• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL

TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RSJ. PROF. DR. SOEROJO

MAGELANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelasaikan Progam Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

Aprilia Dewi Suryani

J 100 160 074

PROGAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

i

(3)
(4)
(5)

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL

SYNDROME DEXTRA DI RSJ. PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Abstrak

Carpal tunnel syndrome merupakan kondisi adanya penyempitan terowongan karpal yang mengakibatkan penekanan nervus medianus sehingga timbul gejala nyeri pada tangan, pergelangan tangan, adanya rasa kesemutan, mati rasa pada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan setengah jari manis. Untuk mengetahui penatalaksanaan Transcutaneous electrical nerve Stimulation dalam mengurangi nyeri pada carpal tunnel syndrome dextra dan stertching exercise dalam meningkatkan lingkup gerak sendi wrist. Setelah diberikan terapi sebanyak 3 kali terapi didapatkan hasil yaitu adanya penurunan nyeri pada tangan sebelah kanan, dengan nyeri diam T0: 1 menjadi T3: 1, nyeri tekan T0: 6 menjadi T3: 5, nyeri gerak:4 menjadi T3:3. Kemudian untuk lingkup gerak sendi sebelah kanan didapatkan T0: S: 60˚-0˚50˚ dan F: 25˚-0˚-15˚ menjadi T3: S:60˚-0˚-70˚ dan F:30˚-0˚-20˚. Kesimpulan yang didapatkan pada terapi sebanyak 3 kali didapatkan hasil berupa adanya transcutaneous electrical nerve stimulation dapat mengurangi nyeri dan stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi pasien.

Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome Dextra, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Stretching.

Abstract

Carpal tunnel syndrome is a condition of narrowing of the carpal tunnel which results in suppression of the median nerve resulting in symptoms of pain in the hands, wrists, tingling, numbness in the thumb, index finger, middle finger, and half of the ring finger. To determine the management of Transcutaneous electrical nerve stimulation in reducing pain in dextra carpal tunnel syndrome and stertching exercise in increasing the scope of motion of the wrist joint. After therapy was given 3 times, the results were obtained, namely a decrease in pain in the right hand, with silent pain T0: 1 to T3: 1, tenderness T0: 6 to T3: 5, motion pain: 4 to T3: 3. Then for the scope of motion of the right side obtained T0: S: 60˚-0˚50˚ and F: 25˚-0˚-15˚ to T3: S: 60˚-0˚-70˚ and F: 30˚-0˚-20˚. The conclusions obtained in the treatment for 3 times the results of the presence of transcutaneous electrical nerve stimulation can reduce pain and stretching can increase the scope of motion of the joints of patients.

Keywords: Dextra Carpal Tunnel Syndrome, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Stretching.

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Carpal Tunnel Syndrome merupakan gangguan akibat kompresi dan tarikan pada saraf medianus di pergelangan tangan yang mengakibatkan penurunan fungsi saraf. CTS dapat didefinisikan sebagai suatu gejala yang timbul akibat dari kompresi saraf medianus yang meliputi berupa rasa nyeri, mati rasa, dan adanya gejala kesemutan pada daerah telapak tangan, jari kesatu, jari kedua, ketiga, setengah sisi jari manis. Keadaan yang sering dikaitkan dengan adanya kelemahan pada saat menggenggam tangan atau gejala nyeri dan mati rasa pada tangan dan juga pada lengan (Naeser et al, 2002).

Angka kejadian terjadinya kondisi dikalangan penduduk adalah antara 4 % dan 5 %. Pada individu yang berumur 40 dan 60 tahun. Pada tahun 2008 terdapat sekitar 127,269 orang mengalami gangguan dengan usia 20 tahun ke atas. Terdapat dua frekuensi puncak yang pertama antara usia 45 sampai dengan usia 59 tahun yang terjadi pada sekitar 75 % perempuan, dan pada usia 75 hingga 84 tahun dapat terjadi pada sekitar 64 % perempuan (Chammas et al, 2014).

Gangguan umum yang melibatkan saraf medianus sangat sensitif karena adanya penjepitan pada tangan. Kelainan jari-jari, tangan dan lengan. Kompresi sensoris atau motoris dapat terjadi pada usia 30 tahun keatas dan khusunya terjadi pada perempuan (Salawati, 2014).

Saraf sensorik dan saraf motorik yang terdapat pada tangan dan sisi palmar

dari pergelangan tangan yang melalui terowongan yang sempit dan kaku yang berbatasan dengan tiga sisi tulang carpal dan sisi lain dari flexor retinaculum atau

transverse carpal ligament. Bagian lunak dan paling sensitif dalam terowongan karpal. Hal-hal yang dapat mengurangi ukuran dari terowongan karpal ataupun yang dapat meningkatkan ukuran dari bagian dalamnya dapat mengakibatkan kompresi pada saraf medianus. Contohnya termasuk ukuran lesi, radang sendi, trauma, oedema, dan dislokasi tulang lunatum (Fisher, 2004).

Penyempitan terowongan yang dilalui oleh saraf juga tendon dan dilewatinya beberapa tendon fleksor. Penekanan pada saraf medianus dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnel syndrome (Bahrudin, 2018).

(7)

3

Pada gejala awal yang timbul berupa adanya kelemahan sensorik saja dan gangguan motorik terjadi pada keadaan berat. Gejala awal timbul paresthesia, kurang dapat merasakan (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)

pada jari sesuai dengan distribusi sensoris tetapi juga dapat dirasakan pada seluruh jari-jari (Styf, 2016).

2. METODE

Pasien dengan nama Ny. K dengan umur 50 tahun, agama islam, seorang ibu rumah tangga dan bertempat tinggal di Sambung lor, RT 15/RW 07, jambewangi, kecamatan secang, kabupaten magelang, provinsi jawa tengah. pasien mengeluhkan nyeri pergelangan tangan, kesemutan, kebas, dan rasa tertusuk di jari kesatu, kedua, dan ketiga. Pada pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan adanya nyeri diam, tekan dan gerak pada pasien tersebut, kemudian juga didapatkan adanya penurunan lingkup gerak sendi pada sendi wrist. Pengukuran yang digunakan pada kasus ini yaitu dengan menggunakan VDS untuk evaluasi nyeri serta dengan menggunakan goniometer untuk evaluasi lingkup gerak sendi. Modalitas yang digunakan pada kasus ini yaitu menggunakan TENS dan stretching.

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation merupakan modalitas yang menggunakan stimulasi listrik digunakan untuk mengurangi nyeri yang dianggap efektif melalui mekanisme dengan penghambatan nosiseptor, blockade nyeri melalui saraf aferen, blokade simpatik, control gerbang, dan pelepasan endogen. TENS dengan menggunakan elektroda (35 kali 45 mm), elektroda negative

ditempatkan pada ligamentum carpal, dan elektroda positif ditempatkan pada area telapak tangan. Perangkat diatur dengan arus burst asymetrical pada frekuensi 100 Hz dan periode stimulasi 80 ms untuk setiap sesi TENS berlangsung selama 20 menit (Koca et al, 2014).

Stretching pada otot dan saraf secara longitudinal didasarkan pada prinsip untuk meningkatkan gerakan perifer saraf dan melepaskan kompresi pada saraf medianus melalui peregangan longitudinal otot dan saraf. Stretching otot-otot pergelangan tangan dan fleksor tangan dengan tiga kali repetisi dengan posisi peregangan 30 detik selama 5 set. Stretching dapat juga mengurangi ketegangan

(8)

4

otot dan meningkatkan sirkulasi darah, yang menurunkan konsentrasi metabolic

untuk menghilangkan rasa sakit (Hafez et al, 2014).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Hasil

Berdasarkan laporan status klinis pasien dengan nama Ny.K berusia 50 tahun, dengan diagnosa CTS memiliki beberapa keluhan nyeri di tangan dan kesulitan dalam menggerakan tangan untuk menyapu, memasak, dan mencuci. Kemudian diberikan modalitas berupa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan

Stretching di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang. Setelah menjalani terapi sebanyak tiga kali, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Evaluasi Nyeri

Grafik 1. Evaluasi Nyeri

Grafik tersebut menunjukan adanya penurunan derajat nyeri setelah menjalani terapi sebanyak 3 kali terapi di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang dimana nyeri gerak 4 berkurang setelah dilakukan terapi sebanyak tiga kali terapi menjadi 3 dan nyeri tekan pada saat sebelum dilakukan terapi 6 berkurang menjadi 5. Kemudian pada pemeriksaan nyeri diam yang telah dilakukan selama 3 kali terapi yang dilakukan pasien dalam keadaan diam tidak terjadi perubahan.

0 1 2 3 4 5 6 7 T0 T1 T2 T3 VDS

(9)

5

b. Evaluasi Lingkup Gerak Sendi

Grafik 2. Evaluasi Lingkup Gerak Sendi

Gambar tersebut dapat diketahui bahwa pada bidang sagital dan bidang frontal setelah pasien menjalani terapi sebanyak 3 kali terapi di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang dimana adanya peningkatan lingkup gerak sendi dari gerakan dorsal fleksi 50 ˚dan gerakan dorsal fleksi 60˚, kemudian pada saat gerakan radial deviasi didapatkan lingkup gerak sendi 15˚ dan ulnar deviasi berupa 25˚. Setelah dilakukan terapi sebanyak tiga kali terapi didapatkan hasil berupa peningkatan lingkup gerak sendi pada saat gerakan dorsal fleksi 70˚ dan palmar fleksi 60˚, saat gerakan radial deviasi 20˚ dan ulnar deviasi 30˚.

3.2Pembahasan

a. Penurunan Nyeri dengan skala VDS

Pemeriksaan awal nyeri didapatkan hasil adanya penurunan yang signifikan tersebut berdasarkan teori Gerbang Control dalam mengurangi nyeri dengan menggunakan transcutaneous electrical nerve stimulation

0 10 20 30 40 50 60 70 80 T0 T1 T2 T3

Goniometer

(10)

6

melalui aktivasi serabut saraf mekaniseptif berdiameter rendah besar yang berhubungan dengan sentuhan dapat menghambat transmisi potensial aksi dari serat berdiameter kecil dengan ambang batas yang lebih tinggi yang berkaitan dengan nyeri melalui penghambatan sipnatik. Mekanisme dengan memanfaatkan cara melalui menggosokan kulit untuk menghilangkan rasa sakit akibat adanya serat nosiseptif (serat A- delta dan serat C) memiliki ambang aktivasi yang lebih tinggi dengan mencegah sinyal dan serat nosiseptif mencapai pusat otak, sehingga mengurangi rasa sakit (Tashani et al, 2009).

b. Peningkatan Lingkup Gerak Sendi dengan menggunakan Gonimeter.

Adanya peningkatan lingkup gerak sendi pasien pada saat setelah dilakukan terapi sebanyak dua kali didapatkan hasil berupa adanya nyeri yang berkurang maka dengan menggunakan stretching untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi. Stretching dapat diberikan untuk mengatasi gejala dengan meregangkan adhesi pada terowongan karpal, meningkatkan aliran darah yaitu aliran balik vena dari ikatan saraf, serta dapat juga mengurangi penekanan pada terowongan karpal yang terdapat saraf medianus yang mengalami kompresi (Neriman, 2018).

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Pasien dengan diagnosa Carpal Tunnel Syndrome Dextra setelah mendapatkan terapi dengan TENS dan stretching selama tiga kali terapi, dapat disimpulkan antara lain penurunan nyeri diam, nyeri tekan dan gerak, kemudian terdapat adanya peningkatan lingkup gerak sendi.

4.2Saran

Penatalaksanaan pada kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra dengan modalitas fisioterapi sangat dibutuhkan untuk hubungan kerjasama antara terapis dengan pasien, sehingga dapat tercapainya hasil terapi yang maksimal. Adanya hal- hal yang dapat menjadi saran mengenai kasus tersebut antara lain:

(11)

7

a. Bagi Penderita

Terapi yang dilakukan pasien dapat dengan meminta pasien agar rutin untuk melakukan terapi secara rutin hingga sembuh dan tetap untuk melakukan edukasi danlatihan mengenai gangguan yang dialami pasien. b. Bagi Fisioterapis

Saran untuk fisioterapis yang melakukan terapi kepada pasien agar selalu menambah pengetahuan dan wawasan ilmiah bagi seorang fisioterapis untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan agar tetap selalu dapat memberikan terapi yang lebih tepat bagi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Neriman, O. (2018). The Effect of Hand Exercise on Reducing the Symptoms in Hemodialysis Patients with Carpal Tunnel Syndrome, 31–36. https://doi.org/10.4103/ajns.AJNS

Bahrudin, M. (2018). Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Saintika Medika. https://doi.org/10.22219/sm.v7i1.1090

Chammas, M., Boretto, J., Marquardt, L., Matta, R., Carlos, F., & Braga, J. (2014). Carpal tunnel syndrome – Part I ( anatomy , physiology , etiology and diagnosis). Revista Brasileira de Ortopedia, 49(5), 429–436. https://doi.org/10.1016/j.rboe.2014.08.001

Fisher, B. :1-153. (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: An evidence-based assessment. A Background Paper Prepared for Alberta’s Workers’ Compasation Board, (May), 1–153.

Hafez, A. R., Alenazi, A. M., & Kachanathu, S. J. (2014). The Effect of Longitudinal Stretching of Muscles and Nerve versus Deep Transverse Friction Massage in the Management of Patients with Carpal Tunnel Syndrome, (November), 199–206.

Koca, I., Boyaci, A., Tutoglu, A., Ucar, M., & Kocaturk, O. (2014). Assessment of the effectiveness of interferential current therapy and TENS in the management of carpal tunnel syndrome: a randomized controlled study.

Rheumatology International, 34(12), 1639–1645. https://doi.org/10.1007/s00296-014-3005-3

Naeser, M. A., Hahn, K. A. K., Lieberman, B. E., & Branco, K. F. (2002). Carpal tunnel syndrome pain treated with low-level laser and microamperes transcutaneous electric nerve stimulation: A controlled study. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 83(7), 978–988.

(12)

8

https://doi.org/10.1053/apmr.2002.33096

Salawati, L. (2014). Carpal Tunnel Syndrome, (1), 29–37.

Styf, J. (2016). Tunnel Syndromes. The Journal of Bone and Joint Surgery-American Volume (Vol. 84). https://doi.org/10.2106/00004623-200208000-00042

Tashani, O., & Johnson, M. I. (2009). Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) a possible aid for pain relief in developing countries? Libyan Journal of Medicine, 4(2), 62–65. https://doi.org/10.4176/090119

Gambar

Grafik 1. Evaluasi Nyeri
Grafik 2. Evaluasi Lingkup Gerak Sendi

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain data jumlah atau bobot Tandan Kosong (TKS) yang dihasilkan pabrik setiap bulan, bobot atau jumlah limbah POME yang dihasilkan pabrik

Psikologi Sosial”. Penelitian ini merupakan perwujudan akan ketertarikan penulis mengenai kajian pengaruh aspek psikologi sosial Adolf Hitler terhadap pengorganisasian

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan LKS Spermatophyta berdasarkan pendekatan Saintifikyang dikembangkan. Observasi dalam penelitian ini adalah

Alhamdulillaahirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis

S., 2011, Phytochemical Composition, Antioxidant Activity and Neuroprotective Effect of Terminalia chebula Retzius Extracts, Research Institute of Biotechnology HungKuang University,

Skripsi yang berjudul Rancang Bangun Modul Akuisisi Data Untuk Sistem Irigasi Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Duemilanove dapat diselesaikan karena nikmat

(A Case Study of English MGMP of Senior High Schools in Kota

Bibit padi muda yang berumur 8 hari ditanam pada plot-plot percobaan yang telah disiapkan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm sebanyak satu bibit setiap