• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 METODE PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan perairan Waduk Cirata yang meliputi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Bandung Barat. Terdiri dari 6 kecamatan dan 15 desa yang terletak di pinggiran Waduk Cirata. dan daerah bendungan PLTA UP-PJB dan BPWC yang berada di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered, Kabupaten Purwakarta. Gambar lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 (Satu). Pengumpulan data, pengolahan dan penulisan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Tabel 6 dibawah ini adalah matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 6. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Identifikasi Sumber Sedimentasi  Data Primer

 Data Sekunder

Analisis Statistika Descriptive

2 Estimasi Kerugian Ekonomi PLTA  Data Primer Analisis Benefit dan Cost

3 Analisis Kelembagaan

- Identifikasi dan analisis interaksi pengguna SD

 Data Primer  Data Sekunder

Analisis stakeholder dan analisis konflik

- Identifikasi dan analisis karakteristik SD

 Data Primer  Data Sekunder

Analisis Deskriptif

- Identifikasi dan analisis kebijakan  Data Primer  Data Sekunder

Analisis Kontent dan Analisis Gap - Identifikasi dan analisis variabel

unit lain : ekonomi, politik, kebijakan dan teknologi

 Data Primer  Data Sekunder

Pendekatan Dolsak dan Ostrom (2003)

- Redesign Kelembagaan  Data Primer  Data Sekunder

Pendekatan Dolsak dan Ostrom (2003)

(2)

Data primer diperoleh langsung dari responden terpilih melalui wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan terstruktur berupa kuesioner dan diskusi terfokus FGD untuk analisis kelembagaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data-data statistik yang berasal dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat, Instansi BPWC, BPS, PT PJB, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi.

Untuk estimasi kerugian PLTA wawancara dilakukan langsung dengan petugas PLTA dan seksi terkait untuk pengambilan data keuangan dan data produksi. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2 (Dua).

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Untuk identifikasi sumber sedimentasi sektor rumah tangga, industri, pertanian dan perikanan (KJA) dilakukan secara cluster random sampling. Clustering didasarkan pada pembagian keempat sektor diatas. Mengingat luasnya wilayah pengamatan yang meliputi tiga kabupaten yaitu Cianjur, Bandung Barat dan Purwakarta, maka pemilihan sampling didasarkan atas area geografis tertentu. Area geografis yang dimaksud yaitu kecamatan-kecamatan yang terletak di pinggiran waduk. Pemilihan sample berikutnya ditentukan berdasarkan sub set tertentu, yaitu dipilih desa-desa yang berada di sekitar genangan dan menjadi sentra perikanan KJA dari masing-masing kabupaten.

Untuk identifikasi sumber sedimentasi pada sektor pertanian dan industri, maka terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi luas lahan dan pemiliknya serta jumlah industri yang berada di sekitar waduk. Selanjutnya dari hasil jumlah identifikasi tersebut akan dilakukan pemilihan secara acak dengan besarnya jumlah sample proporsional. Adapun untuk menghitung besarnya jumlah sampel di masing-masing desa dan sektoral dilakukan dengan mengaju pada Fauzi (2001) dengan rumusan sebagai berikut:

n =

(3)

n = jumlah sampel yang diambil N = Jumlah populasi

Z = Standar deviasi yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan (95%) d = Tingkat akurasi/presisi (10%)

Berdasarkan perhitungan besaran sample diatas, maka dapat ditentukan besarnya jumlah sample wilayah penelitian untuk cluster sektor rumah tangga meliputi 3 Kabupaten, 6 kecamatan dan 15 desa, dengan jumlah responden sebesar 284 orang. Penentuan jumlah responden di setiap desa dilakukan secara proporsional dan pemilihan responden di masing-masing desa akan dilakukan secara acak. Mengingat kondisi wilayah yang akan diteliti bersifat homogen yang dicirikan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif sama, besarnya skala usaha yang dimiliki hampir serupa dan kondisi tempat tinggal yang sama, maka pengambilan sample dilakukan sebanyak 50 responden yang mewakili masing-masing cluster; sehingga total untuk tiga cluster sebanyak 150 sample (Lihat Tabel 7). Adapun jenis kuesioner dibagi menjadi empat sektor dengan masing-masing sektor dilengkapi dengan kuesioner data demografi responden yang terdapat pada kuesioner sektor rumah tangga domestik. Kuesioner sektor rumah tangga domestik, sektor pertanian, sektor perikanan dan sektor usaha berturut-turut terdapat pada Lampiran 3, 4, 5 dan 6.

Untuk analisis kelembagaan, penentuan responden dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap jenis lembaga yang ada di tiga zonasi waduk sesuai zona pembagian wilayah pengelola waduk, yaitu Zona Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur. Kelembagaan yang sejenis akan dilakukan wawancara dan FGD dengan sampling secara acak yang mewakili tiga zona wilayah tersebut. KII juga akan dilakukan terhadap tokoh-tokoh kunci yang berperan dalam pengelolaan waduk dengan menggunakan panduan pertanyaan seperti terdapat pada kusioner FGD dan KII pada Lampiran 7 (Tujuh). Adapun kelompok yang telah diwawancarai terdapat pada Tabel 8 (Delapan).

(4)

Tabel 7. Pembagian Besarnya Jumlah Responden per-unit Desa Penelitian

Kabupaten Desa Kecamatan Jumlah

RT Jumlah Sample Bandung Barat Margalaksana Cipeundeuy 2.348 10 Margaluyu Cipeundeuy 1.199 10 Nanggeleng Cipeundeuy 2.242 10 Nyenang Cipeundeuy 1.372 10

Bojong Mekar Cipeundeuy 1.430 10

8.591 50

Purwakarta

Citamiang Maniis 1.172 10

Sinar Galih Maniis 1.214 10

Tegal Datar Maniis 1.318 10

Pasir Jambu Maniis 914 10

4.618 40

Cianjur

Bobojong Mande 3.829 10

Mande Mande 582 10

Cikidang Bayangbang Mande 1.766 10

Kertajaya Tanggeung 1.154 10

Gunung Sari Sukanagara 1.292 10

Kamurang Cikalongkulon 752 10

9.375 60

TOTAL 22.584 150

Tabel 8. Daftar Kelompok Target Wawancara dan FGD

No Kelompok Sasaran Target (Kel)

1 BPWC 1

2 PT. PJB 1

3 Dinas Perikanan Kab. Cianjur 1

4 Dinas Perikanan Kab. Purwakarta 1

5 Dinas Perikanan Kab. Bandung Barat 1

6 Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat 1

7 Kelompok Petani Ikan ASPINDAC 3

8 Kelompok Petani Ikan Non ASPINDAC 3

9 ASPINDAC 1

10 GPMT 1

11 Penjual Pakan/pemilik gudang 3

TOTAL 17

4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Estimasi Kerugian

Pendekatan untuk estimasi nilai kerugian PLTA dilakukan dengan menggunakan analisis cost dan benefit. Data benefit dapat memperlihatkan trend

(5)

produksi yang diperoleh selama siklus project berjalan dan kita dapat mengetahui terjadinya perubahan produksi listrik yang dihasilkan dengan kondisi sedimentasi yang ada saat ini. Perubahan produksi ini akan mempengaruhi keuntungan atau

benefit suatu proyek. Pendekatan cost dilakukan untuk mengukur tingkat kerugian yang dialami oleh PLTA. Dengan melihat trend biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional dan maintenance, maka kita dapat melihat apakah terjadinya sedimentasi dapat menyebabkan biaya yang semakin tinggi terhadap operasional peralatan dan maintenance berjalannya proyek. Cost yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi hanya operational cost dan maintenance cost, karena kedua komponen tersebut yang paling mempengaruhi nilai keuntungan atau kerugian PLTA, sedangkan Benefit yang dimaksud adalah produksi listrik dalam satuan KWh. Perhitungan total cost dan benefit merupakan penjumlahan dari cost operasional dan maintenance dan produksi listrik yang dihasilkan selama periode proyek dimulai sampai dengan dengan berakhirnya proyek PLTA. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf PT. PJB, umur proyek diperkirakan dari besarnya tampungan mati (dead storage) yang dipersiapkan pada saat pembangunan waduk untuk menampung sedimen. Hasil perhitungan staf PT. PJB, umur waduk pada elevasi +185 diperkirakan 87 tahun. Oleh karena itu perhitungan cost dan benefit diestimasi dari mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 2075.

Masing-masing komponen total cost dan total benefit dihitung dengan nilai uang saat ini, yang disebut Net Present Value (NPV). Adapun rumusan untuk mendapatkan nilai moneter saat ini adalah sebagai berikut :

Tc = co + c1 + c2 + …+ c87 Tc = Total Cost tahun ke 0 s/d 87

Tb = b0 + b1 + b2 + …+ b87 Tb = Total Benefit tahun ke 0 s/d 87

Masing-masing dibuat dalam bentuk net present value untuk mendapatkan nilai mata uang saat ini :

NPV Tc = + + … + =

(6)

Dalam analisis benefit dan cost, hasil yang diperoleh/outcome dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak menentu antara lain adalah kenaikan harga suku cadang, kenaikan harga listrik, suku bunga/interest rate. Jika suku bunga pada saat tertentu meningkat, maka akan mempengaruhi nilai jual dasar listrik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan PLTA. Oleh karena itu dalam analisis benefit dan ratio diperlukan analisis sensitivitas. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sensitivitas hasil yang diperoleh terhadap faktor-faktor yang tidak bisa diantisipasi. Sensitivitas analisis ini membantu kita mengkomunikasikan kepada pemegang kebijakan mengenai resiko yang harus diantisipasi terhadap faktor-faktor yang tidak pasti. Dalam analisis sensitivitas model ini akan dilakukan dengan perubahan suku bunga/interest rate, untuk r1 =

10%, r2 = 15% dan r3 = 5%.

Untuk menghitung produksi listrik yang merupakan benefit proyek, dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan dasar yang diacu dari Simanjuntak (2011) sebagai berikut :

Dimana :

(P) Power = Tenaga listrik dalam kilowatt atau Kw

(H) Head = Jarak Kejatuhan air dari turbin ( dalam satuan kaki atau feet)

(Q) Flow = Jumlah aliran air (diukur dalam cubic feed per second atau cfs)

( ) Efisiensi turbin = 60% (0,06) untuk instalasi yang sudah tua atau tidak dipelihara dan 90% (0,09) untuk instalasi yang baru dengan pemeliharaan yang baik.

( =

9,81 = gaya gravitasi bumi

Untuk mengetahui besarnya penjualan listrik maka, rumus diatas dikalikan dengan harga jual dasar listrik.

4.4.2 Identifikasi Sumber Sedimentasi Utama

Untuk survey identifikasi sumber sedimentasi/pencemar, analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis statistika deskriptive dimana parameter

(7)

yang dicari adalah mean/nilai rata-rata, nilai minimal, maksimal dan simpangan baku. Adapun rumus untuk nilai rata-rata yang digunakan adalah sebagai berikut :

n E E n i i

  1 n E E n i i

  1 di mana:

E : nilai rata-rata volume limbah yang dibuang ke waduk Cirata

Ei : nilai pada contoh-i (volume limbah cair dan padat pada setiap sektor)

n : jumlah responden

Simpangan baku (standar deviation) atau ukuran keragaman (variance) dapat digunakan untuk mengukur resiko secara statistik. Rumus ragam (V2) dan simpangan baku (V)sebagai berikut :

1

1 2 2   

n E E V n i i 2 V V

Dalam rangka mencari solusi untuk perbaikan kualitas lingkungan akibat sedimentasi, maka dilakukan pendekatan CVM (Contingent Valuation Method). Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung dari hipotesis yang dibangun, misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya dan lain sebagainya. Pada hakekatnya pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar (willingness to pay) masyarakat, misalnya terhadap perbaikan lingkungan. Untuk mendapatkan informasi ini maka dilakukan dengan tehnik survey. Masyarakat akan diminta untuk menyebutkan berapa besar mereka ingin membayar untuk mengatasi masalah sampah yang dapat berkontribusi terhadap sedimentasi di waduk. Hasil WTP ini akan menjadi bagian sharing cost

dengan pihak pengelola waduk dalam upaya melakukan perbaikan terhadap isu sedimentasi.

Data WTP yang diperoleh dari hasil survey akan diregresikan dengan beberapa variabel tidak bebas (dependent variabel) yang dapat mempengaruhi WTP. Dalam penelitian ini, variabel bebas untuk analisis WTP adalah pendapatan (i), pendidikan (e), umur (a), indikator perubahan lingkungan (q), pekerjaan (o),

(8)

jarak rumah (d) dari waduk, jumlah anggota rumah tangga (f), asal responden (j) dan jenis kelamin (s).

WTP = f(i, e, a, q, o, d, f, j, s)

4.4.3 Analisis Kelembagaan

Studi kelembagaan akan mengacu pada kerangka berpikir Dolsak&Ostrom (2003). Bagaimana sumber daya dapat dimanfaatkan tergantung pada faktor-faktor yang saling berkaitan. Faktor ekonomi, politik, kebijakan dan teknologi akan menjadi unit analisis. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dan kaitannya dengan karakteristik pengguna sumber daya serta karakteristik sumber daya itu sendiri akan sangat mempengaruhi jenis dan bentuk struktur dan infrastruktur kelembagaan dalam pengelolaan Waduk Cirata. Hal tersebut dapat dilihat dalam diagram pada gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Metode Analisis Kelembagaan

Dari sisi faktor ekonomi akan dilihat bagaimana demand dari budidaya perikanan yang mempengaruhi semakin banyaknya jumlah KJA. Dalam hal ini akan mengkaji berapa permintaan pasar baik lokal, domestik maupun nasional terhadap ikan setiap tahunnya, jumlah usaha pendukung lain yang bergerak dibidang budidaya perikanan seperti usaha pakan ikan, bibit ikan maupun alat-alat

(9)

pembudidaya. Adanya biaya transaksi yang terjadi pada perijinan budidaya, retribusi dan premanisme yang terjadi di sekitar waduk yang mempengaruhi biaya produksi budidaya perikanan dan kontribusi kegiatan budidaya perikanan ini terhadap PAD dari 3 kabupaten yang melingkupi Waduk Cirata menjadi kajian dalam pembahasan faktor economic enviroment.

Untuk political enviroment, akan ditelusuri sejauhmana pemegang kebijakan yang berkuasa saat ini dan bagaimana mereka membuat kebijakan terkait dengan pengelolaan Waduk Cirata. Hal ini akan terlihat dari instruksi gubernur, SK pemerintah daerah maupun undang-undang lain yang terkait dengan kebijakan pemerintah di tiga kabupaten. Wilayah waduk yang beririsan diantara 3 kabupaten di Jawa Barat yaitu Purwakarta, Bandung Barat dan Cianjur juga mempengaruhi kebijakan pengelolaan waduk. Kesamaan persepsi terkait dengan aktivitas KJA diantara tiga kabupaten tentunya akan mempengaruhi keberlanjutan waduk.

Kajian legal enviroment akan dilakukan dengan melakukan analisa kontent untuk masing-masing kebijakan/Undang-undang yang menjadi dasar pengelola waduk. Bagaimana undang-undang dan kewenangan tersebut diimplementasikan serta respon dari masyarakat terkait undang-undang tersebut dan kinerja lembaga juga akan ditelaah. Pada unit analisis ini, parameter yang digunakan untuk mengamati arah kebijakan terletak pada kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah terhadap pengelolaan waduk. Sinkronisasi kebijakan yang dikeluarkan antara ketiga wilayah administrasi di perairan waduk yaitu pemerintah daerah Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur juga patut ditelusuri, karena ketika salah satu wilayah tidak mendukung kebijakan lingkungan maka akan mempengaruhi kondisi waduk keseluruhan. Analisis berikutnya terutama ditujukan untuk aturan yang ditetapkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat mengenai daya dukung lingkungan waduk dan jumlah KJA yang diperbolehkan berada di area waduk.

Teknologi yang digunakan oleh para penggguna sumber daya akan diidentifikasi dan dianalisis apakah penggunaanya dapat merugikan pihak lain atau menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan. Misalnya penggunaan drum atau busa untuk konstruksi karamba apakah dapat menyebabkan terjadinya

(10)

perbedaan produksi dan menimbulkan dampak lingkungan. Penggunaan teknologi berkaitan dengan biaya produksi, dan biaya eksternalitas. Semakin baik konstruksi karamba KJA tentunya akan semakin mahal biaya investasi yang mempengaruhi pendapatan seseorang, sehingga pengguna sumber daya cenderung mencari alternatif yang lebih murah dan mudah dalam membuat kontruksi KJA, yang tentu saja memiliki dampak lingkungan yang berbeda. Jenis pakan ikan, frekuensi pemberian pakan serta jenis ikan yang ditanam, akan memberikan dampak yang berbeda baik terhadap lingkungan maupun profit yang diperoleh petani KJA. Ketiadaan aturan main yang jelas dalam hal penggunaan teknologi ternyata juga dapat mengancam keberlanjutan waduk. Kebutuhan data dari setiap unit analisis, yaitu ekonomi, politik, hukum dan teknologi dapat dilihat pada Tabel 9.

Untuk karakteristik pengguna sumber daya, analisis ini akan memetakan stakeholder yang berperan dalam melaksanakan dan yang menjadi sasaran kebijakan. Berdasarkan teori kelembagaan analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya dalam kaitannya dengan isu atau sumber daya yang ada. Analisis yang dilakukan berupa : siapa para aktor yang berperan, bagaimana posisinya, apa hasil yang diharapkan oleh para aktor, bagaimana keterkaitan aksi dan hasil, siapa yang melakukan kontrol terhadap perilaku aktor dan informasi apa saja yang dimiliki aktor serta biaya dan manfaat yang ditanggung oleh aktor untuk melakukan pengorganisasian kelembagaan sumber daya. Pemetaan pengguna sumber daya ini dilakukan dengan menggunakan Tabel 10.

Hasil analisis stakeholder dapat memperlihatkan bagaimana interaksi antara aktor. Interaksi yang diperoleh dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis konflik. Dalam analisis ini dilakukan pemetaan terhadap konflik indikator, peace indikator dan stakeholder analisis. Konflik indikator memetakan akar masalah yang menyebabkan konflik, faktor-faktor yang menyebabkan konflik (proximate cause) dan faktor-faktor yang menjadi pemicu konflik (trigger). Ketiga indikator tersebut akan dikaitkan dengan situasi politik, ekonomi dan sosial cultural. Peace indikator merupakan hal-hal yang biasa dilakukan masyarakat dalam rangka menangani konflik diantara mereka. Dalam peace

(11)

indikator tersebut akan dirangkum bagaimana sistem keadilan yang diterapkan masyarakat atau konflik carrying capacity dari masyarakat, bagaimana proses yang dilakukan dalam menjalankan sistem keadilan tersebut dan tools apa yang digunakan oleh masyarakat dalam menjalankan sistem keadilan di masyarakat. Data-data terkait konflik analisis diatas akan diperoleh melalui FGD dan diskusi dengan para stakeholder kelembagaan di wilayah perairan Waduk Cirata. Tabel 11 digunakan untuk memandu analisis konflik dalam bentuk matriks.

Tabel 9. Parameter yang digunakan untuk setiap unit analisis

Unit Analisis Parameter

Economic Enviroment

- Akses ke pasar barang dan jasa - Trend harga pasar untuk ikan - Trend Permintaan ikan

- PAD Kab Cianjur, Purwakarta, Bandung Barat - Jumlah tenaga kerja

- Jenis usaha pendukung lainnya

- Biaya transaksi (retribusi, preman, biaya lain-lain) - Pendanaan dari luar negeri

- Dampak globalisasi ekonomi - Dampak resesi ekonomi global

Political Enviroment

-Produk kebijakan yang dihasilkan dari proses politik -Kebijakan terhadap budidaya perikanan

-Kinerja lembaga pemerintah yang menangani CPRs -Penegakan aturan-aturan pemerintah

Legal Enviroment

-Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.7 tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan

-SK Gubernur No. 45 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No.14/2002 tentang Usaha Perikanan dan Retribusi Usaha Perikanan

-Peraturan Gubernur No.16 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu

-SK Gubernur No.27tahun 1994 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan No.11/1986 tentang Tata Cara Pemanfaatan Perairan Umum untuk Usaha Perikanan

-Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung, Cianjur, Purwakarta dan Direktur PJB tahun 2003 tentang Pengembangan Pemanfaatan Kawasan Waduk Cirata

-Peraturan Daerah Kab. Purwakarta No.6/2010 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan

Teknologi -Konstruksi karamba jaring apung -Siklus pemberian pakan ikan -Jenis ikan pemakan plankton

(12)

Tabel 10. Analisis stakeholder

Daftar Stakeholder Agenda/Power Need Keterkaitan aksi dan hasil (Action)

Sumber : Hidayat (2010)

Tabel 11. Analisis Konflik

Konflik Indikator Peace Indikator Stakeholder Analysis

Summary Conclusion

Sumber : Barena (2003)

Analisis karakteristik sumber daya, mengkaji mengenai sumber daya waduk dan kaitannya dengan PLTA sebagai fungsi utama dibangunnya waduk. Ciri dan masalah waduk sebagai CPRs, provision dan appropriation problem yang mempengaruhi penggunaan waduk.

Tata kelola sumber daya, mengkaji struktur dan infrakstruktur kelembagaan serta analisis konflik diantara institution dan multiple user seperti KJA, PLTA, petani, maupun masyarakat di sekitar waduk. Analisis infrastruktur kelembagaan adalah pemahaman makna aturan main atau peraturan yang berlaku dalam kelompok masyarakat lokal melalui identifikasi isu. Peraturan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan Tabel 12 sehingga mudah dilihat keterhubungan peraturan tersebut dan kaitannya terhadap siapa yang berwenang untuk melaksanakan peraturan tersebut dan sejauh mana wewenang tersebut telah diimplementasikan. Analisis kebijakan selanjutnya disandingkan dengan hasil FGD tentang implementasi kebijakan di lapangan dan bagaimana peraturan tersebut dapat menjawab permasalahan terkait sedimentasi khususnya dan perbaikan lingkungan waduk pada umumnya. Kesenjangan yang terjadi atau hasil analisis gap dimasukkan dalam Tabel 13.

(13)

Tabel 12. Analisis Konten Peraturan/aturan main yang berlaku Substansi/Amanat Peraturan Perundang-Undangan Mengatasi masalah apa ? Aktor yang berperan Sumber : Hidayat (2010)

Tabel 13. Analisis Gap Hasil Analisis

Kontent

Realisasi/Implementasi Peraturan

Gap Analysis

Sumber : Parasuraman et al. (1985)

Faktor–faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelembagaan tersebut dapat menjadi data bagi rancangan kelembagan baru yang dapat mengurangi terjadinya eksternalitas yaitu sedimentasi dalam pemanfaatan CPRs.

Design kelembagaan untuk mengelola CPRs contohnya design peraturan mengenai alokasi penggunaan sumber daya, monitoring dan penegakkannya membutuhkan usaha yang besar. Para appropriator akan merasakan pentingnya kelembagaan jika mendapat manfaat dari adanya lembaga tersebut. Motivasi ekonomi untuk merubah aturan main pengelolaan sumber daya ternyata tidak cukup untuk dapat melakukannya. Perlu adanya otoritas yang berwenang untuk melakukannya. Oleh karena itu para peneliti (Dolsak&Ostrom, 2003) mendiskusikan prinsip umum yang dipakai untuk meningkatkan kinerja design kelembagaan. Prinsip umum tersebut menjadi batasan dalam melakukan interview dengan stakeholder untuk merekonstruksi stuktur kelembagaan baru. Redesign

(14)

kelembagaan tersebut juga akan mengacu pada evaluasi outcome yang diperoleh dari hasil analisis-analisis diatas. Prinsip umum tersebut, yaitu :

1. Peraturan dibuat dan dikelola oleh pengguna sumber daya 2. Keluhan tentang aturan mudah untuk dimonitor

3. Aturan mampu ditegakkan bersama 4. Sangsi dapat diberlakukan

5. Pengadilan tersedia dengan biaya yang rendah

6. Ratio petugas dan pengguna sumber daya proporsional

7. Lembaga yang mengatur CPRs perlu dibuat dalam berbagai tingkatan 8. Prosedur untuk merevisi aturan tersedia

Dalam menawarkan model redesign kelembagaan baru yang tepat digunakan dalam pengelolaan Waduk Cirata berdasarkan hasil wawancara dan telaah teori pembangunan good governance, maka akan dibuat tiga skenario design kelembagaan baru. Skenario tersebut mencakup best case scenario, status-quo scenario dan worst case scenario. Best scenario merupakan skenario terbaik pengelolaan waduk untuk mencapai suistanability, equity dan prosperity, dimana masing-masing aktor dapat terakomodasi baik kepentingan dan perilakunya.

Status-quo scenario adalah keadaan dimana keadaan berjalan normal seperti biasa (bussiness as usual), tentunya dengan kondisi-kondisi pengelolaan saat ini yang harus diperbaiki. Worst case scenario adalah keadaan dimana masing-masing stakeholder tidak lagi mampu menaati peraturan yang dibuat dan berjalan sendiri sesuai mandat dan kebutuhan yang ingin dicapainya.

Gambar

Tabel 6. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data  No  Tujuan Penelitian  Sumber Data  Metode Analisis Data   1   Identifikasi Sumber Sedimentasi      Data Primer
Tabel 7. Pembagian Besarnya Jumlah Responden per-unit Desa Penelitian
Gambar 6. Metode Analisis Kelembagaan
Tabel 9. Parameter yang digunakan untuk setiap unit analisis

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau

Merujuk pada beberapa kasus yang melibatkan beberapa bank tersebut diatas, yang hampir semuanya diakibatkan oleh salah dalam melakukan analisis sbagai

lainnya bagi Pegawai dan Guru yang berkaitan dengan tugas Bendahara.. rutin (Gaji, Taspen, TBP, Koperasi

Pemetaan data mahasiswa ini bertujuan dapat menggambarkan kondisi informasi mengenai keadaan mahasiswa dan jurusan dari berbagai dimensi data seperti melihat jumlah mahasiswa

Akan tetapi alam kasus ini, persaingan tiak sehat mun;ul karena aa upaya untuk men<atuhkan salah satu pihak engan menyinir melalui meia iklan.. Seharusnya

Abdur memiliki gaya stand up comedy yang berbeda dari beberapa komik lain, selain memuat materi mengenai Indonesia bagian timur, penampilan stand up comedy Abdur juga digunakan

Mengunyah permen ka- ret adalah kebiasaan yang sudah dikenal lama, bahkan orang Indian sudah mempraktekkan- nya berabad-abad yang lalu (Anonymous, available at http:

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model project based learning berbasis eksperimen efektif untuk meningkatkan penguasaan