• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oops, page not found.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oops, page not found."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya Laporan Pendahuluan Ded Peningkatan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan Di Wilayah Perairan Barat Sumatera Dalam Rangka Antisipasi Cuaca Ekstrim Tahun 2012 ini. Laporan Pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi kewajiban pelaporan kegiatan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan.

Laporan Pendahuluan ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak dan instansi terkait sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.

Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

(2)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...i DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...vi BAB 1PENDAHULUAN...1-1 1.1 Latar Belakang...1-1 1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran...1-2 1.2.1 Maksud...1-2 1.2.2 Tujuan...1-2 1.2.3 Sasaran...1-2 1.3 Ruang lingkup...1-3 1.3.1 Ruang lingkup wilayah...1-3 1.3.2 Ruang lingkup pekerjaan...1-6 1.3.3 Ruang Lingkup Kegiatan, Literatur dan Studi Terkait...1-7 1.3.4 Batasan Pekerjaan...1-14 1.4 Kerangka Pikir Studi...1-17 1.5 Sistematika Pelaporan...1-18

(3)

2.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi...2-1 2.1.1 Provinsi Sumatera Utara...2-1 2.1.2 Provinsi Sumatera Barat...2-3 2.2 Gambaran Umum Kota Sibolga...2-5 2.2.1 Letak dan Wilayah Administrasi...2-5 2.2.2 Letak Geografis...2-6 2.2.3 Identifikasi Sosial Kependudukan...2-7 2.2.4 Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi...2-7 2.2.5 Inventarisasi Profil Transportasi...2-8 2.3 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Mentawai...2-9 2.3.1 Letak dan Wilayah Administrasi...2-9 2.3.2 Identifikasi Sosial Kependudukan...2-10 2.3.3 Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi...2-11 2.3.4 Inventarisasi Profil Transportasi...2-11 2.4 Gambaran Umum Kabupaten Nias...2-17 2.4.1 Letak dan Wilayah Administrasi...2-17 2.4.2 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Transportasi...2-21 2.4.3 Identifikasi Sosial Kependudukan...2-30 2.4.4 Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi...2-31 2.4.5 Inventarisasi Profil Transportasi...2-36 2.5 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan...2-40 2.5.1 Pelabuhan Sibolga...2-40 2.5.2 Pelabuhan Nias...2-45

(4)

BAB 3RENCANA KERJA...3-1 3.1 Persiapan...3-1 3.1.1 Penyelesaian Administrasi...3-1 3.1.2 Mobilisasi Personil dan Peralatan...3-1 3.1.3 Persiapan Pekerjaan Lapangan...3-1 3.1.4 Pendefinisian Kebutuhan Pengguna...3-2 3.2 Survei Lapangan Dan Kemajuan Yang Dicapai...3-4 3.2.1 Survei Bidang Sosial dan Ekonomi...3-4 3.2.2 Survei Bidang Teknik...3-4 3.3 Kajian Studi Kelayakan...3-6 3.3.1 Kajian Aspek Ekonomi...3-6 3.3.2 Kajian Aspek Teknik...3-6 3.3.3 Kajian Aspek Lingkungan...3-7 3.4 Pelaporan Dan Diskusi...3-8 3.5 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan...3-9

BAB 4METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN...4-1 4.1 Survei Bidang Sosial Dan Ekonomi...4-1 4.2 Survei Topografi...4-2 4.2.1 Peralatan Survei...4-2 4.2.2 Pengamatan Azimuth Astronomis...4-2 4.2.3 Pembuatan Titik Tetap (Bench Mark)...4-3 4.2.4 Penentuan Kerangka Dasar Horizontal...4-4

(5)

4.2.6 Pengukuran Situasi Rinci...4-9 4.2.7 Pengolahan dan Analisis Data Survei Topografi...4-10 4.3 Survei Batimetri...4-12 4.3.1 Penentuan Jalur Sounding...4-12 4.3.2 Peralatan Survei...4-12 4.3.3 Koreksi Kedalaman...4-13 4.3.4 Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi...4-14 4.4 Survei Hidro-Oseanografi...4-15 4.4.1 Peralatan Survei...4-15 4.4.2 Pengamatan Pasang Surut...4-15 4.4.3 Pengukuran Arus...4-16 4.4.4 Peramalan Gelombang...4-17 4.4.5 Pengambilan Contoh Sedimen...4-18 4.4.6 Pengolahan dan Analisis Data Survei Hidro-Oseanografi...4-18

4.5 Survei Penyelidikan Tanah...4-29 4.5.1 Peralatan Survei...4-29 4.5.2 Metodologi Survey...4-29 4.5.3 Pengolahan dan Analisis Data Survei Penyelidikan Tanah..4-37

4.6 Analisis Finansial...4-38 4.7 Analisis Sosial Ekonomi...4-39 4.8 Analisis Lingkungan Fisik...4-40 4.9 Analisis Kebutuhan Fasilitas...4-41

(6)

4.9.1 Fasilitas Perairan Pelabuhan...4-41 4.9.2 Fasilitas Darat Pelabuhan...4-55 BAB 5 ADMINISTRASI PELAKSANAAN PEKERJAAN...5-1 5.1 Tahapan Pekerjaan...5-1 5.2 Waktu Pelaksanaan...5-3 5.3 Organisasi Pelaksana Pekerjaan...5-4 5.4 Rencana Kerja Selanjutnya...5-6 5.4.1 Pelaksanaan Survei...5-6 5.4.2 Penyusunan Laporan Interim...5-6

(7)

DAFTAR TA

Tabel 2. 1 ...Daftar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara ...2-Tabel 2. 2 ...Jumlah pelabuahan kabupaten Kepulauan Mentawai

...2-13 Tabel 2. 3 ...Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai...2-14 Tabel 2. 4 ...Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai...2-15 Tabel 2. 5 ...Jumlah penumpang naik-turun di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai...2-16 Tabel 2. 6 ...Jumlah Penduduk di Kabupaten Nias ...2-30 Tabel 2. 7 ...Hasil Perkebunan di Kabupaten Nias ...2-32 Tabel 2. 8 ...Jumlah Perusahaan dan Industri di Kabupaten Nias ...2-33 Tabel 2. 9 ...Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Nias ...2-34 Tabel 2. 10 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Nias

...2-36 Tabel 2. 11 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Sumatera Utara dan

(8)

Tabel 2. 12 Perkembangan Banyaknya Bus Umum Menurut Trayek dan Daya Muat

Penumpang...2-37 Tabel 2. 13 Jumlah Kunjungan Pesawat Terbang, Penumpang, dan

Banyak Barang

melalui Pelabuhan Udara Binaka Gunung Sitoli...2-38 Tabel 2. 14 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut melalui

Pelabuhan...2-38 Tabel 2. 15 Perkembangan Banyaknya Barang Dimuat dan

Dibongkar melalui

Pelabuhan...2-39 Tabel 2. 16 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut melalui

Pelabuhan...2-46 Tabel 2. 17 Perkembangan Banyaknya Barang Dimuat dan

Dibongkar melalui

Pelabuhan...2-46 Tabel 2. 18 Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan laut Tuapejat,

Kabupaten

Kepulauan Mentawai...2-50 Tabel 2. 19 Jumlah penumpang naik-turun di pelabuhan laut

Tuapejat, Kabupaten

Kepulauan Mentawai...2-51 Tabel 2. 20 Jumlah bongkar muat barang di pelabuhan Tuapejat,

Kabupaten

(9)

YTabel 3. 1 ...Matriks Pelaksanaan Pekerjaan ...3-10Y Tabel 4. 1 ...Elevasi Penting Pasang Surut ...4-20 Tabel 4. 2 ...Komponen Kegiatan Kelayakan Lingkungan ...4-41 Tabel 4. 3 Prakiraan Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak

4-4

Tabel 5. 1 ...Matriks Pelaksanaan Pekerjaan

(10)

...5-Gambar 1. 1 Lokasi tua pejat, kep.Mentawai, Sumatera Barat...1-4 Gambar 1. 2 Lokasi sibolga, sumatera utara...1-5 Gambar 1. 3 Lokasi nias, sumatera utara...1-6 Gambar 1. 4 Kerangka Pikir Studi...1-17Y Gambar 2. 1 Peta Lokasi Sumatera Utara...2-1 Gambar 2. 2 Peta Lokasi Sumatera Barat...2-5 Gambar 2. 3 Peta Lokasi Kota Sibolga...2-6 Gambar 2. 4 Peta Lokasi Kabupaten Kepulauan Mentawai...2-10 Gambar 2. 5 Persentase jumlah penduduk menurut Kecamatan....2-11 Gambar 2. 6 Peta Lokasi Kabupaten Nias...2-18 Gambar 2. 7 Lokasi Sibolga, Sumatera Utara...2-41 Gambar 2. 8 Pelabuhan Sibolga...2-42 Gambar 2. 9 Lokasi pelabuhan-pelabuhan Nias, Sumatera Utara...2-48 Gambar 2. 10 Gambaran pelabuhan Nias...2-49 Gambar 2. 11 Lokasi Tua Pejat, Kep.Mentawai, Sumatera Barat 2-5

Gambar 3. 1 Pendekatan Umum Dan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

3-Gambar 4. 1 Pengamatan Azimuth...4-3 Gambar 4. 2 Definisi Besaran-Besaran Yang Terlibat Dalam Koreksi Kedalaman...4-14 Gambar 4. 3 Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Perilaku Pasang

(11)

Gambar 4. 4 Bagan (Platform) Tempat Penyelidikan Tanah Di Laut4-30 Gambar 4. 5 Komponen Penentu Kedalaman Kolam Pelabuhan...4-44 Gambar 4. 6 Penentuan Kedalaman Alur...4-46 Gambar 4. 7 Lebar Alur Untuk Satu Kapal...4-47 Gambar 4. 8 Lebar Alur Untuk Dua Kapal...4-47 Gambar 4. 9 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Kapal...4-49 Gambar 4. 10 Kondisi Mooring Kapal...4-50 Gambar 4. 11 Denah dan Potongan Catwalk...4-51 Gambar 4. 12 Ukuran pada dinding kantilever berusuk 4-5

(12)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelancaran transportasi merupakan komponen yang sangat penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di suatu daerah, khususnya daerah dengan potensi ekonomi yang tinggi namun masih terhambat oleh keterbatasan sarana dan prasarana transportasi.

Angkutan penyeberangan adalah salah satu bentuk sistem transportasi yang diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah yang dibatasi oleh sungai dan laut. Dengan adanya angkutan ini diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan transportasi antar daerah yang menunjang pembangunan/perkembangan wilayah yang bersangkutan. Dengan demikian, kegiatan angkutan penyeberangan bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial yang berada dalam jangkauan pelayanan angkutan penyeberangan tersebut.

Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan struktur pulau besar dan kecil yang membentang dari barat ke timur. Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di indonesia yang menyokong pertumbuhan ekonomi. Pelabuhan Penyeberangan di Wilayah Perairan Barat Sumatera, yaitu Sibolga (Sumut), Nias dan Tua Pejat (Kep. Mentawai) merupakan pelabuhan penyeberangan yang

(13)

yang akan dan dari kedua pulau tersebut. Kapasitas pelayanan pelabuhan mengalami peningkatan dan penambahan seiring dengan perkembangan jumlah penumpang dan kendaraan yang melintas di jalur ini. Tetapi ke-tiga pelabuhan penyeberangan ini berada pada perairan terbuka di Samudra Pasifik. Kondisi perairan yang terbuka pada lokasi tersebut sering mengalami gelombang tinggi, terutama pada musim-musim tertentu. Sehingga mengakibatkan kapal-kapal kesulitan saat akan sandar di pelabuhan-pelabuhan tersebut.

Agar operasional pelabuhan dapat tetap berjalan, maka dipandang perlu untuk melakukan regenerasi terhadap sarana yang sesuai dengan kondisi perairan yang ada. Dengan adanya perubahan kapasitas sarana pada pelabuhan penyeberangan tersebut, sehingga perlu dilakukan studi DED Peningkatana Prasarana Pelabuhan Penyeberangan di Wilayah Perairan Barat Sumatera Dalam Rangka Antisipasi Cuaca Ekstrim.

1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.2.1 Maksud

Maksud dari pekerjaan untuk mendapatkan suatu arahan peningkatan fasilitas pelabuhan penyeberangan Wilayah Perairan Barat Sumatera Sumatera (Sibolga/Sumut, Nias dan Tua Pejat/Kep. Mentawai, Sumbar) serta mendapatkan suatu rincian detil terkait pembangunan peningkatan fasilitas pelabuhan penyeberangan. Arahan ini akan digunakan sebagai dasar untuk rencana

pengembangan fasilitas

(14)

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pekerjaan ini untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan penyebrangan di wilayah perairan Barat Sumatera (Sibolga/Sumut, Nias dan Tua Pejat/Kep. Mentawai, Sumbar) dalam upaya meningkatkan aksesibilitas transportasi dalam upaya meningkatkan kinerja ekonomi di kawasan yang terhubungkan oleh transportasi tersebut.

1.2.3 Sasaran

Sasaran dari pekerjaan ini adalah tersedianya data sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan penyeberangan di wilayah perairan barat sumatera (Sibolga/Sumut, Nias dan Tua Pejat/Kep. Mentawai, Sumbar).

1.3 Ruang lingkup

1.3.1 Ruang lingkup wilayah

Lokasi studi terletak di wilayah perairan barat sumatera (Sibolga/Sumut, Nias dan Tua Pejat/Kep. Mentawai, Sumbar). Peta lokasi studi dapat dilihat di halaman berikut ini.

(15)
(16)

Gambar 1. 3 Lokasi nias, sumatera utara

1.3.2 Ruang lingkup pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi kegiatan :  Survei dan Pengumpulan Data

(17)

1.3.3 Ruang Lingkup Kegiatan, Literatur dan Studi Terkait 1.3.3.1 Ruang lingkup kegiatan

Pekerjaan dilakukan dalam beberapa Tahapan, yaitu : A. Survey, terdiri dari :

a. Survey Pendahuluan meliputi:

• Inventarisasi sosial ekonomi, inventarisasi kebijakan pemerintah dan daerah terkait, inventarisasi stakeholder dan aspirasi stakeholders mengenai kebijakan pembangunan pelabuhan;

• Analisa dan evaluasi terhadap perkiraan permintaan transportasi sampai 25 tahun yang akan datang;

• Survey Lokasi berupa survey lahan, batas kepemilikan lahan dan status lahan, estimasi tapak awal dermaga, estimasi kebutuhan lahan, ketersediaan patok

pengukuran (benchmark) dan penilaian atas alternatif lokasi dermaga;

• Survey harga satuan setempat untuk bahan material konstruksi berdasarkan dokumen harga satuan yang diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun asosiasi konstruksi;

• survey harga satuan untuk bahan/material/peralatan/personil yang bersifat khusus atau spesifik di quarry maupun di pabrik/distributor barang terdekat.

B. Survey Gelombang dan Arus

Dalam studi ini dilakukan pengukuran gelombang dan arus dengan menggunakan

Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP). Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan, baik secara horizontal maupun

(18)

radial relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit gelombang yang berada dibawah permukaan dapat diukur dari keakuratan ADCP. ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Personil yang mempergunakan peralatan tersebut harus cukup berpengalaman.

C. Survei Pasang Surut

Data pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi muka air diperairan

sekitar pelabuhan dan untuk keperluan hidrooseanografi. Pasang

surut akan

mempengaruhi tinggi gelombang yang terjadi di lokasi studi. Pada

waktu air

surut dimana kedalaman lokasi studi kecil, gelombang yang terjadi

juga kecil; dan

sebaliknya pada waktu air pasang gelombang akan besar. Data

pasang surut

didapat dari pengukuran selama 30 hari berturut-turut dengan

interval waktu 1

jam. Dalam studi ini dilakukan pengukuran pasang surut dengan menggunakan

Tide Gauge. Tide gauge adalah perangkat untuk mengukur perubahan

muka laut.

Perubahan muka laut bisa disebabkan oleh pasang naik dan surut

muka laut

(19)

Pengamatan dilaksanakan dengan metode pengamatan langsung

yaitu dengan

cara memasang alat automatic tide gauge pada tempat-tempat yang

dipilih dan

dikenal dengan nama stasiun pasut. Cara ini untuk pengamatan

jangka panjang

baik sekali digunakan. Hasil pengamatan yang diperoleh tidak merupakan

besaran-besaran yang langsung menunjukkan kedudukan

permukaan air laut.

Untuk mendapatkan besaran-besaran mengenai kedudukan air laut

itu, harus

dilakukan perubahan dari grafik yang diperoleh kedalam suatu

harga yang

didasarkan dari pembacaan rambu pasut yang dipasang

sebagai skala

pembanding (standard).

D. Survey Pengukuran Angin

Dalam studi ini dilakukan pengukuran dan arah angin dengan menggunakan

Anemometer. Anemometer termasuk alat Non recording yaitu

alat yang

digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-saat tertentu dalam memperoleh

data. Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

arah dan

kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin adalah

(20)

360o serta

arah mata angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah terbuka.

E. Survey Bathimetri

• Pembuatan titik tetap utama (referensi benchmark) yang merupakan titik awal pengukuran arah horizontal dan vertikal. Titik tetap (referensi

benchmark) tersebut ditetapkan dan diikatkan vertikal dengan pengukuran pasang surut (peilschaal) di perairan yang ditentukan. Benchmark juga diikatkan dengan menggunakan pengukuran horizontal poligon dan GPS. Titik ini harus ditempatkan ditempat yang aman dan mudah terlihat. Titik referensi tersebut diukur berdasarkan sistem koordinat geografis;

• Pemeruman (kedalaman air) dengan referensi kedudukan air surut terendah (LLWS) sesuai dengan pengikatan pasang surut (peilschaal);

• Pengukuran dan penggambaran garis pantai berdasarkan

kedudukan air

pasang tertinggi (HHWS) dan kedudukan air surut terendah (LLWS);

• Penandaan (marking) posisi benda-benda yang dapat mengganggu

pelayaran dalam koordinat geografis;

• Pengamatan arus simultan, arus dominan sedimentasi, abrasi sedimen melayang (suspended sediment);

• Penelitian gelombang perairan, gelombang pecah dan gelombang utama (dominan);

• Penelitian pasang surut pada peilschaal minimal 15 piantan (kontinyu) dengan interval bacaan minimal 30 menit;

(21)

• Menggambarkan seluruh data hydrography tersebut dalam butir-butir di atas dalam bentuk peta;

• Membuat gambar-gambar potongan/profil untuk tempat-tempat yang dianggap penting;

• Survey bathymetri dilakukan dalam areal dengan radius 2 mile

dari tapak

dermaga, termasuk penelitian access fairway selebar 50 m sejauh 2 mile;

• Peralatan yang dipergunakan antara lain Theodolite, Wild To, Echo Sounder, GPS (Global Position System) dan Sextant yang memenuhi syarat (TOR) dan mempunyai ketepatan dan ketelitian yang tinggi.

F. SurveyPenyelidikan Tanah

1. Survey Sondir (Penyelidikan Tahanan Tanah)

• Jumlah titik sondir untuk masing-masing lokasi dermaga adalah sebanyak

2 lokasi di perairan;

• Penyondiran dilakukan dengan pembacaan manometer tiap interval 20 cm sampai tercapai kedalaman tanah keras (nilai tahanan conus lebih besar dari 200 Kg/cm2). Apabila kedalaman percobaan sudah mencapai kedalaman 30 meter dibawah permukaan tanah/sea bed tetapi masih belum didapat nilai tahanan conus lebih besar dari 200 Kg/cm2 maka dapat dipertimbangkan penyondiran tersebut untuk dihentikan, dengan catatan bahwa hasil yang diperoleh sudah cukup untuk mendukung desain yang akan dikerjakan;

• Letak titik-titik penyondiran digambar didalam peta. Hasilnya digambar dalam bentuk grafik sondir yang memperlihatkan besarnya tahanan yang menunjukkan perkiraan letak lapisan

(22)

tanah keras dan dilengkapi dengan keterangan yang dianggap perlu misalnya letak sea bed, HHWS, LLWS, dan sebagainya; • Metoda penyondiran mengikuti standar ASTM D-3441-86

“Method for deep, quasi static cone and friction - Cone penetration test”;

• Peralatan sondir yang dipergunakan harus memenuhi syarat ketelitian yang tinggi dan siap dipakai berdasarkan koreksi terakhir dari pihak yang berwenang.

2. Survey Pengeboran (Penyelidikan dan Pengujian Mekanika Tanah)

• Jumlah titik-titik bor di masing-masing lokasi tapak dermaga adalah

sebanyak 2 lokasi titik boring di perairan;

• Hasil dari pekerjaan boring berupa boring log yang memperlihatkan perkiraan jenis lapisan tanah, letak lapisan tanah dan letak lapisan tanah keras yang ditunjukkan dalam nilai SPT, serta pengambilan contoh tanah untuk pengujian di laboratorium berupa undisturbed samples dan disturbed samples;

• Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 30 meter dibawah permukaan tanah/ sea bed serta dilakukan uji Standard Penetration Test (SPT) dan dilakukan pengambilan contoh tanah, pengeboran dengan air (wash boring) tidak dibenarkan. Pengeboran dapat dihentikan apabila nilai Standard Penetration Test (SPT) sudah mencapai nilai 60 pada lapisan dengan ketebalan tiga meter. Jika pada kedalaman 30 meter belum ditemukan tanah keras (N>60), maka pelaksana agar

(23)

• Pengujian Standard Penetration Test (SPT) dilakukan pada interval kedalaman satu meter atau pada tiap-tiap pergantian jenis tanah. Sedangkan pengambilan contoh tanah ini dilakukan setiap interval kedalaman 3 meter untuk undisturbed samples, sedangkan untuk disturbed samples diambil sebanyak mungkin atau dapat dilakukan setiap kedalaman 0,5 meter sehingga untuk setiap titik pengeboran dapat digambar boring log yang lengkap.

• Metoda pengujian SPT mengikuti standard ASTM D-1587-84 “Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sample of Soil”. Metode pengambilan contoh tanah sesuai dengan standard ASTM D-1587-83 “Practice for Thin-Walled Tube Sampling Soil”.

• Peralatan dan metode untuk pekerjaan pengeboran dan pengambilan contoh tanah mengikuti standar ASTM D-420-87 “Standard Guide for Investigation and Sampling Soil and Rock” dan ASTM D-1452-80 “Standard Practice for soil Investigation and Sampling by Auger Borrings” dan ASTM D-2488-84 “Standard Practice for Description and Identification of Soil” (Visual - Manual Procedure).

B. Analisis dan Penyajian Data

1. Analisis Peningkatan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan di Wilayah Perairan Barat Sumatera dalam Rangka Antisipasi Cuaca Ekstrim

• Analisis dan pemodelan kebutuhan transportasi penyeberangan

• Analisis peningkatan fasilitas dan operasi pelabuhan penyeberangan

• Analisis kelayakan lokasi dan ketersediaan lahan pengembangan

(24)

• Analisis manfaat pengembangan fasilitas pelabuhan terhadap perkembangan ekonomi wilayah perairan Barat Sumatera • Analisis manfaat pengembangan fasilitas pelabuhan terhadap

biaya ekonomi transportasi dan faktor kemudahan transportasi • Analisis finansial terkait operasionalisasi fasilitas pelabuhan

penyeberangan yang dikembangkan

• Estimasi pengaruh pengembangan fasilitas pelabuhan

terhadap aspek

lingkungan fisik dan non fisik

• Penyusunan skenario pembangunan berdasarkan prioritas kebutuhan

fasilitas yang dikembangkan

2. Penyusunan dokumen review masterplan pengembangan pelabuhan penyeberangan di Wilayah Perairan Barat Sumatera dalam Rangka Antisipasi Cuaca Ekstrim

• Pembuatan peta tata ruang kawasan sekitar pelabuhan yang dimaksud

• Interaksi antara lokasi pembangunan dengan sistem kegiatan kota/wilayah di sekitarnya hinterland (daerah belakang) yang dilayani oleh fasilitas pembangunan yang dibuat kegunaan pembangunan terhadap wilayah hinterland dan simpul/lintasan di sekitarnya

• Pengaturan konstruksi bangunan yang direncanakan

• Pengaturan aspek perairan di sekitar lokasi pembangunan • Kondisi eksisting di sekitar lokasi pengembangan (sebelum

dibangun)

• Kondisi rencana (pengaturan zonasi) di sekitar lokasi pengembangan (setelah dibangun)

• Kebutuhan fisik dan ruang untuk pembangunan dermaga • Zonasi di sekitar dermaga yang akan dibangun

(25)

• Layout tahapan konstruksi dermaga (berikut item, durasi dan biaya)

3. Pembuatan peta

• Peta Wilayah Kerja meliputi Peta Propinsi, Peta Kabupaten, Peta Lintas dan Inzet Peta Lokasi

• Peta Batimetri dengan sistem grid Lintang Bujur dan sistem grid Kartesian skala 1:5.000

• Peta Bahaya Pelayaran Sekitar Pelabuhan dengan sistem grid lintang bujur skala 1:5.000

• Peta Topografi dengan sistem grid Kartesian skala 1:1.000 • Peta Batas Lahan dan Penggunaan Lahan dengan sistem grid

skala 1:1000

• Laporan Pengamatan Pasang Surut meliputi tipe pasang surut, ketinggian-ketinggian referensi pasang surut dan koefisien pasang surut

• Laporan Pengamatan Arus, Angin dan Gelombang meliputi arus, angin dan gelombang dominan dalam waverose dan windrose serta peramalannya dalam kurun waktu minimal 25 tahunan.

• Laporan Pengamatan Garis Pantai meliputi letak abrasi dan sedimentasi, arah sedimentasi atau abrasi dan estimasi perubahan garis pantai minimal 25 tahunan.

4. Pengujian laboratorium

(26)

index properti, structural property, diskripsi jenis dan klasifikasi tanah.

• Pengujian contoh tanah undisturbed, meliputi : Grain size analysis, Atterberg limits, Insitu bulk and dry density, Natural Moisture content, Consolidation characteristic, Share strenght characteristic, Permeability characteristic.

• Pengujian contoh tanah disturbed dilakukan untuk mendapatkan deskripsi tanah, jenis, bentuk, warna, sifat butir, serta kandungan mineral tanah, meliputi: Lithologic description, Bentuk, warna dan sifat butiran.

• Pemodelan sedimentasi, abrasi dan hidrooseanografi • Pemodelan struktur bangunan dan pelabuhan

C. Rekomendasi pembangunan

D. Pembuatan laporan desain dan dokumen tender

1.3.4 Batasan Pekerjaan

Batasan pekerjaan pada pekerjaan ini meliputi :

A. Review Dokumen Kelayakan Pelabuhan Penyeberangan, meliputi : 1. Identifikasi dan memperkirakan potensi demand, kebutuhan

pengembangan, indikasi lokasi pengembangan, indikasi biaya fisik dan pola implementasi pengembangan transportasi berdasarkan survey maupun studi sebelumnya; 2. Identifikasi tingkat kelayakan teknis, kelayakan ekonomi,

kelayakan finansial dan kelayakan operasional berdasarkan survey dan studi sebelumnya;

3. Penentuan karakteristik kapal/sarana yang cocok untuk diterapkan pada lintasan;

(27)

4. Mengevaluasi dan mereview rencana induk, DLKR/DLKP dan

indikasi lingkungan

di lokasi terpilih berdasarkan survey maupun studi sebelumnya.

B. Penyusunan Survey Fisik terinci, meliputi :

1. Pelaksanaan dan analisa survey topografi dan bathymetri; 2. Pelaksanaan dan analisa survey penyelidikan tanah;

3. Penelitian terhadap faktor oceanografi, cuaca dan iklim terhadap konstruksi pelabuhan;

4. Survey terhadap kemudahan mobilisasi bahan, personil dan peralatan;

5. Pembuatan peta utilitas dan fungsional fasilitas pokok dermaga baru.

C. Penyusunan Rancangan Detail, meliputi : 1. Perhitungan struktur tanah dan bangunan; 2. Pembuatan gambar detil konstruksi;

3. Perencanaan Fasilitas Utama Pelabuhan; 4. Perencanaan Fasilitas Penunjang Pelabuhan; 5. Perencanaan Material Konstruksi;

6. Perhitungan Konstruksi;

7. Perencanaan Metodologi Konstruksi; 8. Manajemen dan Pentahapan Konstruksi. 9. Estimasi volume pekerjaan dan biaya; 10. Estimasi pentahapan pembangunan.

D. Laporan Desain yang terdiri dari: 1. Laporan Pendahuluan;

2. Laporan Interim;

3. Draft Laporan Akhir, yang memuat antara lain : a. Pembuatan Gambar Desain Konstruksi Dermaga; b. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS); c. Pembuatan Bill of Quantity;

(28)

5. Album Gambar; 6. Nota Desain;

7. Executive Summary

(29)

Gambar 1. 4 Kerangka Pikir Studi 1.5 Sistematika Pelaporan

Pemaparan Laporan Pendahuluan ini akan dilakukan melalui sistematika sebagai berikut :

(30)

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran pekerjaan, ruang lingkup, kerangka pikir studi serta sistematika pembahasan pelaporan ini.

Bab II Gambaran umum wilayah

Bab ini berisi gambaran umum wilayah provinsi (Letak geografis, Luas wilayah, batas, dan Jumlah daerah Administrasi), gambaran umum kabupaten(Letak dan Wilayah Administrasi, Tinjauan Kebijakan Pengembangan Transportasi, Identifikasi Sosial Kependudukan, Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi, Inventarisasi Profil Transportasi) dan gambaran umum lokasi pekerjaan.

Bab III Rencana kerja

Bab ini berisi persiapan (Administrasi dan Peralatan), Survei lapangan dan kemajuan yang dicapai (Survei bidang sosial dan Ekonomi, Survei bidang teknik), kajian awal, kajian studi kelayakan, pelaporan dan diskusi, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Bab IV Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Pada Bab ini akan diuraikan mengenai konsep pendekatan dalam pelaksanaan pekerjaan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan secara detail.

Bab ini berisi Survei bidang sosial dan ekonomi, Survei topografi, Survei Batimetri, Survei hidro-oseanografi, Survei lingkungan, Analisis finansial, Analisis sosial ekonomi, Analisis lingkungan fisik, Analisis

(31)

pengembangan wilayah dan tata ruang, dan Analisis kebutuhan fasilitas.

Bab V Administrasi pelaksanaan pekerjaan

Bab ini berisi tahapan pekerjaan, waktu pelaksanaan, organisasi pelaksanaan pekerjaan serta rencana kerja selanjutnya berisi tentang rencana kerja yang akan dilakukan oleh konsultan setelah laporan pendahuluan selesai.

(32)
(33)

BAB 2

GAMBARAN UMUM

WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi

2.1.1 Provinsi Sumatera Utara 2.1.1.1 Letak Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° 4° Lintang Utara dan 98° -100° Bujur Timur. Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas: • Pesisir Timur

• Pegunungan Bukit Barisan • Pesisir Barat

• Kepulauan Nias

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.

Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi

(34)

kantong-Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.

(35)

Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau (Sumber: id.wikipedia.org).

Gambar 2. 1 Peta Lokasi Sumatera Utara

2.1.1.2 Luas Wilayah, Batas, dan Jumlah Daerah Administrasi

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km² dengan batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Provinsi Aceh dan Selat Malaka

(36)

Barat : Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia Timur : Selat Malaka

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka). Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli. Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.

Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.

Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.

Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak

(37)

Tabel 2. 1 Daftar Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara

No

. Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Asahan Kisaran

2 Kabupaten Batubara Limapuluh

3 Kabupaten Dairi Sidikalang

4 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam

5

Kabupaten Humbang Hasundutan

Dolok Sanggul

6 Kabupaten Karo Kabanjahe

7 Kabupaten Labuhanbatu RantauPrapat

8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kota Pinang 9

Kabupaten Labuhanbatu

Utara Aek Kanopan

10 Kabupaten Langkat Stabat

11 Kabupaten Mandailing Natal Panyabungan

12 Kabupaten Nias Gunung Sitoli

13 Kabupaten Nias Barat Lahomi

14 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam

15 Kabupaten Nias Utara Lotu

16 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan

17 Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua

18 Kabupaten Pakpak Bharat Salak

19 Kabupaten Samosir Pangururan

20 Kabupaten Serdang Bedagai Sei Rampah

21 Kabupaten Simalungun Raya

22 Kabupaten Tapanuli Selatan Sipirok

23 Kabupaten Tapanuli Tengah Pandan

24 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung

25 Kabupaten Toba Samosir Balige

26 Kota Binjai Binjai Kota

27 Kota Gunungsitoli -28 Kota Medan -29 Kota Padangsidempuan -30 Kota Pematangsiantar -31 Kota Sibolga -32 Kota Tanjungbalai

(38)

-Sumber : id.wikipedia.org

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.

Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.

2.1.2 Provinsi Sumatera Barat

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera dengan ibu kota Padang. Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah barat, provinsi Jambi dan provinsi Bengkulu di sebelah selatan, provinsi Riau di sebelah timur, dan provinsi Sumatera Utara di sebelah utara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Sumatera Barat merupakan salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan.

2.1.2.1 Letak Geografis

Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.

(39)

Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di antaranya adalah danau Singkarak yang membentang di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1 km², danau Maninjau di kabupaten Agam dengan luas 99,5 km², dan danau Kembar di kabupaten Solok yakni danau Diatas dengan luas 31,5 km², dan danau Dibawah dengan luas 14,0 km² .

Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah sungai Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), sungai Kampar, dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.

(40)

Gambar 2. 2 Peta Lokasi Sumatera Barat

2.1.2.2 Luas Wilayah, Batas, dan Jumlah Daerah Administrasi

Provinsi yang identik dengan kampung halaman Minangkabau ini memiliki luas 42.297,30 km2, terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa, serta memiliki 391 pulau yang 191 diantaranya belum bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah bernama nagari—sebelumnya tahun 1979 diganti dengan nama desa, namun sejak 2001 dikembalikan pada nama semula.

2.2 Gambaran Umum Kota Sibolga 2.2.1 Letak dan Wilayah Administrasi

Kota Sibolga adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan.

(41)

2.2.2 Letak Geografis

Secara geografis wilayah Sibolga terletak antara 1º 42'1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' - 98º 48' Bujur Timur

Gambar 2. 3 Peta Lokasi Kota Sibolga 2.2.2.1 Luas Wilayah

Kota Sibolga secara administratif terdiri dari 3 Kecamatan dan 16 Kelurahan dan Luas 2.778 Ha atau 27, 78 Km², dengan jumlah penduduk 86.441 jiwa.

2.2.2.2 Topografi

Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar

(42)

lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.

2.2.2.3 Klimatologi

Iklim kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32° C dan minimum 21.6° C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.

2.2.3 Identifikasi Sosial Kependudukan

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik kota Sibolga tahun 2008, penduduk kota Sibolga adalah 94.616 jiwa. Dengan wilayah seluas 3.356,60 ha di daratan Sumatera dan urban growth seluas 644,53 ha berarti kepadatan penduduk pada wilayah pemukiman adalah 8.785 jiwa per km². Sementara pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sekitar 1.99 %. Masyarakat Sibolga terdiri dari bermacam etnis, antara lain Batak Toba, Batak Mandailing, dan Minangkabau. Namun dalam kesehariannya, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Minangkabau logat pesisir.

2.2.4 Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi

Kota Sibolga yang merupakan sebuah kota kecil di pesisir pantai barat Sumatera memiliki potensi yang besar dibidang perikanan. Selama ini perekonomian Kota Sibolga sangat didukung oleh besarnya hasil dari perikanan laut. Secara umum perekonomian

(43)

Kota Sibolga masih ditopang dari sektor pertanian (28,58%) yang disusul oleh sektor perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 14,42%.Yang dimadsud dengan Sektor pertanian adalah perikanan . Komoditi andalan yang menjadi primadana di Kota Sibolga adalah

produksi perikanan laut yang cukup berlimpah.Nelayan umumnya yang menangkap ikan di perairan Teluk Tapian Nauli, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Aceh Selatan, bahkan sampai perairan Sumatera Barat dan Bengkulu mendaratkan ikan diwilayah ini. Penangkapan ikan merupakan penyumbang utama bagi kegiatan perekonomian Kota Sibolga.

2.2.5 Inventarisasi Profil Transportasi 2.2.5.1 Angkutan Darat

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan

pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di Kota Sibolga di tahun 2009 adalah 63.087 km yang terbagi atas jalan nasional (8,520 km) dan jalan kabupaten/kota (54,567 km). Sedangkan menurut kelas jalan, sebagian besar jalan di Sibolga berklasifikasi kelas III Jalan Kota dengan kondisi jalan 32.239 km baik; 7.907 km sedang; 13.086 km rusak; 9.855 km rusak berat.

2.2.5.2 Angkutan Laut

Jumlah kunjungan kapal di pelabuhan Sibolga tahun 2009 adalah 948 unit dengan jumlah penumpang dan barang yang diangkut

(44)

masing-laut di pelabuhan Sibolga yang tiba dan berangkat terjadi penurunan. Penumpang yang tiba sebanyak 95.605 orang dan penumpang yang berangkat sebanyak 117.079 orang.

2.3 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Mentawai 2.3.1 Letak dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999 dan dinamai menurut nama asli geografisnya. Kabupaten ini terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang berpenghuni yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai. Selain itu masih ada beberapa pulau kecil lainnya yang berpenghuni namun sebahagian besar pulau yang lain hanya ditanami dengan pohon kelapa.

2.3.1.1 Letak Geografis

Secara Geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di antara 0o50' - 3o30' LS - 97o330' - 100o30' BT, luas wilayahnya adalah

6.011,35 Km2.

Perbatasan wilayahnya adalah:

Sebelah Timur : Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan & Kota Padang,

Sebelah Barat : Samudera Indonesia,

Sebelah Utara : Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara, Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkulu Utara, wilayah ini terbagi atas

(45)

Gambar 2. 4 Peta Lokasi Kabupaten Kepulauan Mentawai 2.3.1.2 Topografi

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten kepulauan yang terletak memanjang dibahagian paling barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia.

Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut.

2.3.2 Identifikasi Sosial Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 adalah 76.173 orang yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 39.504 orang dan penduduk perempuan sebanyak 36.669 orang, atau mengalami peningkatan sekitar 2,07% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun

(46)

2009 yang tercatat sebanyak 74.625 orang. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten kepulauan Mentawai

Gambar 2. 5 Persentase jumlah penduduk menurut Kecamatan

2.3.3 Identifikasi Potensi Sumberdaya Dan Sektor Ekonomi

Komoditi unggulan Kabupaten Kepulauan Mentawai yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah Jagung dan Ubi kayu, Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa Kakao, karet, lada, Nilam, Kelapa dan cengkeh. Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, diKabupaten ini tersedia 2 bandar udara, yaitu Bandara Siberut dan Bandara Rokot. Untuk transportasi laut tersedia 4 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Tua Pejat, Pelabuhan Muara Siberut, Pelabuhan Muara Sikabaluan, Pelabuhan Sikakap.

(47)

2.3.4 Inventarisasi Profil Transportasi

Data mengenai transportasi dihimpun berdasarkan informasi dari dua Dinas Kimpraswil kabupaten kepulauan Mentawai mengenai infrastruktur jalan dan jembatan serta Dinas Perhubungan kabupaten kepulauan Mentawai mengenai pengangkutan laut.

Berdasarkan informasi dari Dinas Kimpraswil, total panjang jalan seluruh kecamatan mencapai 465 Km.

Sementara itu berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari Dinas Perhubungan kabupaten kepulauan Mentawai, menunjukan bahwa kabupaten kepulauan Mentawai pada tahun 2010 ini hanya memiliki 12 buah pelabuhan laut yang meliputi 8 buah merupakan pelabuhan berjenis beton, 1 buah berjenis besi, i buah berjenis kayu, dan 2 buah pelelangan ikan. Sebanyak 3 pelabuhan terdapat kecamatan Sikakap, 5 pelabuhan terdapat di Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan, 3 pelabuhan di Kecamatan Siberut Selatan, dan 1 pelabuhan di Kecamatan Siberut Utara. Dan di Kabupaten ini tersedia 2 bandar udara, yaitu Bandara Siberut dan Bandara Rokot.

(48)
(49)
(50)

Tabel 2. 3 Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai

(51)

Sementara jumlah kapal yang masuk ke Pelabuhan Kabupaten Kepulauan Mentawai

Tabel 2. 4 Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai

(52)

Tabel 2. 5 Jumlah penumpang naik-turun di pelabuhan laut Kabupaten Kepulauan Mentawai

(53)
(54)

2.4 Gambaran Umum Kabupaten Nias 2.4.1 Letak dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Nias adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di pulau Nias. Ibukotanya Gunung Sitoli dapat ditempuh dengan perjalanan laut dari Sibolga selama 10 jam, atau dengan perjalanan udara dari Medan selama 1 jam menggunakan pesawat SMAC (Fokker F-50) dan Merpati (CN 235). Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tano Niha. Kabupaten Nias ini berada pada koordinat: 0°12'-1°32' LU 97° - 98° BT

2.4.1.1 Letak Geografis

Wilayah/Area Border Kabupaten Nias adalah :

1. Sebelah Utara dengan Pulau-pulau Banyak, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan

3. Sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah

4. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,39 Km2 atau 4,8 persen dari Luas Propinsi Sumatera Utara, sebagian besar berada di pulau daratan Nias dan sebagian berada di beberapa pulau-pulau kecil.

(55)

Gambar 2. 6 Peta Lokasi Kabupaten Nias

2.4.1.2 Pembagian Daerah Administrasi

Berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor : 02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua kabupaten, Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara Nomor : 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2002 tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.

(56)

Dengan demikian wilayah Kabupaten Nias yang tadinya terdiri dari 22 kecamatan, sekarang menjadi 14 kecamatan karena 8 kecamatan telah masuk ke wilayah Kabupaten Nias Selatan.

Pembagian daerah administratif Kabupaten Nias terdiri dari : 1. Kecamatan = 14 Kecamatan

2. Kelurahan = 4 Kelurahan 3. D e s a = 439 Desa

4. Lorong pada Kelurahan = 18 Lorong

Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Nias sebagai berikut : 1. Kecamatan Idanogawo

2. Kecamatan Bawolato 3. Kecamatan Sirombu 4. Kecamatan Mandrehe 5. Kecamatan Gido

6. Kecamatan Lolofitu Moi 7. Kecamatan Gunung Sitoli 8. Kecamatan Hiliduho 9. Kecamatan Alasa

10. Kecamatan Namohalu Esiwa 11. Kecamatan Lahewa

12. Kecamatan Afulu

13. Kecamatan Tuhemberua 14. Kecamatan Lotu

2.4.1.3 Topografi

Kondisi alamnya/topografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan. Tingginya diatas permukaan laut bervariasi antara 0-800 m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 24 %, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan.

(57)

Dengan kondisi topografi yang demikian berakibat sulit membuat jalan-jalan lurus dan lebar. Oleh karena itu kota-kota utama terletak di tepi pantai.

Kabupaten Nias terdiri dari 28 buah pulau besar dan kecil. Ibukota kabupaten adalah Gunung Sitoli berkedudukan di Pulau Nias. Banyaknya pulau yang dihuni adalah sebanyak 12 buah, dan yang tidak dihuni 16 buah.

Luas Pulau Pulau Besar :

1. Pulau Nias ± 3.495,39 Km2 2. Pulau Bawa ± 12,50 Km2

3. Pulau Hinako ± 10,80 Km2

Penyebaran pulau - pulau menurut Kecamatan/

a. Kecamatan Lahewa = 14 buah pulau b. Kecamatan Sirombu = 10 buah pulau c. Kecamatan Bawolato = 2 buah pulau d. Kecamatan Tuhemberua = 1 buah pulau e. Pulau Nias = 1 buah pulau

J u m l a h .= 28 buah pulau

2.4.1.4 Klimatologi

Kabupaten Nias terletak di daerah Khatulistiwa sehingga curah hujan cukup tinggi. Curah hujan dalam setahun 3.287 mm atau rata rata 274 mm per bulan dan banyaknya hari hujan dalam setahun 271 hari atau rata-rata 22 hari perbulan pada tahun 2003. Akibat tingginya curah hujan mengakibatkan kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti dalam setahun.

Di samping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan sering terjadi banjir bandang yang mengakibatkan patahan jalan-jalan aspal dan longsor di sana sini, bahkan sering ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

(58)

Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Pada tahun 2003 suhu udara berkisar antara 21,2° C - 30,3°C dengan kelembaban sekitar 89-92 % dan kecepatan angin antara 5-6 knot/jam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun yang sering kali dibarengi dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai Nopember, tetapi kadang terjadi juga pada bulan Agustus, sehingga cuaca bisa berubah secara mendadak.

2.4.2 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Transportasi

Tujuan pengembangan sistim jaringan transportasi di Kabupaten Nias adalah untuk meningkatkan perekonomian wilayah dan hubungan eksternal (regional dan inter regional) melalui peningkatan dan pengadaan jaringan transportasi secara efektif dan efisien, sehingga kebutuhan akan sarana/prasarana transportasi akan terakomodasi.

2.4.2.1 Rencana Sistim Transportasi Darat

Pengembangan sistim transportasi darat ditujukan untuk meningkatkan hubungan internal dan untuk menunjang terjadinya pola pelayanan/struktur tingkat pelayanan yang pada akhirnya akan menunjang hubungan fungsional sebagai dasar mencapai struktur ruang yang inginkan. Belum berkembangnya struktur ruang Kabupaten Nias seperti yang telah direncanakan disebabkan masih sangat minimnya jaringan transportasi d arat. Sehingga pusat pengembangan yang telah ditetapkan tidak berkembang sebagaimana mestinya, bahkan tidak mampu melayani daerah belakangnya serta timbulnya kecenderungan daerah belakang lebih berkembang, seperti pada pusat SWP I Dilahewa dan SWP III di Tetesua yang masing-masing harus bersaing dengan Kota Tuhemberua dan Lolowa’u

(59)

Peningkatan hubungan ini dimanifestasikan dalam peningkatan sistim jaringan pergerakan yang terdiri dari komponen jaringan jalan, angkutan umum dan simpul pergerakan (terminal).

Jaringan Jalan

Pengembangan sistim jaringan jalan terdiri dari pembuatan jalan baru dan peningkatan kulitas serta status jaringan jalan yang telah ada. Pengembangan sistim jaringan jalan ini disesuaikan dengan kondisi fisik, simpul hubungan eksternal, perkembangan wilayah dan geografis.

Pengembangan jaringan jalan tersebut juga disesuaikan dengan hirarki sistim jaringan jalan yang berlaku, peraturan teknik jalan raya walaupun belum dapat diterapkan sepenuhnya tetapi minimal dapat di pakai sebagai acuan.

Pengembangan sistim jaringan jalan di Kabupaten Nias tersebut diuraikan berikut :

a. Pengembangan dan peningkatan jalan lingkar (ring road) pulau nias, untuk peningkatan hubungan internal antar pusat SWP yang merupakan simpul hubungan eksternal Kabupaten Nias. Pusat SWP ini umumnya terletak di pesisir pantai, yaitu Kota Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Tetesua (sirombu) dan Lahewa. Jaringan jalan lingkar ini merupakan jaringan jalan primer dengan DMJ sebesar 12 meter dan lebar perkerasan minimal 2x3,25 meter.

b. Pengembangan dan peningkatan hubungan antara pusat SWP sebagai pusat pelayanan dengan pusat kecamatan hinterlandnya yang tidak dilintasi jalan lingkar, yaitu :

• Jalur Gunung Sitoli-Hiliduho –Ombolata (Alasa)-Tumula • Jalur Gunung Sitoli-Lolofitu Moi-Mandrehe-Sirombu • Jalur Lolofitu Moi-Lolowa’u

(60)

• Jalur Ombolata-Lotu

• Jalur Hiliweto (Gido)-Lolofitu Moi • Jalur Mandrehe-Ombolata

• Jalur Gomo-Dahana Bawolato • Jalur Lahusa-Gomo-Gunung Sitoli

• Jalur Lolowa’u-Tuhemberua (pembantu Kecamatan)-Tetehosi • Jalur Amandraya-Hiliorudua-Teluk Dalam

Jaringan jalan lingkar ini merupakan jaringan jalan primer dengan DMJ sebesar 10 meter dan lebar perkerasan minimal 2x2,75 meter.

c. Pengembangan dan peningkatan hubungan antara pusat kecamatan dengan desa-desa disekitarnya dengan pelayan jaringan jalan local primer dan kolektor sekunder yang memiliki DMJ sebesar 7,5 meter dan lebar perkerasan minimum 1x4,50 m. d. Khusus untuk jalan arteri primer yang melintasi daerah

perkotaan dan daerah pengembangan kawasan pengembangan pariwisata jaringan jalan ditingkatkan hingga lebar perkerasan minimal mencapai 2x3,50 meter.

e. Peningkatan dan pengembangan jaringan jalan menuju kawasan obyek wisata, yaitu :

• Jalur Bawolowalani-Bawomataluo • Jalur Moale-Gomo

• Jalur lainnya yang memungkinkan.

Jaringan jalan lingkar ini merupakan jaringan jalan primer atau sekunder dengan DMJ sebesar 10 meter dan lebar perkerasan minimal 2x2.75 meter.

(61)

f. pengembangan jalan lingkar Pulau Tanah Hamasa di Kecamatan Pulau-Pulau Batu dengan DMJ sebesar 7,5 meter dan lebar perkerasan minimal 1x4,50 meter.

g. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di daerah perkotaan dan kawasan pengembangan kegiatan pariwisata sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada.

h. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan menuju sentra produksi hasil pertanian.

Pengembangan jaringan jalan di Pulau Nias tersebut akan membentuk 2 pola jaringan utama, yaitu :

a. Jaringan utama berupa jalan lingkar sebagai jaringan arteri primer.

b. Jaringan utama berupa jalan tengah Pulau Nias yang menghubungkan pusat kecamatan di bagian tengah sebagai jaringan arteri sekunder.

c. Masing-masing pusat kecamatan di bagian tengah dapat diakses melalui jalan lingkar (arteri primer) baik melalui pusat SWP pada jalan lingkar maupun tidak.

d. Pengembangan jaringan jalan tersebut akan meningkatkan interaksi antara pusat-pusat pelayanan dan pusat pelayanan dengan daerah belakangnya.

Angkutan Umum

Beberapa pertimbangan dalam pengembangan angkutan umum, antara lain jaringan jalan, factor teknis jalan raya, kondisi fisik, bangkitan pergerakan penduduk dan jarak tempuh. Pola pergerakan penduduk dengan jaringan transportasi darat termasuk dalam jangkauan pergerakan dekat sampai menengah.

Pengembangan angkutan umum di Kabupaten Nias diuraikan sebagai berikut :

(62)

 Untuk hubungan antar desa dan desa dengan pusat kecamatan dikembangkan jenis angkutan jarak dekat dengan kapasitas 12-20 penumpang.

 Untuk hubungan antar kecamatan dikembangkan jenis angkutan jarak menengah dengan kapasitas 20-30 penumpang.

 Untuk angkutan umum khusus kegiatan pariwisata dikembangkan jenis angkutan umum yang fleksibel dengan daya angkut maksimum 30 penumpang.

 Peningkatan pemasangan rambu-rambu lalu lintas.  Peningkatan keselamatan penumpang dan pejalan kaki. b. Angkutan umum barang

 Untuk semua jenis jalan arteri,maka jenis angkutan barang yang dikembangkan adalah truk angkutan barang dengan beban gander maksimum 3500 kg atau total beban (GVW) 8 ton.

 Untuk jaringan jalan arteri primer pada saat tertentu dapat dilalui oleh jenis truk dengan beban gandar maksimum 5500 kg atau total beban (GVW) 14 ton.

 Beban angkutan untuk semua jenis jalan disesuaikan dengan kelas jaringan jalan, minimal dapat menerima beban sebesar 3 ton.

Terminal

Pengembangan terminal ditujukan untuk memperlancar pergerakan penumpang dan barang, mendukung pergerakan secara regional dan inter-regional dan meningkatkan peran pusat-pusat pelayanan dimana lokasi terminal berada. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk menentukan lokasi terminal, maka prioritas pengembangan terminal dititik beratkan pada simpul hubungan

(63)

Pengembangan terminal tersebut meliputi, jenis terminal, skala pelayanan dan peran terminal terhadap kegiatan pusat pelayanan. Pengembangan terminal di Kabupaten Nias, meliputi :

a. Pengembangan terminal regional di Kota Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Tetesua (Sirombu) dan Lahewa yang didukung oleh kegiatan perdagangan regional dan meningkatkan peranan pelabuhan laut sebagai simpul hubungan regional dan inter-regional dengan luas terminal minimum 4 Ha.

b. Pengembangan sub-terminal di pusat kecamatan yang merupakan simpul internal jaringan jalan dan memiliki potensi pergerakan penduduk yang tinggi, yaitu Kota Tetehosi, Lolowa’u, Tuhemberua dengan luas terminal minimum 1,5 Ha.

c. Pembangunan terminal angkutan kota di daerh perkotaan, yaitu Kota Gunung Sitoli dan Teluk Dalam.

d. Pengembangan terminal disekitar kawasan pariwisata yang berfungsi sebagai areal parkir.

2.4.2.2 Rencana Sistim Transportasi Laut

Sebagai daerah kelautan (maritim), maka transportasi angkutan laut memegang peranan sangat penting dalam hubungan nasional,regional, inter-regional dan internal.

Pertimbangan tersebut didasarkan atas besarnya peranan pelayanan transportasi laut untuk hubungan tersebut yang dianggap lebih ekonomi dibandingkan dengan transportasi udara. Dengan lancarnya hubungan tersebut, maka akan memacu perkembangan daerah dengan meningkatnya pergerakan barang dan penumpang (orang). Pengembangan angkutan laut tersebut meliputi, jenis pelayanan angkutan, jenis angkutan (kapal), pelabuhan laut dan jalur angkutan

(64)

Jalur Angkutan Laut

Pengembangan jalur angkutan laut di Kabupaten Nias dipengaruhi oleh hubungan interaksi kegiatan perekonomian regional Kabupaten Nias dan antar kecamatan serta perkembangan kegiatan pariwisata baik dalam jaringan regional maupun nasional. Pengembangan jalur angkutan laut dan jenis pelayanan jalur angkutan tersebut, diuraikan sebagai berikut :

a. Peningkatan pelayanan rute Gunung Sitoli-Sibolga

b. Peningkatan pelayanan rute Gunung Sitoli dengan daerah lainnya diseluruh indonesi terutama simpul pergerakan wisatawan, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Lombok, Batam dan Ujung Pandang.

c. Peningkatan pelayanan rute Teluk Dalam-Sibolga d. Pengembangan rute Lahewa-Sibolga

e. Pengembangan rute Sirombu-Sibolga f. Pengembangan rute Pulau Tello-Sibolga g. Peningkatan rute Pulau Tello-Sibolga

h. Pengembangan rute Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Lahaewa, Pulau Tello dengan wilayah lainnya di pantai Barat Sumatra, yaitu Sorkam, Barus dan Sikara-kara.

i. Pengembangan rute angkutan pantai Barat dan Timur pulau Nias. j. Pengembangan jalur wisata Pulau Hinako - Pulau-Pulau Batu –

Moale - Teluk Dalam-Sehe-Nuza-Afulu-Lahewa.

Angkutan Laut

Pengembangan angkutan laut dipengaruhi oleh intensitas, jenis pengangkutan dan rute pelayaran.

Pengembangan angkutan laut di Kabupaten Nias, antara lain :

a. Perlunya peningkatan kapasitas angkutan penyeberangan melalui pelabuhan Gunung Sitoli baik untuk pengangkutan barang maupun penumpang.

(65)

b. Pengembangan jenis angkutan penumpang sejenis kapal ferry yang melayani angkutan barang dan penumpang di melalui pelabuhan Teluk Dalam dan Lahewa.

c. Pengembangan jenis angkutan barang dan penumpang sejenis kapal interinsuler melalui pelabuhan Pulau Tello dan Sirombu.

Jenis angkutan –angkutan laut yang dapat dikembangkan adalah : a. Kapal Frighters, kapal yang secara reguler melayani angkutan

penumpang dan barang dengan bobot diatas 10.000-35.000 DWT dengan orientasi pelayaran dalam negeri (jarak jauh).

b. Kapal Ferry, kapal yang secara rutin setiap harinya melayani angkutan penumpang dan barang dengan bobot diatas 300 penumpang dengan orientasi pelayaran penyeberangan jarak dekat (regional dan inter-regional).

c. Kapal Linier (interinsuler), kapal yang secara rutin melayani pengangkutan penumpang dan barang dengan bobot mati antara 200-1500 DWT.

d. Kapal Roll On Roll Of Vadvechicle Ferryes, yaitu sejenis kapal layer yang dapat mengangkut barang dan penumpang jarak dekat antar pulau.

e. Kapal Cruise, sejenis kapal layar dan kapal motor dengan kapasitas penumpang 10-20 orang untuk melayani jalur wisata.

Pelabuhan Laut

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelabuhan laut,antara lain :

a. Intesitas kegiatan arus barang dan penumpang.

b. Jenis kegiatan yang mendominasi kegiatan pelabuhan. c. Fungsi hubungan terhadap daerah/wilayah lainnya.

(66)

d. Pengembangan potensi penangkapan ikan laut.

Berdasarkan uraian tersebut dan hasil analisis terhadap pengembangan jalur angkutan laut dan jenis angkutan laun, maka pengembangan pelabuhan laut dikabupaten Nias adalah sebagai berikut :

a. Prioritas pertama adalah pengembangan pelabuhan Gunung Sitoli sebagai pelabuhan utama hubungan nasional dan inter-regional Kabupaten Nias. Sebagai pelabuhan laut utama, maka pelabuhan Gunung Sitoli dikembangkan sebagai pelabuhan barang dan penumpang. Pengembangan tersebut meliputi fasilitas pelayanan penumpang yang meliputi ruang tunggu penumpang, sub terminal (angkutan darat), pelayanan administrasi, dan fasilitas pendukung lainnya (perdagangan, utilitas dan lain-lain). Sedangkan untuk fasilitas pelayanan pengangkutan barang dibutuhkan fasilitas penunjang gudang penyimpanan, peralatan pengangkat (crane, forklift dan lain-lain), dermaga antrian angkutan dan lain-lain.

b. Prioritas kedua adalah pengembangan pelabuhan Teluk Dalam sebagai pelabuhan inter-regional juga pelayanan khusus jalur wisata. Peningkatan pelabuhan Teluk Dalam ini ditujukan untuk melayani angkutan penumpang, barang dan jalur wisata.

c. Prioritas ketiga adalah pengembangan pelabuhan Lahewa sebagai pelabuhan inter-regional dan local. Peningkatan pelabuhan Lahewa ini ditujukan untuk melayani angkutan penumpang dan barang.

d. Prioritas keempat adalah pengembangan pelabuhan Pulau Tello dan Sirombu sebagai pelabuhan lokal. Peningkatan pelabuhan

(67)

Pengembangan pelabuhan-pelabuhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan intensitas kegiatan perekonomian dimasing-masing daerah. Dengan demikian akan meningkatkan perannya sebagai pusat pelayanan untuk daerah hinterlandnya.

2.4.2.3 Rencana Sistim Transportasi Udara

Selain menggunakan transportasi laut, alternative lain untuk hubungan regional dan nasional juga dilayani dengan transportasi udara. Transportasi udara inilebih mempercepat pergerakan penumpang dan barang, namun mempunyai kapasitas pelayanan yang relatif terbatas, karena tingginya biaya operasi. Dengan demikian sangat sulit untuk mengembangkantransportasi udara sebagai transportasimasa hubungan regional kabupaten Nias untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah.

Angkutan Udara

Pengembangan angkutan udara meliputi pelayanan jalur penerbangan dan jenis pengangkutan.Pengembangan jalur penerbangan Kabupaten Nias meliputi :

a. Pengembangan jalur penerbangan domestik (dalam negeri) terutama jalur jaringan kegiatan pariwisata , yaitu :

 Gunung Sitoli-Batam-Jakarta  Gunung Sitoli-Padang-Jakarta  Gunung Sitoli-Medan

b. Pengembangan jalur pengembangan internasional terutama jalur jaringan kegiatan pariwisata, Yaitu Gunung Sitoli-Medan-Penang

(68)

c. Pengembangan jalur penerbangan perintis, yaitu :  Gunung Sitoli-Sibisa-Bisa (Tapanuli Utara)

 Gunung Sitoli-Pulau Tello  Pulau Tello-Medan

Bandar Udara

Pengembangan bandara udara dipengaruhi oleh pengembangan jalur transportasi udara dan perkembangan arus barang dan penumpang. Pengembangan tersebut dimanifestasikan dengan kemampuan bandara untuk pendaratan jenis pesawat yang lebih besar. Disamping itu sebagaimana telah telah diuraikan sebelumnya, maka pengembangan lokasi bandara diupayakan untuk dapat berintegrasi dengan sarana transportasi lainnya dan diupayakan dapat memacu pertumbuhan perekonomian daerahmelalui pengembangan kegiatan lainnya secara terpadu, menyeluruh dan merata.

Oleh karena itu pengembangan lokasi bandara harus memenuhi criteria sebagai berikut:

a. mampu mengakomodir kebutuhanekternal nasional dan regional untuk mendukung kegiatan distribusi barang dan jasa serta aktifitas pariwisata.

b. Mampu merangsang pertumbuhan dsn perkembangan daerah secara keseluruhan (multiplier effect).

c. Menghindari pemusatan kegiatan di lokasi sekitar bandara. d. Sesuai dengan ketentuan teknis kelayakan penerbangan.

e. Dapat berintegrasi dengan pengembangan sistim transportasi lainnya, yaitu transportasi darat dan laut yang dimanifestasikan mampu mendukung perkembangan dan optimalisasi kedua jenis transportasi tersebut.

(69)

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka lokasi bandara yang ada saat ini, yaitu Bandara Binaka di Kecamatan Gido (19 km dari Kota Gunung Sitoli) dan Bandara Lasondre di Kecamatan Pulau-Pulau Batu.

2.4.3 Identifikasi Sosial Kependudukan

Kabupaten Nias merupakan Kabupaten yang kesembilan terbesar jumlah penduduknya di Propinsi Sumatera Utara setelah Medan, Deli Serdang, Asahan, Langkat, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Selatan dan Serdang Bedagai.

Menurut hasil Sensus Penduduk Aceh dan Nias (SPAN) 2005 penduduk Kabupaten Nias berjumlah 441.832 jiwa. Penduduk Kabupaten Nias tersebar di 14 wilayah kecamatan. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Gunung Sitoli (17,2 persen), meski wilayahnya bukan yang terluas (6,1 persen).. Lalu terbanyak kedua adalah Kecamatan Gido (11.2 persen) yang luas wilayahnya hanya 8,9 %

Tabel 2. 6 Jumlah Penduduk di Kabupaten Nias

Kecamatan Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan Idano Gawo 16.317 16.503 32.820 Bawolato 11.053 11.675 22.728 Gido 24.786 24.807 49.593 Lolofitu Moi 15.509 17.007 32.516 Sirombu 8.004 8.616 16.620 Mandrehe 22.265 23.547 45.812 Hiliduho 13.919 14.982 28.901 Gunung Sitoli 37.898 38.119 76.017 Tuhemberua 20.377 20.913 41.290 Lotu 5.692 5.951 11.643 Alasa 15.166 15.410 30.576 Nawohalu Esiwa 7.002 6.935 13.937 Lahewa 14.855 15.053 29.908 Afulu 4.642 4.829 9.471 Jumlah 217.485 224.347 441.832

Gambar

Gambar 1. 2 Lokasi sibolga, sumatera utara
Gambar 1. 3 Lokasi nias, sumatera utara
Gambar 2. 3 Peta Lokasi Kota Sibolga 2.2.2.1 Luas Wilayah
Gambar 2. 4 Peta Lokasi Kabupaten Kepulauan Mentawai 2.3.1.2 Topografi
+7

Referensi

Dokumen terkait

75,2% artinya variabel promosi dan kualitas pelayanan memberikan pengaruh terhadap minat calon nasabah tabungan Impian iB sebesar 75,2%, sedangkan sisanya 24,8%

(Hakkarainen ym. 2009, 263-264 & 277.) Mitä vanhemmasta jääkiekkojuniorista on kyse, sen tärkeämpää liikkuvuusominaisuuksien harjoittaminen on (Juniorit jäällä 2006,

The objective of this study is to estimate the impact of climate change in the marine capture fisheries in Cilacap, Central Java.. Also to formulate the adaptation

Dalam kasus ini pihak yang meminjam adalah pembeli karena ia yang bertindak membeli dana dan akan mengembalikan dana tersebut dengan suatu tingkat suku bunga

* Informasi keuangan di atas telah disusun untuk memenuhi Peraturan Bank Indonesia No.8/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank

Pada udang uji perlakuan A, B, dan C yang telah di uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi menunjukkan gejala klinis yang baik yaitu kondisi pergerakan normal

Dilakukan pengukuran pengaruh variasi parameter Time Repetition terhadap Signal to Noise Ratio Pada Pemeriksaan MRI Cervical T2 Weighted Fast Spin Echo Potongan Sagital,