• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) 1. Pengertian Gangguan Kepribadian

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.

Istilah gangguan kepribadian (personality disorder) pada wacana dahulu sering disebut sebagai psychopathy, artinya adalah adanya kekurangan atau gangguan dalam jiwa yang tampil dalam perilakunya sehari-hari. Kadang-kadang juga disebut sebagai sociopathy, karena yang diperhitungkan adalah perilaku yang menimbulkan atau memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Di Eropa disebut psychopathy sedangkan di Amerika disebut sociopathy.

Gangguan kepribadian (personality disorder) pada umumnya ditandai oleh masalah-masalah dimana individu secara tipikal (khas) mengalami paling sedikit kesukaran dalam melaksanakan kehidupan dengan orang lain sebagaimana yang ia kehendaki. Orang-orang yang mengalami personality disorder ini melihat orang lain sebagai hal yang membingungkan, tidak dapat diduga, dan pada derajat yang bervariasi tidak dapat diterima. Artinya, dia juga akan demikian, melakukan tindakan-tindakan sosial secara membingungkan, tidak jelas, tidak dapat diduga dan sebagainya.

Pada individu ini, ciri perilaku maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Apabila dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan kecemasan, depresi dan obsesif-kompulsif, individu dengan gangguan kepribadian lebih

(2)

tidak menyadari masalah mereka. Mereka tidak merasa cemas dengan perilakunya yang maladaptif (ego-sintonik) sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan (Kaplan, Sadock & Grebb, 1994). 2. Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian diduga disebabkan oleh kombinasi pengaruh-pengaruh genetik dan lingkungan. Setiap individu mungkin memiliki kerentanan genetik untuk berkembangnya gangguan kepribadian. Meskipun penyebab yang tepat dari gangguan kepribadian tidak diketahui, faktor-faktor tertentu tampaknya meningkatkan risiko mengembangkan atau memicu gangguan kepribadian, termasuk diantaranya :

- Sebuah riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian atau penyakit mental

- Kekerasan verbal, kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak

- Pengabaian selama masa kanak-kanak

- Sebuah kehidupan keluarga tidak stabil atau kacau selama masa kanak-kanak

- Yang didiagnosis dengan gangguan perilaku pada anak anak

- Kehilangan orang tua melalui kematian atau perceraian traumatis selama masa kanak-kanak

Gangguan Kepribadian sering mulai dari masa anak dan berlangsung sampai dewasa. Ada keengganan untuk mendiagnosis gangguan kepribadian pada anak, karena pola-pola perilaku dan pemikiran bisa mencerminkan eksperimen remaja atau hanya fase perkembangan sementara.

Selain itu ada 5 buat sudut pandang teoritis untuk membahas penyebab gangguan kepribadian ( disadur dari Naele, Davison & Haaga, 1996)

(3)

Sudut pandang psikodinamik berusaha mencari alasan muasalnya gangguan kepribadian dari masa kanak kanak. Adanya abuse atau penyiksaan dari orang tua pada masa kanak-kanak membuat pasien (individu dengan gangguan kepribadian) memandang seluruh lingkungannya sebagai sesuatu yang mengancam dan jahat. Berdasarkan hipotesis kohut ( dalam Neale, Davison & Haga, 1996), gangguan kepribadian narsistik terbentuk sebagai mekanisme pertahanan diri dari individu dengan self-esteem yang rendah dan di anggap sebagai akibat dari kegagalan orangtua untuk merespon anaknya dengan penghargaan, kehangatan, kasih saying dan empati.

Menurut sudut pandang ini, penanganan bagi individu dengan gangguan kepribadian adalah dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbinganyang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.

b. Sudut pandang Biologis

Sudut pandang ini melihat bahwa terjadinya gangguan kepribadian lebih karena factor genetika, diturunkan dari orangtuanya. Asumsi ini paling jelas ditunjukan oleh individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal. Penanganan yang dapat dilakuan adalah dengan pemberian obat-batan misalnya Prozac untuk individu dengan tingkah laku impulsive

c. Sudut pandang system keluarga ( Family systems)

Sudut pandang system keluarga memfokuskan diri pada pola asuh orangtua yang tidak adekuat dan dapat menimbulkan stress pada anak. Hal itu dapat membuat individu rentan terkena gangguan kepribadian. Penanganan yang disarankan dari sudut ini adalah dengan melakukan terapi keluarga dan melakukan berbagai pendidikan dan dukungan kepada orang tua.

(4)

d. Sudut pandang tingkah laku (Behavioral)

Sudut pandang ini memberikan contoh suatu penelitian yang dilakukan pada individu dengan gangguan kepribadian antisocial. Penelitina tersebut menuturkan bahwa individu dengan gangguan tersebut tidak berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Alasannya karena mereka tidak memiliki kecemasan yang memadai dan tidak terlalu memberikan perhatian pada pemberian hukuman. Hal yang terganggu adalah kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu. Oleh karena itu, penanganan gangguan kepribadian yang dianjurkan adalah dengan mengidentifikasi dan memperbaiki keterampilan ataupun kemampuan individu yang tidak memadai atau lemah.

e. Sudut pandang kognitif

Sudut pandang kognitif menuturkan bahwa terjadinya gangguan kepribadian karena individu memiliki keyakinan yang maladaptive mengenai dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya. Misalnya meyakini bahwa dirinya seseorang special dan orang lain tidak, apabila terus menerus ditekankan maka individu tersebut memiliki kecenderungan kea rah gangguan narsistik. Oleh karena itu, penanganan yang dilakukan adalah dengan membina hubungan pasien-terapis yang erat dan sehat sehingga terapis secara bertahap mampu merubah dan memperbaik keyakinan yang salah pada klien.

3. Ciri Ciri Gangguan Kepribadian

Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Penderita gangguan kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation. Penyimpangan pola tersebut seperti pada cara berpikir

(5)

( kognisi) termasuk perubahan pada persepsi dan interpretasi pada dirinya orang lain dan waktu. Afeksi (respon emosional terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan). Fungsi fungsi interpersonal dan control terhadap impuls.

b. Gangguan biasanyabersifat menetap dalam diri pribadi individu dan be rpengaruh pada situasi social

c. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distres atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi- fungsi sosial penting lainnya.

d. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat munculdan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa.

Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian jika ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Pola tersebut muncul dalam setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari seperti dalam relasi sosial dan pekerjaan.

Adapun yang tercantum di dalam PPDGJ bahwa seseorang yang didiagnosa gangguan kepribadian harus memenuhi kriteria dari bebarapa pedoman diagnostik sebagai berikut :

a. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta cara berinteraksi dengan orang lain.

b. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, dan tidak terbatas pada episode gangguan jiwa.

c. Pola perilaku abnormalnya pervasif (mendalam) dan maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yanag luas.

d. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut hinggga usia dewasa.

(6)

e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang berlanjut.

4. Jenis Jenis Gangguan Kepribadian

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) gangguan kepribadian dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu:

- Kelompok A, terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku yang relatif sama yaitu eksentrik dan aneh.

- Kelompok B, terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan, emosional, dan aneh (tidak menentu).

- Kelompok C, terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.

Perkiraan prevalensi untuk setiap kelompok berbeda-beda. 5,7 persen untuk gangguan di cluster A, 1,5 persen untuk gangguan di cluster B, 6,0 persen untuk gangguan di cluster C, dan 9,1 persen untuk gangguan kepribadian apapun.

Kelompok A

Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid dan skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini cenderung menampilkan perilaku yang relatih sama, yaitu eksentrik dan aneh.

(7)

Individu dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali sangat sensitif, mudah marah dan menunjukkan sikap bermusuhan. Individu yang sangat fanatik pada hal tertentu atau pasangan suami atau istri yang cemburu membabi buta, biasanya memiliki gangguan kepribadian paranoid.

Salah satu faktor penting dalam gangguan kepribadian paranoid adalah adanya kecenderungan yang tidak beralasan (gangguan ini biasanya dimulai sejak masa dewasa awal dan tampak pada berbagai situasi dan kondisi) untuk menganggap perilaku orang lain sebagai merendahkan dan mengancam diri mereka. Individu dengan gangguan ini terus menerus menanyakan mengenai loyalitas teman-teman mereka kepadanya, tanpa adanya alasan tertentu. Bahkan kadangkala mereka berharap terjadinya sesuatu hal yang tidak menyenangkan pada diri mereka, tujuannya agar bisa membuktikan bahwa kecurigannya selama ini tidak salah.

Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga jarak dengan orang lain, mereka tidak hangat dan lebih tertarik pada kekuatan dan tingkatan (status) serta memadang rendah pada individu yang lebih lemah, sakit ataupun memiliki kekurangan tertentu. Dalam situasi sosial, individu dengan gangguan ini tampak efisien, praktis, dan cekatan, namun mereka seringkali menjadi pemicu dari timbulnya konflik dengan lingkungan.

Prevalensi gangguan ini adalah 0,5 hingga 2,5 persen dari populasi pada umumnya. Mereka sangat sedikit yang mencari pertolongan atas inisiatif sendiri, biasanya mereka diajak ke terapis oleh pasangannya atau perusahaan yang mempekerjakannya. Pada keluarga yang salah satu atau beberapa anggotanya mengalami skizofrenia, munculnya gangguan kepribadian ini tampak lebih tinggi daripada keluarga yang tidak memilikinya.

Gangguan kepribadian paranoid lebih banyak terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan. Gangguan ini pun diyakini lebih banyak terjadi pada

(8)

kaum minoritas, kaum imigran dan pada individu yang tuli daripada populasi individu pada umumnya.

Selama ini tampaknya belum ada penelitian yang cukup memadai. Berdasarkan pengalaman, biasanya individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan ini sepanjang hidup mereka. Beberapa di antara mereka menunjukkan gangguan ini sebagai pertanda awal sebelum akhirnya menderita skizofrenia. Secara umum, individu dengan gangguan ini memiliki masalah seumur hidup mereka, terutama berkaitan dengan pekerjaan dan kehidupannya dalam berelasi dengan orang lain. Masalah dalam perkawinan pun seringkali terjadi.

Ahli-ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-orang untuk menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965). Bagi beberapa orang yang mengalami paranoid, rasa permusuhan mereka terhadap orang lain mungkin berasal dari adanya perasaan self-worth (penghargaan diri) secara berlebih-lebihan, sedangkan pada yang lainnya mungkin hal tersebut berasal dari poor self-concept (konsep diri yang lemah/kurang) dan harapan bahwa orang lain akan mengkritisi dan menyalahkan mereka atas berbagai masalah (Millon dkk., 2000). Sikap ini dapat tumbuh pada anak-anak yang memiliki orang tua yang kasar, suka mengkritik, dan intolerance (tidak mentoleransi atau tidak menerima) berbagai kelemahan, tetapi juga orang tua yang selalu menekankan pada anak-anak mereka bahwa mereka special (khusus) dan different (berbeda) dengan orang lain (Millon dkk., 2000; Turkat, 1985). Adapun pesan-pesan orang tua yang mungkin membawa anak-anak mereka menjadi hypersensitive (sangat sensitif) terhadap evaluasi (penilaian) orang lain, membuat mereka meyakini bahwa dunia merupakan tempat yang penuh permusuhan sehingga mereka berpikir bahwa ia tersiksa ketika merasakan dirinya berbeda dengan orang lain.

(9)

Ahli-ahli teori kognitif melihat paranoid personality disorder sebagai hasil dari sebuah keyakinan yang mendasar bahwa orang lain sebagai orang yang berhati dengki dan memperdaya, dikombinasikan dengan kurangnya rasa percaya diri (lack of self-confidence) dalam mempertahankan diri menghadapi orang lain (Beck & Freeman, 1990; Colby, 1981). Demikian, orang-orang paranoid harus selalu waspada atas tanda-tanda orang yang menipu atau mengkritik dan harus cepat untuk bertindak menghadapi orang lain. Tak satupun baik teori-teori psikoanalisa atau teori-teori kognitif yang telah teruji secara empiris.

Membedakan gangguan kepribadian paranoid dengan gangguan lain Gangguan kepribadian paranoid berbeda dengan gangguan delusional karena delusi yang menetap tidak ada pada individu dengan kepribadian paranoid. Gangguan ini pun berbeda dengan skizofrenia paranoid karena pada gangguan ini tidak tampak adanya halusinasi dan gangguan pikiran.

Gangguan kepribadian paranoid juga berbeda dengan kepribadian borderline karena mereka biasanya lebih sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain, suatu hal yang tampaknya lebih mudah dilakukan oleh orang dengan kepribadian borderline. Apabila dibandingkan dengan kepribadian antisosial, maka individu dengan gangguan kepribadian paranoid tidak memiliki sejarah tingkah laku antisosial. Sedangkan individu dengan kepribadian skizoid, biasanya mereka menarik diri dan menyendiri namun tidak memiliki ide-ide paranoid atau tidak memiliki kecurigaan.

Contoh kasus:

Seorang wanita, berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung

(10)

menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami sudah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak berani bertegur sapa dengan para tetangga. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Disorder)

Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya menampilkan perilaku atau pola menarik diri dan biasanya telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert, dan afek mereka pun terbatas. Mereka senang kesunyian dan cenderung menunjukkan sedikit emosi dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka memandang hubungan dengan orang lain sebagai hal yang tidak menyenangkan, kacau, dan mengganggu. Individu dengan gangguan ini seringkali dilihat oleh orang lain sebagai individu yang eksentrik, terkucil, dan penyendiri.

Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Mereka pun sangat sedikit terlibat dengan kejadian sehari-hari dan tidak menaruh perhatian pada orang lain. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kebutuhan yang sangat rendah untuk berhubungan secara emosional dengan orang lain.

Kehidupan individu dengan gangguan ini biasanya diwarnai dengan kegemaran pada aktivitas yang tidak melibatkan orang lain (aktivitas mandiri) dan berhasil pada bidang-bidang yang tidak melibatkan persaingan dengan orang lain. Mereka biasanya terlibat dengan pekerjaan yang mungkin akan sangat menyebalkan bagi orang lain pada umumnya karena mereka melakukan pekerjaan tersebut seorang diri.

Kehidupan seksual mereka biasanya hanya sebatas fantasi dan mereka sedapat mungkin berusaha menunda kematangan seksualnya. Kaum pria

(11)

biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka untuk menikah dengannya.

Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya mengalami kesulitan untuk mengekspresikan kemarahan. Mereka menyalurkan energi afektifnya (misalnya kemarahan) kepada bidang-bidang yang tidak melibatkan orang lain, seperti misalnya matematika dan astronomi. Mereka pun kadangkala sangat dekat dengan hewan.

Walaupun individu ini sangat penyendiri dan memiliki impian-impian atau fantasi, namun tidak berarti bahwa individu dengan gangguan ini mengalami masalah kontak realitas. Mereka tetap mampu membedakan antara realitas dengan fantasi atau impian. Kadangkala individu dengan gangguan ini mampu memberikan dan membentuk ide-ide yang kreatif dan original bagi dunia di sekitarnya.

Sulit untuk menentukan secara pasti prevalensi dari gangguan ini, namun sejauh ini diketahui bahwa gangguan kepribadian skizoid terjadi pada 7,5 persen populasi pada umumnya. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan juga tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan sekitar 2 : 1 (laki-laki : perempuan). Sebagian besar dari mereka memilih bekerja di malam hari sehingga meminimalkan kemungkinan mereka untuk mengadakan kontak dengan orang lain. Awal munculnya gangguan ini biasanya pada masa kanak-kanak awal. Biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun belum tentu seumur hidup mereka. Jumlah individu dengan gangguan ini yang kemudian menjadi penderita skizofrenia, belum diketahui secara pasti.

Ahli-ahli teori psikoanalisis berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klein, 1952). Anak ini menunjukkan hubungan dan

(12)

emosi-emosi sebagai hal yang berbahaya dan selanjutnya mereka berdua tetap jauh dari orang lain dan juga dari perasaan-perasaan mereka sendiri.

Para ahli teori kognitif menggambarkan gaya berpikir (cognitive style) dari orang-orang schizoid sebagai orang yang tidak memperbaiki diri (improverished) dan tidak responsive (unresponsive) terhadap tanda-tanda yang menunjukkan emosi (Beck & Freeman, 1990). Daripada memiliki perangkat keyakinan khusus yang mengarahkannya pada salah tafsir atas situasi dengan cara yang spesifik, orang schizoid lebih tampak sebagai orang yang tidak memiliki minat terhadap kehidupan di sekeliling mereka, namun dapat mengakui secara intelektual bahwa orang lain mengalami situasi yang berbeda dengan mereka. Hasilnya, orang-orang schizoid cenderung lemah dan tidak ekspresif, sehingga keterampilan sosialnya rendah.

Membedakan gangguan kepribadian skizoid dengan gangguan lain

Bertolak belakang dengan individu dengan skizofrenia dengan gangguan kepribadian skizotipal, individu dengan gangguan kepribadian skizoid tidak memiliki keluarga atau saudara yang menderita skizofrenia. Mereka pun relatif memiliki sejarah pekerjaan yang berhasil (apabila pekerjaan yang mereka miliki tidak perlu mengadakan kontak dengan orang lain). Sedangkan individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki sejarah tingkah laku verbal yang agresif, hal yang tidak ditemui pada individu skizoid.

Perbedaan utama antara kepribadian skizotipal dan skizoid adalah individu dengan skizotipal menunjukkan kesamaan yang lebih besar dengan pasien skizofrenia terutama dalam hal keanehan pikiran, persepsi, tingkah laku dan komunikasi. Sedangkan pada gangguan kepribadian avoidant (menghindar), mereka memang mengurung diri namun tetap memiliki keinginan yang kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas (satu hal yang sungguh tidak ada pada individu dengan kepribadian skizoid).

(13)

Seorang laki-laki, saat ini berusia 20-an tahun, dikeluhkan oleh keluarganya karena bermasalah dengan relasi sosial. Setelah melewati pemeriksaan, diketahui bahwa sejak kecil dia seringkali diejek sebagai “gorilla” karena memiliki tubuh yang tinggi dan besar. Sejak di SD, dia tidak pernah memiliki teman dekat dan apabila teman-temannya bermain dia hanya memerhatikan dari kejauhan. Orangtuanya menuturkan bahwa ketika kecil, anaknya tersebut paling suka bermain di loteng sendirian. Setelah menanjak dewasa, dia tampak lebih suka berdiam atau mengurung diri di kamar dan tidak suka apabila kakaknya mengajak dia untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Dia menganggap bahwa kakaknya mengganggu dia (sumber: kasus pribadi).

Gangguan Kepribadian Skizotipal (Schizotypal Personality Disorder) Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya tampak aneh secara sangat mencolok. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang biasa mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya misalnya kepercayaan yang sangat pada indera ke-enam, telepati, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan pikiran, serta memiliki fantasi yang aneh. Kadangkala isi pikiran mereka dipenuhi oleh fantasi yang berkaitan dengan ketakutan dan fantasi yang biasanya hanya muncul pada masa kanak-kanak. Perbedaan karakteristik dari orang-orang lainnya adalah bahwa penderita schizotypal personality disorder tampak ganjil dalam berpikir, dimana secara umum terbagi ke dalam empat kategori (Beck & Freeman, 1990).

Ketegori pertama adalah paranoia atau spiciousness (bersifat paranoid dan selalu mencurigai). Sebagaimana halnya orang-orang dengan paranoid personality disorder, orang-orang dengan schizotypal personality disorder menganggap orang lain sangat curang dan memusuhi, sehingga banyak kecemasan-kecemasan darurat yang mereka miliki berasal dari sifat paranoid ini. Kategori kedua adalah “referensi ide” (idea of reference). Orang-orang

(14)

dengan schizotypal personality disorder cenderung meyakini bahwa kejadian-kejadian acak yang ada di sekitarnya berkaitan dengan mereka.

Kategori ketiga dari kognisi (pikiran) yang ganjil adalah odd beliefs and magical thinking (“keyakinan aneh dan pemikiran-pemikiran magis”). Sebagai contoh, mereka mungkin mempercayai atau meyakini bahwa orang lain mengetahui apa yang mereka inginkan.

Kategori keempat dari pikiran yang aneh adalah illusions (ilusi) yang merupakan halusinasi yang singkat. Pada prinsipnya terdapat perbedaan antara ilusi dan halusinasi. Halusinasi adalah persepsi yang tidak berobyek, sedangkan ilusi adalah persepsi yang salah atau objek. Sebagai contoh, mereka mungkin berpikir bahwa mereka melihat orang-orang dalam pola-pola dari kertas gambar yang menempel di dinding. Sebagai tambahan atas adanya pikiran-pikiran yang aneh ini, orang-orang dengan schizotypal personality disorder cenderung memiliki pembicaraan yang kurang jelas, berputar-putar, samar-samar, atau sangat rumit. Dalam berinteraksi dengan orang lain mereka mungkin memiliki respon-respon emosional yang tidak pantas atau tidak menunjukkan respon emosi atas apa yang orang lain katakana atau lakukan.

Individu dengan gangguan ini mengalami masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Mereka sensitif terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negatif seperti rasa marah atau tidak senang. Kadangkala cara bicara individu dengan gangguan skizotipal sangat aneh dan ganjil sehingga hanya diri mereka sendiri yang mampu mengerti artinya. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadangkala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka seringkali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.

Individu dengan gangguan skizotipal kadangkala juga menampilkan gejala yang ditampilkan oleh individu dengan gangguan kepribadian borderline. Apabila hal ini terjadi, terapis boleh sekaligus mendiagnosis individu tersebut dengan 2 diagnosis, skizotipal dan borderline. Kadangkala terapis harus lebih

(15)

berhati-hati karena apabila individu dengan skizotipal berada di bawah tekanan, mereka dapat menampilkan tingkah laku psikotik dan tampak seperti penderita skizofrenia, hanya bedanya pada individu ini gejala psikotik tersebut hanya tampak dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Jadi harus berhati-hati, jangan langsung memberikan diagnosis skizofrenia karena mungkin saja ternyata lebih sesuai dengan skizotipal.

Prevalensi gangguan ini sekitar 3 persen dari populasi pada umumnya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak diketahui secara pasti. Gangguan kepribadian skizotipal ini lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia dan di antara kembar satu telur bila dibandingkan dengan kembar dari dua telur (33 persen vs 4 persen).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 10 persen dari individu dengan kepribadian skizotipal pernah merencanakan untuk bunuh diri. Kepribadian skizotipal adalah titik awal yang memungkinkan seorang individu menderita skizofrenia. Di sisi lain, banyak pula individu yang memiliki kepribadian skizotipal kondisinya tidak semakin parah (tidak menjadi skizofrenia) dan mampu menikah serta bekerja, walaupun dengan keanehannya tersebut.

Demikian, sebagaimana yang terjadi pada penderita schizophrenia, orang-orang dengan schizotypal personality disorder mungkin memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dari dopamine dalam otak mereka. Akhirnya, orang-orang dengan schizotypal personality disorder menunjukkan abnormalitas dalam struktur otak mereka yang mirip dengan apa yang tampak pada orang-orang dengan schizophrenia (Dickey, McCarley, & Shenton, 2002; Downhill dkk., 2001).

Teori-teori psikoanalisis atau teori-teori kognitif mengenai schizotypal personality disorder tidak banyak ditemukan. Barangkali teori-teori psikologi tidak memberikan perhatian yang besar pada jenis gangguan ini karena sangat dekat sekali kaitannya dengan schizophrenia, yang menampilkan akar-akar

(16)

biologis yang kuat dank arena schizotypal personality disorder tidak ditambahkan ke dalam kategori diagnostik pada DSM relatif hingga sekarang. Membedakan gangguan kepribadian skizotipal dengan gangguan lain

Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dengan pasien skizofrenia dengan tidak adanya gejala-gejala psikotik (misalnya halusinasi), walaupun gejala tersebut muncul pada individu dengan kepribadian skizotipal, biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Sedangkan perbedaan gangguan ini dengan gangguan kepribadian paranoid adalah tidak tampak adanya tingkah laku yang aneh dan ganjil pada individu dengan kepribadian paranoid

Contoh kasus:

Seorang laki-laki, berusia 35 tahun yang nyaris tidak pernah bekerja dan mengalami defisiensi vitamin yang parah. Kondisi itu terjadi karena dia tidak mau memakan apapun yang menurutnya sudah terkontaminasi oleh mesin-mesin. Dia mulai membentuk pemikiran tentang diet semacam itu pada usia sekitar 20 tahun, dan tidak lama kemudian dia pergi meninggalkan keluarganya dan mulai mempelajari suatu kepercayaan tertentu yang menurutnya mampu membuka “mata ketiga-nya”. Saat ini dia hidup seorang diri di sebuah perkebunan mungil dan menanam sendiri berbagai makanan untuk dirinya. Dia menghabiskan sepanjang harinya untuk melakukan penelitian berkaitan dengan mekanisme kontaminasi pada makanan. Selain itu, dia pun memiliki pengikut yang berpikiran sama dengan dirinya. Dia tidak pernah menikah dan sangat jarang berhubungan dengan keluarganya. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah dekat dengan ayahnya karena dia seorang vegetarian (sumber: Barlow & Durand, 1995).

(17)

Terdiri dari gangguan kepribadian antisocial, borderline, histrionic, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut menampakan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan, emosional dan aneh (tidak menentu)

Gangguan kepribadian Antisosial ( Antisocial personality disorder)

Antisocial personality disorder merupakan salah satu gangguan kepribadian yang paling sering ditemukan. Individu dengan gangguan kepribadian antisocial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku criminal atau antisocial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma social yang ada selama perkembangan masa remaja dan dewasa.

Ciri kunci dari gangguan antisocial adalah melemahnya atau rusaknya kemampuan untuk membentuk hubungan positif dengan orang lain dan kecenderungan untuk menggunakan perilaku-perilaku yang bertentangan dengan dasar-dasar normal dan nilai-nilai social. Individu dengan antisocial memiliki toleransi akan frustasi yang rendah dan sering bertindak tergesa gesa, tanpa menunjukan perhatian atas konsekuensi perbuatan-perbuatannya.

Individu dengan kepribadian antisocial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menawan, memiliki kemampuan verbal yang baik, bahkan menarik perhatian lawan jenis dengan perilakunya yang pandai merayu. Disisi lain individu yang sejenis seringkali menganggap perilaku individu dengan kepribadian antisocial sebagai manipulative dan terlalu menuntut. Walaupun penampilannya luarnya tampak positif, apabila terapis menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dengan perilaku berbohong, membolos kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, pemakaian obat-obatan dan berbagai aktifitas illegal lainnya yang biasanya telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu setelah dewasa individu dengan kepribadian antisocial biasanya berkaitan

(18)

dengan kasus penyiksaan pada pasangan hidup, pada anak, pelacuran dan mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk.

Prevelensi gangguan kepribadian antisocial adalah 3 persen pada laki laki dan 1 persen pada perempuan. Kepribadian ini lebih umum tampak pada daerah yang miskin. Usia kemunculan gangguan ini adalah sebelum usia 15 tahun. Gangguan kepribadian antisocial biasanya muncul pada masa remaja akhir, prognosisnya bervariasi. Biasanya dilaporkan bahwa kecenderungan antisocial ini menurun sejalan dengan usia pasien yang semakin lanjut atau tua. Gangguan yang umum terjadi pada individu dengan kepribadian antisocial adalah gangguan depresi, penggunaan alcohol dan zat zat tertentu.

Membedakan gangguan kepribadian antisosial dengan gangguan lain Biasanya cukup sulit untuk membedakan antara individu antisocial dan individu yang mengkonsumsi zat zat (substance abuse). Cara membedakannya apabila masalah itu muncul sejak kecil dan terus berlangsung hingga dewasa maka kedua diagnosis tersebut boleh ditegakan. Namun apabila tingkah laku antisosial muncul karena individu tersebut mengkonsumsi zat tertentu maka diagnosis gangguan kepribadian tidak perlu diberikan.

Contoh Kasus :

Seorang laki laki berusia 19 tahun dan sedang menjalani rehabilitasi di tempat ketergantungan obat-obatan terlarang untuk yang kesekian kalinya. Berdasarkan penuturan ibunya, diketahui bahwa sejak SD anaknya sudah sering melawan nasehat orangtua dan gurunya. Dia pun sering melawan membolos dari sekolah, walaupun prestos akademiknya memadai, wali kelasnya sering memanggil orangtua dan mengeluh tentang perilaku sang anak. Sejak kelas 5 SD sudah mulai merokok dan dilanjutkan menghisap ganja semasa awal SMP. Sang anakpun akhirnya putus sekolah dikelas 1 SMA dan lebih memili kegiatan bermain band dengan teman temannya. Tidak ada satupun orang yang berhasil mengajaknya kembali ke sekolah. Hingga saat ini dia masih terus mendapatkan biaya dari kedua orangtuanya

(19)

Gangguan Kepribadian Borderline ( Borderline personality disorder) Gangguan ini ditandai oleh impulsiveness, gangguan kepribadian borderline berada diperbatasan antara gangguan neurotic dan psikotik dengan gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self image yang sangat tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian ini moodnya selalu berubah-ubah. Pada suatu waktu individu ini dapat begitu banyak memberikan pendapatnya (secara positif). Lalu mendadak tampak depresi kemudian di waktu lain tiba-tiba dia mengeluh tentang perasaanya. Tampak pula gejala paranoid pada penderita gangguan kepribadian ini.

Tingkah laku dari individu dengan kepribadian borderline sangat tidak dapat diduga, akibatnya mereka jarang mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Mereka juga memiliki kecenderungan untuk melukai atau menyakiti diri sendiri dengan tujuan untuk mencari pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau mengumpulkan afek afek yang mereka rasakan.

Individu dengan gangguan kepribadian borderline merasa bergantung pada orang lain. Namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain. Oleh karena itu, individu dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang “hiruk-pikuk”. Disatu waktu mereka tampak bergantung pada teman dekatnya, namun dilain waktu ketika mereka sedang frustasi misalnya, mereka dapat menampilkan kemarahan yang sangar kepada orang yang sama. Individu dengan gangguan ini pun tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila berada sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya waktu yang singkat mereka berusaha sekuat tenaga untuk menemukan teman, walaupun hanya sebatas teman duduk.

Hingga saat ini belum ada penelitian yang memadai untuk menentukan prevalensi dari gangguan kepribadian borderline, namun diperkirakan gangguan ini muncul pada sekitar 1 atau 2 persen pada populasi umumnya. Gangguan ini dua kali lebih banyak pada kaum perempuan ketimbang laki

(20)

laki. Berdasarkan penelitian longitudinal diketahui bahwa individu dengan gangguan kepribadian borderline tidak menunjukan tanda-tanda perkembangan kearah gangguan skizofrenia, namun individu ini memiliki kecenderungan mengalami episode major depressive disorder . diagnosis gangguan ini biasanya dibuat sebelum usia 40 tahun, terutama ketika individu dengan gangguan ini dituntut untuk menemukan pilihan dalam pekerjaan atau pernikahan dan biasanya mereka tidak mampu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan yang terspat dalam setiap tahap perkembangan manusia. Membedakan gangguan kepribadian borderline dengan gangguan lain

Perbedaan antara gangguan kepribadian borderline dan skizofrenia adalah pada individu borderline mereka tidak memili episode psikotik yang berkepanjangan dan tidak mengalami gangguan berpikir. Selain ini kita dapat mengamati pada individunya sendiri. Secara umum dapat dijelaskan bahwa individu dengan gangguan kepribadian borderline menampilkan perasaan kesepian yang kronis, impulsifitas, self mutilation, percobaan bunuh diri dan sangat menuntut keterlibatan dari teman teman dekatnya dalam berelasi. Gangguan Kepribadian Histrionic (Histrionic personality disorder)

Gangguan kepribadian histrionic ditandai dengan tingkah laku yang bersemangat, dramatis atau suka menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan. Di samping penampilan yang cemerlang dan semarak, mereka sebenarnya tidak mampu menciptakan hubungan yang mendalam dan mejaga hubungan dalam jangka waktu yang panjang.

Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatiann dari lingkungan. Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya. Mereka menampilkan air mata, kemarahan dan tuduhan-tuduhan apabila mereka tidak menjadi pusat perhatian atau tidak mendapatkan persetujan dan pujian

(21)

Tingkah laku merayu umum terjadi baik pada kaum pria maupun wanita dengan gangguan ini. Mereka pun kadangkala memiliki fantasi fantasi seksual dengan siapa mereka akan berhubungan, namun mereka tidak selalu mengatakan fantasinya tersebut. Mereka cenderung untuk pura pura malu daripada agresif secara seksual. Pada kenyataannya, individu dengan gangguan kepribadial ini biasanya memiliki masalah atau disfungsi seksual.

Relasi social yang dibentuk oleh individu dengan gangguan ini biasanya hanya dipermukaan saja. Disisi lain mereka juga cenderung bergantung kepada orang lain sehingga mereka sangat penuh kepercayaan kepada orang lain, hingga akhirnya mereka tertipu.

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-erasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah satu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini berada dalam kondisi stress, kontak dengan realitas dapat saja terganggu.

Prevelensi gangguan ini sekitar 2 hingga 3 persen. Ada pra pasien rawat jalan dan rawat inap dirumah sakit jiwa, prevelensinya meningkat menjadi sekitar 10 hingga 15 persen.

Membedakan gangguan kepribadian histrionic dengan gangguan lain Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionic dan borderline cukup sulit untuk ditentukan. pada gangguan borderline, tampak percobaan bunuh diri, ketidakjelasan identitas dan episode psikotik singkat yang lebih dominan. Gangguan somatisasi dapat muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian histrionic. Pasien yang di diagnose mengalami gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif, perlu mendapatkan perhatian lebih karena pada ganguan tersebut biasanya terdapat pula gangguan kepribadian histrionic.

(22)

Contoh Kasus :

Seorang wanita berusia 20-an dan telah menikah serta memiliki seorang anak yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah diperiksakan ke dokter ternyata tidak ditemukan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan kedua orangtuanya. Seluruh keinginan anak harus dipenuhi, si anak cenderung bandel namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil sang anak memang seringkali terjatuh, namun setelah menikah gejalanya semakin parah. Apabila sedikit tersinggung biasanya akan langsung pingsan dan baru akan membaik setelah orang disekitarnya tampak panic dan membantu dia. Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic personality disorder)

Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang penting serta merupakan individu yang unik. Mereka merasa bahwa dirinya special dan berharap mendapatkan perlakuan khusus pula. Oleh karena itu mereka sangat sulit untuk tidak menerima kritik dari orang lain. Mereka selalu ingin mengerjakan sesuatu sesuai dengan cara yang sudah mereka tentukan dan seringkali ambisius serta mencari ketenaran.

Sikap mereka mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah) dan mereka dapat membuat orang lain sangat marah. Mereka juga tidak mampus menampilkan empati kalaupun mereka memberikan empati atau simpati, biasanya mereka memiliki tujuan tertentu untuk kepentingan diri sendiri.

Individu dengan gangguan kepribadian narsistik tidak memiliki self-esteem yang mantap dan mereka rentan untuk menjadi depresi. Masalah masalah yang biasanya muncul karena tingkah laku individu yang narsistik misalnya sulit membina hubungan interpersonal, penolakan diri orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan.

(23)

Prevelensi dari gangguan kepribadian narsisitik berkisar antara 2 hingga 16 persen pada populasi klinis dan kurang dari 1 persen pada populasi umumnya. Prevelensi mengalami peningkatan pada polulasi dengan orangtua yang selalu menanamkan ide ide kepada anaknya bahwa mereka cantik, berbakat dan special secara berlebihan. Gangguan kepribadian narsisitik merupakan gangguan yang kronis dan sulit mendapatkan perawatan, mereka biasanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa usia mereka sudah lanjut dan mereka tetap menghargai kecantikan, kekuatan dan usia muda secara tidak wajar.

Membedakan gangguan kepribadian narsistik dengan gangguan lain Gangguan kepribadian borderline, histrionic dan antisocial seringkali muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian narsistik. Hal ini mempersulit terapis untuk membedakan keempat gangguan tersebut. Individu dengan kepribadian narsistik biasanya lebih rendah tingkat kecemasannya bisa dibandingkan dengan individu dengan gangguan kepribadian borderline. Selain itu, kecenderungan untuk bunuh diri pun prevelensinya lebih besar pada individu borderline ketimbangan narsistik. Pada kepribadian antisocial, mereka biasanya memiliki sejarah tingkah laku yang impulsive berkaitan dengan penggunaan alcohol dan zat zat terlarang. Sedangkan pada individu dengan kepribadian histrionic, mereka memiliki kecenderungan yang sama dengan individu narsistik, terutaman dalam hal hubungan interpersonal yang manipulative dan tingkah laku memamerkan atau menunjukkan kelebihan yang mereka miliki.

Contoh Kasus :

David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepatu barunya.

(24)

David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani terpis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan yang terbaik dibidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work-aholic, penuh dengan fantasi akan keberhasilannya sehingga tidak memiliki waktu untuk istrinya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskn waktu bersama keluarganya. Tidak lama setelah dia memiliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan istrinya karena tidak lagi membutuhkan bantua ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, david memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan mengias apartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah. Kelompok C

Pada Kelompok ini, kecemasan dan perasaan-perasaan takut sering terlihat. Oleh karena itu disebut sebagai gangguan-gangguan yang didasari oleh anxiety, karena orang-orang yang menderita gangguan ini sering tampak membutuhkan bantuan orang lain

Gangguan Kepribadian Avoidance (Menghindar)

Gangguan ini ditandai oleh adanya cirri sangat sensitive (hypersensitiveness) pada penilaian orang lain, sehingga akhirnya yang tampak ialah perilaku menarik diri.Perilakunya sering diwarnai oleh kemurungan, rasa

(25)

tidak aman (insecurity) dalam berinterak sisosial, dan dalam memulai suatu relasi sosial.

Mereka memiliki rasa rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut untuk berbicara di depan public atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka sering kali mensalahartikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya. Oleh karena itu, individu dengan gangguan avoidance biasanya tidak memiliki teman dekat.Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah cenderung merasagugup dan malu mengenai dampak yang mereka timbul kan pada orang lain atau bagaimana diri mereka di mata orang lain

Individu dengan gangguan kepribadian avoidance mampu berfungsi dengan baik dalam kehidupannya, selama mereka berada dalam lingkungan yang mendukungnya. Adapun criteria gangguan kepribadian menghindar (avoidance) dalam DSM-IV-TR, antara lain;

a. Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau penolakan.

b. Keenganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali dirinya pastiakan disukai.

c. Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diperolok.

d. Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak. e. Merasa rendah diri.

f. Keengganan ekstrem untuk mencoba hal baru karena takutdipermalukan.

Membedakan gangguan kepribadian avoidance dengan gangguan lain Individu dengan gangguan kepribadian menghindar sebenarnya memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan social dan hal ini sangat berbeda dengan indivdu dengan gangguan kepribadian schizoid yang memang ingin sendirian. Individu dengan gangguan menghindar tidak terlalu menuntut,

(26)

tidak mudah marah, dan tidak terlalu sulit untuk diprediksi bila dibandingkan dengan individu dengan gangguan kepribadian borderline dan histrionic.

Individu dengan kepribadian menghindar relative serupa dengan kepribadian dependen. Perbedaanya pada kepribadian dependen individu memiliki perasaan ketakutan yang lebih besar akan penolakan dan kehilangan kasih saying daripada individu dengan kepribadian menghindar.

Contoh Kasus :

Jane tumbuh dan dibesarkan oleh seoarang ibu yang merupakan pecandu alkohol dan sering kali melakukan penyiksaan terhadap jane baik secara fisik maupun verbal. Sejak kecil jane menganggap bahwa perilaku ibunya disebabkan karena dirinya sangat tidak berharga hingga layak diperlakukan seperti itu. Saat ini jane telah berusia akhir 20an tahun dan dia tetap berharap bahwa dirinya akan ditolak oleh orang lain, begitu orang lain menyadari bahwa dirinya tidak berharga atau buruk. Selain itu jane sangat kritis terhadap dirinya sendiri dan selalu meramalkan bahwa dirinya tidak akan dapat diterima oleh lingkungan. Dia selalu berfikir bahwa orang lain tidak akan menyukai dirinya, bahwa orang lain akan melihat dirinya sebagai pecundang dan dia tidak mungkin dapat melawan hal-hal itu.apabila seorang penjual koran tidak tersenyum pada jane, maka secara otomatis jane akan berfikir bahwa itu disebabkan karena dirinya tidak berharga dan tidak disukai oleh orang lain. Setelah itu dia akan merasa sangat sedih . bahkan ketika jane mendapatkan respon yang positif dari teman-temannya, dia tidak pernah memperdulikan hal itu. jane lebih terfokus pada pemikirannya sendiri. Oleh karena itu dia hanya memiliki sedikit teman dan tidak ada satupun yang dekat dengan dirinya

Gangguan Kepribadian Dependen

Gangguan ini ditandai adanya kesukaran dalam berpisah dengan orang lain, dan interaksi sosialnya diwarnai oleh adanya kecemasan tetapi bukan karena takut mendapat kritik dari lingkungannya melainkan karena ingin senantiasa dirindukan, disayangi, yang pada akhirnya membuat ia menjadi pribadi yang

(27)

bergantung pada orang lain dan merasa tidak nyaman apabila harus sendirian (walaupun dalam waktu yang singkat).Mereka juga cenderung bersikap submisif atau patuh.

Individu dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi pekerjaan apabila merekadituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak disertai adanya pengawasan atau supervise yang intensif. Terapi kognitif-keperilakuan (cognitive-behavioral therapy) dilakukan dengan teknik-teknik keperilakuan untuk meningkatkan perilaku asertif dan untuk mengurangi kecemasan.Mereka juga harus belajar relaksasi untuk meredakan rasa cemasnya.

Adapun criteria gangguan kepribadian Dependen dalam DSM-IV-TR, antara lain ;

a. Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang lain.

b. Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian besar aspek kehidupannya yang utama.

c. Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.

d. Sulit melakukan segala sesuatu sendiri Karena kurangnya rasa percaya diri.

e. Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk mendapat kan persetujuan dan dukungan orang lain.

f. Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.

g. Berupaya untuk sesegera mungkin menjalani hubungan baru bila hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir.

h. Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.

(28)

Kecenderungan untuk dependen dapat ditemukan pada berbagai gangguan psikiatri sehingga kadangkala sulit untuk menentukan diagnosis bandinganya. Kecenderungan dependen merupakan factor yang menonjol pula pada gangguan keprubadian histrionic dan borderline biasanya mampu berelasi dengan orang lain dalam waktu yang lebih panjang ketimbang individu dari gangguan tersebut, merekapun tidak terlalu manipulaitf.

Tingkah laku dependen pun muncul pada individu dengan agoraphobia, namun individu tersebut memiliki level kecemasan yang tinggi bahkan disetai panic.

Contoh Kasus :

Seorang laki-laki berusia sekitar 40th dan telah menikah datang dengan keluhan sulit untuk mengambil keputusan dan merasa tidak nyaman dengan jabatannya di perusahaan. Saat ini ia menjabat sebagai kepala administrasi. Jabatan sebelumnya adalah staf administrasi. Sebelumnya dia merasa nyaman karena hanya bekerja dibelakang meja dan menerima perintah dari atasan. Setelah dipromosikan, akhirnya dia menjadi seorang pemimpin dan harus mengambil keputusan. Biasanya dia akan langsung merasakan cemas hingga deg-degan apabila harus mengambil keputusan. Akhirnya dia menunda keputusan itu, namun kemudian menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan. Kondisi didalam keluarganya pun tidak jauh berbeda, seluruh keputusan diserahkan kepada istrinya, bahkan dia tidak pernah memilih atau membeli baju sendiri.selama bekerja dia selalu menghindar untuk pergi tugas keluar kota. Alasannya karena tidak ingin jauh dari istri dan yidak memungkinkan pula bagi istrinya untuk ikut pindah ke luar kota. Setelah ditelusuri diketahui bahwa ibunya telah meninggal dunia ketika remaja, padahal iu orang terdekat baginya. Sejak saat itu, ayahnya memegang peranan menentukan segala hal bagi dia, mulai dari memilih sekolah hingga pekerjaan. Walupun tidak suka, biasanya dia menuruti instruksi dari ayahnya.

(29)

Obsesif artinya pemikiran yang berulang-ulang atau terus menerus secara paksaan.Sedangkan kompulsif artinya tindakan terpaksa yang berulang-ulang atau terus-menerus yang tidak efektif karena tidak dilaksanakan berdasarkan rancangan terlebih dahulu. Kepribadian obsesif-kompulsif adalah seseorang perfeksionis, terfokus berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya (Davison, dkk, 2012).

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai dengan tingkah laku yang keras kepala, kebimbangan, perfectionistic, cenderung mengulang-ulangs esuatu.Sebagai contoh,individu dengan gangguan ini terus menerus mengece kseluruh kuncipintu dirumah karena mereka merasa takut pada pencuri, mencuci tangan terus menerus kadang kala hingga kulit tangan menjadiluka (namun merasa masih terus berpikir bahwa tangan mereka kembali kotor karena telah menyentuh sesuatu).

Individu dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif cenderung bersikap serius dan tidak memiliki sense of humor. Mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa suatu aturan harus diikuti secara tepat dan tidak dapat diganggu gugat walau dengan alasan apapun. Hal tersebut membuat mereka tampak tidak fleksibel dan tidak dapat toleran.

Kemampuan interpersonal terbatas karena mereka sulit sekali melakukan kompromi ataupun diskusi dengan orang lain. Pada umumnya, mereka masih mampu untuk membentuk keluarga (menikah) danbekerja secara dekat, walaupun mereka biasanya hanya memiliki sedikit teman.

Adapun criteria gangguan kepribadian Obsesif-kompulsif dalam DSM-IV-TR, antara lain

a. Terfokus secara berlebihan pada aturandan detail hingga poin utama suatu aktivitas terabaikan

b. Perfeksionisme ekstrem hingga ketingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan.

(30)

c. Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan persahabatan.

d. Tidak fleksibel tentang moral.

e. Sulit membuang benda-benda yang tidakberarti.

f. Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapa tmemenuhi standarnya.

g. Kikir.

h. Rigid dan keras kepala.

Membedakan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif dengan gangguan lain

Kesulitan utama adalah membedakan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dengan individu yang memiliki sifat obsesif-kompulsif. Acuannya seseorang dianggap memiliki gangguan kepribadian adalah apabila gangguan tersebut membuat individu itu memiliki masalah dalam pekerjaan dan relasi sosial.

Contoh Kasus :

Setiap hari tepat pada pukul 8 pagi, danil tiba di universitas dimana dia menjadi mahasiswa di fakultas psikologi. Dalam perjalanan menuju universitas dia selalu berhenti di toko seven eleven untuk membeli kopi dan surat kabar (setiap hari kopi dan surat kabar yang sama). Dari pukul 8 hingga 9.15, danil akan merapikan file-file yang terdiri dari ratusan kertas yang berhubungan dengan S3-nya, yang sudah melewati batas waktu pengerjaan. Pada pukul 10.00 pagi hingga waktu makan siang, dia akan membaca sebuah paper atau jurnal serta menggarisbawahi hal-hal yang berhubungan dengan disertasinya. Siang hari, pukul 12.00 siang, dia akan membawa kantong makanannya yang selalu berisi roti sandwich dengan selai kacang dan sebuah apel, lalu pergi kesebuah kafe untuk membeli soda dan duduk seorang diri memakan siangnya. dari pukul 13.00-17.00 dia akan mengikuti beberapa pertemuan,merapikan mejanya,membuat daftar tentang apa yang harus dikerjakannya dan memasukkan beberapa data kedalam komputernya. Setelah dia tiba dirumah,

(31)

dia akan makan malam bersama istrinya, lalu berurusan lagi dengan disertasinya. Danil selalu rutin “mengerjakan” disertasinya hingga pukul 23.00, walaupun sebagian besar dari waktu tersebut digunakannya untuk koneksi internet yang tidak berkaitan dengan disertasinya. Danil sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan menyelesaikan disertasinya sejak 4,5 tahun yang lalu. Istrinya pun sudah mengancam akan meninggalkan danil karena tidak tahan lagi dengan tingkah lakunya. Danil kemudian mendatangi terapist dengan keluhan cemas akan hubungan dengan istrinya, namun dia kemudian didiagnosa memiliki gangguan kepribadian obsesif-kompulsif.

REFERENSI :

Davison, Gerald C, John M. Neale , Ann M. Kring. 2012. Psikologi Abnormal edisi Ke 9. Jakarta:Rajwali Pers

(32)

Fausiah, Fitri dan Julianti Widury. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

Jika anda ingin mengprint gambar sesuai dengan kertas yang di inginkan dan gambar yang ada Jika anda ingin mengprint gambar sesuai dengan kertas yang di inginkan dan gambar yang

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun.

Kesimpulan dari data diatas, penelitian yang dilakukan oleh Rahma dkk pada tahun 2012, Ririn Fitri pada tahun 2013 dan diperkuat oleh teori diatas bahwa penelitian

Warga negara asing yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan wajib mengikuti program jaminan sosial kesehatan. Ketidakpatuhan Setiap Orang Selain Pemberi Kerja,

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Dari tenaga kerja yang ada adalah 50% tenaga kerja lokal Tahap Operasional Kegiatan Ekploitasi/ Penambang an Penurunan kenyamanan lingkungan dan kesehatan Lingkungan di areal

Selisih dari perhitungan antara ke dua metode tersebut disebabkan perbedaan jumlah biaya overhead pabrik, hal ini karena terdapat pengeluaran biaya yang tidak diakui oleh

Bibit padi muda yang berumur 8 hari ditanam pada plot-plot percobaan yang telah disiapkan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm sebanyak satu bibit setiap titik