• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN PUSTAKA) Dalam membahas berbagai masalah atau persoalan yang terdapat pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN PUSTAKA) Dalam membahas berbagai masalah atau persoalan yang terdapat pada"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

10

Dalam membahas berbagai masalah atau persoalan yang terdapat pada penelitian ini penulis memerlukan landasan teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Landasan teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai konsep-konsep yang digunakan penulis sebagai pedoman penelitian di lapangan dan untu manganalisis masalah. Oleh karana itu dalam hal ini akan berusaha menjelaskan mengenai konsep dan definisi dari masalah penelitian yang penulis hadapi.

Menurut Moh. Uzer Usman peranan adalah “terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaiatan yang dilakukan dalam dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan yang menjadi tujuannya”. 7

A. Peran Kepala Sekolah

Maksud dari peran kepala sekolah pada tulisan ini adalah segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab serta fungsi seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan/sekolah (kepala sekolah).

Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang standar Kepala Sekolah/Madrasah pada point B tentang Kompetensi Manajerial, dimana tugas kepala sekolah adalah Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial, dan Permendiknas No. 28 tahun 2010 pasal 1 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah/madrasah. menyatakan Kepala sekolah/madrasah adalah

7

(2)

guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas profesional guru- guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah).

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Merujuk kepada tujuh peran kepala di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kualitas guru;

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan

(3)

kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

Menurut R. Gunawan Sudarmanto seorang guru yang profesional harus mau merancang dan membuat perangkat pembelajaran yang diperlukan. Perangkat pembelajaran tidak dapat ditembak begitu saja dari belakang meja tanpa adanya analisis kondisi sekolah. Ketika merancang dan membuat perangkat pembelajaran maka seorang guru harus memahami kondisi sekolah tempat mengajarnya, dengan cara demikian maka pembelajaran yang dilaksanakan sangat sesuai dengan kondisi warga belajar dan penunjangnya.8

Menurut Susilana & Riyana menyatakan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana atau fasilitas pembelajaran antar sekolah sangat bervariatif. Dalam hal pengadaan sarana, ada kecenderungan bahwa sekolah-sekolah yang memiliki pimpinan (kepala sekolah) yang “lincah dan gesit” serta mempunyai hubungan yang baik dengan penentu kebijakan pemberian bantuan saranalah yang akan banyak mendapatkan fasilitas pembelajaran, sedangkan untuk sekolah-sekolah dengan pimpinan yang kurang “lincah dan gesit” serta mempunyai hubungan yang belum baik dengan penentu kebijakan pemberian bantuan sarana, hanya akan mendapatkan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan bantuan

8

R. Gunawan Sudarmanto. Profesionalitas Guru Kaitan Pemetaan SK-KD, Silabus, dan

Analisis SK-KD untuk Pengembangan Bahan Ajar dan Media.

(4)

kelengkapan sarana prasarana/fasilitas pembelajaran.9

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah melaksanakan rapat rencana kerja yang dilaksanakan pada akhir tahun ajaran atau lebih dikenal dengan rapat kerja tahunan (Raker Tahunan).

Rencana kerja sekolah adalah salah satu komponen dari perencanaan program sekolah. Rencana kerja sekolah menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu sebagai dasar pengelolaan sekolah dalam mendukung peningkatan mutu lulusan. Remcana Kerja Tahunan (RKT) adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-SM). (Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007)10

3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kualitas guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kualitas guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi

9

Susilana & Riyana 2007. Media Pendidikan: Hakikat, Pengembangan Pembelajaran, dan

Pemanfaatannya. Bandung:CV Wacana Prima.

10

(5)

upaya peningkatan kualitas guru.

Menurut Soewadji Lazaruth masalah keuangan adalah masalah yang peka. Oleh karena itu dalam mengelola bidang ini kepala sekolah harus berhati-hati, jujur dan terbuka agar tidak timbul kecurigaan baik dari staf maupun dari masyarakat atau orang tua murid. Kepala sekolah harus mampu mengelola administrasi keuangan (keluar masuknya uang) dengan menggunakan buku Kas Umum, Kas BOS. Dalam memudahkan dan melancarkan proses administrasi keuangan, disusun pedoman keuangan yang dapat dipakai sebagai referensi sekolah dalam mengelola dan menyelenggarakan administrasi dana program. Selain itu, dengan adanya pedoman ini diharapkan sekolah menjadi lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya pembuatan laporan keuangan yang baik dan transparan.11

Selain pengelolaan keuangan sekolah peran Kepala Sekolah sebagai administrator dalam mengelola pengajaran bagi upaya peningkatan kompetensi mewajibkan setiap guru untuk berperan aktif dalam kegiatan forum ilmiah seperti; MGMP, Bintek, Workshop/ lokakarya, seminar.

Persoalan perubahan dalam dunia pendidikan juga bergantung dari bagaimana para guru memaknai perubahan tersebut karena setiap inovasi dan perubahan dapat terjadi jika ada usaha individu untuk memaknai perubahan pada dirinya, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) memiliki kedudukan yang sangat penting untuk meningkatkan pemahaman guru dalam keseluruhan proses pembelajaran, MGMP merupakan wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru

11

(6)

mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran serta bertukar pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai pelaku perubahan pembelajaran di kelas. MGMP diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru (Depdiknas, 2004:1)12.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Sebagai supervisor Kepala sekolah mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kualitas guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah

12

Doni Koesoema. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru

sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter. 2009. Gramedia Widiasarana Indonesia.

(7)

sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.

Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan membina guru atau staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi bimbingan, bantuan dan pengawasan serta penilaian pada masalah-maslah yang berhubungan dengan teknik penyelenggara dan pengembangan pendidikan, pengajaran yang berupa perbaikan program pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Hartati Sukirman 1999 : 45).13

Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tidak langsung atau melalui media komunikasi (visual, audial, audio visual)14

Supervisi tanpa pemberitahuan adalah seorang superisor secara tiba-tiba datang ke kelas pada saat guru sedang mengajar, Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga dapat menentukan sumbangan/ bantuan

13

Hartati Sukirman, dkk. 1999. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. FIP IKIP Yogyakarta. 14

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen

(8)

apakah yang diperlukan guru tersebut dan suatu latihan dalam melaksankan tugas mengajar agar setiap guru mempersipakan diri.15

Kegiatan supervisi kelas terhadap guru sebagai bagian penting dari kegiatan supervisi haruslah direncanakaan dengan baik. Kepala Sekolah hendaknya menyusun program supervisi dalam satu tahun atau satu semester, ada tiga macam teknik supervisi yaitu supervisi dengan pemberitahuan, tanpa pemberitahuan dan undangan dari guru.16

5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kualitas guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu pertama kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dimana mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai visi yang telah ditentukan, Menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan dkk, bahwa kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership) yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agent of change) yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah profesiionalisme kerja yang dapat diharapkan.17 Kedua kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan

15

Nuzuar. Pelaksanaan Supervisi “Kunjungan Kelas” (Classroom-Visitation). Skolar vol 8. STAIN, Bengkulu.

16

Soewadji Lazaruth. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawab. 1988. Kanisius. Yogyakarta 17

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen

(9)

kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.

Berbicara tentang teladan Kepala sekolah tentu harus menjadi pemimpin yang teladan bagi masyarakat sekolah. Kepala sekolah menjadi figur sentral dan harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan. Bukan hanya karena lamanya pengabdian, namun ide yang cemerlang diperlukan untuk mempersiapkan kader bangsa melalui penggodogan pendidikan di lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Jadi, sekolah yang dipimpin Kepala sekolah harus dapat menangkap misi dan visi masa depan sekolah, sehingga eksistensinya sebagai lembaga pencetak kader bangsa tetap relevan. 18

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu mendatangkan motivator.

18

DR. E. Mulyasa .MPD. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2009.

http://id.shvoong.com/humanities/arts/1898017-menjadi-kepala-sekolah-profesional/#ixzz1vqnm4Ori

(10)

Menurut Herzberg (dalam Arikunto, 1998) kepala sekolah sebagai motivator guru, guru memiliki motivasi kerja yang berbeda antara guru yang satu dengan lainnya. Hal ini kelak akan berakibat adanya perbedaan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. menyatakan bahwa “Motivasi kerja bukanlah dimensi tunggal, tetapi tersusun dalam dua faktor, yaitu: faktor motivator (satisfier) dan faktor hygiene“. Faktor motivator adalah faktor yang menyebabkan terjadinya kepuasan kerja, seperti prestasi kerja, pengakuan, kemajuan, perasaan bahwa yang mereka kerjakan penting dan tanggung jawab. Faktor hygiene adalah faktor yang terbukti bisa menjadi sumber ketidakpuasan, seperti kebijakan administrasi, supervisi, hubungan dengan teman kerja, gaji, rasa aman dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, kondisi kerja dan status. Motivasi kerja guru merupakan faktor penting dalam peningkatan kinerja guru karena sebagai pendorong utama setiap guru melaksanakan tugas profesinya sesuai ketentuan yang berlaku.19

Kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga

19

Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

(11)

memperoleh kepuasan.

Usahakan memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru sehingga memperoleh kepuasan. Dengan menciptakan suasana sekolah seperti ini diharapkan etos kerja guru meningkat yang berdampak pada peningkatan kompetensi.20

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kualitas guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kualitas gurunya. Serta kepala sekolah dapat mengembangkan sense of belonging melalui kegiatan pembinaan, motivasi, organisasi guru dan lain-lain.

Profesionalitas guru sebagai tenaga profesional kini telah diakui secara sah. Juga peningkatan penghasilannya telah mengangkat martabat guru di tengah masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya setiap guru meningkatkan sense of belonging (rasa turut memiliki) dan sense of responsibility (rasa turut bertanggungjawab).21

20

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan. Model

Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

21

U. E. Wahyudi. Guru Profesional dan Bermartabat. 2001. http://uewahyudi.blogspot.com /2011/01/guru-profesional.html

(12)

B. Kualitas Guru IPS

Guru diartikan sebagai pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar.22 Sedangkan menurut Nawawi23, guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggug jawab membantu anak-anak mecapai kedewasaannya masing-masing. Jadi, yang dimaksud guru IPS disini ialah guru yang mengajar atau mentransfer Ilmu Pendidikan Sosial (ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi dan antropologi) pada sebuah lembaga pendidikan untuk membantu siswa mencapai kedewasaaannya, terutama dalam mempelajarai Ilmu Pendidikan Sosial.

Kualitas/ mutu merupakan derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa adapun kualitas disini ialah hubungannya dengan masalah-masalah pendidikan yang dititik beratkan pada perbaikan pembelajaran guru IPS. 24

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamatkan bahwa guru adalah pendidik profesional (guru harus memiliki kualitas dalam pembelajaran dan pengajaran). Dengan demikian, guru selain harus profesional juga harus memiliki kualifikasi akademik serta memiliki kecakapan hidup untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan/sekolah khususya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya.

22

Muhibbin Syah, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997), 225

23

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelasm (Jakarta : CV. Haji Mas Agung, 1989), 123

24

(13)

C. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Guru IPS

Maksud dari peran Kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu meningkatkan kualitas dan mengembangkan sebuah lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan pada tujuh peran kepala sekolah (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan, dalam meningkatkan kualitas para guru melalui kompetensi yang dilakukan oleh kepala sekolah terutama terhadap guru IPS untuk mencapai tujuan sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

mendapatkan gaya impak, tegangan impak, serta energi impak akibat beban impak jatuh bebas pada helmet sepeda

Panel distribusi membutuhkan peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengaman terhadap terjadinya gangguan yang disebabkan oleh hubung singkat (short circuit) dan pembebanan

Penulis lain seperti Surin Pitsuwan 53 dalam tesisnya melihat kepada sejarah latar belakang konflik, usaha orang Melayu untuk mendapatkan status autonomi, aturan-aturan

Pemerintah melalui Kementerian Sosial membantuk pendamping Orang Dengan Kecacatan (ODK) berbasis masyarakat yang terdiri dari para relawan Pekerja Sosial Masyarakat

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Pada penelitian ini pula ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dengan zinc pyrithione 1% sebanding dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale secara in vitro, yang berarti

Kunci tersebut akan digunakan untuk menentukan apakah client yang terhubung saat ini adalah client yang benar dan berhak untuk mengirim dan menerima informasi dalam

Hasil yang didapat dipergunakan untuk menentukan panjang gelombang eksitasi yang sesuai dalam perancangan divais LED hibrid menggunakan bahan konversi warna berupa