• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki locus of control internal dan siswa yang memiliki locus of control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Pamawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki locus of control internal dan siswa yang memiliki locus of control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Pamawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009 - USD Repository"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv 

 

Kemudian berkatalah Elia kepada Ahab: “Pergilah, makanlah dan

minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.”

(I Raja-Raja 18:41)

Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan

beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati,

sebab Tuhan enyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan

cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu,

tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau

untuk selamanya.

(I Tawarikh 28:9)

Karya ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibu, atas dukungan dan kasih sayangnya Adikku Wening, atas doanya dan semangat yang kau berikan buatku Ferani, untuk dukungan dan selalu ada di sebelahku Teman-temanku, untuk ada saat aku butuh

(5)
(6)

vi 

 

LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL PADA SISWA-SISWI KELAS X SMA PADMAWIJAYA KLATEN TAHUN AJARAN 2008-2009

Ignasius Erlangga Priantoro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009.

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009 yang berjumlah 127 subjek. Pengambilan data Locus of Control dengan menggunakan skala IPC Locus of Control yang dikembangkan oleh Levenson dan yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Munandar. Sedangkan data nilai rapor diperoleh berdasarkan data nilai rapor yang diperoleh dari SMA Padmawijaya Klaten. Skala Locus of Control memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,859.

Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009, peneliti menggunakan uji beda Independent Sample t-test. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t hitung sebesar 1,174 dengan taraf signifikansi 0,234 dan t tabel sebesar 1,960. Hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control eksternal pada siswa-siswi SMA Padmawijaya Klaten tahun ajaran 2008-2009.

(7)

vii 

 

HAVE LOCUS OF CONTROL EXTERNAL ON TENTH GRADE STUDENTS OF SMA PADMAWIJAYA KLATEN IN 2008-2009

ACADEMIC YEAR

Ignasius Erlangga Priantoro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

This research was aiming to figure out the school achievement difference between students who have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year. Hypothesis that was proposed was there was school achievement difference between students who have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.

There were 127 students who joined this research. All students were at tenth grade at SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year. To gain student’s Locus of Control data, researcher used Levenson’s IPC Locus of Control scale which then translated into Indonesian language by Munandar. To gather student’s school achievement data, researcher used student’s school achievement data which were provided by the school. The reliability of Locus of Control scale that was tested was 0,859.

To figure out the school achievement difference between students who have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year, researcher used Independent Sample t-test. The result showed that the differential value was 1,174 with significant value was 0,234. Since the significant value was higher than 0,05, the hypothesis was rejected. In other words, there was no school achievement difference between students who have internal Locus of Control and students who have external Locus of Control on tenth grade students of SMA Padmawijaya Klaten in 2008-2009 academic year.

(8)
(9)

ix 

 

Puji dan syukur atas kasih Tuhan Yeus yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis, untuk itu, dalam kesempatai ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhanku, Yesus Kristus yang dengan setianya membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, yang telah memberikan keyakinan pada penulis bahwa skripsi ini akan selesai.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas kesedian waktu dan bantuan yang amat berharga bagi penulis sehingga karya ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Kristiana Dewayani atas arahan dan koreksian yang sangat berarti bagi penelitian ini.

5. Ibu M. M. Nimas Eki S., S. Psi., Psi, M. Si. atas arahan dan koreksian yang sangat berarti bagi penelitian ini.

6. Ibu Ratna selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Negri I Klaten karena telah mengijinkan peneliti melakukan uji coba alat penelitian

7. Ibu Endang Pratiwi selaku guru Bimbingan Konseling di SMA Padmawijaya Klaten atas diijinkannya peneliti melakukan pebelitian di SMA Padmawijaya Klaten

8. Teman-teman kelas X SMA Negri I Klaten atas kesediannya mengisi skala 9. Teman-teman kelas X SMA Padmawijaya Klaten atas kesediannya mengisi

skala.

10.Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas penyertaannya selama ini

(10)

 

14.Pakdhe Gito atas petuah-petuahnya. Terima kasih juga atas bantuannya selama ini

15.Ferani atas dukungannya selama ini. Terima kasih dah mau dengar keluh-kesahku. Terima kasih juga atas marah-marahnya. He…he… Makasih banget ya… aku ga tau gimana aku tanpa kamu….

16.Sahabat-sahabatku yang sudah lama tidak bertemu. Deny, Ivan, Didit, Yayan, Lukas, Alfon. Ayo rek kumpul maneh. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Terima kasih juga atas sms-sms yang menyegarkan saat aku jenuh.

17.Aji, Ronald, Johan, Indri, Sr. Chris atas semua dukungannya, bantuannya, persahabatan yang kalian tawarkan selama ini.

18.Teman-teman kosku. Terima kasih atas malam-malam panjang yang kita lalui bersama.

19.Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2004, dan juga segala angkatan. Terima kasih atas segala kebersamaan yang menyenangkan.

20.Mas Gandung dan Mba Naniek. Terima kasih atas bantuannya selama ini yang teramat besar.

21.Paklik Mudji. Terima kasih banyak atas bantuan dan gurauan-gurauannya. 22.Mas Doni. Terima kasih atas bantuan pinjaman buku dan lain-lain.

23.Pak Gi’. Terima kasih atas bantuannya dan senyumnya.

24.Kang Umar dan keluarga atas makanannya yang menyehatkan dan mengenyangkan

(11)

xi 

 

HALAMAN JUDUL………...……i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….…….ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…...…….iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...………iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...……..v

ABSTRAK………vi

ABSTRACT……….…vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANKADEMIS………....viii

KATA PENGANTAR………..ix

DAFTAR ISI……….xi

DAFTAR TABEL………...…………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………xv

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Rumusan Masalah………..17

C. Tujuan Penelitian………17

(12)

xii 

 

Perkembangan Remaja……….……..18

B. Prestasi Belajar………...23

C. Locus of Control………...32

D. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Memiliki Locus of Control Internal dan Siswa yang Memiliki Locus of Control Eksternal……….41

E. Hipotesis Penelitian………44

BAB III METODE PENELITIAN………45

A. Jenis Penelitian………...45

B. Identifikasi Variabel Penelitian………..45

C. Definisi Operasional………...45

D. Populasi dan Sampling………...47

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………...48

F. Analisis Data………..56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..58

A. Hasil Penelitian………..59

B. Pembahasan………66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………71

(13)

xiii 

(14)

xiv 

 

Tabel 1 Distribusi Butir Skala IPC Levenson………...49

Tabel 2 Skor Untuk Jawaban Faktor Internal………50

Tabel 3 Skor Untuk Jawaban Faktor Eksternal……….50

Tebel 4 Distribusi Butir Skala IPC Levenson Setelah Analisis Item……56

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok Siswa yang Memiliki Locus of Control Internal………..60

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok Siswa yang Memiliki Locus of Control Eksternal………..60

Tabel 7 Uji Homogenitas………...61

Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian……….62

Tabel 9 Prosentase Orientasi Locus of Control Siswa………..63

Tabel 10 Deskripsi Data Nilai Rapor………..64

(15)

xv 

 

1. Skala IPC Levenson Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas 2. Skala IPC Levenson Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas 3. Rekapitulasi Data Uji Coba Skala

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Skala 5. Rekapitulasi Data Penelitian

6. Hasil Reliabilitas Penelitian 7. Uji Asumsi :

a. Uji Normalitas b. Uji Homogenitas 8. Uji-t

9. Deskripsi Data Nilai Rapor 10.Deskripsi Data Locus of Control

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal (Wahyuningsih,2004).

Winkel (2007) mengungkapkan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di kelas. Ditambahkan pula bahwa kegiatan ini bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak melalui usaha belajar. Dengan belajar anak dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang akan mengantarnya ke kedewasaan dan diharapkan anak mampu mencapai keberhasilan dalam proses belajar ini.

(17)

terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

Wahyuningsih (2004) mengatakan bahwa belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga, terhadap seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa dapat berguna untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut telah mengalami perubahan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan. Prestasi belajar seorang siswa dapat dilihat dari penilaian terhadap hasil belajarnya.

(18)

Prestasi belajar sangat penting bagi para siswa karena dapat menentukan kelangsungan masa depannya. Lima puluh persen dari siswa SMKN 1 Pontianak yang mengikuti UAN tidak lulus karena gagal di mata pelajaran Matematika dan bahasa Inggris. Nilai UAN siswa untuk kedua mata pelajaran ini di bawah empat. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 1 Pontianak, Edward Aritonang, mengatakan bahwa siswa SMK yang tidak lulus UAN terpaksa harus mengulang selama satu tahun karena tidak diperbolehkan mengambil ujian Paket C (”Angka Kelulusan SMK Jeblok”, 2008). Siswa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) yang dilaporkan tidak lulus UAN sebanyak 27.164 siswa dari Jawa Barat dan lebih dari 10.000 siswa dari Lampung. Robby SS, Kepala Seksi Pendidikan Menengah SMU dan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung mengatakan bahwa status kelulusan SLTP merupakan syarat utama untuk melanjutkan ke tingkat SLTA. Siswa SLTP yang tidak lulus dalam UAN tidak bisa meneruskan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) (”Makin Banyak Siswa Tak Lulus UAN”, 2008).

Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya sebuah hasil proses belajar yang ditunjukkan oleh sebuah prestasi belajar berupa nilai Ujian Akhir Nasional (UAN). Oleh karena itu prestasi belajar seorang siswa perlu ditingkatkan karena menentukan masa depannya setidaknya dalam menentukan kelanjutan jenjang pendidikannya.

(19)

karyawan. Calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di bawah ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan perusahaan tentu saja akan ditolak oleh perusahaan untuk menjadi karyawan pada perusahaan tersebut. Sedangkan calon karyawan atau lulusan dengan prestasi belajar di atas ketentuan prestasi belajar minimum yang ditentukan oleh perusahaan mempunyai peluang yang besar untuk menjadi karyawan di perusahaan tersebut.

Siswa yang memiliki prestasi belajar yang tidak bagus atau rendah akan mengalami berbagai kesulitan. Siswa tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya dan mendapat malu karena tinggal kelas. Siswa tersebut juga akan mengalami hambatan dalam mewujudkan cita-citanya sehingga akan kesulitan dalam menggapai masa depan yang cemerlang. Sedangkan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik akan mendapat berbagai kemudahan. Siswa tersebut akan dengan mudah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang berikutnya. Siswa tersebut juga akan mudah mewujudkan cita-citanya dan menggapai masa depan yang cemerlang. Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi dapat menimbulkan rasa bangga, tidak hanya pada orang tersebut, melainkan juga pada lingkungan sekitarnya yang mendukung usahanya dalam pencapaian prestasi (Purwantara, 2002).

(20)

(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel, 1997), hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (dalam Wahyuningsih, 2004), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan dalam mencapai prestasi belajar yang baik, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-faktor lain.

(21)

diberikan oleh guru kepada siswa juga ikut mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa (Wonoprabowo, 2003)

Syah (2008) mengungkapkan bahwa di samping faktor inteligensi, faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa yang turut mempengaruhi prestasi belajar adalah kondisi umum jasmani, sikap, bakat, minat dan motivasi. Wahyuningsih (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,248 (p=0,002).

Selain itu, salah satu faktor internal yang diduga mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa adalah Locus of Control. Locus of Control

dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter pada tahun 1960-an (Magill, 1996). Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control

merupakan sebuah keyakinan mengenai sumber penentu kejadian dalam hidup seseorang. Dengan kata lain Locus of Control adalah keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Larsen & Buss dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007). Locus of Control menggambarkan seberapa jauh seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya (action) dengan akibat atau hasilnya (outcome) (Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007).

Rotter (dalam Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control

merupakan hasil dari proses belajar sosial. Dalam konsepnya ini, Rotter mengungkapkan 3 hal penting yang berhubungan dengan Locus of Control

(22)

(the psychological situation). Seseorang berperilaku karena mengharapkan sesuatu terjadi. Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri dan apa yang individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan meyakininya bahwa sesuatu terjadi dalam hidupnya karena kekuatannya sendiri. Saat individu berperilaku dengan lebih mengandalkan hal-hal dari luar dirinya dan apa yang individu tersebut harapkan terjadi, individu telah belajar dan meyakininya bahwa sesuatu terjadi karena pengaruh dari sesuatu dari luar dirinya. Keyakinan ini akan semakin kuat bila apa yang telah dipelajari individu tersebut mendapat penguatan. Berdasarkan hal ini, Rotter (dalam Corsini, 1994) membedakan Locus of Control menjadi dua, yakni Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal. Individu dengan Locus of Control internal cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Sedangkan individu yang memiliki Locus of Control eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa.

(23)

individu dengan Locus of Control eksternal akan memandang keberhasilan dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya.

Locus of Control juga mengacu pada orientasi motivasi seseorang. Individu dengan Locus of Control internal dapat memotivasi dirinya sendiri atau memiliki motivasi internal sedangkan individu dengan Locus of Control

eksternal memiliki motivasi eksternal (VandenBos, 2007). Seseorang dengan

Locus of Control internal adalah mereka yang merasa bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tertentu. Hasil adalah dampak langsung dari tindakannya. Sehingga mereka lebih termotivasi untuk bertindak. Sedangkan orang dengan

Locus of Control eksternal adalah mereka yang seringkali menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain di luar kekuasaannya. Akibatnya mereka tidak termotivasi untuk bertindak dan hanya menunggu pihak luar dirinya (”Inspirasi dan Motivasi”, 2000).

(24)

dikarenakan mereka sadar akan kekuatan atau sumber daya dari dalam dirinya sendiri sehingga mereka dapat memotivasi diri mereka sendiri untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Tingkat usaha yang tinggi ini akan memberikan peluang yang besar bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Selain itu, dengan rasa tanggung jawab yang besar atas kesuksesannya sendiri, siswa akan berusaha lebih giat karena mereka merasa bila mereka tidak berusaha, mereka tidak akan berhasil.

(25)

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnianingtyas (2002) menemukan bahwa motif berprestasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

Locus of Control internal (r=0,521, p<0,05). Siswa dengan Locus of Control

internal akan memiliki motif berprestasi yang tinggi juga. Dengan demikian siswa yang memiliki Locus of Control internal akan memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk selalu memperoleh prestasi yang tinggi.

Carducci (1998) mengungkapkan beberapa penelitian yang melihat bagaimana Locus of Control mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Nord, Connelly, & Daignault pada tahun 1974 serta Prociuk & Breen pada tahun 1975 yang melibatkan mahasiswa. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memiliki Locus of Control internal memiliki niat untuk belajar lebih banyak, lebih sukses dalam ujian, dan mendapat nilai yang lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki

Locus of Control eksternal. Penelitian lain yang diungkapkan adalah penelitian yang dilakukan oleh Bar-Tal & Bar-Zohar pada tahun 1977, Findley & Cooper pada tahun 1983, serta Lefcourt pada tahun 1982. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, disimpulkan bahwa ada hubungan antara Locus of Control

internal dan prestasi belajar yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Katz dan Yablon (2004) menemukan bahwa nilai ujian statistik siswa dengan

Locus of Control internal lebih baik daripada nilai ujian statistik siswa dengan

(26)

Syah (2008) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki keyakinan internal akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar sedangkan siswa yang memiliki keyakinan eksternal akan cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Dengan demikian, muncul siswa-siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi atau siswa-siswa yang memiliki prestasi belajar rendah.

Menurut Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), siswa adalah orang yang sedang berguru, belajar atau bersekolah terutama pada tingkat sekolah dasar hingga menengah. Siswa-siswa yang bersekolah pada tingkat sekolah dasar hingga menengah biasanya memiliki rentang usia antara tujuh hingga delapan belas tahun. Siswa-siswi pada tingkat sekolah menengah atas, khususnya, sudah dapat masuk tahap remaja, karena siswa-siswi sekolah menengah atas biasanya sudah berusia antara lima belas hingga delapan belas tahun. Yusuf (2004) mengungkapkan bahwa individu masuk pada tahap remaja pada rentang usia dua belas hingga 22 tahun, sedangkan Santrock (2002) mengatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia sepuluh tahun dan berakhir pada usia 22 tahun.

(27)

baik itu akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau mencari pekerjaan. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut, remaja yang duduk di bangku sekolah menengah atas diharapkan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik sehingga tidak memperoleh kesulitan untuk memenuhi harapan akan masa depannya tersebut. Dengan demikian siswa-siswi pada masa remaja, khususnya yang berada pada rentang usia lima belas hingga delapan belas tahun, menjadi penting untuk diteliti prestasi belajarnya.

(28)

G. Stanley Hall (dalam Santrock, 2002) memandang masa remaja sebagai masa badai dan stres (strom and stress). Pada masa ini, remaja mendapat banyak masalah, konflik dan perubahan suasana hati yang cepat. G. Stanley Hall (dalam Yusuf, 2004) juga mengatakan bahwa masa remaja merupakan periode yang berada dalam situasi kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan terhadap orang dewasa. Riberu (1985) mengatakan bahwa anak tumbuh menjadi remaja, masalah yang dihadapinya pun bertambah banyak. Soekanto (1989) menambahkan bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan kesulitan-kesulitan karena merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak yang telah ditinggalkan, tetapi masa kedewasaan belum dijalani dengan sungguh-sungguh. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi tugas remaja sebagai siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Santrock (2003) mengungkapkan bahwa remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan yang tampaknya lebih banyak dan kompleks. Melalui media, remaja dihadapkan pada pilihan gaya hidup yang kompleks: tayangan kekerasan, obat-obatan terlarang, minuman keras, aktivitas seksual yang bebas, dan lain-lain. Apabila salah memilih gaya hidup, remaja dapat merusak masa depannya sendiri.

(29)

individu, sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan dari orang tua karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Padahal, masa remaja merupakan masa pemberontakan terhadap orang dewasa. Remaja bingung bagaimana harus menentukan sikapnya.

Berbagai masalah dan ketidakstabilan ini dapat mempengaruhi prestasi belajar remaja (siswa) di sekolahnya. Siapakah yang bisa mengatasi masalah ini? Guru, orang tua, saudara, buku, film, teman, atau dirinya sendiri (Riberu, 1985)? Carducci (1998) mengungkapkan bahwa individu dengan Locus of Control internal percaya bahwa mereka lebih mampu mengendalikan suatu kejadian dalam hidup mereka daripada individu dengan Locus of Control

(30)

Myers (1983) mengungkapkan bahwa individu dengan Locus of Control internal lebih mandiri dan lebih mampu menahan pengaruh dari luar dibanding individu dengan Locus of Control eksternal. Siswa remaja dengan

Locus of Control internal lebih dapat menahan godaan-godaan negatif yang akan merusak masa depan mereka daripada siswa remaja dengan Locus of Control eksternal. Siswa remaja dengan Locus of Control eksternal lebih tidak dapat menahan godaan-godaan yang bersifat negatif seperti penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku seksual yang menyimpang yang nantinya merusak masa depannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (1997) yang mengungkapkan bahwa remaja dengan Locus of Control eksternal akan lebih mudah membelanjakan uangnya daripada remaja yang memiliki Locus of Control internal. Hal ini dikarenakan remaja dengan

Locus of Control internal lebih mampu mengendalikan diri dan tidak mudah terpengaruh oleh berbagai penawaran barang, sedangkan remaja dengan Locus of Control eksternal tidak mampu mengendalikan dirinya dalam masalah pengeluaran uang karena mudah dipengaruhi oleh berbagai tawaran hadiah dan diskon sehingga mereka lebih konsumtif bila dibandingkan dengan remaja yang memiliki Locus of Control internal, F=27,778, p=0,01.

Dengan demikian, siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control

internal dapat mengatasi permasalahan pada tahap perkembangannya dengan lebih baik bila dibandingkan dengan siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control eksternal. Siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control

(31)

Siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control internal juga dapat mengatasi tuntutan untuk menjadi mandiri dengan lebih baik karena mereka lebih mengandalkan kemampuannya sendiri dan tidak mengandalkan keberuntungan atau orang lain seperti yang dilakukan oleh para siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control eksternal. Selain itu, siswa-siswi remaja yang memiliki Locus of Control internal lebih tahan dalam menangkal godaan-godaan negatif yang dapat merusak prestasi belajarnya dan masa depannya. Tidak demikian dengan siswa-siswi yang memiliki Locus of Control eksternal, mereka mudah terpengaruh oleh godaan-godaan negatif yang dapat merusak presatsi belajarnya dan masa depannya.

Siswa remaja dengan Locus of Control internal memiliki motivasi internal sedangkan siswa remaja dengan Locus of Control eksternal memiliki motivasi eksternal. Mereka yang memiliki motivasi internal dapat memotivasi dirinya sendiri saat menghadapi masalah untuk mengatasi masalahnya tersebut sedangkan mereka yang memiliki motivasi eksternal mengandalkan motivasi dari luar dirinya yang belum tentu mereka peroleh sehingga mereka akan kesulitan untuk mengatasi masalahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (1990) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki motivasi internal akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi juga. Motivasi internal memiliki korelasi sebesar 0,63 (p=0,05) dengan prestasi belajar.

(32)

mempengaruhi kesuksesan siswa dalam prestasi belajarnya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah: ”Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan

Locus of Control eksternal?” C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan

Locus of Control eksternal. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat mengembangkan ilmu psikologi terutama yang berkaitan dengan psikologi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi para siswa untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal. Dengan demikian siswa dapat mengetahui cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengembangkan Locus of Control internal atau Locus of Control

(33)

18

A. Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Tahap Perkembangan Remaja 1. Siswa Sekolah Menengah Atas

Menurut Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), siswa adalah orang yang sedang berguru, belajar atau bersekolah terutama pada tingkat sekolah dasar hingga menengah. Siswa-siswa yang bersekolah pada tingkat sekolah dasar hingga menengah biasanya memiliki rentang usia antara tujuh hingga delapan belas tahun. Siswa pada sekolah menengah atas, khususnya, berada pada rentang usia lima belas hingga delapan belas tahun sehingga sudah dapat masuk tahap remaja.

2. Remaja

a. Definisi Remaja

(34)

tubuh serta perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara) dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi (pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealis). Terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (usia 10 – 22 tahun). Pada masa remaja terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat. b. Penggolongan Remaja

Penggolongan remaja menurut Konopka (dalam Yusuf, 2004) terbagi atas 3 tahapan, yaitu:

(35)

(b) remaja madya (usia 15 - 18 tahun) (c) remaja akhir (usia 19 - 22 tahun). c. Tahapan Perkembangan Remaja

i. Perkembangan Fisik pada Remaja

Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pubertas adalah suatu periode kedewasaan kerangka tubuh dan seksual yang cepat, terutama terjadi pada awal masa remaja. Testosteron memainkan peran penting dalam perkembangan pubertas laki-laki, estradiol pada perkembangan pubertas perempuan. Pertumbuhan yang cepat pada laki-laki terjadi kira-kira dua tahun lebih lambat daripada pada anak-anak perempuan, yakni 12,5 tahun usia awal rata-rata pada anak laki-laki, 10,5 tahun usia awal rata-rata pada anak-anak perempuan. Kematangan individual pada masa pubertas bersifat menyeluruh.

ii. Perkembangan Kognitif pada Remaja a) Pemikiran operasional formal

(36)

unik. Remaja mulai berpikir tentang kepribadian sama seperti cara yang dilakukan para ahli teori kepribadian, dan mereka memantau dunia sosial mereka dengan cara-cara yang lebih canggih.

b) Pengambilan Keputusan

Masa remaja adalah masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Remaja mengambil keputusan tentang masa depan, apakah harus kuliah, teman-teman mana yang harus dipilih, dan lain sebagainya. Dalam mengambil keputusan, remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan, dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber (Santrock, 2002).

iii. Perkembangan Emosi pada Remaja

(37)

Remaja akan mengalami perkembangan emosi yang besar. Mereka akan menuntut otonomi pada orang tuanya. Hal ini dapat mengakibatkan keadaan emosional yang memanas di keduabelah pihak yaitu orang tua dan remaja (Santrock, 2002). Memanasnya emosi disebabkan karena orang tua akan melakukan pengendalian yang lebih kuat ketika remaja menuntut otonomi dan tanggung jawab. Otonomi dan tanggung jawab menyebabkan orang tua merasa anak-anak remaja mereka melepaskan diri dari orang tua.

Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya terutama lingkungan keluarga dan teman sebaya (Yusuf, 2004). Keluarga dan teman sebaya memberikan perasaan kelekatan (attachment) pada remaja. Santrock (2002) mengemukakan bahwa kelekatan selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif yang menyediakan landasan yang kokoh di mana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat.

iv. Perkembangan Sosial pada Remaja

(38)

jalinan persahabatan maupun percintaan (Yusuf, 2004). Dalam hubungan dengan orang lain, remaja cenderung memilih teman yang sama dengan dirinya, baik menyangkut minat, sikap, nilai, dan kepribadian.

Monks (2002) mengatakan bahwa dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak: memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Dua macam arah gerak ini tidak merupakan dua hal yang berturutan meskipun yang satu dapat terkait pada yang lain. Gerak yang pertama tanpa adanya gerak yang kedua dapat menyebabkan kesepian.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan (Purwodarminto, 1985). Winkel (2007) mengatakan bahwa prestasi merupakan bukti usaha yang dicapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai.

(39)

ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Irwanto (1997) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997), belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar, kita dapat mengenal apa yang dimaksud dengan prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Arifin (dalam Wahyuningsih, 2002) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha dalam menguasai pelajaran dan dapat memberikan kepuasan tertentu kepada seseorang khususnya individu yang berada pada bangku sekolah. Hasil dari prestasi belajar selama proses belajar dapat dilihat dari nilai ulangan, tugas-tugas dan rapor .

(40)

mengevaluasi hasil belajar biasanya dilakukan dengan mangadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan maupun praktik yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil pengukuran ini merupakan informasi-informasi data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar (Mashrun, 1975).

Menurut Sunaryo (1989), tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar dapat diketahui dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi (Mulyono, 1990). Berkaitan dengan hal ini, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka-angka yang diberikan oleh guru.

Sorenson (1964) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat pencapaian atau penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan kepadanya dalam kurun waktu tertentu dalam suatu program pengajaran. Prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai siswa dalam usaha-usaha belajarnya dinyatakan dalam nilai rapor. Nilai rapor merupakan indikasi yang cukup baik terhadap kemampuan siswa. Nilai rapor menunjukkan maju-mundurnya hasil belajar siswa.

(41)

siswa terhadap materi pelajaran tersebut lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes yang ditulis dalam buku rapor.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat penguasaan pengetahuan atau pelajaran yang dimiliki pelajar berdasarkan hasil tes yang ditulis dalam buku rapor.

2. Tes sebagai Sarana Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi belajar seorang siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Evaluasi merupakan usaha penilaian terhadap suatu hal. Evaluasi belajar merupakan usaha penilaian terhadap perubahan-perubahan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Untuk mengetahui perubahan tersebut diperlukan suatu tes dan dari hasil tes tersebut dapat diketahui sejauh mana kecakapan yang dimiliki siswa.

Tes sebagai sarana pengukuran prestasi adalah tes yang telah terstandarisasi untuk mengukur sejauh mana siswa telah belajar (Woolfolk, 2005). Tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang dikerjakan oleh siswa dan menghasilkan suatu nilai tentang prestasi siswa tersebut. Usaha mengevaluasi hasil belajar siswa dapat menggunakan ujian tertulis, lisan, maupun praktek yang kemudian diberi skor. Hasil pengukuran prestasi belajar melalui tes ini diwujudkan dalam bentuk angka yang kemudian dilaporkan dalam bentuk rapor.

(42)

dalam bentuk ujian tertulis, lisan, maupun praktek yang kemudian diberi skor dimana skor tersebut dilaporkan dalam bentuk rapor.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Syah, 2008).

a. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri yaitu:

1) Fisiologis atau kondisi umum jasmani yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam belajar. Kondisi umum jasmani meliputi penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh saat belajar atau dalam penguasaan materi-materi pelajaran.

2) Psikologis yang terdiri atas: a) Motivasi

(43)

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Sedangkan menurut Wollfolk (2005), motivasi belajar adalah keinginan untuk mencari kegiatan belajar yang bermanfaat dan bermakna dan kemudian memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut.

b) Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Bakat juga berarti kemampuan untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.

d) Sikap

(44)

merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

e) Inteligensi

Intelegensi merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsang atau menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat. Menurut Binet (dalam Winkle, 1997) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.

f) Locus of Control

(45)

akan meyakini bahwa prestrasi belajarnya ditentukan dirinya sendiri. Sedangkan siswa yang memiliki Locus of Control

eksternal meyakini bahwa prestasi belajarnya ditentukan oleh faktor-faktor di luar dirinya sendiri seperti kepala sekolah, guru, soal ujian, teman, keberuntungan, nasib, dan lain-lain. b. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar diri individu

yang bersangkutan seperti: 1) Lingkungan sosial meliputi:

a) Guru

Guru sebagai pendidik akan menjadi panutan siswa saat belajar di sekolah. Cara dan perilaku guru saat mengajar akan mempengaruhi bagaimana siswa menyerap materi pelajaran. Guru yang berkualitas akan menunjang terciptanya suasana belajar-mengajar yang mendukung siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi.

b) Orang tua

(46)

bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c) Teman-teman

Teman-teman yang khususnya berada pada tingkat pendidikan yang sama dan berdekatan tempat tinggal dapat dijadikan teman belajar.

2) Lingkungan non-sosial a) Kondisi sekolah

Kondisi sekolah yang nyaman dan relatif tenang dapat membantu siswa untuk lebih mudah menyerap pelajaran secara baik. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas yang berkualitas, siswa akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya karena akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

b) Kondisi tempat tinggal

Kondisi tempat tinggal yang tenang, rapi dan nyaman akan memudahkan siswa untuk belajar.

c) Perlatan belajar dan buku-buku pelajaran

(47)

d) Waktu belajar

Waktu belajar yang teratur dan disesuaikan dengan kesiapan siswa dapat membantu siswa untuk menyerap pelajaran.

C. Locus of Control

1. Pengertian Locus of Control

Locus of Control dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter pada tahun 1960-an (Magill, 1996). Rotter (Corsini, 1994) mengungkapkan bahwa Locus of Control merupakan sebuah keyakinan mengenai sumber penentu kejadian dalam hidup seseorang. Dengan kata lain Locus of Control adalah keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Larsen & Buss dalam Zulkaida, Kurniati, Retnaningsih, Muluk, Rifameutia, 2007). Locus of Control dibedakan menjadi tiga yaitu Locus of Control internal, Locus of Control eksternal

powerful others dan Locus of Control eksternal chance. Individu dengan

(48)

dengan Locus of Control internal memiliki keyakinan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup sebagai konsekuensi atau akibat dari tindakan atau perbuatan diri sendiri dan dibawah pengendalian diri. Sedangkan individu yang memiliki Locus of control eksternal memiliki keyakinan bahwa suatu peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup sebagai konsekuensi atau akibat dari hal-hal di luar dirinya dan berada di luar kontrol dirinya seperti lingkungan atau orang lain.

(49)

sedangkan individu dengan Locus of Control eksternal memiliki motivasi eksternal (VandenBos, 2007). Saat apa yang individu harapkan terjadi karena usahanya sendiri, individu dapat memotivasi dirinya sendiri untuk berusaha. Sedangkan individu yang meyakini bahwa apa yang individu tersebut harapkan terjadi karena pengaruh faktor-faktor dari luar dirinya, individu tersebut mendapat motivasi dari luar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Locus of control adalah keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilaku dan penyebab dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya.

2. Penggolongan Locus of Control

Hadi (dalam Kurnianingtyas, 2002) mengatakan bahwa Locus of Control adalah suatu keyakinan individu mengenai sumber penentu perilaku dan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Secara garis besar

Locus of Control dibedakan menjadi:

a. kecenderungan internal, yaitu individu meyakini bahwa peristiwa dalam hidupnya terjadi karena dikendalikan oleh dirinya,

b. kecenderungan eksternal chance, yaitu individu merasa peristiwa dalam hidupnya dikendalikan oleh faktor dari luar dirinya seperti peluang, keberuntungan dan nasib,

(50)

Untuk mengukur keyakinan atau orientasi seseorang akan Locus of Control-nya, Rotter (dalam Carducci, 1998) menggunakan alat ukur yang disebut Internal-External Control of Reinforcement Scale (I-E Scale). Skala ini berisi 29 pasangan pernyataan dimana individu diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang merepresentasikan keyakinannya akan penyebab terjadinya suatu kejadian. Pasangan pernyataan tersebut berisi satu pernyataan yang menggambarkan keyakinan seseorang akan terjadinya suatu kejadian karena pengaruh internal atau dirinya sendiri dan satu pernyataan yang menggambarkan keyakinan seseorang akan terjadinya suatu kejadian karena pengaruh eksternal atau dari luar dirinya. Individu yang cenderung memilih jawaban internal merupakan individu yang memiliki orientasi Locus of Control internal sedangkan individu yang cenderung memilih jawaban eksternal merupakan individu yang memiliki orientasi Locus of Control eksternal.

(51)

Skala ini dapat mengukur kecenderungan orientasi Locus of Control seseorang apakah individu tersebut cenderung memiliki orientasi

Locus of Control internal, Locus of Control eksternal powerful others atau Locus of Control eksternal chance. Skala ini berisi 24 butir dengan perincian masing-masing faktor (internal, powerful others, dan chance)

terdiri dari delapan butir. Seluruh butir dalam skala IPC Levenson bersifat positif, di mana setiap pernyataan mendukung objek psikologis masing-masing faktor, yaitu internal, powerful others, dan chance. Individu yang mendapat skor tinggi dalam faktor tertentu menunjukkan bahwa dia mendukung pernyataan-pernyataan tersebut sehingga dapat diketahui arah orientasi Locus of Control-nya. Bila skor seseorang dalam faktor internal semakin tinggi, kita dapat mengetahui bahwa ia memiliki orientasi Locus of Control internal yang tinggi. Bila seseorang mendapat skor yang rendah dalam faktor internal, dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki orientasi Locus of Control internal yang rendah. Bila semakin tinggi skor faktor powerful others seseorang, kita dapat mengetahui bahwa ia memiliki orientasi Locus of Control eksternal powerful others yang tinggi. Bila semakin rendah skor powerful others yang diperoleh individu, individu trersebut memiliki orientasi Locus of Control powerful others

(52)

semakin rendah skor chance yang diperoleh individu, individu trersebut memiliki orientasi Locus of Control chance yang rendah.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan dan Perkembangan Locus of Control

Locus of Control bukan merupakan suatu konsep yang ada dalam diri individu yang bersifat bawaan, namun terbentuk dan berkembang dikarenakan berbagai macam faktor. Locus of Control dikembangkan dari teori belajar sosial. Hal ini berarti bahwa Locus of Control berhubungan dengan lingkungan sekitar. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah:

a. Pola asuh

Bila anak sejak lahir mendapat banyak reaksi terhadap tingkah lakunya, anak akan merasa bahwa apa yang dilakukannya berhasil karena ia melihat akibat tingkah lakunya. Bila orang tua yang hangat mendorong dan membantu anaknya, anaknya akan mempunyai kecenderungan Locus of Control internal. Bila orang tua dominan dan mengancam, anak akan cenderung memilki Locus of Control eksternal.

(53)

b. Usia

Perkembangan Locus of Control sejalan dengan pertambahan usia. Anak-anak cenderung memiliki Locus of Control eksternal karena anak-anak cenderung lebih mudah untuk tunduk pada kontrol yang diberikan oleh orang tua. Kontrol dari orang tua akan semakin berkurang sejalan dengan bertambahnya usia anak. Hal ini mengakibatkan kecenderungan Locus of Control yang dimiliki akan semakin internal.

c. Sosial Ekonomi

Semakin rendah status sosial ekonomi individu, semakin eksternal pula Locus of Control individu tersebut. Individu dengan status sosial ekonomi yang tinggi memiliki kendali yang relatif tinggi dalam dinamika sosial ekonomi masyarakat. Sebaliknya, individu dengan status sosial ekonomi yang rendah kurang memiliki kekuasaan dalam dinamika sosial ekonomi masyarakat. Mereka tidak memiliki pilihan selain menerima apa yang telah disediakan oleh sistem masyarakat. d. Gender

Penelitian yang dilakukan oleh Strickland dan Haley pada tahun 1980 serta penelitian oleh Schultz dan Schultz pada tahun 2005 membuktikan bahwa pria lebih memiliki orientasi Locus of Control

(54)

4. Perbedaan Individu dengan Orientasi Locus of Control Internal dan Eksternal

Seseorang yang memiliki Locus of Control internal akan memiliki tingkat usaha yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan orang tersebut bahwa keberhasilan dirinya ditentukan oleh usahanya sendiri. Bila orang tersebut tidak berusaha, dirinya tidak akan berhasil. Oleh karena itu, ia akan berusaha dengan keras agar dirinya berhasil. Sedangkan orang yang Locus of Control eksternal akan memiliki tingkat usaha yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa keberhasilan dirinya ditentukan oleh lingkungan atau orang lain. Oleh karena itu orang-orang yang berpendapat seperti ini akan mengandalkan lingkungan atau orang lain yang berusaha keras demi keberhasilan dirinya.

(55)

berprestasi, kuat, mandiri dan efektif daripada individu dengan Locus of Control eksternal (Corsini,1994).

Perbedaan Locus of Control pada setiap individu menimbulkan perbedaan sikap, sifat serta yang lainnya. Dalam hubungannya dengan orang lain, individu yang memiliki Locus of Control internal cenderung aktif, percaya diri dan memiliki motif berprestasi yang tinggi. Individu yang memiliki Locus of Control eksternal cenderung menarik diri, memiliki penyesuaian diri yang kurang baik dan konformis terhadap otoritas (Lefcourt, 1982).

VandenBos (2007) mengungkapkan bahwa individu dengan Locus of Control eksternal lebih cenderung untuk berperilaku sebagai respon atas keadaan di luar dirinya dan menganggap bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya muncul dari faktor-faktor yang tidak dapat individu tersebut kendalikan. Selain itu individu dengan Locus of Control eksternal lebih memiliki motivasi eksternal. Sedangkan individu dengan Locus of Control

internal lebih cenderung untuk berperilaku sebagai respon atas keadaan di dalam dirinya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di dalam hidupnya muncul dari kemampuannya sendiri. Individu dengan Locus of Control

internal akan memiliki motivasi internal.

Rosyid (1997) mengungkan bahwa individu dengan Locus of Control

(56)

karakteristik lebih mandiri, ulet, mempunyai daya tahan yang kuat serta lebih tahan dalam menghadapi pengaruh sosial, lebih mampu menunda pemuasan, tidak mudah terpengaruh, lebih mampu menghadapi kegagalan serta lebih aktif dan ulet dalam mencari dan menggunakan informasi yang relevan untuk menguasai keadaan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecenderungan Locus of Control internal mempunyai rasa percaya diri akan kemampuannya untuk dapat mengendalikan kehidupannya, mampu menghadapi kegagalan, mandiri dan bertanggungjawab. Orang yang memiliki kecenderungan Locus of Control

eksternal cenderung mudah menyerah, merasa tidak berdaya dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

D. Perbedaan Prestasi Belajar antara Siswa yang Memiliki Locus of Control Internal dan Siswa yang Memiliki Locus of Control Eksternal

(57)

Locus of Control dibedakan menjadi dua yaitu Locus of Control

internal dan eksternal. Individu yang memiliki Locus of Control internal akan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya dikendalikan dan disebabkan oleh dirinya sendiri. Individu yang memiliki Locus of Control

eksternal akan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya dikendalikan dan disebabkan oleh sesuatu di luar dirinya seperti: peluang, keberuntungan, nasib atau orang lain yang lebih berkuasa.

Keyakinan seseorang atas penyebab peristiwa-peristiwa dalam hidupnya akan mempengaruhi tingkat usaha seseorang. Seseorang yang yakin bahwa segala peristiwa dalam hidupnya disebabkan oleh tindakan atau perbuatan dirinya sendiri akan memiliki tingkat usaha yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan orang tersebut bahwa keberhasilan dirinya ditentukan oleh usahanya sendiri. Bila orang tersebut tidak berusaha, dirinya tidak akan berhasil. Oleh karena itu, ia akan berusaha dengan keras agar dirinya berhasil. Sedangkan orang yang yakin bahwa segala peristiwa dalam hidupnya disebabkan oleh hal-hal di luar dirinya dan berada di luar kontrol dirinya akan memiliki tingkat usaha yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa keberhasilan dirinya ditentukan oleh lingkungan atau orang lain. Oleh karena itu orang-orang yang berpendapat seperti ini akan mengandalkan lingkungan atau orang lain demi keberhasilan dirinya.

(58)

belajarnya. Oleh karena itu, siswa dengan Locus of Control internal akan lebih giat belajar supaya memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Siswa yang memiliki kecenderungan Locus of Control eksternal cenderung mudah menyerah, merasa tidak berdaya dan memiliki kepercayaan diri yang rendah untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Mereka akan lebih mengandalakan faktor-faktor di luar dirinya untuk memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dan tidak mengandalkan usaha dari dirinya sendiri.

Siswa dengan Locus of Control internal akan mampu memunculkan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Mereka tidak memerlukan dorongan atau hukuman dari orang lain untuk berusaha (Woolfolk, 2005). Oleh karena itu, siswa dengan Locus of Control internal akan dengan mudah bangkit kembali bila mengalami kegagalan dan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk memperoleh prestasi belajar yang bagus. Sedangkan siswa dengan Locus of Control eksternal lebih mengandalkan motivasi dari luar dirinya karena tidak dapat memunculkan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Siswa dengan Locus of Control eksternal tidak mudah bangkit kembali bila mengalami kegagalan dan mengandalkan motivasi dari luar dirinya untuk memperoleh prestasi belajar yang bagus.

(59)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

Ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang memiliki Locus of Control internal dan siswa yang memiliki Locus of Control

eksternal. Dimana prestasi belajar siswa yang memiliki Locus of Control

(60)

45

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal-komparatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara melihat perbedaan akibat yang ada (Suryabrata, 2006). Akibat yang ingin dilihat perbedaannya adalah prestasi belajar siswa. Dari perbedaan tersebut, dapat diketahui bagaimana Locus of Control internal dan Locus of Control eksternal mempengaruhi prestasi belajar.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas : Locus of Control Variabel tergantung : Prestasi belajar siswa

C. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar Siswa

Definisi operasional prestasi belajar adalah tingkat penguasaan pengetahuan atau pelajaran yang dimiliki pelajar berdasarkan hasil tes yang ditulis di buku rapor dalam bentuk jumlah nilai keseluruhan mata pelajaran.

2. Locus of Control

(61)

a. kecenderungan internal, yaitu individu meyakini bahwa peristiwa dalam hidupnya terjadi karena dikendalikan oleh dirinya, memiliki tingkat usaha yang tinggi, percaya pada diri sendiri, memiliki motivasi internal

b. kecenderungan eksternal chance, yaitu individu merasa peristiwa dalam hidupnya dikendalikan oleh faktor dari luar dirinya seperti peluang, keberuntungan dan nasib, memiliki tingkat usaha yang rendah karena mengandalkan keberuntungan, percaya pada keberuntungan atau nasib, memiliki motivasi eksternal

c. kecenderungan eksternal powerful others, yaitu individu merasa peristiwa dalam hidupnya dikendalikan oleh orang lain yang lebih berkuasa dari dirinya, memiliki tingkat usaha yang rendah karena mengandalkan orang lain, percaya pada orang lain, memiliki motivasi eksternal

(62)

individu tersebut cenderung memiliki orientasi Locus of Control internal, Locus of Control eksternal orang lain yang lebih berpengaruh (powerfull others) atau Locus of Control eksternal keberuntungan, nasib, dan kesempatan (chance).

Bila skor seseorang dalam faktor internal semakin tinggi, kita dapat mengetahui bahwa ia memiliki orientasi Locus of Control internal yang tinggi. Bila seseorang mendapat skor yang rendah dalam faktor internal, dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki orientasi Locus of Control internal yang rendah. Bila semakin tinggi skor faktor powerful others seseorang, kita dapat mengetahui bahwa ia memiliki orientasi Locus of Control eksternal powerful others yang tinggi. Bila semakin rendah skor powerful others yang diperoleh individu, individu trersebut memiliki orientasi Locus of Control powerful others yang rendah. Demikian juga berlaku pada faktor chance. Bila semakin tinggi skor faktor chance seseorang, kita dapat mengetahui bahwa ia memiliki orientasi Locus of Control eksternal chance yang tinggi. Bila semakin rendah skor chance yang diperoleh individu, individu trersebut memiliki orientasi Locus of Control chance yang rendah.

D. Populasi dan Sampling

(63)

sifat-sifat tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Alasan menggunakan subjek ini adalah bahwa subjek sesuai dengan ciri-ciri yang diharapkan yaitu masih duduk di angku sekolah menengah atas dan masuk dalam tahap perkembangan remaja.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Prestasi Belajar

Data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan melihat nilai rapor siswa yang bersangkutan. Nilai rapor yang akan dilihat adalah nilai rapor semester pertama siswa kelas X.

2. Locus of Control

a. Perkembangan Alat Ukur

(64)

b. Isi Butir skala IPC Levenson

Skala ini terdiri dari tiga faktor, di mana masing-masing faktor terdiri dari delapan pertanyaan sehingga skala ini memiliki jumlah 24 pertanyaan. Aspek-aspek tersebut adalah internal, eksternal powerfull others, eksternal chance.

Tabel 1

Distribusi Butir Skala IPC Levenson

Faktor Nomor Butir Jumlah

Internal (I) Powerful Others (P)

Chance (C)

1, 4, 5, 9, 18, 19, 21, 23 3, 8, 11, 13, 15, 17, 20, 22

2, 6, 7, 10, 12, 14, 16, 24

8 8 8

Jumlah 24

c. Cara Penyekoran skala IPC Levenson

Skala berbentuk skala sikap yang dikembangkan menurut metode Likert yang terdiri dari enam pilihan jawaban. Subjek hanya diperbolehkan memilih satu dari enam kemungkinan jawaban yang tersedia. Subjek yang mendapat skor tinggi dalam aspek tertentu menunjukkan bahwa dia mendukung pernyataan-pernyataan tersebut, sehingga dapat diketahui arah orientasi Locus of Control-nya.

(65)

Tabel 2

Skor untuk Jawaban Faktor Internal

Jawaban skor

Sangat Setuju (SS) 6

Setuju (S) 5

Agak Setuju (AS) 4 Agak Tidak Setuju (ATS) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sedangkan penyekoran untuk pertanyaan-pertanyaan aspek eksternal powerful others dan chance dilakukan pembalikan skor. Dengan demikian skor yang diberikan untuk tiap jawaban adalah:

Tabel 3

Skor untuk Jawaban Faktor Eksternal

Jawaban skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

(66)

d. Validitas dan Reliabilitas

Azwar (2006) mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas. Bila semakin tinggi validitas suatu alat tes, alat tes tes tersebut makin mengenai sasarannya dan makin menunjukkan apa yang harus ditunjukkannya. Validitas yang baik diperlihatkan oleh korelasi yang tinggi antara dua pengukuran terhadap trait yang sama oleh dua metode yang berbeda, atau korelasi yang rendah antara dua pengukuran terhadap trait yang berbeda walaupun menggunakan metode yang serupa.

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi lebih ditentukan oleh faktor eror atau kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2006).

(67)
(68)

powerfull others dan faktor eksternal chance karena faktor internal berusaha mengungkapkan kecenderungan Locus of Control internal seseorang.

Penelitian lain juga telah dilakukan untuk menguji reliabilitas IPC Levenson yang telah diterjemahkan oleh Munandar (Rosyid, 1997; Azwar, 2006). Dengan pendekatan reliabilitas Anava Hoyt, Agustomo memperoleh koefisien reliabilitas rxx’ = 0,750, Hendi

memperoleh koefisien rxx’ = 0,750, Sitaresmi memperoleh koefisien

rxx’ = 0,751 dan Haryanto memperoleh koefisien rxx’ = 0,749.

Persitarini menemukan koefisien rxx’ = 0,556 untuk faktor internal dan

koefisien rxx’ = 0,766 untuk faktor eksternal. Hal ini membuktikan

bahwa skala IPC Levenson memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Skala ini makin dapat dipercaya atau makin konsisten dan menunjukkan tingkat kesalahan yang kecil karena menghasilkan korelasi yang tinggi.

(69)

membandingkan isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara analisis rasional yaitu mendiskusikan setiap item yang dibuat dengan orang yang dianggap ahli dan memahami tentang alat ukur yang akan digunakan atau lebih dikenal dengan professional judgment (Azwar, 2004). Setelah dilakukan pengujian validitas isi, peneliti akan melakukan analisis item dengan cara menghitung koefisien korelasi item-total (rix). Hasil perhitungan ini merupakan parameter daya beda

item yang memperlihatkan kesesuaian fungsi item dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individual (Azwar, 2006). Setelah melakukan perhitungan daya beda item, peneliti akan melakukan pengukuran reliabilitas skala. Pengukuran ini menggunakan perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Perhitungan daya beda item dan reliabilitas skala dilakukan dengan

SPSS versi 13.0 for Windows.

1)Uji Validitas

(70)

2)Analisis Item

Untuk keperluan analisis item dan uji reliabilitas, peneliti mengadakan uji coba item yang dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2009 di SMA Negeri 1 Klaten yang beralamat di jalan Merbabu, Klaten. Sebelum melaksanakan uji coba, peneliti meminta ijin pada pihak sekolah untuk melaksanakan uji coba. Setelah mendapat ijin, peneliti melaksanakan uji coba pada tiga kelas yaitu kelas XA (yang berisi 13 siswa), XD (yang berisi 34

siswa),dan XF (yang berisi 33 siswa).

Besarnya koefisien korelasi item-total bergerak dari -1 sampai dengan 1. Semakin baik daya beda item, koefisien korelasinya semakin mendekati 1. Item yang dianggap baik adalah item yang memiliki rix ≥ 0,30 karena dianggap memuaskan dan

memiliki daya beda yang tinggi (Azwar, 2006).

Setelah dilakukan uji coba di SMA negeri 1 Klaten, peneliti menghitung daya beda item yaitu dengan menghitung korelasi item-total. Perhitungan korelasi item-total ini menghasilkan rix

(71)

Tabel 4

Distribusi Butir Skala IPC Levenson Setelah Analisis Item

Faktor Nomor Butir Jumlah

Internal (I) Powerful Others (P)

Chance (C)

1, 5, 9, 18, 19, 21, 23 3, 8, 11, 13, 15, 17, 20, 22

2, 6, 7, 10, 12, 14, 16, 24

7 8 8

Jumlah 23

3)Reliabilitas

Selanjutnya, peneliti melakukan perhitungan koefisien reliabilitas skala. Berdasarkan perhitungan dengan tekhnik Alpha Cronbach, untuk uji coba didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,865 sedangkan untuk penelitian didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,859. Berdasarkan hasil perhitungan uji beda dan reliabilitas skala, peneliti telah mendapatkan item yang valid dan reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian.

F. Analisis Data

(72)
(73)

58 

Peneliti melakukan penelitian di SMA Padmawijaya Klaten yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar No.1 Klaten. Sebelum peneliti melakukan pengambilan data untuk penlitian, peneliti meminta ijin terlebih dahulu pada pihak sekolah. Setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian, peneliti memulai pengambilan data. Data diambil dari siswa siswi kelas X SMA Padmawijaya tahun ajaran 2008-2009. Data yang ingin diperoleh dari subjek adalah data Locus of Control dan hasil prestasi belajar berupa nilai rapor. Nilai rapor yang diambil adalah jumlah nilai dari 17 mata pelajaran yang diajarkan di kelas X. Mata pelajaran tersebut adalah Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Ilmu Komputer, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Jawa.

(74)

   

siswa), XC (berisi 35 siswa), dan XD (berisi 28 siswa). Subjek yang didapat

berada pada rentang usia 14 hingga 18 tahun. Hal ini membuktikan bahwa subjek masih berada pada masa remaja.

Pengambilan data Locus of Control siswa dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 23 Februari 2009 untuk kelas XC danXD, dan pada tanggal

24 Februari 2009 untuk kelas XA dan XB. Sedangkan pengambilan data nilai

rapor siswa dilakukan pada tanggal 7 Maret 2009 karena peneliti harus menunggu para wali kelas untuk memberikan data nilai rapor untuk masing-masing kelas.

A. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

(75)

   

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran atau distribusi skor bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 13.0 dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Jika p<0,05, sebaran skor dapat dinyatakan tidak normal. Tetapi bila p>0,05, sebaran skor dikatakan memenuhi distribusi normal. Hasil uji normalitas nilai rapor dapat dilihat pada tabel:

Tabel 5

Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok Siswa yang Memiliki Locus Of Control Internal

Kolmogorov Smirnov 1,104 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,175

Tabel 6

Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok Siswa yang Memiliki Locus Of Control Eksternal

Kolmogorov Smirnov 0,747 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,632

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5 Uji Normalitas Nilai Rapor Kelompok Siswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam paper ini akan memaparkan berapa konsumsi energi listrik pada proses pengolahan kelapa sawit pada sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan berapa besar potensi

Dengan begitu permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam satu pertanyaan besar yaitu, bagaimana dinamika olahraga Bulutangkis dari tingkat lokal

Karena itu kemiskinan informasi dapat didefinisikan sebagai: suatu situasi dimana individu dan masyarakat, dengan konteks terntu, tidak mempunyai keahlian, kemampuan dan

– Warehouse  dirancang untuk OLAP query kompleks, view multi dimensi, konsolidasi.. Mengapa memisahkan Dw dan DB

Pasal 5 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Penerima Bantuan Rehabilitasi RTLH yang memiliki dan menempati satu-satunya Rumah dengan kondisi tidak layak hunib. (2) Kegiatan

Honda yang sampai saat ini masih memimpin pasar. Sistem penjualan dan pembelian pada perusahaan tersebut sudah terkomputerisasi., namun pada setiap bagian operasional masih

• ditujukan untuk menjamin lingkungan kerja dan belajar yang aman dan nyaman, serta terhindar dari kemungkinan petaka yang bersifat fatal terhadap diri sendiri, orang lain,

Dropship adalah barang yang dikirim langsung ke alamat Anggota.. Untuk info lebih lanjut lihat