• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. KLUSTER DESA PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B. KLUSTER DESA PERTANIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

B. KLUSTER DESA PERTANIAN

1. Gambaran Umum

Sebagian besar wilayah Kabupaten Ngawi memiliki topografi datar sampai landai, hanya sebagian kecil di lereng Gunung Lawu yang memiliki topografi berbukit-bukit dan curam, dengan pembagian luas wilayah kemiringan 0 – 15 % 118.791 Ha (91,67 %), kemiringan 15 – 40 % : 4.307 Ha (3,32 %), kemiringan di atas 40 % : 6.500 Ha ( 5,01 %). Sedangkan luas wilayah keseluruhan 1.295,98 Km2, yang terdiri dari lahan pertanian penduduk seluas 50. 476 ha (38,5%), lahan kering seluas 80,536 ha (61,5%), yang terbagi atas peruntukkan pekarangan seluas 18.337 ha (14%), tegal 13.720 ha (10,47%), hutan Negara 37.433 ha (28,57%), perkebunan 2.275 ha (1,74%), dan peruntukkan lain 4.301 ha (3,28%).

Sektor pertanian masih merupakan andalan bagi Kabupaten Ngawi, yang menyerap sekitar 76 % dari total tenaga kerja yang ada. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi pertanian. Luas lahan pertanian tahun 2008 mencapai 84,7% dari luas wilayah Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Seperti tahun sebelumnya, produksi padi tahun 2008 mengalami kenaikan dari 638.655 ton pada tahun 2007 menjadi 673.869 ton. Diharapkan kenaikan tersebut terus berlanjut dan predikat Sebagai lumbung padi Jawa Timur dapat dipertahankan.

Dari beberapa dokumen yang ada tentang kluster Pertanian, diantaranya dokumen Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 2009, dokumen Ngawi dalam Angka 2009, Dokumen Dinas Pertanian 2009, dan tiga landasan dasar Penelitian ini, tentang penentuan Kluster Wilayah di Kabupaten Ngawi, yaitu berdasar Mata Pencaharian, Topografi dan Sosial Budaya Masyarakat. Maka dapat dirumuskan bahwa Desa yang masuk dalam Kluster Desa Pertanian terdapat 89 Desa Pertanian, yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Ngawi. Selengkapnya lihat tabel 3.2.1 dibawah ini :

(2)

Tabel 3.2.1 - Data Desa Pertanian Kabupaten Ngawi tahun 2009

No kecamatan desa/ kelurahan No kecamatan desa/ kelurahan

1 Sine Kauman 46 Pangkur Pohkonyal

2 Gendol 47 Sumber

3 Sumberrejo 48 Gandri

4 Kuniran 49 Pleset

5 Ngrambe Sidomulyo 50 Waruktengah

6 Mendiro 51 Ngompro

7 Manisharjo 52 Paras

8 Jogorogo Talang 53 Karangjati Danguk

9 Tanjungsari 54 Gempol

10 Macanan 55 Ringinanom

11 Brubuh 56 Campurasri

12 Kendal Karang Rejo 57 Dungmiri

13 Simo 58 Brangol

14 Ploso 59 Sidorejo

15 Dadapan 60 Rejomulyo

16 Sidorejo 61 Sidokerto

17 Gayam 62 Legundi

18 Geneng Tepas 63 Jatipuro

19 Sidorejo 64 Bringin Mojo

20 Kasreman 65 Suruh

21 Klampisan 66 Padas Banjaransari

22 Baderan 67 Bendo

23 Keniten 68 Tambakromo

24 Kersikan 69 Tungkulrejo

25 Keras Wetan 70 Bintoyo 26 Kersoharjo 71 Munggut 27 Dempel 72 Sukowiyono 28 Klitik 73 Sambiloto 29 Gerih Gerih 74 Kasreman Jatirejo 30 Keras Kulon 75 Tawun

31 Kwadungan Kwadungan 76 Karangmalang

32 Purwosari 77 Ngawi Ngawi

33 Warukkalong 78 Mangunharjo

34 Banget 79 Kandangan

35 Simo 80 Kartoharjo

36 Mojomanis 81 Paron Tempuran

37 Budug 82 Dawu

38 Sumengko 83 Jambangan

39 Tirak 84 Siringan

40 Jenangan 85 Jeblongan

41 Pojok 86 Kebon

42 Dinden 87 Kedunggalar Wonokerto

43 Kendung 88 Pelang Kidul

(3)

Tabel 3.2.3

Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2008

Tahun Luas Panen / Produksi / Rata-rata

(Ha) menurun/ Naik Ton menurun/ Naik Ton/Ha menurun/ Naik 2004 97,767 5,573,375 57.01 2005 95,426 - 2,341 5,596,359 +22,984 58.65 +1.64 2006 102,589 +7,163 6,044,440 + 448,081 58.92 +0.27 2007 104,377 +1,788 6,386,550 +342,110 61.19 +2.27 2008 105,232 +855 6,738,690 +352,140 64.04 +2.85

Sumber data: Olahan dari Ngawi dalam angka th. 2009

Dari data Tabel 2 diatas, kecenderungan Produksi Padi pada tiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun hal ini perlu dicermati pula, kecenderungan kenaikan produksi Padi ini belum diimbangi dengan kenaikan pendapatan petani karena tingginya Input yang dikeluarkan petani dan rendahnya Output yang diterima petani.

Hal Kedua, Adanya Kebijakan Pemerintah tentang Harga dan distribusi Pupuk yang dirasakan kurang memihak petani, Subsidi harga Pupuk semakin dikurangi serta distribusinya harus melalui Kelompok Tani. Kebijakan ini sebenarnya jika dijalankan dengan benar disertai pengawasan yang ketat dan tegas akan membawa dampak yang bagus, namun yang terjadi justru sebaliknya, dengan adanya kebijakan tersebut para Agen/Pengecer Resmi Pupuk yang ditunjuk dengan seenaknya mempermainkan harga Pupuk. Sehingga menyebabkan ketidakmampuan petani untuk membeli yang pada akhirnya usaha taninya kurang optimal (harga saprodi menjadi mahal dan biaya produksi tinggi).

Ketiga tentang Perubahan iklim yang kurang bersahabat, karena Global Warming yang tengah seru diperdebatkan dunia, sudah mulai dirasakan Petani, dimana Perubahan Iklim yang tidak menentu mengakibatkan Pola tanam dan masa tanam tidak teratur. Selain itu Wilayah Pertanian di Kabupaten Ngawi adalah hampir sebagian besar di wilayah Pinggiran Bengawan Solo dan Kali Madiun, Perubahan iklim ini dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini sering terjadi banjir, yang menyebabkan Gagal Panen.

Keempat adalah Lahan Pertanian di Kabupaten Ngawi sebagian besar adalah milik Petani kaya dan kondisinya menurun tingkat kesuburan tanahnya. Sehingga Penggunaan Pupuk Kimia memerlukan jumlah yang banyak rata-rata 8 s/d 9 Kwintal

(4)

per Hektar serta Petani miskin hanya mampu menikmati sektor Pertanian sebagai Buruh tani.

Kelima adalah Pemberian fasilitas Pertanian dari Pemerintah seperti P2T, Waduk, Bantuan Traktor, rehabilitasi saluran Irigasi dan Akses Jalan ke sawah yang masih kurang, serta belum merata dan tidak terawat, mengakibatkan Produksi Pertanian tidak seimbang antar wilayah. Dan jika hal ini tidak segera mendapat perhatian serius dari Pemerintah, bukan tidak mungkin Hasil Produksi Pertanian di Kabupaten Ngawi akan mengalami Penurunan. Sistim irigasi yang tidak lancar, lahan pertanian yang sudah menurun produktivitasnya dirasakan kondisi tersebut semakin berat, karena terbatasnya infrastruktur pertanian dimana hanya 39.650 Ha dari 5.063 Ha sawah yang ada terjangkau oleh irigasi teknis yang kondisinya hampir 60 % dalam keadaan rusak serta sumber mata air yang ada sangat tinggi fluktuasi debit airnya pada musim penghujan dengan musim kemarau.( hasil diskusi dengan stake holders), sehingga tidak bisa berfungsi secara optimal. Hal ini berakibat petani harus mengeluarkan dana ekstra untuk pembelian air, guna mengairi sawahnya. Secara rinci infrastruktur pertanian tersebut tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 3.2.3

Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan (Ha)

No

Kecamatan Teknik

Setengah

teknis Sederhana

Tadah

hujan Lainnya Jumlah

1 Sine 1 462 382 314 - 2 158 2 Ngrambe - 1 531 646 198 2 375 3 Jogorogo 2 186 75 54 - 2 315 4 Kendal 2 326 253 43 - 2 643 5 Geneng 3 780 - - 21 - 3 780 6 Gerih 1 796 - - - 1 796 7 Kwadungan 1 427 - 492 258 - 2 177 8 Pangkur 363 673 - 695 - 1 731 9 Karangjati 1 982 189 - 476 - 2 647 10 Bringin 680 63 12 575 - 1 330 11 Padas 2 558 111 - - - 2 669 12 Kasreman 218 675 - 391 25 1 309 13 Ngawi 2 413 112 241 740 48 3 554 14 Paron 5 685 - - 220 38 5 943 15 Kedunggalar 4 327 411 165 160 - 5 063 16 Pitu 84 246 32 694 - 1 056 17 Widodaren 4 149 202 28 55 124 4 558 18 Mantingan 1 670 608 - 200 - 2 478 19 Karanganyar 74 - 411 308 101 894 Jumlah 37 180 5 531 2 438 4 793 534 50 476 Sumber data : Kabupaten Ngawi dalam angka2009

(5)

Tabel 3.2.4

Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian No Kecamatan Waduk (buah) Bendung Tetap (buah) Pengamb. Bebas (buah)) Bagi (buah) Bagi sadap (buah) Sadap (buah) Bagi pelengkap (buah) 1 Sine 22 83 45 2 Ngrambe - 28 30 45 4 3 Jogorogo - 42 19 12 38 4 Kendal - 36 9 33 19 5 Geneng - 6 - 3 56 42 6 Gerih - - - - - 7 Kwadungan - - - - - 8 Pangkur - 3 - - - 9 Karangjati - 3 - - 31 12 10 Bringin 2 3 - - 20 - 11 Padas - 7 2 1 96 96 12 Kasreman - 2 - - - 13 Ngawi - - - - 56 - 14 Paron - 5 - 1 56 84 15 Kedunggalar 30 16 15 46 128 16 Pitu - 1 11 1 - 17 Widodaren - 33 - 52 18 18 Mantingan 1 15 - 55 64 19 Karanganyar - - - - JUMLAH 3 236 170 0 20 604 505

Sumber data :Dinas PU Pengairan, Buku Ngawi dalam angka 2009

Tabel 3.2.5

Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian

Saluran No Kecamatan Mata Air (buah) Bangunan ukur (buah) Pembawa (M) Pembuang (M) Jalan Inpeksi Tanggul) 1 Sine 61 94 7,617 4,000 10,800 2 Ngrambe 44 72 15,556 11,000 3 Jogorogo 3 62 17,688 1,400 1,170 70 4 Kendal 12 69 24,477 1,520 850 5 Geneng - 94 46,062 - - - 6 Gerih - - - 7 Kwadungan - - 5,400 - - - 8 Pangkur - 17 3,750 - - - 9 Karangjati - 59 19,383 11,000 1,000 - 10 Bringin 1 24 5,735 1,000 1,000 - 11 Padas 8 80 30,270 21,350 16,880 - 12 Kasreman - - - 13 Ngawi - - - 14 Paron 2 28 47,261 2,000 10,550 60 15 Kedunggalar 22 95 32,300 7,270 13,100 1,980 16 Pitu - - 850 - - - 17 Widodaren 27 82 31,240 16,010 2,150 - 18 Mantingan - 90 21,884 - - 19 Karanganyar - - - - - JUMLAH 180 866 309,473 76,550 57,500 2,110 Sumber data :Dinas Pu pengairan, Buku Ngawi dalam angka 2009

(6)

Dalam kondisi yang seperti terurai tersebut diatas, rata-rata pemilikan lahan per KK sekitar 0,51 Ha (sawah dan lahan lain), khusus untuk sawah baik yang telah menggunakan irigasi teknis maupun yang sawah tadah hujan, kepemilikan per KK petani rata-rata hanya 0,20 Ha. (Lihat tabel 3.2.6).

Tabel 3.2.6

Rata-rata kepemilikan Lahan Pertanian /KK

Lahan/ Kecamatan KK Petani Sawah Irigasi SawahTa dah Hujan (Ha) Tegal (Ha) Pekaranga n (Ha) Lain-Lain Total Lahan Sawah (Ha) KK lahan sawah / KK (Ha) Sine 12,595 2158 - 804 1472 3,588.00 2158 0.64 0.17 Ngrambe 12,687 2375 - 311 854 2,209.00 2375 0.45 0.19 Jogorogo 12,466 2315 - 303 1354 2,612.00 2315 0.53 0.19 Kendal 15,178 2643 - 1029 1537 3,247.00 2643 0.56 0.17 Geneng 16,670 3780 21 439 947 65.00 3801 0.32 0.23 Gerih 11,119 1796 - 590 434 632.00 1796 0.31 0.16 Kwadungan 8,813 2177 258 312 456 -173.00 2435 0.34 0.28 Pangkur 10,358 1731 695 360 766 -611.00 2426 0.28 0.23 Karangjati 15,985 2647 476 882 798 1,864.00 3123 0.42 0.20 Bringin 9,891 1330 575 797 607 2,953.00 1905 0.63 0.19 Padas 11,302 2669 - 235 591 1,527.00 2669 0.44 0.24 Kasreman 7,712 1309 391 796 653 0.00 1700 0.41 0.22 Ngawi 23,901 3554 740 1336 1315 111.00 4294 0.30 0.18 Paron 28,208 5943 220 1474 1432 1,045.00 6163 0.36 0.22 Kedunggalar 21,110 5063 160 1126 1371 5,245.00 5223 0.61 0.25 Pitu 8,787 1056 694 368 370 3,113.00 1750 0.64 0.20 Widodaren 20,010 4558 55 582 1432 2,599.00 4613 0.46 0.23 Mantingan 11,982 2478 200 409 1061 2,073.00 2678 0.52 0.22 Karanganyar 9,110 894 308 1567 766 10,294.00 1202 1.52 0.13 JUMLAH 267,884 50,476 4,793 13,720 18,216 42,393 55,269 9.74 3.89

Sumber data :Ngawi dalam angka 2009 setelah diolah Rata-rata kepemilikan per KK = 0.51 0.20

Dengan kepemilikan lahan seluas 0,20 ha tersebut, maka akan nampak bahwa

setiap petani dengan luasan lahan 0,20 Ha rata-rata hanya memperoleh hasil padi sekitar 14,25 Kw (Produksi tahun 2009). Kalau diasumsikan harga jual padi per Kg Rp. 2.500. maka setiap petani akan memperoleh hasil Rp. 3,561,474.08 dalam satu tahun, dikurangi biaya produksi per 0,20 Ha Rp. 1.000.000 ( asumsi biaya produksi Rp. 5.000.000/Ha) maka pendapatan bersih sebesar Rp 2,561,474.08/tahun atau Rp. 213,456 /perkapita per bulan.

Sementara BPS Jawa Timur mengeluarkan produk Distribusi pengeluaran per kapita per bulan penduduk Jawa Timur rata- rata sebesar Rp. 266.149,00.

Dari analisis data tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa para petani/buruh tani memperoleh pendapatan tambahan dari sektor usaha lain berkisar antara Rp. 52.693/ per kapita per bulan.

(7)

Gambaran data statistik tersebut di atas, sesuai dengan hasil asesment dari tim Penyusun SPKD, yang berupa isu kluster yang dirasakan oleh para petani sebagai berikut:

2. Isu Kluster a. Pendidikan:

1) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan tidak adanya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

2) Banyaknya lulusan Sekolah formal yang tidak memperoleh pekerjaan sementara mereka tidak siap bekerja di bidang pertanian

3) Sempitnya lapangan kerja diluar bidang pertanian dan tingginya kompetisi pencari kerja.

b. Pertanian/Mata Pencaharian:

1) Hasil Pertanian rendah karena menurunnya kesuburan tanah 2) Mahalnya biaya produksi pertanian.

3) Sistem pengairan yang ada belum memadai dan menurunnya debit Sumber mata air maupun cadangan air Tanah

4) Sering terjadinya bencana alam (Kekeringan, Banjir )yang mengakibatkan gagal panen.

c. Ekonomi: Rendahnya Pendapatan masyarakat miskin di sebabkan oleh: 1) Sempitnya lapangan pekerjaan

2) Tidak memiliki pekerjaan tetap dan ketrampilan

3) Tidak adanya modal utnuk usaha, dan ketrampilan berwirausaha d. Infrastruktur:

(8)

Terbatasnya sarana dan prasarana air bersih. masyarakat desa mengakibatkan sebagian masyarakat miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari hari.

e. Kesehatan:

Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat miskin di sebabkan oleh kurangnya kepedulian menjaga kesehatan.

f. Sosial:

1) Sebagian masyarakat miskin gemar berjudi sebagai ajang mencari hiburan

2) Sifat malas yang ada disebagaian masyarakat miskin timbul sebagai akibat dari sikap pesimis terhadap sulitnya mencari lapangan pekerjaan.

Selain permasalahan biaya produksi pertanian yang tinggi dan rendahnya harga jual hasil produksi pertanian khususnya padi, maka permasalahan lain yang muncul adalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan selama 5 tahun terakhir. Dengan asumsi pemilikan lahan per KK 0,20 Ha , maka selama 5 tahun 696 petani kehilangan pekerjaan kepemilikan sawahnya. Dan hal ini memunculkan pengangguran baru atau buruh tani baru karena tidak memiliki sawah, sebagai lahan kerjanya.

Berdasarkan data-data statistik dan isu kluster serta analisis tersebut di atas, di tarik permasalahan mendasar Kluster Desa pertanian di Kabupaten Ngawi yang menyebabkan kemiskinan adalah sebagai berikut :

3. Masalah Mendasar

a) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat desa pertanian dalam mengakses pendidikan sekolah menengah karena pendapatan yang rendah dan mahalnya biaya pendidikan

b) Masyarakat miskin desa pertanian membutuhkan keterampilan sedangkan pendidikan belum mempu menjawab kebutuhan tersebut

c) Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya utamanya mengendalikan hama penyakit tanaman masih sangat rendah sehingga hasil produksi pertanian menurun

(9)

d) Biaya produsi pertanian tinggi yang di sebabkan oleh mahalnya harga pupuk.

e) Masyarakat desa pertanian yang memakai sistem pengiran sumur bor kondisi permukaan air tanah semakin dalam, bagi daerah yang sudah ada saluran irigasi kondisinya sudah rusak dan bagi daerah pertanian yang tidak bisa keduanya masih mengandalkan air hujan

f) Puting beliung, Kekeringan dan banjir mengakibatkan kualitas hasil pertanian menurun.

g) Terbatasnya lapangan pekerjaan disebabkan karena rendahnya akses masyarakat terhadap lembaga keuangan baik formal maupun non formal sehingga tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru

h) Keterbatasan sarana prasarana air bersih mengakibatkan sebagian masyarakat miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari hari

i) Masyarakat miskin kurang peduli terhadap kesehatan yang disebabkan rendahnya SDM dan mahalnya biaya pengobatan.

j) Kegemaran berjudi sebagian masyarakat miskin menyebabkan tergangunya perekonomian keluarga.

k) Akibat dari sifat malas sebagian masyarakat miskin tersebut, mereka menjadi enggan untuk berusaha meningkatkan perekonomian keluarga.

Dalam upaya menyelesaikan semua permasalahan mendasar tersebut diatas, dengan asumsi apabila permasalahan mendasar teratasi maka bidang pertanian akan menjadi bidang yang cukup ekonomis untuk digeluti yang pada gilirannya akan mengurangi faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Ngawi, maka dipilih strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai berikut :

4. Strategi Terpilih

a. Mengembangkan penyuluhan-penyuluhan serta pendampingan tentang pentingnya sekolah, dan merumuskan pola pendidikan yang meningkatkan SDM dan skil

(10)

masyarakat usia kerja dengan strategi pendidikan berbasis pemberdayaan potensi lokal.

b. Meningkatkan kapasitas petani dalam mengendalikan hama dengan cara mamberikan penyuluhan, pendampingan pola tanam yang tepat dan pemanfaatan potensi alam penyeimbang Agro Ekosistem.

c. Menekan biaya produksi pertanian dengan mengembangkan pertanian input rendah dengan cara melibatkan masyarakat petani dalam perencanaan dan pelaksanan serta pelembagaan penggunaan sarana produksi pertanian berbasis teknologi semi organik dan organik dengan memanfaatkan potensi lokal secara mandiri

d. Membangun dan memperbaiki sistem pengairan serta merehabilitasi sumber-sumber air yang rusak dengan cara membangun kemitraan dengan masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaannya serta memasyarakatkan gerakan Sumur Resapan. e. Mengurangi petensi resiko bencana alam dengan cara menggalakkan aksi

pelestarian hutan dan pelestarian lingkungan Hidup.

f. Memperluas program-program pemberdayaan UMKM dengan cara membentuk, membina kelompok-kelompok usaha masyarakat dengan memberikan modal usaha tanpa bunga atau bunga rendah (ketrampilan dan finansial)

g. Memperluas sarana dan prasarana air bersih dan memanfaatkan sumber-sumber mata air yang ada sehingga masyarakat miskin mampu menikmati air bersih dengan cukup. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin akan pentingnya kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan, serta membebaskan masyarakat miskin dari semua biaya pengobatan.

h. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin tentang dampak negatif judi dan sikap malas dengan cara memberikan pembinaan mental dan pelatiahan keterampilan dan peluang usaha.

i. Memperbaiki cadangan sumber daya air baku di Kabupaten Ngawi dengan cara: reboisasi/ penghijauan, rehabilitasi dan konservasi secara partisipatif terutama di daerah tangkapan air, dan pengaturan pengelolaan sumber daya air baku, pembuatan sumur resapan.

(11)

k. Mencegah perubahan fungsi lahan pertanian produktif menjadi fungsi-fungsi yang lain dengan cara menyusun RTR secara transparan dan partisipatif sesuai dengan pengembangan pertanian & penegakan perda tersebut.

l. Melakukan diversifikasi usaha berbasis pertanian dengan cara penganekaragaman tanaman, beternak, memproduksi saprotan dengan memperhatikan kebutuhan, potensi spesifik lokal.

m. Memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk pengelolaan sistim irigasi bersama dengan DPU pengairan secara transparan dan partisipatip.

n. Membangun dan memelihara jaringan irigasi yang berbasis masyarakat dengan cara memberikan kewenangan kontrol pada jaringan primer dan sekunder dan kewenangan mengelola jaringan tersier dan kuarter.

Dengan Strategi tersebut di atas, maka akan tercapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 5. Tujuan

a. Terwujudnya pertanian input rendah/ yang berkelanjutan. b. Menciptakan citra produksi pertanian organik Ngawi.

c. Meningkatkan dan melestarikan cadangan sumber air baku. d. Mengatur penggunaan air baku untuk air bersih irigasi dan industri. e. Meningkatkan mekanisme kontrol sosial dalam perubahan fungsi lahan.

f. Meningkatnya pendapatan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan. g. Mengembangkan usaha baru yang berbasis pertanian.

h. Distribusi air merata sesuai dengan kebutuhan lahan pertanian. i. Petani pengguna air (HIPPA) mampu mengelola jaringan irigasi. j. Produksi Pertanian meningkat dan akses pemasran mudah

Tujuan-tujuan dari strategi terpilih akan tercapai kalau memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:

6. Indikator

a) Meningkatnya angka partisipasi sekolah masyarakat dalam lima tahun lebih dari 40%

(12)

b) 95% anak usia sekolah dari keluarga miskin dapat mengakses pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya

c) Meningkatnya kwalitas pendidikan/sekolah yang mampu menjawab kebutuhan pasar kerja

d) Meningkatnya pemanfaatan potensi lokal , lestarinya predator hama dan pola tanam pertanian yang tepat dan seimbangnya Agro Ekosistem.

e) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penggunakan pupuk organik. f) Tersedianya sarana produksi pertanian yang mudah dan murah.

g) Tersedia dan berfungsinya saluran irigasi pertanian serta terawatnya sumber-sumber mata air dan meningkatnya permukaan air tanah.

h) Meningkatnya kepedulian masyarakat akan kelestarian hutan dan lingkungan. Tumbuhnya kelompok-kelompok usaha mandiri yang dikelola oleh masyarakat. i) Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih bagi masyarakat miskin. j) Menurunya angka kesakitan dan meningkatnya pemanfaatkan fasilitas kesehatan

oleh masyarakat miskin.

k) Menurunnya angka paktek perjuadian kelompok masyarakat miskin l) Meningkatnya produktifitas kerja kelompok masyarakat miskin.

Untuk mencapai indikator-indikator tersebut diatas, akan dijabarkan kedalam bentuk program dan kegiatan seperti tabel berikut:

Gambar

Tabel 3.2.1 -  Data Desa Pertanian Kabupaten Ngawi tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

b) Hasil pengujian keausan menunjukkan kampas rem variasi 1 gram serat ampas tebu lebih sedikit laju keausanya pada kondisi kering yaitu 136,40 mm 3 /jam, sedangkan pada

Dalam penelitian ini dilakukan analisis pada tanah dasar untuk mengetahui besarnya tegangan dan regangan yang terjadi pada tanah dasar yang telah diperkuat geotekstil dan tanah dasar

Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Budaya Rimpu Di Desa Tangga Kecamatan Monta Berdasarkan hasil temuan penelitian nilai-nilai pendidikan akhlak pada budaya rimpu di desa

Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung

Gambar DFD Diagram Konteks Kegiatan dalam sistem training asisten laboratorium Sistem Informasi ini berhubungan dengan 2 entitas yaitu entitas asisten sebagai peserta

Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis hubungan antara paritas, kelahiran prematur, penolong persainan dan tempat persalinan dengan kematian neonatal di

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the