• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis - HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN HASIL UJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis - HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN HASIL UJI "

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Landasan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah

Peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 20 berkaitan dengan

Standar Proses yang mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat

mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas

melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41

tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang

perencanaan proses pembelajaran oleh pendidik pada satuan pendidikan

untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik

yang menerapkan system paket maupun system kredit semester (SKS).

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenagkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis

(2)

Menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar

proses menyebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus dapat

dikembangkan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam

sebuah sekolah atau beberapa sekolah. Sementara Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran adalah kewajiban melekat setiap guru.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau terkadang juga hanya

disebut rencana pembelajaran menurut Hernawan (2005: 97) adalah

merupakan kegiatan merumuskan tujuan-tujuan, apa yang ingin dicapai

oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai

pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan,

bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa yang

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut. Jadi

rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan upaya merumuskan

berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sebuah pembelajaran

yang akan dilaksanakan. Diawali dengan merumuskan tujuan

pembelajaran, pengetahuan atau keterampilan apa yang akan dicapai

dalam pembelajaran harus dirumuskan secara jelas dan terukur. Kemudian

materi atau bahan apa yang akan dipelajari oleh siswa, bagaimana

kedalaman dan keluasannya akan sangat tergantung pada tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Selain itu juga dirancang tentang

(3)

digunakan dalam membelajarkan peserta didik dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya harus dirancang

dan dirumuskan secara jelas dan terarah. Tidak kalah pentingnya adalah

merancang tentang media atau alat apa yang akan digunakan untuk

membantu siswa agar lebih mudah memahami materi pelajaran yang

disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Media atau alat peraga yang

dipilih harus benar-benar efektif, oleh karena itu sedari awal harus

ditentukan secara pasti dirumuskan dan ditulis dalam sebuah rencana

pembelajaran.

Menurut Hosnan (2014: 99) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan

atau lebih. Definisi itu sama seperti yang disampaikan oleh Priyatni (2014:

161). Definisi itu secara jelas menunjukkan bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran merupakan sebuah paket rencana kegiatan pembelajaran

yang akan digunakan dan dilaksanakan dalam satu kali atau lebih

pertemuan pembelajaran langsung tatap muka antara peserta didik dan

pendidik yang dibatasi oleh durasi atau waktu pembelajaran.

Sementara itu al-Tabany (2014: 255) mengatakan bahwa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang

dikembangkan secara perinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu

yang mengacu pada silabus. Artinya bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran merupakan rancangan kegiatan pembelajaran yang dibuat

(4)

yang dibuat tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran yang

mengacu pada silabus yang ada.

Untuk lebih mamahami Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

Hernawan (2005: 9.7) menyampaikan tentang karakteristik rencana

pembelajaran yaitu ditujukan untuk siswa belajar, memiliki tahap-tahap,

sistematis, pendekatan sistem, dan didasarkan pada proses belajar manusia.

Ditujukan untuk siswa belajar maksudnya adalah bahwa dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran harus menunjukkan adanya langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan dan kebutuhan siswa.

Pembelajaran yang tercipta nantinya adalah pembelajaran student centered

berpusat pada siswa.

Memiliki tahap-tahap maksudnya adalah bahwa dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran rencana pembelajaran yang dibuat harus secara

bertahap, diawali tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan

tahap tindak lanjut. Karakteristik selanjutnya yaitu sistematis. Artinya

bahwa dalam RPP perencanaan yang dibuat harus dimulai dari hal yang

diperlukan terlebih dahulu kemudian dikuti dengan sesuatu yang harus

mengikutinya. Sementara karakteristik pendekatan sistem artinya bahwa

rencana pembelajaran yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran harus menggunakan pendekatan sistem, artinya

pembelajaran itu terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan

dan saling mempengaruhi. Terakhir adalah karakteristik Rencana

(5)

artinya bahwa rencana pembelajaran yang dibuat harus mengutamakan

pada proses belajar siswa itu sendiri sebagai manusia yang akan belajar.

Selanjutnya seperti apa gambaran Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sebenarnya akan dapat terlihat pada komponen-komponen

yang harus ada di dalamnya. Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ini disebutkan dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007,

juga ditulis dalam Rusman (2014: 4), Majid (2014: 39), dan al-Tabany

(214: 259) yaitu meliputi:

1). Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran di antaranya meliputi satuan pendidikan,

kelas, semester, mata pelajaran, tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2). Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas

dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran.

3). Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4). Indikator pencapaian kompetensi

Indicator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

(6)

tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator

pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata

kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5). Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar.

6). Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indicator pencapaian kompetensi.

7). Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar.

8). Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indicator yang telah

ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan

situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap

indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata

(7)

9). Kegiatan pembelajaran

a). Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi

dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi

aktif dalam proses pembelajaran.

b). Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan

sitemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c). Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan

(8)

10). Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar

disesuaikan dengan indicator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada standard penilaian.

11). Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standard kompetensi

dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi.

Sementara dalam Hosnan (2014: 100) komponen RPP disebutkan ada

tigabelas item yaitu:

1). Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan

2). Identitas mata pelajaran atau tema/ sub tema

3). Kelas/semester

4). Materi pokok

5). Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan

jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang

harus dicapai.

6). Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan

diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(9)

8). Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indicator ketercapaian komptensi.

9). Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

10).Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran

11).Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,

alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

12).Langkah-langkah pembelajaran, meliputi pendahuluan, inti, dan

penutup.

13).Penilaian hasil pembelajaran.

Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut

nantinya akan dijadikan sebagai pedoman membuat atau menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Terkait dengan penelitian maka yang

akan dijadikan sebagai dasar pengamatan dan penilaian adalah format

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai komponen yang ada pada

permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.

Setelah memahami komponen-komponen yang harus ada dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, selanjutnya perlu dipahami juga

(10)

seperti diuraikan dalam permendiknas nomor 41 tentang standar proses,

juga ditulis dalam al-Tabany (2014: 258), Majid (2014: 41), dan Rusman

(2014: 7). Prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

yaitu:

1). Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan

memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat

intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

social, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,

latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta

didik.

2). Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik

untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,

kemandirian, dan semangat belajar.

3). Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran

membaca, pemahaman beragam bacan, dan berekspresi dalam

berbagai bentuk tulisan.

4). Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat rancangan program

(11)

5). Keterkaitan dan keterpaduan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan

memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi

pelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian

kompetensi, penilaian, sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun

dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan

lintas mata peljaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6). Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai

dengan situasi dan kondisi.

Dalam penyusunan atau pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ada beberapa langkah atau tahapan yang harus dilalui,

seperti diuraikan oleh al-Tabany (2014: 263) langkah-langkah

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai

berikut:

1). Mengkaji silabus

Kegiatan ini dilakukan untuk melihat, memahami, dan menyermati

SK, KD, materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

(12)

2). Mengidentifikasi materi pelajaran

Mengidentifikasi, memilih dan mempertimbangkan materi

pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan

mendasarkan pada potensi peserta didik, relevansi dengan

karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual,

emosional, social, dan spiritual peserta didik.

3). Menentukan tujuan

Dengan mengacu pada hasil identifikasi materi pembelajaran maka

kita membuat dan menentukan tujuan pembelajaran. Banyaknya

tujuan pembelajaran ini dibuat sesuai dengan terpenuhinya capaian

KD, dan dapat dipakai untuk beberapa pertemuan.

4). Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Kegiatan menyusun dan merencanakan kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran harus meliputi pendahuluan, inti,

dan penutup. Dalam kegiatan inti perlu ditunjukkan adanya

kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

5). Penjabaran jenis penilaian

Yaitu kegiatan untuk menentukan dan memilih teknik, jenis,

bentuk, dan alat penilaian untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6). Menentukan alokasi waktu

Menentukan alokasi waktu disesuaikan dengan ketersediaan waktu

(13)

materi pembelajaran. Alokasi waktu tiap KD adalah hasil analisis

ketersediaan waktu dalam satu tahun pelajaran atau satu semester

dan dibagikan kepada seluruh KD yang ada.

7). Menentukan sumber belajar

Memilih dan menentukan rujukan, objekdan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, berupa media cetak dan

atau elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, social,

dan budaya.

Kembali kepada kepentingan penelitian bahwa variabel yang

dikehendaki adalah kemampuan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran. Kemampuan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

ini akan dilihat, diamati, dicermati, dan dinilai dari hasil, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Kriteria yang menjadi acuan

penilaian sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tidak terlepas dari

uraian tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, baik mengenai

pengertian, komponen yang harus ada, maupun tentang prinsip-prinsip

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

2. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran

Kewajiban guru setelah menyusun perencanaan pembelajaran berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu mengimplementasikan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dalam langkah nyata berupa kegiatan

(14)

tugas dan tanggung jawab utama seorang guru dan merupakan inti dari

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Membicarakan pembelajaran merupakan hal yang sudah sangat

familiar bagi guru. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sisdiknas bab I pasal 1 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Bahwa

pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang diatur sedemikian rupa dengan

pendekatan, strategi, dan metode tertentu sehingga mampu menciptakan

suasana atau lingkungan belajar dan mampu menciptakan hubungan antara

siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik, juga hubungan

dengan sumber belajar. Hubungan di sini adalah terjadinya interaksi

belajar.

Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra, 2008: 119)

pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Jadi pembelajaran

adalah sebuah kegiatan yang disengaja sehingga dibuat sebuah

perencanaan yang matang sebelum melaksanakannya. Dan kegiatan yang

dilaksanakan nantinya harus melibatkan siswa secara aktif sehingga

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Menurut Lefrancois (dalam Yamin, 2012: 65) pembelajaran adalah

merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi

belajar dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan

(15)

keterampilan. Artinya bahwa pembelajaran di dalamnya adalah berupa

kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dan

disiapkan sedemikian rupa, yang dikatakan sebagai kegiatan eksternal

merupakan kegiatan di luar pebelajar yang mendorong timbulnya suasana

lingkungan dan situasi belajar siswa sehingga siswa akan mampu

menyimpan atau mentransfer pengetahuan atau keterampilan belajarnya.

Menurut Schunk (2012: 5) pembelajaran merupakan perubahan yang

bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan

cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman

lainnya. Pengertian itu menempatkan pembelajaran sebagai sebuah

produk, yaitu perubahan sikap, pengetahuan, ataupun keterampilan yang

dihasilkan dari praktik atau pengalaman langsung peserta didik. Dan

perubahan yang terjadi haruslah yang bertahan lama. Dapat juga dipahami

bahwa pembelajaran adalah proses siswa belajar untuk mendapatkan

perubahan tingkah laku dengan cara siswa aktif dan terlibat secara

langsung.

Sementara itu Kosasih (2014: 11) mengatakan bahwa pembelajaran

adalah suatu usaha (mengajar) yang bisa mendorong seseorang untuk

belajar. Artinya bahwa pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang

diusahakan atau diupayakan, dirancang sedemikian rupa yang diharapkan

mampu mendorong dan membangkitkan siswa untuk belajar, mencoba

untuk mendapatkan sesuatu yang berguna bagi peningkatan pengetahuan,

(16)

Menurut Hamalik (dalam Putra 2013: 17) pembelajaran ialah suatu

kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Artinya bahwa pembelajaran adalah sebuah

kombinasi atau perpaduan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi

dan saling mendukung hingga terciptanya sebuah proses pembelajaran

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Faktor-faktor pendukung tersebut yaitu unsur manusia: siswa dan guru. Unsur

material adalah menyangkut bahan atau materi pembelajaran yang

dipelajari, unsur fasilitas dan perlengkapan menyangkut sarana, prasarana,

media dan alat peraga. Dan unsur selanjutnya yaitu prosedur, merupakan

langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam hal ini

adalah memikirkan masalah pendekatan, strategi, metode, dan model

pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Winataputra (2008: 118) pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi,

dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.

Menginisiasi maksudnya berusaha masuk ke dalam. Artinya bahwa

kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran harus masuk ke dunia

anak, masuk ke dalam alam pikiran dan jiwa anak sehingga mampu

membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran

juga kegiatan memfasilitasi. Artinya bahwa bahan atau materi yang

(17)

dibuat, media atau alat peraga yang digunakan adalah dalam rangka

memfasilitasi siswa agar mampu meningkatkan intensitas atau frekuensi

belajarnya, juga kualitas belajarnya sehingga akan tercapai hasil belajar

yang maksimal.

Mohamad Surya (dalam Rusman, 2014: 116) menjelaskan

“Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Pembelajaran merupakan proses kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan adanya perubahan perilaku secara menyeluruh baik

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Perubahan perilaku tersebut

diperoleh sendiri oleh siswa, artinya siswa harus terlibat secara langsung

dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan pengalaman

langsung. Siswa langsung berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

Lingkungan belajar ini tentunya merupakan perpaduan antara guru,

prosedur pembelajaran, bahan atau materi, serta sarana prasarana, media

dan alat peraga.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa hal-hal penting yang harus ada dalam bangunan pemahaman

tentang pembelajaran yaitu:

a. adanya interaksi peserta didik, pendidik, dan sumber belajar;

b. merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis, membentuk prosedur

(18)

c. siswa terlibat aktif, praktik dan pengalaman langsung;

d. disesuaikan dengan kondisi, suasana, dan kebutuhan siswa;

e. membangun sikap dan perilaku belajar siswa;

f. mencapai tujuan pembelajaran, terjadinya perubahan perilaku secara

menyeluruh.

Agar lebih memahami tentang pembelajaran, H.J Gino (dalam Putra,

2013:26) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya

unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa, yakni motivasi belajar,

bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek

belajar. Semua hal itu diharapkan untuk diperhatikan dalam proses

pembelajaran, sehingga pembelajaran akan berlangsung efektif.

Dalam hal kefektifan pembelajaran al-Tabany (2014: 22) mengatakan

bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan

utama keefektifan pengajaran, yaitu:

a. presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;

b. rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;

c. ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan;

d. mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,

mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir b, tanpa

(19)

Agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif maka perlu

kiranya memahami tentang keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran,

sebagaimana diutarakan oleh Allen dan Ryan (dalam Rusman, 2014: 117)

bahwa ada beberapa kemampuan khusus yang diperlukan dalam

melaksanakan pembelajaran, yaitu:

1). Siasat membuka pelajaran (set induction)

Adalah merupakan strategi bagaimana caranya memulai atau

membuka pembelajaran sehingga siswa tertarik dan termotivasi

untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2). Variasi stimulus (stimulus variation)

Adalah kemampuan guru untuk memberikan stimulus atau

rangsangan belajar yang bervariasi, dapat melalui variasi metode,

media, atau sumber belajar, sehingga tercipta sebuah aktivitas

belajar yang tidak monoton.

3). Keterampilan bertanya (question skill)

Yaitu keterampilan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

memudahkan siswa memahami materi dan mampu membangkitkan

daya pikir kritis, analisis, dan aplikatifnya.

4). Isyarat (silence and non verbal clue)

Pembelajaran merupakan sebuah komunikasi. Isyarat adalah salah

satu jenis komunikasi yang apabila dilakukan secara tepat maka

akan lebih efektif dibandingkan dengan jenis komunikasi verbal

(20)

5). Ilustrasi/Penggunaan contoh (illustration and use of example)

Ilustrasi dan penggunaan contoh yang tepat akan sangat membantu

siswa dalam memahami suatu materi. Daya inovasi dan kreatifitas

guru sangat dibutuhkan di sini.

6). Kemampuan berkomunikasi (communication)

Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Kelihaian guru dalam

membangun komunikasi baik verbal maupun non verbal dengan

siswa akan sangat menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran.

7). Penguatan dan balikan (reinforcement and feedback)

Untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran, juga untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran maka guru perlu melakukan penguatan ataupun

balikan. Kemampuan memberikan penguatan dan balikan sangat

membantu guru untuk melakukan instropeksi dan koreksi terhadap

belajar dan hasil belajar yang telah dilakukan.

8). Siasat menutup pembelajaran (closure)

Menutup pembelajaran bukan hanya sekedar ucapan salam,

melainkan harus lebih dari itu. Dalam menutup pembelajaran perlu

dilakukan review, membuat rangkuman atau kesimpulan, juga

melakukan tindak lanjut sehingga materi yang telah dipahami siswa

akan lebih berkembang. Oleh karena itu keterampilan menutup

(21)

Setelah mengetahui tentang keterampilan dasar yang harus dimiliki

dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya guru juga harus

memahami tentang langkah-langkah atau tahapan kegiatan pembelajaran.

Majid (2014: 27) mengatakan bahwa secara umum tahapan kegiatan

pembelajaran meliputi:

a. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksioanl adalah tahap yang ditempuh guru saat

mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan

guru pada tahap ini antara lain:

1). Mengabsen siswa, menanyakan siswa yang hadir dan tidak hadir.

2). Bertanya pada siswa sejauh mana pembahasan tentang materi

pelajaran sebelumnya.

3). Bertanya jawab tentang materi pelajaran sebelumnya.

4). Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi pelajaran

sebelumnya yang belum dikuasainya.

5). Mengulas kembali materi pembelajaran sebelumnya secara singkat.

b. Tahap instruksional

Tahap isntruksional adalah tahap inti. Pada tahap ini hal yang dapat

dilakukan oleh guru yaitu:

1). Menjelaskan tujuan pembelajaran

2). Menuliskan pokok materi yang akan dipelajari

3). Membahas pokok materi yang dituliskan

(22)

5). Penggunaan alat bantu pembelajaran, media atau alat peraga untuk

lebih memperjelas materi yang disampaikan, atau untuk lebih

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

6). Membuat kesimpulan

c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap evaluasi adalah tahap yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evalusai

inilah yang digunakan guru sebagai dasar memberikan tindak lanjut

kepada siswa. Tindak lanjut dapat berupa pemberian tugas.

Sedangkan menurut Meier (dalam Majid, 2014: 30) bahwa kegiatan

pembelajaran pada hakekatnya memiliki empat unsur atau empat tahap.

Keempat tahap atau unsur tersebut yaitu:

a. Tahap Persiapan (preparation)

Adalah tahap pengkondisian, yaitu tahap untuk mempersiapkan peserta

didik untuk belajar.

b. Penyampaian (presentation)

Merupakan tahap inti dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini

guru harus melakaukan telling, showing, dan doing, menceritakan,

memperlihatkan, dan melakukan.

c. Latihan (practice)

Yaitu tahap di mana siswa diberi kesempatan untuk berlatih

(23)

membantu peserta didik belajar mengintegrasikan dan menyerap

pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Tahap ini

biasanya banyak diisi dengan mengerjakan tugas atau latihan dari guru.

d. Penampilan (performance)

Tahap ini adalah tahap di mana siswa menampilkan atau menunjukkan

hasil belajar yang telah diperolehnya

Terkait dengan kepentingan penelitian maka peneliti akan

menggunakan tahap pembelajaran sesuai dengan permendiknas nomor 41

tahun 2007 yaitu:

1). Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan , guru:

a). menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran,

b). mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,

c). menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang

akan dicapai,

d). menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2). Kegiatan Inti

a). Eksplorasi

(24)

(1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam tentang topic/tema materi yang akan dipelajari

dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan

belajar dari aneka sumber,

(2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain,

(3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta

antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya,

(4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran,

(5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium.

b). Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,

(2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,

diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru

baik secara lisan maupun tertulis,

(3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

(25)

(4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif

dan kolaboratif,

(5) memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat

untuk meningkatkan prestasi belajar,

(6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi

yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual

maupun kelompok,

(7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok,

(8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festival, serta produk yang dihasilkan,

(9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta

didik.

c). Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam

bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap

keberhasilan peserta didik,

(2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

(3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

(26)

(4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman

yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

(a).berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi

kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku yang

benar,

(b).membantu menyelesaikan masalah,

(c).memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi,

(d).memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,

(e).memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang

atau belum berpartisipasi aktif.

3). Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a). bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran,

b). melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,

c). memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran,

d). merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

(27)

dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,

e). menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

3. Uji Kompetensi Guru (UKG)

3.1 Pengertian Uji Kompetensi Guru.

Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah kegiatan

Ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi dan

pedagogik dalam domain content Guru. Kompetensi dasar bidang studi

yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah

bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi

guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang

diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran

bidang studi tersebut dalam kelas.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memiliki

kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV),

menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian),

memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

(28)

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

maka sangat dibutuhkan peran serta pendidik yang profesional. Hal ini

sejalan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa jabatan guru sebagai pendidik

merupakan jabatan profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Guru harus memiliki kualifikasi akademik

minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai

kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, profesionalisme

guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan

masyarakat.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

(29)

Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan

diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kondisi dan situasi yang ada menjadi sebab masing-masing guru

memiliki perbedaan dalam penguasaan kompetensi yang disyaratkan. Oleh

karena itu, ada dua skema yang akan dilakukan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan untuk mengukur profesionalisme guru, secara akademis

dan non-akademis. Pengukuran akademis dilakukan secara rutin setiap

tahun yaitu dengan menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru, dan

pengukuran non-akademis dengan melakukan penilaian terhadap kinerja

guru. Mulai tahun 2015 ini Uji Kompetensi Guru secara rutin akan

dilakukan untuk mengukur profesionalisme guru. Tujuannya untuk

mengetahui level kompetensi individu guru dan peta penguasaan guru

pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru difokuskan pada identifikasi kelemahan guru dalam

penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional.

Uji Kompetensi Guru tahun 2015 diikuti oleh semua guru dalam

jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis soal yang

akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/guru kelas/paket keahlian/BK.

Perolehan hasil Uji Kompetensi Guru pada masing-masing guru menjadi

bagian dari penilaian kinerja guru, oleh karena itu sesuai dengan prinsip

profesional guru akan mengikuti Uji Kompetensi Guru pada mata

pelajaran sesuai dengan sertifikat pendidik dan jenjang pendidikan yang

(30)

sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian program

pembinaan dan pengembangan profesi guru serta pemberian penghargaan

dan apresiasi kepada guru.

3.2. Landasan Uji Kompetensi Guru

1. Landasan Filosofi

a. Hak masyarakat dan peserta didik untuk memperoleh pendidikan yang

berkualitas.

b. Diperlukan guru yang berkualitas untuk pendidikan yang

berkualitas.

c. Peserta didik harus terhindar dari proses pembelajaran yang tidak

berkualitas.

d. Membangun budaya mutu bagi guru.

e. Untuk memastikan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan standar yang ditetapkan.

f. Hakekat sebuah profesi

1) Profesi guru merupakan profesi khusus, yang memerlukan

persyaratan kompetensi yang khusus pula.

2) Kompetensi guru yang bersifat khusus itu memerlukan perlakuan

(31)

untuk memberikan layanan pembinaan dan pengembangan profesi

guru yang baik kepada guru.

3) Penyandang profesi guru menerima penghargaan dan kesejahteraan

yang bersifat khusus. Karena itu perlu ada keseimbangan antara

kompetensi yang mereka miliki dengan penghargaan dan

kesejahteraan yang diterimanya.

2. Landasan Teoritik Pedagogik

a. Uji Kompetensi Guru adalah penilaian terhadap kompetensi guru

sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir

kepangkatan dan jabatannya.

b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru hanya dapat dilakukan

secara efektif jika berbasis pada pemetaan kompetensi guru.

c. Uji kompetensi guru berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru

(kompetensi pedagogik dan profesional), sebagai dasar program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan bagian dari

proses Penilaian Kinerja dan Kompetensi (PKK).

d. Untuk membangun eksistensi dan martabat sebuah profesi diperlukan

mutu atau kualitas para anggota yang tergabung dalam profesi tersebut.

Mutu atau kualitas diperoleh dari upaya pengembangan keprofesian

berkelanjutan dan pengendalian yang dilaksanakan secara terus

(32)

pengujian dan pengukuran. Profesi guru akan bermutu jika secara

terus-menerus dilakukan pengujian dan pengukuran terhadap kompetensi

guru melalui uji kompetensi guru.

e. Ukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu

menyelesaikan pekerjaan, prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan,

kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan membina

kerjasama dengan pihak lain (T.R. Mitchell, 2008).

f. Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan upaya

peningkatan profesionalitas guru yang didasarkan atas hasil penilaian

kinerja guru dan Uji Kompetensi Guru.

3. Aspek Empirik Sosial

a. Pembinaan dan pengembangan profesi guru tanpa didasari bukti-bukti

empirik atas kompetensi guru, sehingga penyelenggaraan

pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam bentuk pelatihan guru

menjadi tidak terarah.

b. Beberapa studi membuktikan bahwa Uji Kompetensi Guru berdampak

positif pada perbaikan kinerja guru dan peningkatan mutu pendidikan.

c. Kepercayaan masyarakat terhadap harkat dan martabat guru semakin

tinggi, dihubungkan dengan kinerja guru dan dampaknya terhadap

(33)

3.3. Tujuan Uji Kompetensi Guru

Secara umum pelaksanaan Uji Kompetensi Guru bertujuan sebagai berikut.

1. Memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi guru, khususnya

kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

2. Mendapatkan peta kompetensi guru yang akan menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan jenis pendidikan dan pelatihan yang

harus diikuti oleh guru dalam program pembinaan dan pengembangan

profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan (PKB).

3. Memperoleh hasil Uji Kompetensi Guru yang merupakan bagian dari

penilaian kinerja guru dan akan menjadi bahan pertimbangan penyusunan

kebijakan dalam memberikan penghargaan dan apresiasi kepada guru.

3.4. Prinsip Uji Kompetensi Guru

UKG mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan

pedagogik dalam domain content. Kompetensi bidang studi yang diujikan

sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat

pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum

bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi

konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam

(34)

Pendekatan yang digunakan adalah tes penguasaan substansi bidang studi

(subject matter) berdasarkan latar belakang pendidikan, sertifikat pendidik

dan jenjang pendidikan tempat guru bertugas. Oleh karena itu instrumen tes

untuk guru SD, SMP, SMA dan SMK dibedakan sesuai dengan jenjang

pendidikan tempat guru tersebut bertugas. Uji kompetensi pedagogik

mengunakan pendekatan inti sel dari varian kompetensi pedagogik dimaksud.

Dalam pelaksanaan UKG harus diperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai

berikut.

a. Objektif

Pelaksanaan uji kompetensi guru dilakukan secara benar, jelas, dan menilai

kompetensi sesuai dengan apa adanya.

b. Adil

Dalam pelaksanaan uji kompetensi guru, peserta uji kompetensi guru harus

diperlakukan sama dan tidak membeda-bedakan kultur, keyakinan, sosial

budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan

mekanisme kerja secara adil dan tidak diskriminatif.

c. Transparan

Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi

seperti mekanisme kerja, sistem penilaian harus disampaikan secara

terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.

(35)

Pelaksaan uji kompetensi guru harus dapat

dipertanggung-jawabkan baik dari sisi pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan

aturan dan prosedur yang berlaku.

3.5. Materi Uji Kompetensi Guru.

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang kompetensi

yang harus dimiliki oleh guru disebutkan mencakup empat dimensi. (1)

dimensi kompetensi pedagogik, yang merupakan kemampuan seorang

guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik serta pengelolaan

kelas,(2) dimensi kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan

materi secara luas dan mendalam,(3) dimensi kompetensi kepribadian

(personal) yang merupakan kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan

(4) dimensi komunikasi sosial yaitu kemampuan guru untuk

berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesama guru, orang tua atau wali, dan masyarakat sekitar.

Dalam pelaksanaannya Uji Kompetensi Guru, baru dilaksanakan

untuk dua kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi

professional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus

dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai

aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi

bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang

(36)

menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ini

tersdiri dari Sub Kompetensi; (1) Menguasai substansi keilmuan yang

terkait dengan bidang studi; (2) Menguasai struktur dan metode keilmuan

(Direktorat Profesi Pendidik, 2007: 77)

B. Penelitian yang Relevan.

Penelitian mengenai kemampuan guru dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, sudah pernah dilakukan. Yasin ( 2013:1)

menyebutkan bahwa kemampuan guru sekolah dasar dalam menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran masih rendah, yaitu 44,44% telah mampu

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sendiri dan 55,55% guru tidak

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sendiri. Dengan tidak

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sendiri, kemampuan guru

dalam menerapkan pembelajaran masih rendah.

Penelitian mengenai kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran yang dilakukan oleh Subar Gunawan Widianto menyebutkan

bahwa kesesuaian antara perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan

pembelajaran rata-rata hanya 34,33%, dan mayoritas guru yang melaksanakan

pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran antar 37,9% hingga

49,9%.

Penelitia tentang kinerja guru yang dilakukan oleh Sumarno pada

guru-guru SD di Kecamatan Paguyangan menunjukkan bahwa kinerja guru-guru masuk

(37)

kinerja guru dipengaruhi oleh aspek kepemimpinan Kepala Sekolah 25,8%

dan aspek profesionalisme sebanyak 39,4%, sedangkan factor kepemimpinan

kepakla sekolah dan profesionalisme guru menunjukkan adanya pengaruh

bersama-sama secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru di

Kecamatan Paguyangan sebesar 43,8%.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. Hamzah Yunus, M.Pd (2015)

pada guru-guru SMP di kota Gorontalo. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa guru mata pelajaran IPS di SMP kota Gorontalo pada

umumnya masih tergolong memiliki kompetensi pedagogik rendah. Hal ini

terlihat dari 79,07% yang memperoleh skor di bawah 55, dan 29,93% yang

memperoleh skor 50 ke atas. Guru mata pelajaran IPS di SMP kota Gorontalo

pada umumnya masih tergolong memiliki kompetensi profesional rendah. Hal

ini terlihat dari 68,60% yang memperoleh skor di bawah 55, dan 31,40% yang

memperoleh skor 50 ke atas. Kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesional guru mata pelajaran IPS di kota Gorontalo memiliki perbedaan

yang signifikan, di mana kompetensi profesional lebih tinggi dari kompetensi

pedagogik. Hal ini terlihat dari ratarata skor capaian kompetensi pedagogik

sebesar 43,45 dan rata-rata skor capaian kompetensi profesional sebesar 49,37

C. Anggapan Dasar

Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam

(38)

melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga

dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran

berlangsung dan berperan dalam menentukan tercapainya tujuan

pembelajaran itu sendiri. Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran

adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran merupakan scenario pembelajaran yang menjadi

acuan dan pola pelaksanaan program pembelajaran bagi pihak pendidik, dan

pengalaman belajar yang sistematis dan efektif bagi pihak peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan proses aktivitas

yang dilakukan secara tertata dan teratur, berjalan secara logis dan sistematis

mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati sebelumnya.

Apabila perencanaan pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik,

maka pelaksanaan pembelajaran juga akan berjalan dengan baik pula sesuai

dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan anggapan dasar di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. kemampuan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Guru SD

(39)

2. ada keterkaitan atau korelasi positif antara kemampuan menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan hasil uji kompetensi guru pada

guru SD di wilayah UPT Dindikpora Kecamatan Mandiraja;

3. kemampuan melaksanakan pembelajaran pada Guru SD di wilayah UPT

Dindikpora Kecamatan Mandiraja adalah baik;

4. ada keterkaitan atau korelasi positif antara kemampuan melaksanakan

pembelajaran bahasa Indonesia dengan hasil uji kompetensi guru pada

guru SD di wilayah UPT Dindikpora Kecamatan Mandiraja;

5. ada keterkaitan atau korelasi positif antara kemampuan menyusun RPP

dan kemampuan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan

hasil uji kompetensi guru pada guru SD di wilayah UPT Dindikpora

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alternatif yang dipilih adalah melalui media kotak jodoh.Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap bahwa kemampuan kognitif anak dalam memasangkan benda

Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya sistem perencanaan

Siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control internal juga dapat mengatasi tuntutan untuk menjadi mandiri dengan lebih baik karena mereka lebih mengandalkan

Kuatnya dominasi politik dalam pertarungan ruang dan kuasa ini mendorong media untuk ikut tereduksi atau mereduksikan diri ke dalam pusaran ragam kepentingan politik

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang belum efisien dalam Manajemen pemberkasan Beban Kinerja Dosen BKD dan perhitungan Penetapan Angka Kredit PAK karena dalam sistem yang

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kecepatan berjalan pada remaja di SMA Negeri 1 Blora dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Indeks

Seleksi in vitro dalam Media Mengandung PEG Untuk mengevaluasi pengaruh PEG terhadap pembentukan ES jagung, ES jagung dari kelima genotipe jagung yang diuji yang berumur satu

Langkah pertama yang dilakukan dalam memodifikasi alat tenun adalah dengan melakukan Pemilihan Alat yang dapat dimodifikasi dengan menambahkan mesin pada alat