• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahnn 2006 dan Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974) -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahnn 2006 dan Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974) -"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI

PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA

(Analisis Normatif Pasel

6

Undang-Undang No.12 tahnn

2 0 0 6

dan

Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan

Untuk Menempuh UJian

Sarjana Hukum

RAHMADAN RIZKISAPUTRA

50 2011 259

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM '

2015

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM

PERSETUDJAN DAN PENGESAHAN

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR

BAGI reNGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN

GANDA (Analisis Nonnatif Pasal 6 Undang-Undang

No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I

lahun 1974)

] lama : RAHMADAN RIZKI SAPUTRA

NIM/NIRM :50 201i259

Program Studi ; llmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Perdata

PEMBIMBTNG:

ZULFIKRINAWAWI, SH., MH

(3)

MOTO:

'Yakinlah dirimu lebih dari yang kau bayangkan, karena

tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih"

(Rakmudan Rizki Saputra)

KUPERSEMBAHKAN KEPADA:

> KEDUA ORANG T U A K U TERCIMTA

> SAUDARA-SAUDARAKU TERS^^ Y A N G

> KEPONAKAN-KEPONAKAN K U TERSAYANG

> SESEORANG YANG K E L A K AKAN MENJADI

MAKMUMKU

\ > TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANKU

> ALMAMATERKU

(4)

Judul Skripsi : A K I B A T HUKUM P E R K A W I N A N DIBAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS P E R K A W I N A N GANDA (AnalSsis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No.l tahun

1974.

Penulis, Pembimbing,

Rahmadan Rizki Saputra Zulfikri Nawawi, S H . , M H A B S T R A K

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimanan akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganul asas kewarganegaraan ganda ?

2. Bagaimana Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur ?

Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui akibat hukum perkawinan dibawah umur bagi penganul asas perkawinan ganda ( Analisis Normatif Pasal 6 Undang-undang No 12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-undang N o 1 tahun 1974), maka jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat dcskriktif (menggambarkan), oleh kamanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.

Teknik pengumpulan data dititik bcratkan kepada penelitian kepustakaan dengan cara mengkaji bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tcrsier.

Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencrapkan analisis isi (Content Analisys) untuk selanjutnya dikontruksikan kedalam suatu kesimpulan.

Berdasarkan penclusuran lebih Jauh, terutama yang bersangkut paut dengan permasalahan, dapal di simpulkan sebagai berikut:

1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas kewarganegaraan ganda adalah :

(5)

Pertama, diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan. Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun 2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda j i k a sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraanya.

Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47 dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan, dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18 tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).

Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan ketentuan pasal 6, apabila anak yang berkewarganegaraan ganda telah mclangsungkan perkawinan maka secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang disandangnya.

Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebut melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda dicabut.

2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur :

a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda

(6)

K A T A P E N G A N T A R

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan leriring serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun judul skripsi ini " A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N D I B A W A H U M U R B A G I PENGANUT ASAS K E W A R G A N E G A R A A N G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No. 12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)'\ Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma sebagaimana mestinya penulisan ilmiah lainnya. Namun penuulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, meskipun dengan keterbatasan kemampuan serta bahan yang tersedia. Olch karena itu kritik dan saran yang bersifat mcmbangun dcmi kcsempumaan skripsi ini akan diterima.

Kemudian dengan rasa tulus dan ikhlas penuHs menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H . M.ldris.,SE,.M.si., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Ibu Dr.Hj. Sri Suatmiati.,SH.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, \l I I I , dan I V Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah.

4. Bapak Zulfikri Nawawi, SH.,MH, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberi pengarahan dan bimbingan.

5. Bapak M . Soleh Idrus, SH.,MS, Selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama kuliah.

(7)

6. Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, Selaku Ketua Bagian hukum keperdataan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

7. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

8. Kedua orang tuaku lercinta (ayahanda Sartono.ibunda Sudartini) Ketiga ayundaku( Nove Sadriah,S.Kep, Ners, Diana Paristhy Sari,S. P A U D , Rami Purwasih,S.Pd ) adikku (Aisyah Nurlaily) dan kelima ponakan ku tersayang (Daniel, Zibran, Kenzie, Alvaro, Keisha). Yang telah memberikan dukungan moril dan materil, yang senantiasa mendoakanku, dan memotivasi dan mengharapkan kesuksesanku Terimakasih atas kasih sayang yang kalian curahkan kepadaku selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Palembang sampai dengan selesainya skripsi i n i . 9. Almamater ku dan teman satu Angkatan 2011 yang selalu memberi

semangat.

lO.Sahabat-sahabat seperjuanganku (Amir, Asta. Dafi, Mesa, Ika Bela, Sari. Imey). Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka yang selalu memberi semangat dalam berjuang demi cita-citaku. 1 l.Posko KKN-209 Desa Srijabo Baru Kec. Sungai Pinang, Kab. Ogan

Ilir (Bpk/lbu Kades,Ibu Tona, Ibu Ida, Agung, Dede, Adrian, Roy, Nanang, Seprina, Melly, Ejak, Nesti, Indri)

Semoga semua bantuan, dukungan dan amal baik yang telah diberikan mendapal imbalan sebagaimana mestinya dari Allah SWT. Dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun yang membacanya.

Palembang, 10 Agustus 2015 Penulis

Rahmadan Rizki Saputra

(8)

D A F T A R ISI

H A L A M A N JUDUL i

H A L A M A N P E R S E T U J U A N ii

H A L A M A N M O T T O DAN P E R S E M B A H A N iii

A B S T R A K . iv

K A T A PENGANTAR. vi

D A F T A R ISI viu B A B I P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang 1 B. Permasalahan 6 C. Ruang Lingkup dan Tujuan ,..7

D. Metode Penelitian ,.7 E. Sistematika Penulisan 8 B A B I I T I N J A U A N P U S T A K A

A. Pengertian Perkawinan 11 1. Menurut Hukum Islam 11 2. Menurut Undang - undang Perkawinan No.l tahun

1974 15 3. Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata

(BW) 16 B. Syarat dan Rukun Perkawinan 17

1. Syarat sahnya Perkawinan 17

2. Rukun Nikah 21 C. Tujuan Perkawinan 22 D. Perkawinan Campuran 27

a. Sejarah Pengaturan Perkawinan Campuran 27

(9)

b. Pengaturan dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan 29 c. Pengaturan Mengenai Anak dalam Perkawinan

Campuran 30 E. Perkawinan di Bawah Umur 35

1. Batasan Usia Menurut Hukum Islam 36 2. Batasan Usia Menurut Undang - undang No.l Tahun 1974 37

3. Batasan Umur Ideal Menurut Gander 39

BAB HI PEMBAHASAN

A. Akibat Hukum Perkawinan di Bawah Umur bagi Penganut Asas

Kewarganegaraan Ganda 41 1. Konsep Anak Berkewarganegaraan Ganda (terbatas) 41

2. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang Melakukan Perkawinan

di Bawah Umur 45 B. Upaya Anak Berkewarganegaraan Ganda agar dapat Melangsungkan

Perkawinan di Bawah Umur 51 1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda 51

2. Mengajukan Dispensasi unluk Melangsungkan Perkawinan

di Bawah Umur 54

B A B I V PENUTUP

A. Kesimpulan 57 B. Saran 58

D A F T A R PUSTAKA

L A M P I R A N

(10)

B A B I

Pendahuluan A . Lalar Belakang

Perkawinan merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia. dalam setiap ajaran agama tujuannya bukan saja untuk menyalurkan

insting seksual manusia dan meletakkanny a pada jalan yang benar. tetapi berfungsi juga sebagai sarana reproduksi manusia untuk mcngagungkan daumenaati perintah Tuhan sesuai dengan tugas manusia.

Dalam hal perkaw inan sescorang tlapai memilih \ ang terbaik bagi kehidupannya kelak, tidak jarang sescorang melakukan perkawinan dengan orang lain yang berbeda suku. agama. dan bangsa yang dengan kata lain sering discbul perkawinan campuran tetapi tujuan yang lerpenting adalah membenluk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

i*crkawinan campuran sudah banyak dilakukan oleh warga negara Indonesia di berbagai daerah seiring dengan perkcmbangan pemikiran masyarakat. Jika pada masa kolonial dan tcodal perkawinan campuran terjadi karena kchidupan bcrmasyarakat dan kondisi sosial pada waktu itu, yang sering terjadi anlara lain perkawinan antara pejabat Belanda dengan kerabat dari pejabai Bumi I'ulcra.

(11)

2

D i samping itu lidak jarang terjadi perkawinan antara orang-orang Belanda yang tertarik dengan perempuan pribumi dari golongan rakyat biasa, demikian halnya dengan anak keturunan mereka. Masuknya pedagang dari Arab dan Tiongkok juga menjadi salah satu pendorong berkembangnya interaksi antar masyarakat yang berbeda bangsa dan lunduk pada hukum yang berlainan ini unluk melangsungkan perkawinan campuran di lanah air.

Globalisasi informasi, ekonomi, pendidikan. dan transportasi adalah salah salu faklor pendorong lerjadinva perkawinan campuran. Mcnurut survey yang dilakukan oleh Mixed Couple Club, jaiur perkenalan yang membawa pasangan berbeda kewarganegaraan menikah antara lain adalah perkenalan melalui internet, kemudian

bekas teman kerja/bisnis, berkenalan saat berlibur, bekas teman sckolah/kuliah. dan sahahat pena.'* Perkawinan campuran juga terjadi pada tenaga kerja Indonesia dengan tcnaga kerja dari negara lain. Dengan banyak icrjadinya perkawinan campuran di Indonesia sudah scharusnya perlindungan hukum dalam perkawinan campuran ini diakomodasi dengan baik dalam perundang-undangan di Indonesia.

Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefjnisikan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

^'pan Mohuinmad Paiz, Status hukum anak hasil perkawinan campuran.

(12)

3

Perkawinan pasal 57, yang dimaksud dengan perkawinan campuran daJam undang-undang ini ialah ^'Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan

Indonesia", sedangkan dalam Staalblad 1898 No. 158 lentang peraturan perkawinan campuran sendiri perkawinan campuran diartikan sebagai

Perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukum-hukum yang berlainan. ^' dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pada perkawinan campuran, meskipun pada dasarnya sama

iiUiksud ya.ip tcrkandung dalam kedua peraturan tadi. akan tetapi Undang-undang perkawinan lebih detail lag! mcniel;Kkan mengenai siana-siapa saja yang lunduk pada hukum yang berlainan guna pelaksanaan perkawinan campurari.

Selama hampir setengah abad pengaturan kewarganegaraan dalam perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dengan warga negara asing, mcngacu pada Undang-undang Nomor 62 Tahun

1958 tciUang kewarganegaraan. Seiring herjalannya waktu Undang-undang ini dinilai lidak sanggup lagi mcngakomodasi kepcntingan para

pihak dalam perkawinan campuran, terutama perlindungan untuk istri dan anak.

^' Sudarsono. Hukum Perkawinan Nasionai. (.lakarla: I'T Asdi MahasaWa. 2005). hlm.200.

(13)

Barulah pada 11 Juli 2006, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan Undang- undang kewarganegaraan yang baru. I.ahimya undang-undang ini disambut gembira oleh warga Indonesia yang menikah dengan warga negara asing. walaupun pro dan kontra masih saja timbul. namun secara garis bcsar undang-undang baru >ang memperbolehkan dwi kewarganegaraan (lerbalas) ini sudah memberikan penccrahan baru dalam Miciig-ii.i.d j>cr,soalan-pcrsoa!an yang lahir dari perkawinan campuran.

Pcrsoalan yang rentan dan sering iimbul dalam perkawinan campuran adalah masalah kewarganegaraan anak. Undang-undang kcvvii.igaiK;gai"aaii yang lama mcnganiit prtnsip kewarganegaraan lunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya bisa memiliki salu kewarganegaraan, yang dalam Undang-undang ;c!,sUHii d:lv:.pukan bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini mcnimbulkan pcrsoalan apabila di kemudian hari perkawinan orang tua pecah, tenlu ibu akan kesuHtan mcndapat pengasuhan anaknya yang warga negara asing.

(14)

5

disebulkan bahwa: mengenai status anak hasil dari perkawinan sebagaimana dimaksud didalam pasal 4 huruf c, d, f, m (anak hasil

perkawinan antara WNI dengan WNA) dan pasal 5 berakibal

berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin

anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraannya.

Dalam hal mclangsungkan perkawinan dimungkinkan timbul suatu masalah terlebih bagi anak yang menyandang status kewarganegaraan ganda Apabila anak lersehut hendak melangsungkan pciTiikaljan di l.mwali urnut', sedangkan mcnurutbatasan umur pada

Undang-undang Perkawinan pasal 7 aval (1) hanya mengizinkan jika pihak laki-laki sudah mencapai umur 19 {sembilan belas) lahun dan pihak jicicuijiLi.in sudali mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Meskipun terdapat dispensasi pada ayat selanjutnya tclapi nantinya akan timbul permasalahan j i k a anak yang berkewarganegaraan ganda tersebui melangsungkan perkawinan.

(15)

6

Sebagai eonloli adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum Indonesia, terdapat syarat material dan formal yang perlu dipenuhi. Ketika seorang anak yang belum berusia 18 lahun hendak menikah maka harus mcmeiiuhi kedua syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti hukum Indonesia sedangkan syarat formal mengiknii hukum tempat perkawinan dilangsungkan. Namun berdasarkan hukum dari negara pemberi kewarganegaraan yang lain, hai tersebut diizinkan, lalu ketentuan mana yang harus dlikutinya

Dengan lahirnya Undang-undang Kewarganegaraan yang baru yakni Undang- undang Nomor 12 Tahun 2006. sangat menarik untuk dikaji bagaimana pengaruii lahirnya Untlang-undang ini lerhadap status hukum anak dari perkawinan campuran yang mclangsungkan pcrkauinan tli bawah umur.

B. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan adalah :

!. Apa akibat hukum yang timbul pada perkawinan di bawah umur yang dilakukan anak berkewarganegaraan ganda? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan anak berkewarganegaraan

(16)

C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan, mengkaji, dan mcnganalisis akibat hukum yang limbul pada anak hcrkewarganegaraan ganda dalam melangsungkan pernikahan di bawah umur. scrla pcngaruhnya dengan status dan kedudukan hukum sebagai warga Negara dan unluk mendiskripsikan upaya-upaya yang dilakukan olch aiiak bci kcvvat pancgaraan ganda dalam melakukan perkawinan di bawah umur berdasarkan perturan hukum yang ada. dengan memperhalikan ketentuan pasal 6 Undang-undang Nomor 12 Tahun 200b dan pasal / Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar scrla rujukan berkaitau dengan kclculuan formal dan material dalam melangsungkan perkawinan.

D. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Normatif. Dengan demikian sumber bahan hukum penelitian ini mcncakup:

1. Bahan hukum Primer, yailu bahan hukum yang mengikat. Dalam hal ini bahan hukum yang dimaksud adalah kitab

(17)

8

lentang Kewarganegaraan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

2. Bahan hukum Sckundcr, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum ilu lerdiri dari Literatur yang berkailan dengan landasan hukum operasional hukum Perkawinan lerutama mengenai perkawinan di baucili niiiur, kewarganegaraan ganda pada anak hasil perkawinan campuran, kemudian rancangan Undang-undang. buku icks (teks books) yang ditulis para ahli hukum {de herseende '.;.;•), juii.ial iiukum. jjeudapat para pakar hukum. Disamping ilu juga didukuiig oleh berbagai laporan penelitian. artikel, dan data-data penunjang dari internet.

3. Bahari hukum 1 ersier, yaitu bahan hukum yang membenkan pctunjuk maupun penjelasan tcrhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam hal ini bahan hukum yang dimaksud terdiri dari kanius hukum. kamus bahasa. cnsiklopedia. dan Iain-lain.

E. Sistematika Penulisan

(18)

9

telah dilakukan sehingga mempennudah dalam memahami isi dari penelitian ini. Dengan adanya pcmbahasan yang sistematis, sualu penelitian akan lebih jeias arah tujuan penelilian tersebut. Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi i n i , sistematika dalam penelitian penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut:

B A B 1 Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah. batasan masalah, rumusan m asal ah, tujuan penel i ti an. maniaal penclilian, dan lekhnik penelitian serta sistematika pcmbahasan scputar masalah ini.

B A B n Kajian Tcori, Pada hah ini akan diuraikan tentang teori-teori yang melandasi penelitian dan pcmbahasan yang herkaitan dengan akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganul kewarganegaraan ganda. Serta beberapa pendapat dari berbagai literatur. dan hasil penelitian scbelumnya sebagai landasanleori pcmbahasaii pada bab berikutnya.

(19)

10

ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur.

(20)

B A B H

T I N J A U A N P U S T A K A

A. Pengertian perkawinan. 1. Menurut Hukum Islam

Pada prinsipnya. pernikahan adalah akad untuk mcnghalalkan hubungan serta membalasi hak dan kewajiban, lolong - menolong antara laki - laki dan perempuan dimana antara keduanya bukan muhrim.

Istilah Perkawinan bera.sal dari kata "nikah" yang artinya mengumpulkan, saling memasukan. dan digunakan untuk arti bersetubuh

(wathi). Sedangkan dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata "kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

Dewasa ini kcrap kali dibedakan antara "nikah" dan "kawin". Akan tetapi pada prinsipnya antara "pernikahan" dan "perkawinan" adalah sama. hanya berbeda dalam menarik akat kita saja. Apabila dilinjau dari segi hukum nampak jeias bahwa pernikahan adalah akad sue) dan luhur antara laki - laki dan perempuan bukan muhrim yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami istri dan dihaluikanya hubungn seksual dengan tujuan

(21)

12

mancapai keluarga sakinah. penuh kasih sayang, kebijakan dan saling

menyantuni."^*

Dalam referensi lain, Secara Etimologi pernikahan berarti:

j^ i j i.^Yang artinya berscnggama dan bercampur. Nikah mempunyai dua arti yakni arti kiasan dan arti sebenarnya. Menurut arti sebenamya nikah adalah "dham" yang berarti "menghiinpit'V'menindih", atau "berkumpul". Sedangkan arti kiasan nikah adalah "waihaa", yang artinya bersetubuh."**

Secara Tenninologi pernikahan itu hakekatnya adalah "aqad'" antara calon suami istri untuk memperbolehkan keduanya bergaul sebagai suami istri.^' Hal ini senada dengan imam safi'i yang mengartikan nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolchan Wathaa dengan laladz nikah atau Tazwij atau dengan lafadz yang semakan dengan keduanya.

Kompilasi Hukum Islam juga memberikan definisi yang hampir sama. Dalam bab I I dasar - dasar pernikahan. Pasal 2 disebutkan bahwa:

"Perkawinana menurut hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau Miitsaaqan Ghaiishan untuk mentaati perintah Allah dan melakukannya merupakan amal ihadah. "^^

^'Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam , i'dkarla: Rineka Cipta, him 188. Kamal Mukhtar. 1993. Asas Hukum Islam lentang pernikahan . Surabaya: Bulan Bintang, h i m . l .

(22)

Dari pengertian diatas dapat dlpahami bahwa pernikahan adalah akad yang suci dan kuat Miitsaaqan Ghaliizhan antara laki ~ laki dan perempuan untuk memperbolehkan melakukan hubungan biologis serla untuk mentaati perintah Allah dan melakukanya merupakan bagian dari amal ibadah kepada-nya.

Pengertian tersebui mengisyaratkan adanya akad. karena akad merupakan proses yang sangat fundamental yang tidak boleh ditiadakan dalam satu pernikahan. Jika suatu pernikahan tanpa diketahui oleh suatu akad maka pernikahan tersebut tidak sah dan balal. Akad sendiri adalah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya dan disaksikan oleh dua orang saksi.

Apabila seorang laki - laki dan perempuan melakukan hubungan seksual tanpa adanya akad nikah, maka tidak ubahanya seperti kchidupan liar binatang. Dan apabila itu terjadi dalam kchidupan manusia maka sesungguhnya manusia memposisikan dirinya sama seperti binatang. padahal Allah menciplakan dalam model yang sebaik - baiknya dan paling mulia diantara para mahluk-Nya yang lain.

Keberlangsungan hidup manusia di dunia ini memerlukan sebuah keseimbangan. dan keseimbangan ilu bisa terlaksana j i k a manusia dapal memerankan fungsinya dalam menjaga sesuatu yang mendasar dalam

(23)

kehidupanya. Termasuk menjaga tujuan - tujuan hukum Islam yang kemudian di sebut Maqasid A T - syari'ah. Imam Al-Syatibi menyimpulkan bahwa tujuan hukum Islam atau Maqasid Al-syari'ah di dunia ada lima hal yaitu sebagai berikut:^'

1. Memelihara agama {Hifdz Al-Din), yang dimaksud adalah hubungan manusia dengan Allah seperti shalat, zakat, puasa, haji. dan syahadat.

2. Memelihara diri {Hifdz Al-Nofs), yaitu larangan menghina orang lain, larangan bunuh diri dan sebagainya.

3. Memelihara keturunan dan kehormatan, seperti aturan - aturan pernikahan, larangn berzina dan Iain-lain.

4. Memelihara harta yakni larangan mencuri, mengghasab barang orang lain.

5. Memelihara akal didalamnya terdapat kewajiban menuntut ilmu dan sebagainya.

Salah satu dari kelima hal tersebut diatas dalam kaitanya dengan pernikahan adalah memelihara keturunan dan kehormatan. Dalam kerangka inilah sesungguhnya manusia dianjurkan untuk melakukan sebuah pernikahan dengan lawan jenisnya, agar eksistensinya kchidupan manusia di dunia ini bisa tents berlanjut. Pernikahan sebagai salah satu institusi

(24)

15

agama sudah barang lentu memiliki seperangkat aturan yang harus

dipenuhi.

Namun demikian, agar pernikahan yang akan dilaksanakan diharapkan nantinya menjadi pernikahan yang sakinah. mawaddah dan rahmah bisa tercapai, maka hal - hal yang mendukung harus dipersiapkan juga. Mengingat betapa besamya tanggung jawab, baik suami maupun istri

perlu memiliki kesiapan matang, baik psikis maupun fisik.

Hal ini karena pekerjaan berat ini tidak mungkin terlaksana dengan persiapan yang asal - asalan dan kondisi fisik maupun psikis yang buruk. Diperlukan kesiapan fisik dalam menempuh kchidupan rumah tangga. scbab rumah tangga bukanlah suatu permainan yang santai. Rumah tangga merupakan sualu perjuangan yang berat. bahkan kadangkala sangal keras. dan tentu memerlukan ketahanan fisik yang prima.

Bagi wanita misalnya. rutinitas kerja dalam rumah tangga memerlukan tenaga yang sangat besar. dari menguriis diri. rumah. mengurus dan melayani kebutuhan suami lahir maupun baiin. Belum lagi kalau dikaruniai Tuhan keturunan. hal ini akan menamhah beban istri. Semua ini memtTlukan ketahanan fisik yang prima.**'

2. Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974 Menurut Undang -undang N o . l tahun 1974 pasal 1:

(25)

16

"Perkawinan ialah ikalan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. "

Pengertian perkawinan seperti yang tercantum diatas bila diperinci yaitu: 1. Perkawinan ialah ikatan iahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri;

2. Ikatan lahir batin ilu ditunjukan untuk membentuk keluarga ( rumah tangga) yang bahagia kekal sejahtera.

3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada Ketuhanan yang Maha Esa.

Indonesia sebagai Negara berdasarkan Pancasila, yang sila pertamanya ialah Ketuhanan yang Maha Esa, maka antara perkawinan dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungn yang sangat erat, karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga mempunyai unsur rohani yang memegang peranan sangal penting.

3. Menrut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )

(26)

17

"Undang undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan -hubungan perdatanya"^^

B. Syarat dan Rukun Perkawinan 1. Syarat sahnya Perkawinan

Dalam melaksanakan suatu perkawinan. maka sebelumya harus dipenuhi dulu syarat - syarat untuk dapat tcrwujudnya suatu perkawinan yang sah. Diantara syarat - syarat sah perkawinan itu antara lain:

a. Menurut Hukum Islam

Setelah ditetapkanya Undang - undang N o . l lahun 1974 tentang perkawinan, maka dasar ber'akunya Hukum Islam di bidang perkawinan. talak dan rujuk mengacu pada Undang - undang i n i , lerutama pada pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) yang mcnetapkan:

"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing -masing agama dan kepercayaan itu. Tiap - tiap perkawinan dicatai menurut paraturan - peraturan perundang - undangan yang berlaku "

Oleh karena itu, syarat sahnya perkawinan mcnurut Hukum Islam harus memnuhi syarat - syarat sebagai berikut:

Perkawinan tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan ~ larangan termasuk dalam ketentuan A l - Qur'an surat A l - Baqoroh ayat 221. yaitu larangan perkawinan karena perbedaan agama dengan pcngcualian dalam sural A l Maidah ayai 5. yailu khusus laki ~ laki Islam

(27)

18

boleh mengawini perempuan - perempuan ahli kitab, seperti yahudi. nasrani. Kemudian tidak bertentangan dengan larangan - larangan tersebut dalam A l - Quranul Karim surat A n ~ Nisaa ayat 22, 23 dan 24.

b. Menurut Undang - undang Perkawinan N o . l lahun 1974

Syarat sahnya perkawinan menurut Undang - undang Perkawinan N o . l tahun 1974 harus:

1) Didasarkan kepada persetujuan babas antara calon suami dan calon islri, berarti tidak ada paksaan didalam perkawina.

2) Pada asasnya perkawinan itu adalah salu istri bagi satu suami dan sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri. kecuali mendapat dispensasi oleh Pengadiian Agama dengan syarat ~ syarat yang berat untuk boleh beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri pertama. adanya kepastian dari pihak suami bahwa mampu menjamin keperluan - keperluan hidup isteri - isleri dan anak - anak serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap isleri - isteri dan anak-anak mereka.

3) Pria harus telah berumur 19 ( sembilan belas) tahun dan wanita 16 (enam belas) tahun.

(28)

Pengadiian Agama apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16

tahun.

5) Tidak termasuk larangan - larangan perkawinan 2 (dua) orang yang: a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas maupun

ke bawah.

b) Berhubungan daran dalam garis keturunan ke samping yaitu antara saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan antara seseorang dengan saudara neneknya.

c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dengan ibu/ bapak tiri.

d) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua susan dan bibi/ paman susan.

e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau kepoakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari seorang.

f) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan Iain yang berlaku dilarang kawin.

6) Seorang yang masih terkait tali perkawinan dengan orang lain, kecuali dispensasi oleh pengadiian.

(29)

masing - masing agamnya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain,

8) Seorang wanita yang perkawinanya terputus unluk kawin lagi lelah lampau tenggang waktu tunggu.

9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tat cara perkawinan yang diatur oleh Peraturan Pemerinah Nonior 9 tahun 1975 j o . Peraturan Menteri Agama No.3 tahun 1975 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk.

c. Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata ( B W )

Bahwa menurut kitab Undang - undang Hukum Perdata (Bugerlijk Wetboek). selanjutnya akan disebut K U H Perdata. ialah;

1) Bahwa Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan pedatanya saja, asas perkawinan menurut K U H Perdata. zmenghendaki adanya kala sepakat yang dinyatakan secara bebas antara kedua calon suami islri, jadi lidak boleh adanya paksaan dari salah satu pihak.

2) Bila ada paksaan maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan atau setelah dilangsungkan dapal dibaialkan kembali.

(30)

21

4) Setiap orang yang hendak melakukan perkawinan harus terlebih dahulu memberitahukan kehendak itu kepada pegawai catatan sipil ditcmpat tinggal salah salu diantara keduanya dengan syarat - syarat yang cukup kepastian dan memperlihatkan kehendak kedua calon suami isleri, izin orang tua atau wali pengawas alau keputusan Pengadiian Negeri bilamana diperluakan serta akta kelahiran calon suami isteri.

5) Bilamana perkawinan itu dalaha perkawinan yang kedua. harus dilampirkan akata perceraian alau akala kematian. salah satu diantara keduanya. Kemudian juga akata pengumuman akan melakukan perkawinan dan lain - Iain.

6) Bilamana dalam tenggang waktu salah satu bulan terhitung sejak pengumuman hendak kawin. perkawinan tersebut lidak dilangsungkan. maka perkawinan itu lidak boleh dilangsngkan kembali kecuali setelah diulangi lagi pengumuman kembali untuk kedua kalinya seperti semula.

(31)

22

2. Rukun Nikah

a) Adanya calon pengantin laki - laki dan ealon pengantin perempuan.

b) Kedua calon mempelai haruslah Islam, akil baligh ( dewasa dan berakal), sehat baik jasmani maupun rohani.

1) 1 larus ada perselujuan bebas antara kedua calon pengantin. 2J Harus ada wali nikah.

3) Harus ada 2 orang saksi, dalam hal ini Islam, dewasa, dan adil. 4) Membayar mahar (mas kawin)

5) Sebagai proses terakhir dan lanjulan dari akad nika adalah pemyataan Ijab dan Qabul. Ijab yang berarti pemyataan kehendak dari calon mcngantin wanita yang la/imnya diwakili oleh wali. Sedangkan Qabul berarti pernyataan penerima dari pihak laki - laki

IJab pihak perempuan.

C . T u j u a n Perkawinan

(32)

23

masyarakat dengan mengikuti ketentuan - ketentuan yang iciah diatur oleh

Syari'ah.

Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:

a. Mcnghalalkan hubungan keiamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan

b. Mewujudkan suatu kckeluargaan dengan dasar cinta kasih. c. Mcmperoleh keturunan yang sah."**

Oleh karen itulah pernikahan adalah satu-satunya Syariat Allah yang mengisaratkan banyak aspek didalamya. Diantara aspek-aspek tersebut adalah:

a) Aspek personal yang meliputi penyaluran kebutuhan biologis dan reproduksi generasi.

b) Aspek sosiak melalui pernikahan bisa membentuk rumah tangga yang baik sebagai fondasi masyarakat yang baik dan membuat manusia mcjadi krealif karena adanya langgung jawab yang timbul sebab ada pernikahan.

c) Asoek ritual, sebagai salah satu model ibadah kepada .A.Uah karena mengikuti Sunnah rosul.

^° ' Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.

(33)

d) Aspek moral, ada garis demarkasi yang tegas antara manusia dan hewan dalam menyalurkan libiso seksual, karena manusia harus mengikuti aturan atau norma-norma agama sedangkan hewan tidak. e) Aspek kultural, karena lebih membedakan kultur atau budaya

manusia primitive dan manusia modern, walaupun dalam primitive mungkin terdapat aturan - aturan pernikahn namun dapat dipastikan aturan-aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Hal ini menunjukan bahwa kultur kita lebih baik dari pada kultur mereka.

Setiap perbuatan hukum selalu ada tujuan dan hikmahnya. begitu juga dengan pernikahan. Banyak hikmah yang akan dicapai ketika seorang melakukan pernikahan, disamping secara hakikat adalah untuk mencapai ridha Allah SWT.

Diantara hikmah dari pernikahan tersebut adalah; 1. Untuk mengikuti sunnah Rosul

Tujuan pertama dari pernikahan adalah untuk mengikuti Sunnah Rosul, diantara hadis nabi yang menganjurkan umatnya unluk menikah adalah:

(34)

25

" Perkawinan itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang benci terhadap smmahkii, ia bukan termasuk umatku ". (HR. Bukhari)

2. Untuk mencari ketenangan hidup

Seorang manusia disaaat usianya sudah mulai dewasa dan mulai tertarik pada lawan jenis, maka ia akan selalu resah dan gelisah. Hal demikian menjadi wajar, karena pada dasarnya manusia diciptakan berpasang-pasangan untuk saling kasih mengasihi. saling menyayangi dan mencintai. Dan ternyata perasaan tersebut dapat ditemukan dalam rumah tangga yang diawali dengan proses pernikahan. Pernikahan yang pada dasarnya unluk membenluk keluarga yang sakinah. mawaddah, warahmah

bertujuan agar manusia dapat memperoleh ketenagan dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan finnan Allah dalam sural Ar-Ruum ayal 21 yang artinya:

^'Dan diantara landa-tanda kekuasaanya ialah dia menciplakan untukmii istri-istri dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderimg dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-landa bagi kaum yang berfikir". (Ar-Ruum ayal 21)

3. Untuk menyambung silaturahrni

(35)

26

semesta. Meraka semakin mejauh dari lokasi asal nenek moyang, membentuk kelompok bangsa sendiri yang secara evolutif menyebabkan perubahan, peradaban bahasa, dan wama kulit hingga akhirnya mereka lidak mengenai salu sama lainya. Datangnya Islam dengan institusi pernikahan memberi peluang, menyambung kembali tali kasih yang telah lama putus.

4. Untuk mcmperoleh keturunan

Dapat dibayangkan bagaimana sedihnya perasaan suami dan istri jika dalam pernikahnnya mereka tidak dikaruniai keturunan. Sesunguhnya salah satu dari pada tujuan pcrnikahan untuk mendapatkan keturunan. Tidak hanya pada manusia saja. naluri mcmperoleh keluruiut itu ada. hahkan pada binatang dan tumbuh-lumbuhaii pun berkembang biak adalah suatu keniscayaan. Dengan adanya keturunan maka akan ada general penerus yang akan melanjukan cita-cita para orang tua pendahulunya. Pemah seorang sahabat meminang seorang perempuan mandul, lalu ia bertanya: "wahai Rasullulah. saya lelah meminang seorang perempuan yang berbangsa dan cantik, tapi mandul." Maka Nabi Muhammad SAW mencegahnya seraya bersabda:

(36)

28

ini mulai luntur. Pada awalnya perkawinan campuran mengharuskan salah satu pihak melakukan pendidikan hukum dengan mengikuti hukum pemerintah kolonial j i k a ingin melakukan perkawinan campuran yang kemudian diikuti dengan perpindahan agama menjadi kristen."*

Dalam hal i n i terdapat ketidak sesuaian pasal 26 B W yakni undang-undang tidak memandang perkawinan dari sudut keagamaan melainkan semata -mata " in deszelf burgerlijke beferkigen". Perkawinan campuran pada masa itu dipcrbolehkan tetapi hanya sudah memenuhi syarat dengan secara suka rela tunduk pada hukum perdata liropa.

Dalam peraturan iainya S 1861 / 38 dan S 1874 / 63 sebenarnya di ilhami oleh kasus pernikahan seorang laki - laki asal Maluku dengan perempuan keturunan Belanda permasalahan yang utama adalah terkait pendudukan hukum namaun sesuai ijin dari insiansi yang bewenang pada masa itu pejabat Hindia Belanda Mr. Du Cloux Komisaris Gubernemen memberi palokan yang secara garis besar menyatakan bahwa:

1) Dalam perkawinan campuran semacam ini pihak perempuan mengikuti kedudukan suami;

2) Bahwa dalam perkawinan sedeniikion pihak Indonesia Nasrani bebas untuk memilih apakah ia hendak tunduk pada hukum perdata eropa atau tidak.

^^'Sudargo Gautama. 1996. Segi segi Ihikim Peraturan Perkawinan Catnpuran

(37)

29

b. Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Perkawinana campuran yang dibahas lebih niendalam dalam hal ini adalah perkawinan yang terjadi antara dua orang lunduk pada hukuni nasionai yang berbeda. Seperti disebutkan dalam Undang-undang

Perkawinan N o . l tahun 1974 pasal 57 yakiii: "Perkawinan anlara dua orang yang di indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. karena perbedaaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkcwarganegaraaan Indonesia."

Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan campuran yang dimaksud ialah perkawinan antara 2 orang y ang tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaaan kewarganegaraan atau salah satu pihak berkewarganegaraan asing. Dari situ dapat diketahui bahwa Undang-undang Perkawinan Indonesia tidak mengenai perkawinan campuran dalam arti perbedaan agama. yang ada ialah perkawinan campuran karena perbedaan warga negara.

Sedangkan mengenai persyaratan lelah dilciapkan oleh undang-undang dalam pasal 60 Undang-undang-undang Perkawinan anlara lain:

(38)

30

Ayat (2): Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1) telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan perkawinan campuran, maka oleh mereka yang memirul hukum yang masih berlaku bagi pihak masing-masing herwenang mencatal perkawinan. diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat Telah dipenuhi.

Ayal (3): Jika pejabat yang besangkutan menolak untuk memberikan surat keterangan itu, maka alas permintaan yang berkepantingan Pengadiian memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh dimintakan banding lagi tentang soal apakah pcnolakan pemberian surat keterangan itu beralasan apa tidak.

Ayat (4): Jika Pengadiian memutuskan bahwa pcnolakan tidak bcralasan maka keputusan i l u menjadi pengganti keterangan yang tersebui ayat (3). A y a l (5): Sural keterangan atau keputusan pengganti kelrangan tidak mempunyai kekuatan hukum lagi j i k a perkawinan ilu lidak dilangsungkan dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.

c. l^cngauiran Mengenai Anak Dalam Perkawinan Campuran 1) Mcniini! Teori Hukum Perdata Internasiona!

(39)

sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya.

Sejak dahulu dikaui bahwa soal keturunan termasuk status personal. Negara-negara common law berpegang pada prinsip Domisili (ius soli)

sedangkan Negara-ncgara civil law berpegang pada prinsip Nasionalitas

{ius sanguinis)Umumnya yang dipakai ialah hukum personal dari sang ayah sebagai kepala keluarga {paler familians) pada masalah-masalah keturunan secara sah. Sistcm kewarganegaraan dari ayah adalah yang lerbanyak diperguanakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jennan. Yunani. Italia. Swiss dan kelompok negara-negara sosialis.

Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan kecondonganya pada sistem hukum dari ayah demi kcsatuan hukum dalam keluarga, bahwa semua anak-anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke machi)

tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan pada sistem hukum ayah demi kesaluan hukum, memiliki tujuan yang baik yailu kesatuan dalam keluarga. nakmun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, laiu terjadi perpccahan dalam perkawinan tersehiit maka akan sulit bagi ibunya

(40)

32

untuk mengasuh dan membesarkan anak-anakanya yang berbeda kewarganegaraaan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur.

Dalam konsep Islam, kecondongan kepada ayah merupakan keharusan. i n i ditandai dengan adanya wali bagi pihak wanita. wali harus laki-laki/ bapak dan sederetan keluarga laki-laki dari pihak bapak yang telah diletapkan dalam Al-qur'an dan Al-hadils.

"Tidaklah sah nikah itu kecuali dengan adanya wali dan (dipersaksikan) dua orang saksi yang adil".

2) Mcnurut undang-undang Kewarganegaraan baru Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006

Undang-undang kewarganegaraan yang baru memual asas-asas kewarganegaraaan umum atau universal. Adapaun asas-asas yang dianut dalam Undang-undang ini sebagai berikut:

a) Asas ius sanguinis (law of Ihr blood) adalah asas yang menentukan kewarganegaraan sescorang berdasarkan keturunan. bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

b) Asas ius soli (Icnv of (he .soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan .sescorang berdasarkan negara tempat kelahiran. yang diberlakiikan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini. c) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan

(41)

33

d) Asas kewarganegaraan ganda lerbalas adalah asas yang menetukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).

Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak dalam undang-undang ini merupakan sualu pengecualian.

Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak. maka hilangnya kewarganegaraan ayah atau ibu (apabila anak tersebut tidak punya hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomalis menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.

Berdasarkan Undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan seorang perempuan W N I dengan laki-laki W N A . maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang perempuan W N A dengan laki-laki WNl.sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda dan setelah anak berusia 18 tahun alau sudah kawin mak ia harus menentukan pilihanya. Pernyataan untuk memilin tersebui harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) lahun setelah anak berusia 18 tahun alau setelah kawin.

(42)

34

permasalahan baru di kemudian hari atau lidak. Memiliki kewarganegaraan ganda berarti tunduk pada dua wilayah yuridiksi.

Indonesia memiliki sistcm Hukum Perdata Iniernasional peninggalan Hindia Belanda. Dalam hal status persona indonesia menganut asas konkordasi, yang anlaranya tercantum dalam Pasal 16 A . B . (mengikuti pasal 6 A B Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis). Berdasarkan pasal 16 A B tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status personal. Hal ini berarti warga negara Indonesia yang berada di luar negeri. sepanjang mengenai hal-lial yang terkait dengan status personalnya, tetapi berada dibawah lingkungan kekuasaan hukum nasionai Indonesia, sebaliknya. menurut jurisprudensi. maka orang-orang using yang berada dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan juga hukum nasionai mereka sepanjang hal tersebut masuk dalam hidang status personal mereka.'''

Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara lain perceraian. pembalalan perkawinan. perwaiian anak-anak. wewenang hukum. dun kewenangan melakukan perbuatan hukum. soal nama, soal status anak-anak yang di bawah umur.''*'

(43)

35

E . Perkawinan di Bawah Umur

Perkawinan di bawah umur yaitu sualu perkawinan yang terjadi dimana pihak mempelai atau salah satunya hehim mencapai umur yang disyaratkan olch Undang-undang yang berlaku. y aitu jika pihak pria sudali mencapai umur 19 lahun (sembilan belas) lahuu dan pihak wanita 16 (enam belas) lahun.

Dalam Islam perkawinan merupakan sesuatu y ang agung dan mulia. yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Orang yang melangsungkan perkawinan hendaklah terdiri alas orang-orang y ang dapal mcmpertauggungajuwabkan apa yang diperbualuya ilu terhadap istri alau suaminya terhadap keluarga. dan tenlunya Juga terhadap .Allah SWT.

Syarat Islam mengajarkan bahwa salah salu syarat utama kcabsahan suatu syariat adalah apabila yang bersangkutantelah aqil baliqh. olch karena itu seorang pria y ang bclum baliqh belum dapal melaksanakan qabul secara sah dalam suatu akad nikah. Perlu diketahui bahwa dalam pclaksanaan akad nikah calon mempelai pria mesli mengatakan Qabul (penerimaan nikah) secara sadar dan bcrlaiiggung jawab.

(44)

36

baligh dapat dinilai sah. Kembali pada kedudukan nikah yang agung dan mulia itu juga berfungsi sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi yang akan datang, maka hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan setelah kedua belah pihak betul-betut mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan siap untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya kelak.

Adapun batasan usia untuk melangsungkan perkawinan anlara lain:

1. Batasan usia menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam tidak terdapat kaidah yang sifatnya menentukan batasan umur melaksanakan perkawinan. akan lelapi dalam syarat-syarat bagian calon mempela laki-laki dan perempuan j i k a ingin melaksanakan perkawinan. sudah baligh dan mempunyai keeakapan yang sempurna.'^*

Agama Islam tidak menentukan dengan pasti batasan umur unluk melaksanakan perkawinan. hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi biologis setiap orang yang cenderimg tidak sama, Islam hanya menyaralkan aqil dan baligh, A q i l berarti dewasa dalam berfikir dan baligh dewasa dalam umur. dalam hal ini disesuaikan dengan isyarat dan tanda-tanda yang terdapat dalam Al-Qur'an dan AI-Hadits serta situasi lingkungan dimana mereka tinggal.

^^'Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan Islam dun Undang-undang Perkawinan.

(45)

37

2. Batasan usia Menurut Undang-undang N o . l Tahun 1974

Batasan umur pasangan yang akan melaksanakan perkawinan di indonesia tercantum pada pasal 7 Undang-undang N o . l tahun 1974 tentang perkawinan yang menyehutkan bahw a:

Ayat ( I ) : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (semhilan belas) dan pihak wanita niencnpai umur 16 (cnam belas) tahun.

A y a l (2); Dalam hal penyimpangan terhadap aval (1) pasal ini dapat climinia dispensasi kepada pengadiian alau pejabai lain ditunjuk kedua orang tua pria ataupun pihak wanita.

Ketentuan batasan umur ini. seperti disebutkan dalam Kompilasi Hukum l.sJam ( k i l l ) didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga. 'ui scjalan dengan prinsip yang diietakan U U perkawinan. bahwa calon suami isteri hams lelah matang jiwa dan raganva. agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan yang baik.

(46)

perkawinan lebih tanjut terdapat dalam intruksi mendagri No.7 1983 yang

menegaskan bahwa:"'*

1) Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan pada usia dibawah umur 20 (dua puluh) tahun bagi wanita dan 25 (dua puluh lima) tahun bagi pria.

2) Perkawinan dibawah umur adalah perkawinan yang dilakukan dibawah usia 16 (enam belas) tahun bagi wanita dan 19 ( sembilan belas ) bagi pria.

Dengan memperhatikan instruksi Mendragi ini. dapal diartikan bahwa perkawinan yang dilakukan dengan usia seseorang wanita yang belum mencapai umur 20 (dua puluh) tahun dan bagi pria bclum mencapai umur 25 (dua puluh lima ) lahun adalah termasuk kalegori perkawinan di bawah umur (usia muda). Hal ini dimaksudkan untuk mendukung program kependudukan dan keluarga berencana. dimana dengan demikian diharapkan dapal mengurangi adanya perkawinan dibawah umur. sehingga tercapai tujuan rumah tangga sakinah. penuh kasih sayang dan mempunyai keturunan y ana lebih baik.

(47)

3. Batasan umur ideal menurut gander

Perkawinan diusia muda pada jaman sekarang ini kurang cocok dilakukan. hal ini karena mcmpertimbanhkan berbagai masalah yang timbul pada jaman sekarang. seorang anak yang masih ingusan kemudian kawin atau setidak-tidaknya usia 16 (enam belas) lahun melaksanakan perkawinan maka kila bisa mcmbayangkan bagaimana Jadinya rumah tangga yang demikian itu.

Apalagi pada zaman sekarang ini persaingan begitu ketal baik soal ekonoini alau pendidikan. Hal ini akan incnyulilkan orang tua saja. scbab ilulah pemerintah di negara ini mengeiuarkan kebijaksanaan tentang ketentuan pcrnikahan di usia yang sudah di tenlukan. Kebijaksananaan itu dipertimbangkan dari berbagai pandangan baik dari segi kematangan psikologi. materi, pendidikan atau yang lain. Jadi tepatlah kalau pemerintah membalasi perkawinan dengan usia minimum untuk wanita 20 (dua puluh) lahun dari pria 25 {dua puluh lima) lahun,

(48)

40

seorang ibu yang kurang matang. Sedangkan pada aspek demogratifu perkawinan dibawah umur akan memperpanjang usai subur, sehingga bila kcmungkinan (bila lidak ikul K B ) pertambahan anak tidak dapat lercontrol, dan ini akan mengakibatkan pertambahan penduduk. Selain itu pada pasangan yang masih muda dan belum dewasa secara mental kcmungkinan terjadi suatu perceraian sangat besar.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka factor usia merupakan salah satu ukuran apakah seseorang sudah dianggap dewasa atau matang dalam berbual sesuatu. Berdasarkan pada ceritcria umur, dalm hal ini dapal dikemukakan fase- fase perkcmbangan seseorang antara lain :'^*

1) Fase bay! 0 - 1 2 tahun 2) Fase pubertas 1 2 - 2 0 lahun 3) Fase dewasa muda 20 - 35 lahun 4) Fase dewasa penuh 35 - 60 tahun 5) Fase usia lanjut 60 lahun ke alas

Oleh karena itu antara 16 - 20 tahun temiasuk masa pubertas. Perkawinan yang dilakukan pada masa usia antara 16 - 20 tahun. khususnya bagi wanita yang mempunyai tugas sebagai penerus keturunan yang akan mengalami masa kehamilan clan persalinan, maka j i k a anak belum siap secara fisik dan psikis akan mempengariihi pada anak yang dilahirkan.

(49)

B A B I I I

P E M B A H A S A N

A. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas

kewarganegaraan ganda

1. Konsep Anak Berkewarganaegaraan Ganda (terbatas)

Kewarganegaraan ganda atau sering di sebut dwikcwarganegaraan terjadi karena dianutnya asas asas yang berada dalam peraturan -peraturan kewarganegaraan. Perbedaan ini menimbulkan masalah yang di sebul

bipatride atau multipatride. Orang dapat mempunyai lebih dari salu kewarganegaraan, dua dan kadang lebih dari dua. Hal ini terjadi apabila seorang dilahirkan disiiatu negara menganui asas kelahiran (Ius Soli).

sedangkan hukum dari negara asal orang tuanya menganut asas keturunan

(Ius Sanguinis) maka akan timbul dwikewarganegaraan.

Berbeda dengan konsep kewarganegaraan ganda aiau dwikewarganegaraan icrbatas yang di ruangkan dalam pasal 6 Undang -Undang No 12 lahun 2006, -Undang •- -Undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan pada anak yang di berikan pada Undang - Undang ini merupakan suatu pengecualian

Kewarganegaraan ganda timbul karena yang bersangkutan adalah anak hasil perkawinan campuran antara warga negara indonesia dengan

(50)

42

warga negara asing, tidak perlu mengetahui konsep kewarganegaraaan apa yang dianut oleh orang tua WNA-nya ( Warga Negara Asing), apakah Ius Sanguinis alau lus Soli, sang anak hasil perkawinan campuran dengan W N I (Warga Negara Indonesia) tetapi memiliki kewarganegaraan ganda terbatas sampai 18 tahun dengan masa waktu tambahan 3 tahun atau sesudah ia menikah untuk menyandang kewarganegarann ganda karena Undang -Undang mcnetapkan demikian'***

Sebelum membahas tentang kewarganegaraan ganda pada anak terlebih dahulu perlu diketahui penjelasan menganai beberapa konsep kewarganegaraan pada anak hasil dari perkawinan campuran, karena dalam permasalahan telah disebutkan mengenai pernikahan dibawah umur dan hasil ini sangat berkailan erat dengan anak dan kedudukanya dalam hukum.

Pasal 1 angka I Undang - Undang Nomor 23 Tahun 202 tentang perlindungan anak mendefinisikan "Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 ( delapan belas ) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan ".

Dalam kaitanya dengan hak seseorang anak menjadi Warga Negara Indonesia terdapat beberapa konsep yang anatara iain:'^*

Zulfa DJoko Basuki. Hak Keperdataan sebagai Akihai Perkawinan Campuran Wanita Indonesia dengan Pria using. Diakses di hukum online.com pada 1 juni 201 5

(51)

a. Anak yang lahir di negara ini berhak menyandang warga negara indonesia, meskipun bapaknya berasal dari Cina. Amerika, Jerman, Australia, dan W N A lainya dari ibunya orang Indonesia.

b. Demikian halnya, pasangan warga negara asing ( W N A ) yang kebetulan anaknya di lahirkan di indonesia juga termasuk waga negara negeri ini dengan maksimum kewarganegaraan WNI-nya dua tahun. Sebaliknya orang indonesia yang melahirkan di negara lain maka anaknya menjadi warga negara tersebut.

c. Kewarganegaraan asing sang anak bisa diubah menjadi W N I setelah masa dua tahun sebagai W N A , kemudian orng tua mclaporkanya ke instausi bersangkutan untuk mendapatkan pengakuan sebagai W N I -nya.

d. Anak yang lahir tetapi kedua orang tuanya tidak diketahui asai usulnya, juga adalah warga negara Indonesia.

Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan. Pasal 2 KUHPerdata memberi pengecualian bahwa anak yang masih dalam kandungan dapat menjadi subjek hukum apabila ada kcpentingan yang inenghendaki dan di lahirkan dalam keadaan hidup.""*

(52)

Manusia sebagai subjek hukum bcrarli manusia memiliki hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Orang - orang yang tidak memiliki kewenagan atau keeakapan untuk melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang lain. Berdasarkan pasal 1330 K U f i P . mereka yang digolongkau tidak cakap adalah mereka yang belum dewasa. perempuan bersuami. dan mereka > ang dibawah pengampuan. nengan demikian anak dapal dikategorikan sebagai subjek hukum yang lidak melakukan perbuatan hukum.

(53)

45

Seorang yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang tua atau walinya dalam melakukan perbuatan hukum. Anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki kcmungkinan bahwa ayah ibunya memiliki kewarganegaraan yang berbeda sehingga tunduk pada dua yuridiksi hukum yang berbeda. Berdasarkan Undang - undang kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti kewarganegaraan ayahnya. namun berdasarkan Undang undang kewarganegaraan yang lama, anak mengikuti kewarganegaraan ayahnya. namun berdasarkan undang - undang kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki dua kewarganegaraan dan anaka tersebut tunduk pada yuridiksi hukum yang berbeda.""

2. Anak Berkewarganegaraan Ganda Yang Melakukan Perkawinan D i Bawah Umur.

Perkawinan adalah suatu peristiwa hukum. Sebagai suatu peristiwa hukum maka subjek hukum yang melakukan prisliwa tersebut harus memenuhi .syarat. Salah satu .syarat manusia sebagai subjek hukum untuk dapat dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum adalah harus sudah dewasa.

Mengingat hukum yang mengatur tenang perkaw inan tersebui adalah Undang - undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. maka ketentuan dalam

(54)

Undang - undang inilah yang harus dilaati semua golongan masyarakat

yang ada di indonesia.

Salah satu prinsip yang dianul undang - undang ini, calon suami islri itu harus lelah masuk j i w a raga untuk dapat mclangsungkan perkawinan agar supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapal keturunan \ang baik dan sehat. Untuk itu harus di cegah adanya perkawinan antara calon suami istn yang masih di bawah umur.

Berhubungan dengan itulah Undang - undang perkawinan Indonesia menentukan batasan umur untuk kawin bagi pria 19 lahun dan bagi wanita

16 lahun (Bah 11 pasal 7 ayat 1 Undang undang N o . l tahun 1974). Dengan mengacu padapersyaratan ini, j i k a salali satu pihak helum mencapai batasan usia perkawinan yang telah ditentukan, maka yang bersangkulan dikategorikan masih di bawah umur dan tidak cakap untuk bertindak di dalam hukum termasuk melakukan perkawinan.

Sedangkan pada ayat (2) memperoleh penyimpangan terhadap pasal 7 ayat (1) yailu dengan meminta dispensasi kepada pengadiian atau pejabai lain yang di lunjuk oleh kedua orang tua pihak laki - laki mampu pihak perempuan.

(55)

4 7

melakukan pengamalan dan pcnilaian serta meminta data serta pendapat kepada aparat desa ayau kelurahan dimana tempat para pihak yang akan melangsungkan perkawinan dibawah umur. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bcntuk konfirmasi untuk memperoleh data yang sebenarnya guna meminimalisisasi pernikahan di bawah umur sehingga nantinya tidak menaikan angka perUimhuhan penduduk secara draslis.

Pernikahan dini atau pernikahan di bawah umur biasanya terjadi di daerah pedesaaan yang rata rata penduduknya berpendidikan rendah. Sedangkan untuk masyarakat yang rata rata berpendidikan tinggi atau di daerah perkanloran yang dapat dijadikan pertimbangan ialah masalah sosial dalam hal ini adalah pergaulan di kalangan pemuda yang kurang baik dan salah satunya menyebabkan kehamilan dini. Dengan pertimbangan inilah terkadang pejabat berwenang terpaksa mengeiuarkan surat dispensasi.

Apabila terjadi perkawinan di bawah umur antara anak berkewarganegaraan ganda (berdasarkan pasal 6 Undang • undang kewarganegaraan) dengan seseorang yang dilangsungkan secara sah maka akan imbul akibat hukum sebagai konsekwensi yang bersangkulan dalam melangsungkan perkawinan yang antara Iain:

Pertama. diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan.

(56)

48

kewarganegaraannya. Hal ini diperlukan unluk mcjelaskan status anak yang hprsangkutan, apakah ak?.p. tetap mep,ya.pdap-g sebagai warga p.egara Indonesia alau warga negara asing. Hal ini diikuti dengan tidak berlakunya masa waktu 3 tahun yang diberikan sebagai masa perpanjangan untuk memilih kewarganegaraan. Pemilihan kewarganegaraan akan memperjelas kedudukan dan hak - hak hukum seseoran. disamping itu pernyataan memilih salah satu kewarganegaraan akan memperjelas kewajiban yang harus dilakukan terhadap suatu negara dimana ia memitihnya sebagai bagian dari padanya.

Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang undangan sescorang dianggap cakap melakukan perbuatan hukum adalah umur 19 tahun bagi laki - laki dan 16 tahun bagi perempuan sebagaimana yang diatur dalam undang -undang ketentuan pasal 47 dan 50 Undang - -undang Nomor. 1 lahun 1974 tentang Perkawinan, dimana kekuasaaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai usia 18 tahun (kecuah sudah kawin scbclum unur itu). Dengan ketentuan ini seorang anak yang berkewarganegaraan anda dan telah menikah bebas melakukan pcruatan hukum asal tidak bertentangan dengan ketentuan undang - undang seperti melakukan perikatan dan sebagainya.

(57)

a. Ketentuan pasa! 47 dan 50 Undang - undang Nomor. I Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana kekuasaan orng tua berakhir apabila anak sudah mencapai usia 18 lahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).

b. Undang - undang Nomor 23 Tahun 202 Tentang Perlindungan anak. yang juga menelapkan batasan umur seseorang anak adalah 18 tahun.

c. Undang - undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan pasal 1 b. pada pokoknya menyatakan bahwa dapat menjadi Warga negara Indonesia, harus ada hubungan hukum antara si ayah W N I dengan si anak sebelum si anak berumur 18 tahun.

d. Undang - undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 angka 2, juga mcnetapkan umur 18 tahun sebagai batas seseorang dianggap anak.

e. Undang - undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadiian Anak. Pasal 1 Angka I memberi batasanumur 18 tahun.

(58)

50

nanti mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari kedua kewarganegaraan tersebut.^^*

Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak belaku.

Berdasarkan ketentuan pasai 6 apabila anak yang berkewarganegaraan ganda telah melangsungkan perkawinan maka secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang di sandangnya. Sebagai akibat dari hal tersebut .maka paspor ganda yang dimiliki oleh anak yang bersangutan dinyatakan tidak berlaku lagi. dan kemudian anak tersebut hanya akan memiliki satu paspor yaitu paspor Indonseia j i k a yang bersangkulan memilih sebagai W N I atau paspor negara lain apabila yang bersangkutan memilih untuk menjadi W N A . Hal ini perlu diperhalikan karena dapan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Pa.sal 31 ayat 7 disebutkan mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapal diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain alas namanya akan menyebabkan hilangnya kewarganegaraan indonesia.

Keempat, dicabutnya hak untuk menikati fasilitas sebagai warga negara Indonesia.

Dicabutnya hak untuk menikmali fasilitas sebagai Warga Negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Dengan dibertakukan U n d a n g

(59)

undang nomor 12 tahun 2006 terutama pasal 6, negara memberi fasilitas yang sama dengan warga negara lain disamping tasilitas khusus Lainya seperti yang berlaku pada warga negara asing, diantaranya anak berkewarganegaraan ganda diberi kemudahan tidak memerlukan Ijin Tinggal Sementara ( K I T A S ) . Jika anak tersebut melangsungkan perkawinan maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai Warga Negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda di cabut. Penjelasan ketentuan umum Peraturan Permerintah Nomor 2 Tahun 2007.

B. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur

1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda

Peraturan mengenai lata cara pendaftaran untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh kembali kewarganegaraaan Republik Indonesia berdasarkan Pasal 42 Undang - undang Nomor 12 tahun 2006 diatur dan dijabarkan dalam Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M . O l -HL.03.01 Tahun 2006 untuk memperoleh kewarganegaraan ganda pada anak harus menyertakan antara lain:

(60)

52

b. Nama lengkap, lempat dan tanggal lahir setta kewarganegaraan

kedua orang tua;

c. Nama lengkap. jenis kelamin, lempat dan tanggal lahir, status perkawinan anak serta hubungan hukum kckeluargaan anak dengan orang tua ; dan

d. Kewarganegaraan anak.

Permohonan pemdaftaran harus dilampirkan dengan :

a. Fotokopi kutipan akte kelahiran anak yang disahkan oleh pejabat yang herwenang atau Perwakilan Republik Indonesia;

b. Surat pemyataan dari orang tua atau wali bahwa anak belum kawin;

c. Fotokopi kartu landa penduduk alau paspor orang tua anak yang masih berlaku yang disahkan oleh pejabai yang berwenang atau Perwakilan Republik Indonesia; dan

d. Pas foto anak terbaru berwama ukuran 4x6 cm sebanyak 6 (enamj lembar.

(61)

berwenang atau Perwakilan Republik Indonesia. Permohonan pendaftaran menggunakan bcntuk formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran 1 Peraturan Mcnlri Hukum dan H A M tersebut.

Dalam hal permohonan pendaftaran telah dinyatakan lengkap, Menteri menetapkan keputusan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 30 {liga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan pendaftaran diterima dari Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia.

Keputusan tersebut dibual dalam rangkap 3 ( tiga ). dengan ketentuan:

a. Rangkap pertama diberikan kepada orang tua atau wali anak melalui Pejabai atau Perwakilan Republik Indonesia;

b. Rangkap kedua dikirim kepada Pejabat atau Penvakiian Republik Indonesia sebagai arsip; dan

c. Rangkap tiga disimpan sebagai arsip Mentri.

(62)

54

dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat diproscs apabila telah diajukan secara lengkap kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat pada tanggal 1 Agustus 2010.

Dalam hal permohonan pendafteran anak diajukan secara lengkap kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia melalui pos hanya dapat diproses apabila stempel pos pengiriman lertanggal paling lambat tanggal 1 Agustus 2010.

Setelah anak mendapatkan surat keputusan atau Sk yang nantinya dipergunakan dalam pengurusan paspor ganda untuk anak tersebut. Sural keputusan dari Menkumham tersebui secara tidak langsung dapal dipergunakan sebagai kelengkapan administrasi dalam mengajukan dispensasi unluk melangsungkan perkawinan di bawah umur kepada Pejabat yang berwenang.

2. Mengajukan Dispensasi Untuk Mclangsungkan Perkawinan D i Bawah Umur

Dalam pelaksanaan dan prosedur pernikahan serta pencatatan perkawinan campuran tidak jauh beda dengan pclaksanaan perkawinan pada umumnya terutama perkawinan di bawah umur.

(63)

55

sebagaimana yang diletapkan oleh undang - undang Nomor 1 Tahun 1974. Meskipun demikian, pihak pengadiian agama dapat memberikan ijin perkawinan dibawah umur dengan alasan - alasan terlenlu yakni adanya pertimbangan kemaslahatan yang maksudnya apabila tidak segera dilangsungkan pernikahan terhadap calon mempelai tersebut maka akan dikhawatirkan terjadi perbuatan - perbuatan yang melanggar norma agama dan peraturan yang berlaku. Aspek positif diberikan dispensasi perkawinan di bawah umur diharapkan akan mampu untiik membantu kedua calon mempelai lerhindar dari pcrbualan yang dilarang oleh agama dan hukum yang berlaku. Asfek negatifnya adalah faktor mental dan usia yang kurang mendukung bagi kedua calon mempelai.

Dalam hal ini dispensasi perkawinan diajukan oleh para piha yang akan melaksanakan perkawinan kepada Pengadiian, atau pejabat yang lain yang diajukan oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita. Kemudian selanjutnya diproses sesuai dengan perundang - undangan yang terbentuk dalam persidangan.

(64)

56

yang belum mencapai umur 21 tahun ( dua puluh satu ) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua."

(65)

B A B I V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang di peroleh. maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

1. Akibat iuikuni perkawinan dibawah umur bagi penganut asas berkewarganegaraan ganda dapal disimpulkan sebagai berikut;

Pertama, diharuskan memilih salait satu kewarganegaraan. [berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun 2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda j i k a sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraanya. Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47 dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan. dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18 tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu).

Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan ketentuan pasal 6. apabila anak yang berkewarganegaraan ganda teiah melangsungka.n perkawinan maka secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang disandangnya.

(66)

Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebui melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda dicabut.

2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawina di bawah umur mehpuii;

a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda

b. Magajukan Dispensasi Unluk Melangsungkan Perkawinan D i Bawah Umur

Undang - undang perkawinan pasal 6 ayat (2) Undang - undang No, 1 tahun 1974 mensyaratkan, diperlukan izin dari orang tua bagi mereka yang belum berumur 2 1 tahun.

B. Saran

1, Perlu dimasukan pasal - pasal yang eksplisit mengatur permasalahan perkawinan di bawah umur oleh anak berkewarganegaraan ganda dalam peraturan perundang - undangan kewarganegaraan agar natinya dapat memberikan solusi terhadap permasalahan -permasalahan yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut.

(67)

59

(68)

D A F T A R P U S T A K A

Abdullah, Abdul Ghani (1994) Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam tatanan hukum Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.

A d j i , Sution Usman (2002) Kawin lari dan kawin antar agama.

Yogyakarta: Liberty.

Gautama, Sudargo (1995) Hukum Perdata Internasional Indonesia.

Bandung: Alumni.

(1996) Segi segi Hukum Peraturan Perkawinan Campuran.

Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.

(1995) Hukum Perdata Internasional Indonesia, B , Jilid I I I Bagian 1, Buku ke-7. Bandung: A l u m n i

Hakim, Rahmat (2000) Hukum Pernikahan Islam. Bandung: C V Pustaka Sella.

Marzuki, Peter Mahmud (2007) Penelitian Hukum. Cet.3. Jakarta: Kencana. Mukhtar, Kamal (1993) Asas Hukum Islam tentang pernikahan. Surabaya:

Buian Bintang.

Pan Mohammad Faiz, '^Status hukum anak hasil perkawinan campuranf

http://wA\-\v.mixedcouple.com/arlicles/mod.php?mod=puhlisher&a

Referensi

Dokumen terkait

Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas akan adanya interaksi sosial antar sesamanya. Pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrhnya merupakan makhluk sosial

Seleksi awal yang dilakukan silvia (2011) dengan menyeleksi 2 varietas yaitu Grobogan dan Detam II dengan menggunakan batas seleksi 10% dan varietas yang terpilih

dapat mengetahui cara pemisahan golongan V... Teori dasar II. Reagensia harus dipakai dalam suasana netral atau sedikit basa. Senyawa-senyawa ini harus dihilangkan sebelum memulai

Pembayaran yang dilakukan dalam periode tersebut adalah pembayaran cicilan Pinjaman SEK Tranche A, B dan C sebesar USD45,0 juta, cicilan Pinjaman HSBC Coface dan Sinosure

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman

Ungkapan di atas merupakan ungkapan yang menggunakan bahasa kasar. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kata “dasar”. Penulis meneuliskan ungkapan tersebut dengan tujuan

Sumber : Data Primer diolah, 2019 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pemilihan faktor yang lebih urgen dari matriks SWOT analisis lingkungan internal faktor kekuatan

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dianalisis tentang faktor gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap komitmen tenaga kerja UMKM