• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF CONSTRUAL PADA REMAJA ETNIS MADURA: TINJAUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELF CONSTRUAL PADA REMAJA ETNIS MADURA: TINJAUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

283

SELF CONSTRUAL PADA REMAJA ETNIS MADURA:

TINJAUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER

Yudho Bawono Program Studi Psikologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura dhobano@yahoo.co.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan self construal remaja perempuan dan remaja laki-laki dari etnis Madura. Self construal memiliki arti cara individu berfikir, merasa,dan bertindak sesuai dengan orientasi nilai budaya yang diyakininya (Siswanto, 2014:184). Menurut Kuswanti (2007) ada perbedaan cara seseorang dalam memandang dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Sebagian orang memandang dirinya sebagai individu yang unik atau terpisah dari orang lain. Sebagian yang lain memandang dirinya sebagai bagian dari orang lain. Tipe yang pertama dikatakan memiliki self construal independen dominan, sedangkan yang kedua disebut memiliki self construal interdependen dominan.Kedua dimensi self construal ini dimiliki setiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda.Tingkah laku orang dengan self construal independen dominan ditentukan oleh atribusi atau kemampuan dirinya sendiri.Ia bertujuan untuk mengekspresikan keunikan dirinya. Sedangkan tingkah laku orang dengan self construal interdependen dominan dipengaruhi oleh perasaan dan tingkah laku orang lain. Tujuan orang ini adalah untuk mempertahankan keharmonisan kelompoknya.Penelitian ini melibatkan 146 remaja etnis Madura sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan Skala Self Construal (Rufaedah, 2012). Analisis data menggunakan independent sample t test untuk mengetahui perbedaan masing-masing self construal pada perempuan dan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara self construal laki-laki dengan perempuan, di mana remaja laki-laki etnis Madura lebih independen dibandingkan dengan remaja etnis Madura yang perempuan.

Kata kunci : Self Construal,Etnis Madura, Gender A. PENDAHULUAN

Madura merupakannama sebuah pulau yang berada di sebelah timur laut Jawa Timur. Asal kata Madura itu sendiri dalam Bahasa Sansekerta memiliki arti permai, indah, molek, cantik, jelita, manis, ramah tamah, lemah lembut (Mardiwarsito dalam Rifai, 2007:29). Sebutan ramah tamah dan lemah lembut itu tampak pada perilaku dalam memelihara jalinan persaudaraan sejati (taretan dhibi‘) yang tergambar dalam ungkapan budaya ―oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng‖ (orang lain bisa menjadi/dianggap sebagai saudara sendiri, sedangkan saudara sendiri bisa menjadi/dianggap sebagai orang lain).

Menurut Markus dan Kitayama (dalam Supradewi dan Setyaningsih, 2013:A-87) orang Madura yang masih menginternalisasi ungkapan budaya tersebut berarti memiliki self construal interdependen. Self construal adalah cara seseorang dalam memandang dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Sebagian orang memandang dirinya sebagai individu yang unik atau terpisah dari orang lain. Sebagian yang lain memandang dirinya sebagai bagian dari orang lain. Tipe yang pertama dikatakan memiliki self construal independen dominan, sedangkan yang kedua disebut memiliki self construal interdependen dominan.Kedua dimensi self construal ini dimiliki setiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda.Tingkah laku orang dengan self construal independen dominan

(2)

ditentukan oleh atribusi atau kemampuan dirinya sendiri.Ia bertujuan untuk mengekspresikan keunikan dirinya. Sedangkan tingkah laku orang dengan self construal interdependen dominan dipengaruhi oleh perasaan dan tingkah laku orang lain. Tujuan orang ini adalah untuk mempertahankan keharmonisan kelompoknya (Kuswanti, 2007).

Dengan kata lain, menurut Markus dan Kitayama (dalam Supradewi dan Setyaningsih, 2013:A-89) orang dalam budaya yang berbeda memiliki penggambaran mengenai diri dan hubungannya dengan orang lain secara berbeda. Penggambaran diri ini mempengaruhi kognisi, emosi, dan motivasi seseorang. Orang Amerika dan Asia memiliki self construal yang berbeda, orang Amerika lebih memprioritaskan diri mereka tanpa tergantung dari orang lain atau memiliki self construal independence, sebaliknya orang Asia mempertimbangkan harmoni hubungannya dengan orang lain atau memiliki self construal interdependence.

Bertolak pada uraian tersebut, saat ini perlu dikaji mengenai penggambaran orang Madura apakah masih terdapat ungkapan budaya ―oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng‖ ataukah sudah mengalami pergeseran, khususnya di kalangan remaja yang beretnis Madura?Apakah self construal interdependence mereka telah bergeser menjadi self construal independence?Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada perbedaan self construal antara remaja etnis Madura yang laki-laki dengan remaja etnis Madura yang perempuan?

B. TINJAUAN PUSTAKA

Self construal yaitucaraindividuberfikir,merasa,dan bertindaksesuaidenganorientasi nilai budaya yang diyakininya. Konsep tentang self construaldiperkenalkan oleh Markus dan Kitayama pada tahun 1991. Konsep ini mulaiberkembang menjadi perspektifumumdalammemprediksidan menjelaskanperbedaannilai budayamelalui kognisi, emosi, motivasi dankomunikasi (Siswanto, 2014:184).

Ada dua kategori besar self construal, yaituself construalin dependen dan self construal interdependen (Markus dan Kitayama, 1991 dalam Supratiknya, 2006:91-92). Ciri-ciri self construal independenadalah keyakinanbahwa:

(1) setiappribadi secarainheren terpisah dari yang lain;

(2) setiap pribadi wajib menjadi tidaktergantungpadaoranglainserta menemukandan mengekspresikansifat-kemampuan pribadinya yang unik;

(3) arah dan makna tingkah laku pribadi terutama ditentukan oleh pikiran, perasaan, dan keputusan sendiri;

(4) pribadimerupakan pusat kesadaran, perasaan, penilaian, dan tindakan yang bersifat utuh, unik, dan terintegrasi;

(5) motivasi dasar yang menggerakkan tingkah laku pribadi adalah dorongan untuk ―mengaktualisasikandiri‖, ―merealisasikan diri‖, ―mengekspresikan aneka kebutuhan, hak, dan kemampuan yangbersifatunik‖,serta―mengembangkan anekapotensiyangkhas‖;dan (6) diriadalah pribadiyangotonomsertatidaktergantung.

Di masyarakat Madura, dikenal adanya ungkapan budaya ―oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng‖ (orang lain bisa menjadi/dianggap sebagai saudara sendiri, sedangkan saudara sendiri bisa menjadi/dianggap sebagai orang lain). Secara turun temurun, ungkapan budaya ini telah menginternalisasi masyarakat Madura mulai dari kanak-kanak hingga dewasa dan lanjut usia. Pemahaman inilah yang kemudian membentuk self construal interdependen di masyarakat Madura, dimana salah satu cirinya yaitu mereka memandangdirisebagai bagian dari sebuah jaringan relasisosial dan mengakui bahwa perilaku seseorang ditentukan, tergantung, dan diarahkan oleh persepsi orang itu tentang pikiran,perasaan, dan reaksi orang-orang yang berada dalam jaringan relasiitu.

(3)

285

Namun, dengan masuknya budaya-budaya lain ke dalam wilayah Madura serta semakin terbukanya masyarakat Madura terhadap budaya-budaya lain tersebut, baik itu melalui pesatnya teknologi dan informasi maupun akses yang lebih mudah dengan dibangunnya jembatan Suramadu, ada kecenderungan bahwa masyarakat Madura mulai bergeser pada self construal independen yang dicirikan dengan arah dan makna perilaku pribadi terutama ditentukan oleh pikiran, perasaan, dan keputusan sendiri. Dengan demikian pemahaman tentang ungkapan budaya ―oreng dhaddhi taretan, taretan dhaddhi oreng‖ itu bergantung pada pribadi masing-masing dan bukan merupakan perilaku yang orientasinya didasarkan pada budaya di mana dia tinggal.

C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif.Salah satu jenis penelitian yang termasuk dalam kategori deskriptif adalah penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1998:3).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria sebagai berikut :remaja yang merasa sebagai orang Madura, berasal dari keturunan Madura (bapak dan ibu beretnis Madura), dan besar atau menghabiskan waktu di Madura. Jumlah keseluruhan subjek penelitian adalah 146 remaja yang terdiri dari 73 remaja laki-laki dan 73 remaja perempuan yang diambil secara incidental sampling.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengukuran self construal dilakukan dengan menggunakan skala self construal yang disusun oleh Singelis pada tahun 1994 dan telah diadaptasi oleh Rufaedah (2012).Skala ini terdiri dari 24 item yang terbagi dua, masing-masing 12 item untuk mengukur self construal independen dan self construal interdependen.Analisis data menggunakan independent sample t test untuk mengetahui perbedaan masing-masing self construal pada perempuan dan laki-laki. Penelitian ini bersifat survei sehingga peneliti tidak mengajukan hipotesis untuk diuji.

D. HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Data

Pada prinsipnya, tujuan uji dua sampel adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi, dengan melihat rata-rata dua sampelnya.Pada penelitian ini, uji independent sample t test digunakan untuk mengetahui perbedaan masing-masing self construal pada remaja perempuan dan remaja laki-laki yang berasal dari etnis Madura. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara self construal remaja laki-laki etnis Madura dengan remaja perempuan etnis Madura, di mana remaja laki-laki-laki-laki etnis Madura lebih independen dibandingkan dengan remaja perempuan etnis Madura, meskipun selisih mean antar self construal independen-nya cukup kecil.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara self construal remaja laki-laki etnis Madura dengan remaja perempuan etnis Madura, di mana remaja laki-laki

(4)

etnis Madura lebih independen dibanding remaja perempuan etnis Madura. Hasil penelitian ini ternyata sejalan dengan pendapat Takemura, dkk (dalam Rufaedah, 2012) dalam studinya yang membandingkan perilaku independen dan interdependen dengan penggambaran diri independen dan interdependen pada mahasiswa Jepang, Asia Kanada, Eropa Kanada, dan Eropa Australia yang dihubungkannya dengan gender. Studi dari Taakemura dan kawan-kawan ini menemukan hasil bahwa laki-laki di keempat budaya yang ditelitinya lebih independen dibandingkan perempuan.

Markus dan Kitayama (dalam Supratiknya, 2006:92) mengemukakan bahwa self construalindependen adalah khas kebudayaanBaratsertaberakarpadatradisi Cartesian tentang dualisme antara jiwa dan badan.Ciri-ciri self construal interdependen adalah keyakinan bahwa: (1) secara fundamental manusia bersifat saling terhubungatausalingtergantung;

(2) setiaporang wajibmenjagadan memelihara kesaling-tergantunganini;

(3) saling tergantung berarti: memandang diri sebagai bagian dari sebuahjaringanrelasisosialdan mengakui bahwa tingkah laku seseorang ditentukan,tergantung,dandiarahkanoleh persepsi orang itu tentang pikiran, perasaan, dan reaksi orang-orang yang berada dalam jaringan relasiitu; (4) komponendiri yang menonjol pengaruhnya adalah komponen diri publik (publicself);

(5) tingkah laku seseorang tidak ditentukan oleh dunia batinnya (innerself), melainkan oleh relasinya dengan orang lain. Menurut Markus dan Kitayama (dalam Supratiknya, 2006:92) self construal interdependen berakar pada tradisi filsafat monism yang memandang pribadi sebagai esensidant akterpisahkan dari semesta alam, serta yang lazim hidup dalam kebudayaan-kebudayaanTimurataunon-Barat.

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self construal remaja laki-lakietnis Madura lebih independen dibanding remaja perempuan etnis Madura, namun menurut Mukhlishi (2015) perempuan Madura sering disebut tangguh, cerdas, mampu menjaga diri, ulet, sederhana, setia dan religius. Selain itu juga perempuan Madura selain kaum laki-lakinya, digambarkan sebagai orang yang semangat dalam bekerja (Rifai, 2007).

E. KESIMPULAN

Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara self construal remaja laki-laki etnis Madura dengan remaja perempuan etnis Madura, di mana remaja laki-laki etnis Madura lebih independen dibandingkan dengan remaja etnis Madura yang perempuan.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan subjek penelitian selaindi Kabupaten Bangkalan, yaitu Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

DAFTAR PUSTAKA

De Jonge, H. 2012. Garam Kekerasan dan Aduan Sapi Esai-Esai tentang Orang Madura dan Kebudayaan Madura.Yogyakarta : LKiS

Kuswanti, A. 2007.Hubungan Antara Self-construal dan Pengenalan Ekspresi Non-verbal Emosi Bangga.Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Mukhlisi. 2015. Perempuan Madura Berbasis Pendidikan Responsif Gender Dalam Pemikiran A.

Dardiri Zubairi. Jurnal Pelopor Pendidikan. Volume. 7 Nomor 2. Juni 2015. Hlm. 117-124

(5)

287

Rifa‘i, M. A. 2007. Manusia Madura : Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya. Yogyakarta : Pilar Media Rufaedah, A. 2012. Hubungan antara Self Construal dan Subjective Well-Being pada Etnis Jawa.

Tesis (Tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Singarimbun, M dan Effendi, S. 1998. Metode Penelitian Survai. Jakarta : Pustaka LP3ES

Siswanto, Y. 2014. In-group Favoritism pada Mahasiswa Aktivis ditinjau dari Konstrual Diri Independen-Interdependen. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Supradewi, R dan Setyaningsih, R. 2013.Self Construal pada Remaja Etnis Jawa.Prosiding Seminar Nasional.Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Supratiknya, A. 2006.Konstrual diri di Kalangan Mahasiswa.Jurnal INSAN Vol.8.Surabaya :

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga INTERNET :

http://cicp.psikologi.ugm.ac.id/indigenous-psychology-in-brief/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau Madura

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa mulai ada kesetaraan relasi antara laki-laki dan perempuan Etnis Tionghoa, dilihat dari jumlah responden laki- laki yang mendapatkan informasi tentang

bawah pada anak etnis Tionghoa. 2) Ada perbedaan waktu erupsi gigi permanen antara anak laki-laki dan anak. perempuan pada

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa pelestarian panggung patriarki digunakan laki-laki untuk mengkonstruk self yang bisa diterima perempuan. Melalui

Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan sikap yang berbeda antara remaja laki-laki dan remaja perempuan dalam hal sikap tentang diskriminasi gender terhadap perempuan dalam

sehingga ρ value > 0,05 maka Ha ditolak, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri (harga diri) pada antara remaja laki-laki dan perempuan

Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang diteliti adalah sejauh mana konsep diri yang dimiliki remaja laki-laki maupun perempuan, dan sejauh mana persepsinya

Namun demikian terdapat perbedaan yang sangat nyata antara petani laki-laki dan perempuan, di mana petani laki-laki berada pada kategori tinggi (43,1 persen) sedangkan

jumlah tanggungan dalam tidak akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan pedagang etnis Madura, meskipun dengan semakin banyaknya jumlah