000. Song selectivity and sensorimotor signal in vocal learning and production. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 97(22): 11836 – 11842.

TARIGAN, N. dan S. HERMANTO. 1991. Bekisar Pemeliharaan dan Pengembangannya secara Modern. Kanisius, Yogyakarta.

TSUDZUKI,M. 2003. Japanese Native Chickens. In: Chang, H. L., and Y. C. Huang. 2003. The Relationship between Indigenous Animals and Humans in APEC Region. Chinese Taipei:

The Chinese Society Anim. Sci. pp. 91 – 116. WOOTON, S. 2003. Bird songs vary by species.

Nature’s J. March 4, 2003.

DISKUSI Pertanyaan:

1. Apakah suara bisa menjadi penanda misal waktu dan berahi dibedakan. 2. Apa ada irama kokoknya?

Jawaban:

1. Ada dan bisa dijadikan penanda. 2. Ada, ayam ada di Solok.

Gambar

Gambar 2. AKB Biring Merah
Gambar 3. Pola waveform suara kokok AKB

Referensi

Dokumen terkait

Kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam peningkatan keselamatan pasien. Prinsip komunikasi terbuka antar tenaga kesehatan dalam praktik professional. Adanya mekanisme monitor

Tantangan dan kebijakan tersebut, tidak hanya menjadi tantangan bagi peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri dalam belajar, tapi juga menjadi tantangan

(X) Kantor Pelayanan Perizinan wajib menyediakan dan menyebarkan informasi berkaitan dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelurusan posisi

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dibahas dalam penulisan laporan ini, yaitu “Bagaimana membuat aplikasi pengolahan data konstruksi yang dapat

Sementara serin pada 500 mg/l merupakan konsentrasi yang paling potensial dalam induksi kalus dengan 55% potensi tumbuh anter, 24% anter beregenerasi, dan 1,4 anter per

pembiayaan Islam, pembiayaan pensiun yang diterapkan oleh Bank Syari‟ah Mandiri KC Bandar Lampung dapat dikatakan telah memenuhi prinsip pembiayaan Islam, sebab transaksi

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan dengan benar dan tepat serta untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan dalam penelitian

Reason for change:  To clarify the parts that deal with output coverage encodings and to allow single binary files as an option to the list of GetCoverage response encoding. One