• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN, UKURAN KOMITE

AUDIT DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP PREDIKSI

FINANCIAL DISTRESS

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

1

Luh Desi Damayanti,

1

Gede Adi Yuniarta,

2

Ni Kadek Sinarwati

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikang Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {damayantidesi73@yahoo.com, gdadi_ak@yahoo.co.id,

kadeksinar20@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress. Financial distress diukur dengan Interest Covarage Ratio (ICR), kinerja keuangan yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas dan leverage diukur dengan curret ratio, ROA dan debt ratio (DAR), ukuran komite audit diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit dan kepemilikan manajerial diukur dengan biaya agensi manajerial (agency cost). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015, sehingga diperoleh 210 data perusahaan.Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan (1) likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress, (2) profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress, (3) leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress, (4) ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress,(5) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif signifikan prediksi financial distress, dan (6) likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Kata kunci: kinerja keuangan, ukuran komite audit, kepemilikan manajerial dan financial distress

Abstract

This study aimed to determine the effect of financial performance, the size of audit committee, and managerial ownership on the prediction of financial distress. The financial distress was measured through Interest Coverage Ratio (ICR), the financial performance consisting of liquidity, profitability, and leverage was measured through curret ratio, ROA and debt ratio (DAR), the size of audit committee was measured through the number of members in the audit committee, and managerial ownership was measured through managerial agency costs. This research was a quantitative study using the financial reports of the companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The sampling technique in this study was purposive sampling. The samples used in this study were 42 companies, which were listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2015, in order to obtain the data of 210 companies. The data were analyzed through multiple linear regression analysis.

The results showed (1) liquidity had a negative significant effect on the prediction of financial distress, (2) profitability had a negative significant effect on the prediction of financial distress, (3) leverage had a positive significant effect on the prediction of financial distress, (4) the size of audit committee had no negative significant effect on prediction of financial distress, (5) managerial ownership had no positive significant effect on the prediction of financial distress, and (6) liquidity, profitability, leverage, size of audit committee, and managerial ownership simultaneously affected the prediction of financial distress.

(2)

Keywords: financial performance, the size of audit committee, managerial ownership and financial distress

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi tidak lepas dari kondisi investasi di suatu negara yang berkaitan erat dengan pasar modal.

Dengan adanya pasar modal,

memungkinkan suatu perusahaan lebih mudah memperoleh dana dan menghimpun dana dan bagi para pemodal akan memberikan alternatif tambahan untuk menginvestasikan dana yang mereka miliki. Investasi dana nantinya akan menambah

modal suatu perusahaan sehingga

perusahaan mampu untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun, dalam praktiknya

seringkali perusahaan yang telah

beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada kebangkrutan (Rismawaty, 2012).

Menurut Brahmana (2007) dalam Hidayat dan Meiranto (2014) suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang

mengalami financial distress jika

perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasi negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif dan perusahaan melakukan merger. Terjadinya, kasus de-listing beberapa perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (IDX)

sebagian besar disebabkan karena

kesulitan keuangan atau perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress. Seperti yang terjadi pada Surya Intrindo Makmur Tbk yang pada tahun 2012 keluar dari daftar perusahaan di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan Pan Asia Filament Inti Tbk serta Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk yang pada tahun 2013 juga keluar dari daftar perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Fenomena lain dari

financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami

likuiditas, ditunjukkan dengan

meningkatnya jumlah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada perbankan serta dari segi profitabilitas kinerja keuangan perusahaan menurun dilihat dari rugi yang dialami perusahaan selama 2 (dua) periode atau lebih.

Model financial distress ini digunakan untuk meramalkan adanya kegagalan keuangan bisnis sebelum benar-benar terjadi kebangkrutan karena dengan mengetahui kondisi financial distress

perusahaan sejak dini diharapkan

perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Penelitian tentang financial distress, kegagalan maupun kebangkrutan suatu perusahaan bisa diukur dan dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi pihak manajemen maupun pihak eksternal termasuk bagi investor untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Iramani (2007) dalam Yustika (2015) indikator kinerja keuangan

perusahaan dapat digunakan dalam

memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio leverage

dikarenakan rasio-rasio ini disinyalir dapat

menunjukkan kinerja keuangan dan

efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya financial distress. Selain, indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini juga terdapat indikator yang dinilai dari informasi non-keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial dimana kedua variabel ini dipilih karena kedua variabel ini disinyalir dapat memprediksi

financial distress disamping itu juga karena terjadi inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu.

Dipilihnya perusahaan manufaktur

dalam penelitian ini dikarenakan

perusahaan manufaktur merupakan

perusahaan yang paling berpengaruh terhadap kondisi perekonomian suatu negara khususnya Indonesia. Disamping itu, perusahaan manufaktur juga terdiri dari

(3)

beberapa sektor sehingga masing-masing sektor memiliki karakteristik yang berbeda oleh karena itu menjadi daya tarik untuk diteliti. Selain itu, menyikapi terjadinya kasus de-listing beberapa perusahaan yang

sebagian besar disebabkan karena

perusahaan tersebut awalnya mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress sehingga penting untuk dilakukan prediksi financial distress sejak dini agar perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan.

Pentingnya prediksi financial distress

perusahaan yang digunakan untuk

mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang, maka penulis tertarik mengambil judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”

Pengaruh likuiditas terhadap prediksi

financial distress

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio. Current ratio merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hapsari, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto (2014) menunjukkan bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi

kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya maka

semakin kecil kemungkinan terjadinya

financial distress begitupula sebaliknya semakin rendah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

maka semakin besar kemungkinan

terjadinya financial distress.

H1= Rasio Likuiditas Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Prediksi

Financial Distress Perusahaan.

Pengaruh profitabilitas terhadap prediksi

financial distress

Rasio profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan

laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Menurut Kamaludin dan Rini (2012:57), rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk mengukur

profitabilitas kumulatif. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan

return on total assets (ROA) untuk mengukur profitabilitas perusahaan.

Menurut Hidayat dan Meiranto (2014), ROA yang tinggi menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, sehingga semakin efektif dan efisien pengelolaan aktiva

perusahaan yang akhirnya dapat

mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan, dengan begitu perusahaan

akan memperoleh penghematan dan

memperoleh kecukupan dana untuk

menjalankan usahanya sedangkan rasio

return on total assets (ROA) yang rendah

menandakan kemungkinan perusahaan

akan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) semakin besar.

H2= Rasio Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Prediksi

Financial Distress Perusahaan.

Pengaruh leverage terhadap prediksi

financial distress

Rasio leverage menunjukkan

seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang

perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva (Aryani dan Widhiari, 2015). Rasio leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan total debt to asset ratio

(DAR). DAR merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur bagian aktiva

yang digunakan untuk menjamin

keseluruhan kewajiban atau hutang yang dimiliki perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) dimana dalam penelitianya menjelaskan bahwa rasio

leverage berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress

(4)

H3= Rasio Leverage Berpengaruh Signifikan Terhadap Prediksi

Financial Distress Perusahaan.

Pengaruh ukuran komite audit terhadap prediksi financial distress

Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu indikator agar terwujudnya corporat governance yang baik. Untuk dapat membentuk komite audit yang efektif, maka perusahaan harus membuat komite audit yang sesuai dengan Surat Edaran Bapepem Nomor SE-03/PM/ 2000 dan Keputusan Direksi BEJ Nomor Kep-351/BEJ/06/2000 yaitu keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan

sekurang-kurangnya salah seorang

memiliki kemampuan di bidang akuntansi keuangan.

Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Pierce dan Zahra (1992) dalam Wulandary (2011) bahwa terciptanya fungsi pengawasan komite audit yang efektif berhubungan dengan jumlah sumber daya yang dimiliki oleh komite. Dengan ukuran komite audit yang lebih besar maka sumber daya komite audit akan meningkat dan kualitas pengawasan juga meningkat. Sebuah komite audit yang memiliki anggota lebih besar akan memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan seperti masalah kesulitan keuangan (financial distress).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Januarti dan Pembayun (2012)

menunjukkan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan

bahwa ukuran komite audit mampu

meminimalisir terjadinya financial distress di dalam perusahaan. Ukuran komite audit yang besar cenderung untuk meningkatkan kualitas pengendalian internal, sehingga akan meminimalisir terjadinya financial distress.

H4= Ukuran Komite Audit Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan

Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress

Berdasarkan teori agency,

kepemilikan manajerial pada perusahaan diharapkan dapat menurunkan konflik-konflik keagenan, karena kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa perusahan

dimiliki oleh kalangan pengelola

perusahaan sendiri, dengan kata lain para pemilik (prinsipal) ini juga berfungsi sebagai pengelola (agen) perusahaan tersebut. Keadaan seperti ini tentunya akan menambah keefektifan sekaligus kejelasan penerimaan informasi berupa perintah kerja dan motivasi pengelola yang merangkap sebagai pemilik dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih banyak sehingga perusahaan dapat dimungkinkan aman dari ancaman

financial distress.

Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Kepemilikan manajerial berkaitan dengan biaya agensi manajerial (agency cost). Biaya agensi

manajerial muncul akibat adanya

pemisahan pengendalian dan kepemilikan (Yustika, 2015). Penelitian yang dilakukan Fadhilah (2013) dalam Yustika (2015) menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial terhadap financial distress.

H5= Kepemilikan Manajerial

Berpengaruh Positif Signifikan

Terhadap Prediksi Financial

Distress Perusahaan

Dalam penelitian ini juga akan melihat pengaruh secara simultan antara likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap prediksi financial distress. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H6= Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Ukuran Komite Audit

dan Kepemilikan Manajerial

Berpengaruh Terhadap Prediksi

(5)

METODE

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas antara lain yaitu: (1) likuiditas, (2) profitabilitas, (3) leverage, (4) ukuran komite audit dan (5) kepemilikan manajerial sedangkan variabel terikatnya adalah financial distress. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2011-2015 yang diunduh dari

website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Populasi penelitian yakni seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni purposive sampling, Berdasarkan metode purposive sampling, maka didapatkan 42 sampel perusahaan yang memenuhi kriteria karena periode pengamatan selama 5 tahun sehingga ada 210 data perusahaan.

Variabel terikat penelitian (variabel dependen) adalah financial distress yang diproksikan dengan Interest Covarage Ratio

(ICR) (Wulandari, 2011). Perusahaan yang mengalami financial distress mempunyai

Interest Coverage Ratio (ICR) kurang dari 1 dan perusahaan yang tidak mengalami

financial distress memiliki Interest Coverage Ratio (ICR) lebih dari 1. ICR dihitung dengan cara sebagai berikut :

Dimana:

Operating Profit : Laba Operasi

Interest expense : Beban Bunga

Variabel independen yang pertama yaitu likuiditas. Berdasarkan (Hapsari, 2012), likuiditas diukur dengan current ratio

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Variabel independen yang kedua yaitu profitabilitas. Berdasarkan (Hapsari, 2012) dan Yustika (2015) profitabilitas diukur dengan return on total assets (ROA)

untuk mengukur profitabilitas perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Variabel independen yang ketiga yaitu leverage. Dalam (Yustika, 2015) rasio

leverage diukur dengan total debt ratio (DAR) dapat dihitung dengan rumus:

Variabel independen yang keempat yaitu ukuran komite audit. Menurut Rahmat

et al (2008) dalam Wulandary (2011) variabel ukuran komite audit diproksikan dengan jumlah anggota di dalam komite audit.

Variabel independen yang kelima yaitu kepemilikan manajerial. Dalam (Yustika, 2015) kepemilikan manajerial diukur dengan agency cost dapat dihitung dengan rumus:

Proses pengumpulan data dilakukan

dengan metode dokumentasi yakni

mengumpulkan data laporan keuangan masing-masing perusahaan manufaktur yang telah di publikasikan di website Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 20.00. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut: Y= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+e (6) Dimana: Y = Financial Distress α = konstanta β1,β2,β3 = koefesien regresi X1- X5 = variabel independen e = standard error

Pengujian regresi linear berganda yang baik ialah terbebas dari gejala normalitas, multikolonieritas, autokolerasi dan heteroskedastisitas, sehingga sebelum melakukan model regresi terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data variabel likuiditas diperoleh nilai minimum 0,345 dan nilai maksimum 24,744. Nilai rata-ratanya sebesar 2,5056 sedangkan standar deviasinya 2,6032. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel likuiditas sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel profitabilitas diperoleh nilai minimum -0,279 dan nilai maksimum 0,415. Nilai rata-ratanya sebesar 0,0662 sedangkan standar deviasinya 0,1089. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel profitabilitas sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel leverage diperoleh nilai minimum 0,037 dan nilai maksimum 2,661. Nilai rata-ratanya sebesar 0,5324 sedangkan standar deviasinya 0,3916. Nilai standar deviasi<nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin kecil terjadinya penyimpangan dalam penelitian.

Data variabel ukuran komite audit diperoleh nilai minimum 0 dan nilai maksimum 5. Nilai rata-ratanya sebesar 2,59 sedangkan standar deviasinya 1,3. Nilai standar deviasi<nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin kecil terjadinya penyimpangan dalam penelitian.

Data variabel kepemilikan

manajerial diperoleh nilai minimum 0,008 dan nilai maksimum 2,539. Nilai rata-ratanya sebesar 0,0691 sedangkan standar

deviasinya 0,1929. Nilai standar

deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa

variabel kepemilikan manajerial sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel financial distress

diperoleh nilai minimum -44,668 dan nilai maksimum 28,445. Nilai rata-ratanya

sebesar 3,9559 sedangkan standar

deviasinya 8,5363. Nilai standar

deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel financial distress sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,003 lebih kecil dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2011:35) data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data terlebih melihat bentuk grafik histogram dari masing-masing variabel dependen maupun independen.

Berdasarkan pengamatan peneliti dengan melihat bentuk grafik histogram pada masing-masing variabel, maka untuk variabel likuiditas, leverage, dan kepemilikan manajerial menggunakan transformasi LN, variabel ukuran komite audit menggunakan transformasi SQRT (x), sedangkan untuk variabel profitabilitas dan

financial distress menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram, disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Bentuk Transformasi Data

Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi

Moderate positive skewness SQRT (x) atau akar kuadrat

Subtansial positive skewness LG10 (x) atau logaritma 10 atau LN

Severe positive skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse Moderate negativeskewness SQRT (k-x)

Subtansial negative skewness LG10 (k-x)

Severe positive skewness dengan bentuk J 1/(k-x) k= nilai tertinggi (maksimum) dari data mentah

(7)

Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukannya transformasi data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,201 lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Hasil uji multikolonieritas

menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 10% atau 0,1 serta nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, sehingga data dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas. Untuk variabel likuiditas (X1) besarnya nilai VIF adalah sebesar 1,566<10 dan nilai tolerance sebesar 0,639>0,1. Variabel profitabilitas (X2) besarnya nilai VIF 1,287<10 dan nilai

tolerance sebesar 0,777>0,1. Variabel

Leverage (X3) nilai VIF sebesar 1,772<10 dan nilai tolerance sebesar 0,564 > 0,1. Variabel ukuran komite audit (X4) besarnya nilai VIF 1,059<10 dan nilai tolerance

sebesar 0,944>0,1. Variabel kepemilikan

manajerial (X5) besarnya nilai VIF 1,149<10 dan nilai tolerance sebesar 0,870>0,1.

Hasil uji autokolerasi menunjukkan bahwa nilai du<Durbin Watson< 4-du atau 1,874<1,996<2,126, sehingga disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala autokolerasi.

Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser menunjukkan bahwa dalam model ini nilai signifikan untuk kelima variabel bebas jauh lebih besar dari 0,05 dimana untuk variabel likuiditas (X1) sebesar 0,683, variabel profitabilitas (X2) sebesar 0,114, variabel laverage (X3) sebesar 0,157, variabel ukuran komite audit (X4) sebesar 0,663 dan variabel kepemilikan manajerial (X5) sebesar 0,495. Jadi, dapat dinyatakan bahwa model

regresi tidak terdeteksi adanya

heteroskedastisitas.

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 20.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear berganda

Model Unstandardized Coefficients T Sig.

B Std.Error

(Constant) 1,031 0,338 3,053 0,003

Likuiditas -0,158 0,077 -2,058 0,041

Profitabilitas -2,146 0,519 -4,136 0,000

Leverage 0,174 0,086 2,032 0,043

Ukuran Komite Audit -0,095 0,066 -1,440 0,151

Kepemilikan Manajerial -0,017 0,065 -0,266 0,790

Sig F 0,000

Adjusted R Square 0,209

Sumber: Output SPSS 20.0, 2016

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui seberapa besar pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap

financial distress. Adapun persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y= 1,031-0,158X1-2,146X2+0,174X3-0,095X4 –0,017X5+e (7) Dimana : Y = Financial Distress α = konstanta β1,β2,β3 = koefesien regresi X1 = likuiditas X2 = profitabilitas X3 = leverage

X4 = ukuran komite audit X5 = kepemilikan manajerial e = standard error

1. Nilai konstanta sebesar 1,031 menyatakan bahwa apabila variabel independen likuiditas (X1), profitabilitas (X2), laverage (X3), ukuran komite audit (X4), dan kepemilikan manajerial (X5)

(8)

sama dengan nol, maka variabel dependen financial distress (Y) adalah sebesar 1,031.

2. Nilai koefisien ß1 = -0,158 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel likuiditas (X1) terhadap financial

distress (Y) sebesar -0,158. Hal ini berarti apabila variabel independen likuiditas (X1) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,158 satuan.

3. Nilai koefisien ß2 = -2,146 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel profitabilitas (X2) terhadap

financial distress (Y) sebesar -2,146. Hal ini berarti apabila variabel independen profitabilitas (X2) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 2,146 satuan.

4. Nilai koefisien ß3 = 0,174 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel leverage (X3) terhadap financial distress (Y) sebesar 0,174. Hal ini berarti apabila variabel independen

leverage (X3) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,174 satuan. 5. Nilai koefisien ß4 = -0,095 menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel ukuran komite audit (X4) terhadap financial distress (Y) sebesar -0,095. Hal ini berarti apabila variabel independen ukuran komite audit (X4) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,095 satuan.

6. Nilai koefisien ß5 = -0,017 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel kepemilikan manajerial (X5) terhadap financial distress (Y) sebesar -0,017. Hal ini berarti apabila variabel independen kepemilikan manajerial (X5) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel financial distress (Y) akan

mengalami penurunan sebesar 0,017 satuan.

Berdasarkan tabel 2, juga dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel. Untuk mengetahui arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, dapat diketahui melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Nilai signifikansi X1 (likuiditas) sebesar 0,041<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,158 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X2 (profitabilitas) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -2,146 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X3 (leverage) sebesar 0,043<0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,174 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Ini berarti leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X4 (ukuran komite audit) sebesar 0,151>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,095 maka H4 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Nilai signifikansi X5 (kepemilikan manajerial) sebesar 0,79>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,017 maka H5 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress.

Berdasarkan tabel 2, hasil

menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan H6 diterima. Hal ini menyatakan bahwa likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R Square adalah sebesar 0,209. Hal ini berarti variabel independen yaitu likuiditas, profitabilitas,

leverage, ukuran komite audit, dan kepemilikan manajerial dapat menerangkan variabel dependen yaitu financial distress

(9)

sebesar 20,9% sisanya sebesar 70,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini.

Pengaruh Likuiditas Terhadap Prediksi

Financial Distress

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X1 (likuiditas) sebesar 0,041<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,158 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh signifikan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2007-2010, meskipun tanda persamaan regresi bernilai negatif.

Rasio likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan current ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014), Hidayat dan Meiranto (2014), Rahmadani (2014), Aryani dan Widhiari (2014) dan Yustika (2015) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

maka semakin kecil kemungkinan

terjadinya financial distress. Begitupula sebaliknya semakin rendah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya maka semakin besar

kemungkinan terjadinya financial distress.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Prediksi Financial Distress

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X2 (profitabilitas) sebesar 0,000<0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -2,146 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto

(2014) yang menyatakan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2012, meskipun tanda koefisien regresi bernilai negatif.

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012), Rahmadani (2014), dan Yustika (2015) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress

pada perusahaan, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio profitabilitas maka semakin besar kemungkinan terjadinya

financial distress pada perusahaan.

Pengaruh Leverage Terhadap Prediksi

Financial Distress

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X3 (leverage) sebesar 0,043<0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,174 maka H0 ditolak dan H3 diterima. Ini berarti leverage berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2014) dan Aryani dan Widhiari (2015) yang

menyatakan bahwa leverage tidak

berpengaruh terhadap prediksi financial distress suatu perusahaan, meskipun tanda persamaan regresi bernilai positif.

Rasio leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt ratio (DAR). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2012), Rahmadani (2014), Hidayat dan Meiranto (2014), dan Yustika (2015)

yang menyatakan bahwa leverage

berpengaruh signifikan terhadap prediksi

financial distress suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio

leverage maka semakin besar kemungkinan terjadinya financial distress

pada perusahaan, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio leverage maka semakin kecil kemungkinan terjadinya

(10)

Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Prediksi Financial Distress

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X4 (ukuran komite audit) sebesar 0,151>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,095 maka H4 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti ukuran komite audit tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Pembayun (2012) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit memiliki pengaruh negatif untuk memprediksi kondisi financial distress

suatu perusahaan.

Ukuran komite audit dalam

penelitian ini diproksikan dengan jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandary (2011) yang memberikan bukti empiris bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

Menurut Effendi, M. A (2005) dalam Wulandary (2011) keberadaan komite audit di perusahaan publik pada saat ini hanya sekadar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja sehingga komite audit belum efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penunjukan anggota komite audit di perusahaan publik yang sebagian besar belum didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas, namun lebih ke arah kedekatan dengan dewan komisaris perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X5 (kepemilikan manajerial) sebesar 0,79>0,05 dan memiliki koefisien negatif sebesar -0,017 maka H5 ditolak dan H0 diterima. Ini berarti kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress. Hal ini tidak membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti

(2014) yang menunjukkan adanya

pengaruh positif dan signifikan dari

kepemilikan manajerial terhadap prediksi

financial distress.

Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diproksikan dengan biaya agensi manajerial. Biaya agensi manajerial

muncul akibat adanya pemisahan

pengendalian dan kepemilikan (Yustika, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustika

(2015) yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi

financial distress pada perusahaan manufaktur. Hal ini menggambarkan apabila perusahaan memiliki biaya agensi manajerial yang besar maka di dalamnya

terdapat manajer perusahaan yang

cenderung menggunakan sumber daya perusahaan secara eksploitatif untuk memenuhi tujuan mereka, apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan ketidakstabilan sumber daya

perusahaan dan dapat menyebabkan

keadaan keuangan menurun dan

meningkatkan terjadinya financial distress. Namun, berdasarkan hasil perhitungan pada sampel penelitian kepemilikan manajerial dengan menggunakan biaya agensi manajerial bahwa manajemen mampu mengelola secara efektif sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat penjualan atau pendapatan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan tersebut.

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,

Leverage, Ukuran Komite Audit dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Prediksi Financial Distress

Berdasarkan tabel 2, hasil

menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,000<0,05 maka keputusannya H0 ditolak dan H6 diterima.. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis.

(11)

Financial distress, kegagalan maupun kebangkrutan suatu perusahaan bisa diukur dan dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Indikator kinerja keuangan

perusahaan dapat digunakan dalam

memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Selain, indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini juga terdapat indikator yang dinilai dari informasi non-keuangan yang dimiliki perusahaan. Indikator kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio

leverage dikarenakan rasio-rasio ini disinyalir dapat menunjukkan kinerja keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya

financial distress sedangkan untuk informasi non-keuangan dalam penelitian ini digunakan ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1). Likuiditas yang diproksikan dengan

current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini berarti, semakin tinggi rasio likuiditas maka potensi perusahaan mengalami

financial distress akan semakin kecil, begitupula sebaliknya semakin rendah rasio likuiditas maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin besar, (2). Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini berarti, semakin tinggi profitabilitas maka potensi perusahaan mengalami

financial distress akan semakin rendah sebaliknya semakin rendah profitabilitas maka potensi perusahaan mengalami

financial distress akan semakin tinggi, (3).

Leverage yang diproksikan dengan debt ratio (DAR) berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015.

Hal ini berarti, semakin tinggi leverage

maka suatu perusahaan akan lebih rentan mengalami financial distress sebaliknya semakin rendah leverage maka financial distress akan semakin rendah, (4). Ukuran komite audit yang diproksikan dengan jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini dikarenakan keberadaan komite audit di perusahaan publik pada saat ini hanya sekadar untuk memenuhi ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja sehingga komite audit belum efektif dalam menjalankan fungsinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penunjukan anggota komite audit di perusahaan publik yang sebagian besar belum didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas, namun lebih ke arah kedekatan dengan dewan komisaris perusahaan, (5). Kepemilikan manajerial yang diproksikan dengan biaya agensi manajerial tidak berpengaruh positif signifikan terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015. Hal ini karena berdasarkan hasil perhitungan pada sampel penelitian bahwa manajemen mampu mengelola secara efektif sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat penjualan atau pendapatan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan pendapatan, dan (6).

Likuiditas, profitabilitas, leverage, ukuran komite audit dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap prediksi financial distress pada perusahaan manufaktur periode 2011-2015.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang

diperoleh dari hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut: (1). bagi

perusahaan, perusahaan hendaknya

mampu mengelola keuangannya dengan baik agar kemungkinan terjadinya financial distress sejak dini dapat segera ditindak lanjuti sehingga keberlangsungan usaha dapat tercapai serta perusahaan dapat beroperasi dalam jangka panjang, (2). bagi pihak luar khususnya investor, investor harus bijak dalam memutuskan investasi

(12)

pada suatu perusahaan sehingga perlu memerhatikan kondisi kinerja keuangan perusahaan dengan melihat analisis rasio keuangan dan juga didukung oleh informasi non-keuangan agar investasi menjadi tepat dalam menghasilkan profit yang diinginkan dan (3). bagi peneliti selanjutnya agar memperluas cakupan objek penelitian, misalnya menjadikan seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebagai objek penelitian, agar

mendapatkan hasil yang lebih akurat dan diharapkan menggunakan rasio financial indicators dan informasi non-keuangan yang lebih beragam untuk memprediksi

financial distress suatu perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ayu dan Widhiari, Lely. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Laverage, Operating Capacity, Dan Sales Growth Terhadap Financial Distress. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana Vol.11 No, 2 Hal: 456-469.

Bapepam. 2000. Pembentukan Komite Audit. Surat Edaran Bapepam No. SE.03/PM/2000.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hapsari, Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi

Financial Distress Perusahaan

Manufaktur Di BEI. Jurnal Manajemen. Universitas Negeri Semarang Vol.3 No, 2 Hal: 101-109.

Hastuti, Indra. 2014. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Kemungkinan Kesulitan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012). Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Hidayat, Arif dan Meiranto, Wahyu. 2014.

Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Jurnal

Ekonomi. Universitas Diponegoro Vol. 3 No,3 Hal: 1-11.

Januarti dan Pembayun. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Jurnal Akuntansi. Universitas Diponegoro Vol. 1 No,1 Hal: 1-15.

Kamaludin dan Indriani, Rini. 2012.

Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya, Edisi Revisi. Bandung:CV Mandar Maju.

Rahmadani, Novita. 2014. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Rentabilitas Ekonomi dan Laverage Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Rismawaty 2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijewski (Studi Empiris Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wulandary, Pitriya. 2011. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI).

Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Yustika, Yeni. 2015. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Operating Capacity Dan Biaya Agensi Manajerial Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas Pekanbaru Vol. 2 No, 2 Hal: 1-15.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear berganda

Referensi

Dokumen terkait

Jika mengacu kepada fenomena makroskopis, maka dapat diketahui bahwa kedudukan planet dalam tata surya ditentukan oleh 4 macam tetapan, yaitu tetapan energi, tetapan

Guru tidak memiliki strategi pembelajaran yang tepat untuk menulis soal uraian, di antaranya adalah: (1) guru dalam menulis butir soal tidak

Mitra dengan bimbingan tim pengabdi akan melakukan identifikasi bahan pangan yang diperbolehkan, dianjurkan, dan tidak direkomendasikan bagi anak berkebutuhan

Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini mengenai makna

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang

Oleh sebab itu, penelitian ini mengintegrasikan data sumur dengan data seismik 3D serta menerapkan metode multi- atribut untuk dapat mengidentifikasi persebaran litologi

terlibat dalam penanggulangan HIV-AIDS di Kota Medan relatif banyak, diantaranya: Medan plus, H2O, GSM, Galatea, Seci, dll, sehingga secara jumlah SDMnya juga relatif banyak. 

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur