• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Perumusan Rencana an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Perumusan Rencana an"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

BAB IV

PERUMUSAN

PERUMUSAN

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

4.1

4.1 Dasar Dasar PertimbanganPertimbangan

Pe

Pembmbanangugunanan n kakawawassan an mememmererlulukakan n pepertrtimimbabangngan an cecermrmat at dadalalamm menginisiasi rencana dalam bentuk rencana tata ruang atau

menginisiasi rencana dalam bentuk rencana tata ruang atau masterplanmasterplan be

berbrbasasis is ruruanang. g. PePembmbanangugunanan n kakawawasasan-n-kakawawasasan n di di KoKota ta BaBau-u-BaBauu didasarkan pada tujuan, arah dan sasaran pembangunan Kota Bau-Bau didasarkan pada tujuan, arah dan sasaran pembangunan Kota Bau-Bau dalam

dalam pokopokok-pokk-pokok ok pedompedoman an pelakpelaksanasanaan an pembpembangunangunan an sepeseperti rti RPJPRPJP ((RReennccaanna a PPeemmbbaanngguunnaan n JJaannggkka a PPaannjjaanngg)), , RPRPJJM M (R(Reennccaannaa Pembangunan Jangka Menengah), RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Pembangunan Jangka Menengah), RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Kota Bau-Bau, dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kota Bau-Bau. Kota Bau-Bau, dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kota Bau-Bau. Pa

Pada da dadasasarnrnyaya, , pepembmbanangugunanan n kakawawasasan-n-kakawawasasan n diditutujukjukan an ununtutukk men

meningkatingkatkan kan kualikualitas tas sumbsumberdayerdaya a manumanusia, sia, memmemperluperluas as kesekesempatmpatanan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, menyediakan ruang berusaha, kerja, memeratakan kesempatan berusaha, menyediakan ruang berusaha, menyediakan ruang publik untuk rekreasi, menyediakan ruang bagi upaya menyediakan ruang publik untuk rekreasi, menyediakan ruang bagi upaya pre

preserservasvasi i nilnilai-nai-nilailai i budbudayaya, a, memmemananfaafaatkatkan n sumsumberberdaydaya a alaalam, m, sersertata sumberdaya manusia.

sumberdaya manusia.

Sec

Secara ara leblebih ih spespesifsifik, ik, renrencacana na penpengemgembanbangan gan KIPKIPPT PT PulPulau au MakMakasasar ar  didas

didasarkan pada dua arkan pada dua pertimpertimbangabangan: n: (i) (i) kebikebijakan Kota, jakan Kota, dan (ii) dan (ii) terknterknis.is. P

Padada a tatatatararan n kkeebibijajakkan an ddaaererahah, , iini ni tetertrtuauang ng ddalalam am vvisisi i ddan an mmisisii pembangunan Kota Bau-Bau sebagaimana dijelaskan pada Bab III, yang pembangunan Kota Bau-Bau sebagaimana dijelaskan pada Bab III, yang dal

dalam am sasalah lah satsatu u frafrase se visvisi i memeneknekankankan an ““  pi  pintu ntu gergerbanbang g ekekonoonomi mi dadann  pariwisata” 

 pariwisata” dan dalam butir-butir misi menegaskan “dan dalam butir-butir misi menegaskan “ pengembangan sosial  pengembangan sosial  budaya dan pariwisata”.

budaya dan pariwisata”.

Kemudian, berdasarkan pertimbangan teknis, ada tiga aspek yang sangat Kemudian, berdasarkan pertimbangan teknis, ada tiga aspek yang sangat relev

relevan an yaknyakni: i: (i) (i) semsemakin akin menimeningkangkatnya tnya kegikegiatan budidaya perikanan diatan budidaya perikanan di B IV

B IV

ERUMUSAN

ERUMUSAN

ENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN

(2)

kaw

kawasaasan; n; (ii(iii) i) tintinggigginya nya daydaya a janjangkagkau u kawkawasasan an ini ini bilbila a dikdikemembanbangkagkan.n. Pem

Pembanbangungunan an kawkawasaasan n ini ini dihdiharaarapkapkan n akaakan n dapdapat at memmemberberikaikan n nilnilaiai tam

tambah bah dandan multipmultiplier lier effeceffect t  bagi bagi pembpembanguangunan nan daeradaerah h (sekt(sektor-sekor-sektor tor  te

terkrkaiait t sseepepertrti i peperirikakannaan n dadan n kekellauautatann, , ppeendndididikikanan, , pparariwiwisisatataa,, perdagangan dan jasa), terutama dalam perspektif pembangunan jangka perdagangan dan jasa), terutama dalam perspektif pembangunan jangka panjang dan berkelanjutan.

panjang dan berkelanjutan.

4.2

4.2 Fokus PenFokus Pengembangan Kawgembangan Kawasan: Suatu asan: Suatu Justifikasi IlmiahJustifikasi Ilmiah

4.2.1 Perikanan 4.2.1 Perikanan Di

Di bidbidang ang peperikarikanan nan dan dan kelkelautautan, an, kawkawasaasan n ini ini memmemiliiliki ki potpotensensi i besbesar ar  teruama jika dilihat dari aspek produksi budidaya, tangkap, ketersediaan teruama jika dilihat dari aspek produksi budidaya, tangkap, ketersediaan pelabuhan, serta tipologi kawasannya yang begitu strategis sebagai suatu pelabuhan, serta tipologi kawasannya yang begitu strategis sebagai suatu pusat industri perikanan. Meskipun belum ada data yang tersedia tentang pusat industri perikanan. Meskipun belum ada data yang tersedia tentang bes

besar ar proprodukduksi si perperikaikananan n di di kawkawasaasan n ini ini nanamun mun dadari ri hashasil il wawwawancancaraara dengan beberapa nelayan tangkap menunjukkan telah terjadi penurunan dengan beberapa nelayan tangkap menunjukkan telah terjadi penurunan hasil tangkapan yang sangat berarti sejak 10 tahun

hasil tangkapan yang sangat berarti sejak 10 tahun terakhir.terakhir.

Eksplorasi perikanan pantai di Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya Eksplorasi perikanan pantai di Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya sudah sampai pada tahap jenuh (

sudah sampai pada tahap jenuh (over fishing over fishing ). Oleh karena itu eksplorasi). Oleh karena itu eksplorasi intens

intensif if harus diarahkan pada harus diarahkan pada ekploekplorasi rasi lepas pantai. lepas pantai. KonseKonsekwenskwensinya,inya, han

hanya ya dendengan gan memenggnggunaunakakan n kapkapal-al-kapkapal al penpenangangkap kap ikaikan n yanyang g leblebihih mo

modedereren n yayang ng akakan an mmenenggggararanansi si efefisisieiensnsi i dadan n efefekektitivivitatas s dadalalamm pena

penangkangkapannypannya. a. KapaKapal-kapal-kapal l yang yang dimikdimikian ian ini ini membmembutuhkutuhkan an fasilfasilitasitas pendukung yang harus memadai, misalnya galangan kapal untuk

pendukung yang harus memadai, misalnya galangan kapal untuk keperluankeperluan pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dilihat dari segi zona pantai, potensi pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dilihat dari segi zona pantai, potensi Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya dalam peningkatan tangkapan Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya dalam peningkatan tangkapan lep

lepas as panpantai tai sansangat gat mememamadaidai. . OleOleh h karkarena ena itu itu sansangat gat berberalaalasan san jikjikaa penangkapan ikan lepas pantai pada wilayah ini sangat potensial. Untuk penangkapan ikan lepas pantai pada wilayah ini sangat potensial. Untuk eksplorasi perikanan pantai, hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah eksplorasi perikanan pantai, hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pabrik-pabrik es.

(3)

kaw

kawasaasan; n; (ii(iii) i) tintinggigginya nya daydaya a janjangkagkau u kawkawasasan an ini ini bilbila a dikdikemembanbangkagkan.n. Pem

Pembanbangungunan an kawkawasaasan n ini ini dihdiharaarapkapkan n akaakan n dapdapat at memmemberberikaikan n nilnilaiai tam

tambah bah dandan multipmultiplier lier effeceffect t  bagi bagi pembpembanguangunan nan daeradaerah h (sekt(sektor-sekor-sektor tor  te

terkrkaiait t sseepepertrti i peperirikakannaan n dadan n kekellauautatann, , ppeendndididikikanan, , pparariwiwisisatataa,, perdagangan dan jasa), terutama dalam perspektif pembangunan jangka perdagangan dan jasa), terutama dalam perspektif pembangunan jangka panjang dan berkelanjutan.

panjang dan berkelanjutan.

4.2

4.2 Fokus PenFokus Pengembangan Kawgembangan Kawasan: Suatu asan: Suatu Justifikasi IlmiahJustifikasi Ilmiah

4.2.1 Perikanan 4.2.1 Perikanan Di

Di bidbidang ang peperikarikanan nan dan dan kelkelautautan, an, kawkawasaasan n ini ini memmemiliiliki ki potpotensensi i besbesar ar  teruama jika dilihat dari aspek produksi budidaya, tangkap, ketersediaan teruama jika dilihat dari aspek produksi budidaya, tangkap, ketersediaan pelabuhan, serta tipologi kawasannya yang begitu strategis sebagai suatu pelabuhan, serta tipologi kawasannya yang begitu strategis sebagai suatu pusat industri perikanan. Meskipun belum ada data yang tersedia tentang pusat industri perikanan. Meskipun belum ada data yang tersedia tentang bes

besar ar proprodukduksi si perperikaikananan n di di kawkawasaasan n ini ini nanamun mun dadari ri hashasil il wawwawancancaraara dengan beberapa nelayan tangkap menunjukkan telah terjadi penurunan dengan beberapa nelayan tangkap menunjukkan telah terjadi penurunan hasil tangkapan yang sangat berarti sejak 10 tahun

hasil tangkapan yang sangat berarti sejak 10 tahun terakhir.terakhir.

Eksplorasi perikanan pantai di Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya Eksplorasi perikanan pantai di Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya sudah sampai pada tahap jenuh (

sudah sampai pada tahap jenuh (over fishing over fishing ). Oleh karena itu eksplorasi). Oleh karena itu eksplorasi intens

intensif if harus diarahkan pada harus diarahkan pada ekploekplorasi rasi lepas pantai. lepas pantai. KonseKonsekwenskwensinya,inya, han

hanya ya dendengan gan memenggnggunaunakakan n kapkapal-al-kapkapal al penpenangangkap kap ikaikan n yanyang g leblebihih mo

modedereren n yayang ng akakan an mmenenggggararanansi si efefisisieiensnsi i dadan n efefekektitivivitatas s dadalalamm pena

penangkangkapannypannya. a. KapaKapal-kapal-kapal l yang yang dimikdimikian ian ini ini membmembutuhkutuhkan an fasilfasilitasitas pendukung yang harus memadai, misalnya galangan kapal untuk

pendukung yang harus memadai, misalnya galangan kapal untuk keperluankeperluan pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dilihat dari segi zona pantai, potensi pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dilihat dari segi zona pantai, potensi Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya dalam peningkatan tangkapan Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya dalam peningkatan tangkapan lep

lepas as panpantai tai sansangat gat mememamadaidai. . OleOleh h karkarena ena itu itu sansangat gat berberalaalasan san jikjikaa penangkapan ikan lepas pantai pada wilayah ini sangat potensial. Untuk penangkapan ikan lepas pantai pada wilayah ini sangat potensial. Untuk eksplorasi perikanan pantai, hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah eksplorasi perikanan pantai, hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

(4)

Untuk perikanan tangkap, komposisi ikan yang tertangkap bervariasi, terdiri Untuk perikanan tangkap, komposisi ikan yang tertangkap bervariasi, terdiri ikan pelagis kecil (lemuru, kembung, teri, belanak, bandeng dan layang), ikan pelagis kecil (lemuru, kembung, teri, belanak, bandeng dan layang), ikan demersal (kerapu, beronang, lencam, katamba, kakap, bawal, ekor  ikan demersal (kerapu, beronang, lencam, katamba, kakap, bawal, ekor  kuning, biji nangka dan kuwe), krustace (kepiting bakau, udang windu), kuning, biji nangka dan kuwe), krustace (kepiting bakau, udang windu), ekinodermata (teripang pasir, bulu babi), gastropoda (lola, abalone, ekinodermata (teripang pasir, bulu babi), gastropoda (lola, abalone, kede-kede)

kede), Chepalop, Chepalopoda (loligooda (loligo, cumi-cum, cumi-cumi) i) dan beberdan beberapa kerangapa kerang-kera-keranganngan (kerang darah, kerang buluh, tiram taga

(kerang darah, kerang buluh, tiram taga dan tiram mabe).dan tiram mabe).

Selain Komoditas yang disebutkan sebelumnya terdapat hasil perikanan Selain Komoditas yang disebutkan sebelumnya terdapat hasil perikanan rum

rumput put laulaut t jenjenisis EuchEucheuma euma cottocottonii nii . . RuRumpmput laut laut inut ini dihi dihasasililkakan darn darii kegiatan budidaya di sepanjang pantai kawasan ini dengan menggunakan kegiatan budidaya di sepanjang pantai kawasan ini dengan menggunakan meto

metode long line (talde long line (tali jemurai jemuran) dan rakit apun) dan rakit apung. ng. ProduProduksi rumpksi rumput laut diut laut di kawa

kawasan san ini ini banybanyak ak dipedipengarungaruhi hi oleh oleh keadkeadaan aan lingklingkungaungan n perairperairannyannya.a. Pada musim hujan terjadi pengenceran salinitas air laut dan pencemaran Pada musim hujan terjadi pengenceran salinitas air laut dan pencemaran pe

peststisisidida a dadan n papartirtikekel l lulumpmpur ur di di sesekikitatar r peperarairairan n kakawawasasan n inini i akakibibatat beberapa anak sungai bermuara di kawasan ini, akibatnya pertumbuhan beberapa anak sungai bermuara di kawasan ini, akibatnya pertumbuhan rumput laut jenis E. cottonii terganggu.

rumput laut jenis E. cottonii terganggu.

Khusus untuk budidaya rumput laut, perluasan areal hampir tidak mungkin Khusus untuk budidaya rumput laut, perluasan areal hampir tidak mungkin di

dilaklakukukan an lalagi gi memengnginingagat t keketeterbrbatatasasan an lalahahan n yayang ng sesesusuai ai dedengnganan pe

peruruntntukukkakan n bubudididadayaya. . HaHal l yayang ng papalinling g mumungngkikin n didilalakukukakan n adadalalahah peningkatan produktivitas lahan yang ada dengan sistem intensifikasi yang peningkatan produktivitas lahan yang ada dengan sistem intensifikasi yang didukung dengan perbaikan sistem budidaya, misalnya dengan dukungan didukung dengan perbaikan sistem budidaya, misalnya dengan dukungan su

suplplai ai bebeninih h ununggggul ul dadari ri pupusasat-t-pupusasat t pepembmbenenihihanan, , pepenynyululuhuhan an dadariri dinas/instansi terkait tentang sistem budidaya yang efektif.

dinas/instansi terkait tentang sistem budidaya yang efektif.

Berdasarkan hasil survey diperoleh informasi bahwa sekitar 70 % aktivitas Berdasarkan hasil survey diperoleh informasi bahwa sekitar 70 % aktivitas uta

utama ma usausaha ha yayang ng dildilakuakukan kan oleoleh h pependunduduk duk di di KelKeluraurahan han LiwLiwuto uto dandan Suk

Sukananaeyaeyo o adaadalah lah padpada a seksektor tor perperikaikanan nan dan dan kelkelautautan. an. JenJenis is aktaktivitivitasas tersebut meliputi usaha penangkapan ikan, budidaya rumput laut dan tiram tersebut meliputi usaha penangkapan ikan, budidaya rumput laut dan tiram mu

mutiartiara, a, usausaha ha pempemasaasaran ran ikaikan n (te(tengngkulkulak) ak) dan dan jasjasa a penpenyeyeberberanganganan lau

(5)

ada

adalah lah jasjasa a penpenyebyeberaerangngan an laulaut t (oj(ojek ek laulaut) t) dan dan budbudidaidaya ya rumrumput put laulaut.t. Usaha penangkapan ikan relatif tidak berkembang meskipun pada awalnya Usaha penangkapan ikan relatif tidak berkembang meskipun pada awalnya kegiatan utama yang dilakukan masyarakat di pulau ini adalah nelayan kegiatan utama yang dilakukan masyarakat di pulau ini adalah nelayan tangk

tangkap. ap. NamuNamun akibat daerah penan akibat daerah penangkangkapan ikan (fishinpan ikan (fishing ground) sejakg ground) sejak 15 tahun terakhir ini telah jauh ke wilayah perairan lepas pantai sehingga 15 tahun terakhir ini telah jauh ke wilayah perairan lepas pantai sehingga ban

banyak yak nelnelayaayan n berberalialih h usausaha ha dardari i penpenangangkapkapan an ke ke ususaha aha bubudiddidayaaya rumput laut dan jasa transportasi laut.

rumput laut dan jasa transportasi laut.

4.2.2 Pariwisata 4.2.2 Pariwisata

Di

Di KaKawaswasan an KIPKIPPT PT PuPulau lau MakMakasasar, ar, penpengemgembanbangan gan potpotensensi i parpariwiiwisatsataa dapat dilakukan

dapat dilakukan melalui melalui wisata bahari (pasir wisata bahari (pasir putih dan kondputih dan kondisi laut), wisataisi laut), wisata budaya dengan pengembangan kesenian kebudayaan Kesultanan Buton, budaya dengan pengembangan kesenian kebudayaan Kesultanan Buton, upacara adat, situs budaya.

upacara adat, situs budaya.

Pe

Pengngemembabangngan an wiwisasata ta babahahari ri dedengngan an kekeinindadahahan n papasisir r puputitih h sasangngatat potensial karena memungkinkan pengunjung untuk menikmati keindahan potensial karena memungkinkan pengunjung untuk menikmati keindahan pasir putih

pasir putih serta melakserta melakukan keukan kegiatan selam giatan selam untuk muntuk menyaksikan enyaksikan keindahankeindahan bawah laut. Selain itu pengunjung dapat melakukan olah raga air seperti jet bawah laut. Selain itu pengunjung dapat melakukan olah raga air seperti jet ski, atau perahu layar pada musim-musim tertentu.

ski, atau perahu layar pada musim-musim tertentu. Selai

Selain n pengpengembaembangan ngan wisatwisata a baharbahari, i, wisatwisata a budabudaya ya sangsangat at berpoberpotenstensii un

untutuk k didikekembmbanangkgkan an dadalalam m kakawawasasan n KIKIPPPPT. T. BeBentntuk uk pepengngemembabagagann denganpembuatan kegiatan tahunan untuk festival perahu naga, pagelaran denganpembuatan kegiatan tahunan untuk festival perahu naga, pagelaran sen

seni i budbudayaaya, , upaupacarcara a adaadatt bongkbongkaana aana taotao memungkinkmemungkinkan an mendukungmendukung kawasan ini

kawasan ini untuk pengembangan kepariwisataan.untuk pengembangan kepariwisataan.

Pengembangan situs makam Sultan Buton Ke VIII (La Cila atau Sultan Pengembangan situs makam Sultan Buton Ke VIII (La Cila atau Sultan Mardan Ali yang bergelar 

Mardan Ali yang bergelar  Oputa Igogoli i LiwutoOputa Igogoli i Liwuto) bisa dijadikan sebagai) bisa dijadikan sebagai MON

MONUMEUMEN N DEMDEMOKROKRASI ASI bagbagi i mamasyasyarakrakat at BauBau-Ba-Bau u dadan n mamasyasyarakrakatat global secara umum. Hal ini di dasari oleh latar histroris bahwa Sultan global secara umum. Hal ini di dasari oleh latar histroris bahwa Sultan Ma

(6)

penguasa dengan menyatakan siap menerima hukuman gantung demi menegakkan hukum dalam negara menunjukkan bahwa di Bau-Bau demokrasi sudah ada sejak masa kesultanan. Nilai-Nilai demokrasi ini yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran bagi generasi sekarang dan masa depan.

Selain pengembangan situs makam Sultan Buton Ke VIII, dalam Kawasan KIPPT juga pengembagan situs benteng Kota Lama di Kolese. Penataan situs benteng ini selama untuk nilai-nilai historis masa kolonial, juga sebagai obyek wisata pemandangan alam. Hal ini memungkinkan karena ketika berada di atas benteng pemandangan seluruh kawasan Kota Bau-Bau dapat dilihat. Selain itu, pemandangan keindahan laut sepanjang Kota Bau-Bau dan Selat Buton bisa dinikmati di atas benteng ini.

4.2.3 Pendidikan

Kawasan ini telah memiliki SMK Perikanan dan Kelautan, yang telah cukup berkembang. Ketersediaan sekolah perikanan di kawasan ini dapat memperkuat posisi strategis kawasan dalam hal peningkatan  performance kawasan, baik dalam hal pemanfaatan, pelestarian, maupun dalam hal intekoneksitas dengan kawasan lain, baik dalam kota Bau-Bau maupun dengan kawasan lain di luar wilayah Kota Bau-Bau. Ketersediaan sumberdaya perikanan di kawasan ini dapat mendorong dibentuknya wadah atau laboratorium alam bagi penelitian ilmu-ilmu perikanan dan kelautan.

4.2.4 Pelestarian Alam

Kawasan dengan ciri khas tertentu perlu dilestarikan, baik yang terdapat di darat maupun di perairan. Meskipun merupakan kawasan yang telah lama dihuni dan dimanfaatkan sumberdaya alamnya, beberpa segmen kawasan KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya masih memiliki keunikan dan

(7)

keaslian. Tipologi kawasan pesisirnya yang merupakan teluk yang relatif  tertutup (closed system), mengindikasikan bahwa ekosistemnya cukup rapuh dari pengaruh supertificial. Dengan demikian, untuk beberapa segmen kawasan tertentu (di pesisir) perlu segera diatur fungsi konservasi dan lindungnya untuk menghindari kerusakan lebih lanjut akibat pengaruh-pengaruh manusia.

Kawasan seperti ini mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman (flora, fauna) serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan wilayah. Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia, dan sekaligus lingkungan secara berkelanjutan.

Segmen kawasan yang perlu mendapat perhatian dalam hal pelestarian alam meliputi zona estuari, kawasan sekitar mata air (pegunungan), sempadan sungai dan pantai, serta kawasan hutan atau belukar, yang memiliki fungsi perlindungan.

4.2.5 Sektor Industri

Pertumbuhan industri pada suatu daerah sangat bergantung pada infrastruktur investasi yang menarik seperti prasarana transportasi dan utilitas (listrik, air bersih, dan telekomunikasi). Disamping itu juga dukungan faktor produksi baik yang bersifat sumber daya alam, maupun yang bersifat keahlian tenaga kerja terampil, aplikasi teknologi pendukung, serta dukungan lembaga pembiayaan perbankan terkait dengan dengan kredit investasi, kredit modal kerja, dan regulasi pemerintah.

(8)

Dengan letaknya yang sangat strategis, dan kepemilikan bahan baku yang memadai, menjadikan kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar  untuk pengembangan industri perikanan dan kelautan ke depan.

Pengembangan usaha sektor industri, khsusunya sektor perikanan harus didasarkan pada penciptaan nilai tambah ekonomis bagi masyarakat setempat. Namun demikian belum adanya lembaga perbankan, dan lembaga keuangan mikro seperti KUD, BMT, rendahnya skill/keterampilan dan pendidikan SDM, dan dukungan teknologi yang tidak memadai menjadi penghambat utama dalam pengembangan sektor industri perikanan, dan sektor usaha lainnya di kawasan ini. Hal tersebut berimplikasi pada rendahnya perpuratan roda perekonomian kawasan, dan kurangnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya.

4.2.6 Peluang Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan

Salah satu pertimbangan dasar pengembangan kawasan adalah struktur  tata ruang pada hierarkhi rencana di atasnya. Struktur tata ruang adalah susunan dan hierarkhi pusat-pusat permukiman, sistem jaringan sarana dan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Dengan demikian struktur tata ruang ditingkat kawasan seperti KIPPT Pulau Makasar ditentukan oleh kedudukan sistem permukiman, keterkaitan atau hubungan kawasan dengan kawasan lain, peluang pengembangan pusat-pusat pelayanan, dan jaringan sirkulasi internal.

Bedasarkan kondisi eksisting wilayah Kota Bau-Bau dan kawasan yang direncanakan terlihat bahwa pusat-pusat pelayanan yang ada masih terkonsentrasi di wilayah pusat kota (BWK I). Sementara, ruang dalam wilayah kota pda segmen lain masih mungkin untuk dikembangkannya pusat-pusat pelayanan baru. Pusat-pusat pelayanan baru dapat

(9)

dikembangkan pada masing-masing BWK berdasarkan fungsi utama dan pendukungnya, atau pada kawasan-kawasan khusus. Kawasan Pulau Makassar dan sekitarnya dapat merupakan salah satu kawasan strtaegis di Kota Bau-Bau yang dikembangkan pada BWK IV dan V, dengan pembagian zona berdasarkan karakteristik lingkungan secara spesifik, dan berdasarkan kebutuhan.

Upaya pengembangan KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya akan memacu pertumbuhan kawasan pada wilayah ini, melalui peningkatan ketersediaan pusat-pusat pelayanan. Oleh karena fokus pengembangan adalah industri perikanan dan pariwisata terpadu, maka pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan juga dibarengi dengan sistem jaringan sirkulasi dan telekomunikasi yang memadai. Kawasan dengan total luas 165.8 ha cukup dapat mendukung berbagai fungsi ruang. Namun demikian, penghitungan daya dukung kawasan perlu dilakukan untuk menghindari degradasi lahan, pesisir dan laut.

Keuntungan pengembangan kawasan strategis KIPPT Pulau Makasar  tersebut dalam konteks pemanfaatan ruang wilayah kota adalah sebagai berikut:

• Mendorong terdistribusinya aktivitas masyarakat (utamanya

perdagangan dan jasa, serta proses produksi) yang selama ini terpusat di pusat kota.

• Memanfaatkan lahan-lahan yang berkategori idle land , namun

strategis untuk fungsi tertentu, utamanya industri perikanan dan pariwisata.

• Meningkatkan nilai estetika wajah Kota Bau-Bau, terutama dalam hal

pemanfaatan keindahan alam bagi warga yang berkunjung ke Kota Bau-Bau.

• Meningkatkan aksesibilitas kawasan yang selama ini dianggap

(10)

• Membuka peluang bagi berkembangnya usaha dan kesejahteraan

masyarakat Kawasan Pulau Makassar, Lowu-Lowu dan sekitarnya.

• Menciptakan pusat pertumbuhan baru dalam wilayah Kota Bau-Bau.

4.3 Strategi Pengembangan Kawasan (Analisis SWOT)

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat ) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkaji strategi implementasi suatu rencana atau kebijakan. Dengan SWOT maka alternatif-alternatif strategik dalam suatu keputusan perencanaan atau kebijakan dapat disusun dengan cara menganalisis interaksi faktor internal maupun faktor eksternal lingkungan atau kawasan yang direncanakan. Di dalam SWOT ada empat elemen matriks SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang . Kekuatan dan kelemahan termasuk faktor internal sedangkan peluang dan ancaman adalah faktor eksternal. Prinsip dasar analisis SWOT adalah bahwa: memanfaatkan peluang untuk mengatasi kekurangan dan menggunakan kekuatan untuk memperlemah ancaman atau tantangan yang sifatnya eksternal.

Sasaran analisis SWOT ini adalah untuk melihat kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang  pemanfaatan dan pengelolaan KIPPT Pulau Makasar, Bau-Bau dalam suatu konteks perencanaan ruang, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai strategi penanganan elemen-elemen kawasan yang direncanakan melalui dua faktor di atas. Adapun faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal (peluang, ancaman) yang teridentifikasi dari berbagai aspek kawasan yang direncanakan dijelaskan berikut ini.

(11)

4.3.1 Kekuatan (Strengths)

Berdasarkan informasi yang telah didapatkan melalui kegiatan survei dan penelaahan dokumen, maka dapat diketengahkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh kawasan yang akan dikembangkan adalah:

• Posisi geografis Pulau Makassar, kawasan teluk Bungi ditambah

dengan pesisir Lowu-Lowu hingga Kalia-Lia sangat strategis.

• Tersedianya ruang-ruang pengembangan yang masih cukup

luas.

• Adanya tempat bersejarah Situs Kota dan Makam Sultan

Mardan Ali di dalam kawasan ini.

• Pertumbuhan kawasan yang cukup pesat.

• Nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sekitar 

kawasan, seperti jiwa dan semangat kebaharian, dan semangat untuk berubah (maju dan berkembang).

4.3.2 Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan-kelemahan merupakan faktor internal yang akan merugikan jika tidak dilakukan penanganan secara seksama. Saat ini, kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kawasan yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

• Belum adanya perencanaan di tingkat kawasan bagi

pemanfaatan ruang KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya

• Aksesibilitas ke kawasan ini masih dirasakan sangat rendah

• Kecenderungan penguasaan lahan meningkat termasuk teluk

Bungi untuk kegiatan budidaya

• Pemanfaatan ruang yang cenderung tidak teratur di sekitar 

(12)

4.3.3 Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan suatu moment yang dapat dimanfaatkan, yang bersumber dari luar untuk menunjang implementasi suatu kebijakan. Peluang-peluang tersebut adalah:

• Misi Kota Bau-Bau sebagai waterfront (seafront) city , sebagai

upaya pencapaian visi pembangunan Kota Bau-Bau, dan adanya komitmen pemerintah daerah untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi-potensi kawasan pesisir, Wilayah Kota Bau-Bau.

• Peluang penerapan RPJM-D Kota Bau-Bau, khususnya untuk

Program Pengembangan Wilayah Terpadu Bungi Sorawolio (PPWT-BUSO), dan Program Pengembangan Kepesisiran.

• Peluang Kota Bau-Bau sebagai ‘Pusat Akumilasi’ hasil-hasil

perikanan baik dari dalam wilayah Kota Bau-Bau maupun dari luar.

• Semakin intensnya jaringan perdangan antar pulau, dan antar 

provinsi, hingga pada tataran internasional.

• Mobilitas arus penumpang keluar-masuk Kota Bau-Bau cukup

tinggi.

4.3.4 Ancaman (Threats)

Adapun faktor-faktor ancaman yang teridentifikasi pada kawasan yang akan dikembangkan meliputi:

• Kualitas lingkungan laut yang terus menurun akibat akumulasi

aktivitas penangkapan yang ceroboh, serta adanya pencucian residu dari aktivitas pertanian di Bungi.

• Adanya kecenderungan pemanfaatan ruang secara tidak

terkendali yang tidak mengindahkan unsur estetika dan sanitasi lingkungan.

(13)

• Semakin pudarnya identitas sejarah Buton.

Hasil identifikasi dan penentuan faktor-faktor strategis kondisi lingkungan internal dan eksternal tersebut, kemudian dijadikan sebagai bahan dasar  bagi analisis interaksi antara faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan analisis tersebut, kemudian ditetapkan beberapa alternatif  strategi pengelolaan dan pemanfaatan kawasan yang direncanakan (KIPPT Pulau Makasar, Bau-Bau) melalui Strategi Strengths-Opportunities (SO), Strategi Strengths-Treaths (ST), Strategi Weaknesses-Opportunities (WO) dan Strategi Weaknesses-Treaths (WT) (Tabel 4.1).

Tabel 4.1

Matriks alternatif strategi pengelolaan dan pemanfaatan ruang KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya

Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)

   E  x    t  e  r   n   a    l    S    t  r  a    t  e  g    i  c    F  a   c    t  o  r    A  n   a    l  y  s    i  s    S  u   m   m   a   r   y    (    E    F    A    S    ) Strengths: Lihat Bagian 4.3.1 Weaknesses: Lihat Bagian 4.3.2 Opportunities: Lihat Bagian 4.3.3 Strategi SO:

1.Pembuatan desain kawasan secara terpadu (KIPPT)

2.Penataan ruang dan perbaikan kualitas kawasan wisata (pantai, budaya) dan sarana rekreasi

3.Memperkuat peran Kota Bau-Bau sebagai ‘Pusat Akumulasi’ hasil

Strategi WO:

1.Penataan ruang kawasan pesisir  melalui pembuatan rencana induk KIPPT

2.Pengendalian pemanfaatan ruang pada KIPPT

3.Peningkatan aksesibilitas intra kawasan, baik Pulau Makasar  maupun daratan

Threats:

Lihat Bagian 4.3.4

Strategi ST:

1. Pemantapan zona konservasi berfungsi lindung

2.Revitalisasi fungsi-fungsi situs bersejarah (Kota dan Makam)

3.Pembinaan masyarakat kawasan melalui nilai-nilai kebaharian.

Strategi WT:

1. Perbaikan kualitas lingkungan

2.Peningkatan aksesibilitas antar  kawasan melalui bypass. 3. Pengaturan zona budidaya darat

(14)

4.4 Sistem Sirkulasi dan Pola Pergerakan

4.4.1 Jaringan Sirkulasi Antar Kawasan

Dalam konteks rencana tata ruang kawasan, jaringan sirkulasi kawasan dapat di lihat dari tiga hal yakni jaringan sirkulasi makro, mikro, dan  jaringan sirkulasi lokal. Dua yang pertama tercakup dalam jaringan antar 

kawasan, sedangkan yang terakhir adalah intra kawasan.

a. Sistem Makro

Kota Bau-Bau dapat dijangkau melalui jaringan transportasi laut, darat, dan udara. Yang terakhir ini mengalami beberapa hambatan operasional dalam kontinuitasnya, namun kedepan upaya untuk menghidupkan kembali sistem transportasi udara (Bandara Betoambari) terus dilakukan.

Karakteristik wilayah kepulauan serta ditunjang oleh budaya masyarakatnya sebagai pelaut menjadikan sistem transportasi laut memegang peranan penting bagi mobilitas arus barang dan manusia dalam berbagai skala, baik eksternal maupun internal. Secara ekternal, hubungan itu terjadi antara pusat-pusat di wilayah Kota Bau-Bau dengan pusat-pusat lain di luar wilayah Kota Bau-Bau, sedangkan secara internal hubungan itu terjadi antara pusat-pusat dalam wilayah Kota Bau-Bau.

Sistem transportasi makro ini utamanya berlangsung melalui laut. Disini, angkutan laut merupakan sarana yang paling penting bagi pertumbuhan Kota Bau-Bau, terutama dalam melayani mobilitas barang dan manusia (penumpang), baik antar wilayah kota dengan kabupaten dalam wilayah provinsi Sulawesi Tenggara, antar provinsi, antar pulau, maupun ekspor-impor melalui Makassar dan Surabaya. Angkutan antar pulau yang melayani hubungan antara Kota Bau-Bau dan wilayah-wilayah lain di luar  provinsi Sulawesi Tenggara utamanya Jakarta, Surabaya, Semarang,

(15)

Makassar, Ambon, Ternate, Namlea, Bitung, Bima, Benoa, Labuan Bajo, Balikpapan, Kijang, Fak-Fak, Kaimana, Banda, Tual, Luwuk, Gorontalo Jayapura, Dobo, serta kota-kota lainnya hingga saat ini umumnya dilayani oleh Kapal Pelni, dan angkutan kapal ekspedisi. Sistem jaringan transprtasi makro inilah yang diharapkan dapat melayani arus barang untuk menunjang kawasan-kawasan perdagangan yang ada dalam wilayah Kota Bau-Bau, termasuk wisatawan yang ingin berkunjung ke Bau-Bau.

Kedepan, tumbuhnya kawasan-kawasan strategis Kota Bau-Bau seperti KIPPT Pulau Makassar akan menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung di Kota Bau-Bau (melalui sistem makro tersebut).

b. Sistem Mikro

Rencana sistem sirkulasi dan pergerakan mikro dimaksudkan untuk menemukenali kendala dan potensi serta lokasi-lokasi strategis pengembangan sistem transportasi di Kota Bau-Bau terutama dalam kaitannya dengan pengambangan KIPPT Pulau Makasar. Sistem transportasi di kota Bau-Bau dipengaruhi oleh berbagai aktivitas, terutama menyangkut adanya keterkaitan-keterkaitan fungsional meliputi keterkaitan ekonomi, fisik, dan sosial.

Sebagaimana dimuat dalam Masterplan Kota Mara, Bau-Bau (2005), pola pergerakan dan hubungan antar pusat-pusat dalam Wilayah Kota Bau-Bau dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 4.1. Secara umum, pola pergerakan dalam konteks hubungan antar pusat-pusat di Kota Bau-Bau dapat di bagi dalam 13 segmen pergerakan (hubungan A hingga M). Fungsi masing-masing BWK dan Pusat Pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

(16)

G, dan I. Berikut ini (Gambar 4.1) adalah ilustrasi pergerakan antar  kawasan tersebut.

Pola Pergerakan C:

• Menghubungkan antara Pusat Kota (BWK I) (Pelabuhan Murhum)

dengan BWK IV

• Pusat-pusat lain yang terhubungkan antara lain: antara Pusat Kota

(Pelabuhan Murhum) dengan Kawasan Pelabuhan Peti Kemas, industri, dan pergudangan, dan kawasan Pulau Makasar dan sekitarnya.

Gambar 4.1 Pola pergerakan dan hubungan antar pusat-pusat di Wilayah Kota Bau-Bau (Sumber: Laporan Masterplan Kotamara, 2005)

(17)

Tabel 4.2

Fungsi utama dan fungsi pendukung BWK-BWK dan Pusat–Pusat Pertumbuhan

Pusat/BWK Fungsi Utama Fungsi Pendukung BWK I Pelabuhan • Perdagangan

• Permukiman

BWK II Perdagangan • Pelabuhan • Permukiman

BWK III Perkantoran • Permukiman • Perguruan Tinggi • Rekreasi dan Resort • Bandara

BWK IV Industri* • Pergudangan • Terminal Bis • Permukiman

BWK V Pertanian Tanaman Pangan • Permukiman • Olahraga

BWK VI Kehutanan dan Perkebunan • Permukiman

Catatan:

• *RDTR Kota Bau-Bau memberikan fungsi utama industri pada BWK IV, namun perlu

dikaji lebih jauh menyangkut kelayakan teknis dan lingkungan.

Pola Pergerakan E:

• Menghubungkan antara Pusat Kota (BWK I) (Pelabuhan Murhum)

dengan BWK V (Kawasan Pertanian Tanaman Pangan di Bungi).

• Pusat-pusat lain yang terhubungkan antara lain: antara Pusat Kota

(Pelabuhan Murhum) dengan kawasan agrowisata, antara Lapangan Tembak dengan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan.

Pola Pergerakan G:

• Menghubungkan antara KIPPT Pulau Makasar dengan BWK IV

• Pusat-pusat lain yang terhubungkan antara lain: antara KIPPT Pulau

Makasar (melalui Terminal Wameo) dengan Kawasan Industri.

Pola Pergerakan I:

(18)

• Pusat-pusat lain yang terhubungkan antara lain: antara Kawasan Kota

Pantai (melalui Terminal Wameo) dengan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, Agrowisata, dll.

• Menghubungkan antara kawasan Lowu-Lowu dan sekitarnya dengan

Sentral Wameo

Pola pergerakan antar kawasan lainnya adalah jalur kapal feri yang menghubungkan antara Pelabuhan Feri di Kelurahan Batulo dengan Wamengkoli (Kabupaten Buton).

Di Kota Bau-Bau, sistem transportasi mikro umumnya dilayani melalui angkutan darat, yang dapat dibedakan atas angkutan dalam kota dengan trayek yang dilayani oleh jenis angkutan mikrolet, angkutan dalam kota non-trayek oleh mobil taxi dan motor ojek, dan angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP). Saat ini terdapat tujuh trayek yang meyebar dalam wilayah Kota Bau-Bau, yang berasal dari dua terminal: Wameo dan Lapangan Tembak, dan Pasar Nugraha (Tabel 4.3).

Tabel 4.3

Jenis dan trayek angkutan Kota Bau-Bau

Terminal Jenis Pelayanan

Trayek Panjang (km) Wameo Angkutan Kota

AKDP

Sentral Wameo – Unidayan PP Sentral Wameo – Keraton PP Sentral Wameo – Wakonti PP Sentral Wameo – Karya Baru PP Sentral Wameo – Lakologau PP Sentral Wameo – Lowu-Lowu PP

Pasar Karya Nugraha-Lowulowu ds pp Sentral Wameo – Wonco PP

Sentral Wameo – Batauga -Sampolawa PP

5 3 3 7 15 19 19 20 48 Lapangan Tembak

AKDP Lap Tembak – Pasarwajo Lap Tembak – Lasalimu Lap Tembak – Kamaru

48 91 98 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bau-Bau dalam RDTR Kota Bau-Bau (2004)

(19)

Dari Tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa hanya ada dua trayek yang menghubungkan antara terminal angkutan kota dengan kawasan yang akan dikembangkan, yakni Sentral Wameo – Lowu-Lowu PP, dengan jarak kurang lebih 19 km. Untuk Pulau Makasar, perjalanan harus melalui speed  boat  dari pelabuhan (Pel Murhum, Jembatan Batu, atau Wameo) atau melalui darat ke Lowu-Lowu dan kemudian menyeberang dengan perahu semut. Dari sisi pelayanan trasportasi, hal ini masih sangat kurang untuk kawasan ini. Sehingga, perlu pengembangan kawasan ini baik untuk Pulau Makasar maupun Lowu-Lowu dan sekitarnya.

Jika dipandang dari sisi kecepatan pertumbuhan kota, adanya peluang pengembangan ”Kota Satelit Lowu-Lowu” dan sekitarnya, dan upaya untuk mengantisipasi perubahan dan pertumbuhan yang pesat, serta adanya kebutuhan akan adanya kawasan industri perikanan dan pariwisata di kawasan ini, maka wacana pembangunan jembatan penyeberangan yang menghubungkan antara Pulau Makasar dan Lowu-Lowu merupakan suatu alternatif yang tepat. Prasana ini akan mempu mendukung berbagai aktivitas produksi pada kawasan ini serta dapat menjamin kelancaran mobilitas dari dan ke Pulau Makasar.

Implikasi selanjutnya, ini membuka peluang bagi dikembangkannya pelabuhan Feri pada kawasan ini yang melayani angkutan penyeberangan ke Waara (Wamengkoli) Kabupaten Buton. Tiga keuntungan akan didapatkan. Yang pertama adalah bahwa kekhawatiran akan penggunaan ruang melalui reklamasi secara berlebihan untuk pelabuhan dan peti kemas di wilayah permukiman (seperti saat ini) dapat dihindari. Yang kedua adalah bahwa jarak tempuh semakin dekat, dan yang ketiga adalah pengaruh musim barat (angin barat dan gelombang) terhadap pergerakan kapal dapat diminimalkan.

(20)

c. Rencana Pengembangan Jaringan Antar Kawasan

Sehubungan dengan rencana pengembangan KIPPT Pulau Makasar, maka pola pergerakan antar kawasan yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:

• Bypass Liabuku – Lowu-Lowu

• Alternatif pengembangan Pelabuhan Feri

• Jalur pergerakan dari dan ke lima titik: Pelabuhan Liwuto, Pelabuhan

Sukaneyo, Pelabuhan Lowu-Lowu, Pelabuhan Kalialia,dan Pelabuhan Perikanan Bekas Pelabuhan Mutiara.

Bypass Liabuku – Lowu-Lowu

Jalur Bypass Liabuku – Lowu-Lowu merupakan jalan arteri yang menghubungkan antara Kelurahan Liabuku dengan Kelurahan Lowu-Lowu lewat pesisir, tepatnya perbatasan antara zona estuari dengan daratan (upland) (lihat Gambar 4.2 berikut). Jalur tersebut dapat mengefisienkan waktu perjalanan dari kawasan kota ke Lowu-Lowu dan terus ke Pulau Makasar lewat darat. Efisiensi jarak ke pelabuhan Lowu-Lowu dari titik start dapat diilustrasikan sebagai berikut:

• Jarak lewat jalur yang sekarang : 6.8 km • Jarak lewat Bypass Liabuku – Lowu-Lowu : 3.7 km

(21)

Pelabuhan Feri 

Saat ini pelabuhan Feri berada di pesisir Kelurahan Batulo yang merupakan bagian dari Pusat Kota. Keuntungan utama adalah kedekatan pelabuha ini dengan pusat konsentrasi penduduk, dan dengan jangkauan hanya ke Wamengkoli. Namun, dalam perspektif perencanaan jangka panjang maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:

• Kawasan Pelabuhan Feri yang ada sekarang berada pada bagian

wilayah kota (BWKI) I yang tergolong padat, dan akan mempengaruhi lalulintas/pergerakan di darat.

• Jika rute akan dikembangkan ke beberapa titik dan dengan frekuensi

yang meningkat dan volume penumpang dan barang yang lebih besar, maka pertimbangan titik baru yang lebih strategis perlu dipikirkan.

• Secara teknis, pergerakan Feri ke dan dari Wamengkoli ke arah

utara barat daya bersilangan dengan gelombang Barat, terutama pada musim Barat (Desember hinga Februari ).

Kedepan, alternatif pengembangan Pelabuhan Feri dapat diarahkan ke Pelabuhan Mutiara (di Pulau Makasar) atau Pelabuhan Kalia-Lia, dengan pertimbangan sebagaimana dijelaskan pada bagian berikut.

Jalur Pergerakan Laut dari dan ke Lima Titik Pelabuhan di KIPPT 

Di kawasan yang direncanakan saat ini terdapat jalur pergerakan dari dan ke tiga titik pelabuhan di Pulau Makasar, yakni Pelabuhan Liwuto, Pelabuhan Sukaneyo, dan Pelabuhan Perikanan Bekas Pelabuhan Mutiara, dan dua di daratan, yakni Pelabuhan Lowu-Lowu dan Pelabuhan Kalia-Lia. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan rakyat, yang melayani lalulintas perahu nelayan berukuran kecil hingga sedang. Beberapa karakteristik utama pelabuhan tersebut dapat dilihat berikut ini (Tabel 4.4).

(22)

Tabel 4.4

Beberapa karakteristik utama pelabuhan di KIPPT

No Pelabuhan Kelebihan Kekurangan 1 Liwuto • Terlindung dari angin barat

• Cukup dalam

• Ruang tersedia sempit (untuk

pengembangan), barier  pemukiman

2 Sukanaeyo • Dekat dengan konsentrasi

pemukiman

• Ruang pengembangan

tersedia, meskipun agak terbatas

• Jangkauan ke berbagai titik

terbuka

• Terbuka dari angin barat

3 Mutiara Sangat terlindung dari angin barat

• Sangat dalam

• Ruang pengembangan

tersedia

• Barier topografi pantai, yang

agak landai 4 Lowu-Lowu • Dekat dengan konsentrasi

pemukiman

• Dapat ditempuh dengan jarak

pendek melalui Bypass

• Relatif terbuka dari angin barat • Relatif dangkal

• Relatif jauh dari garis pantai

(sekitar 150 meter) 5 Kalia-Lia • Dekat konsentrasi penduduk

• Terlindung dari angin barat • Sangat dalam

• Ruang pengembangan

tersedia

• Sangat strategis untuk

pengembangan Kota Sateli Lowu-Lowu

• Jangkauan ke berbagai titik

terbuka (barat, utara, dan timur 

• Dapat ditempuh dengan jarak

pendek melalui Bypass

• Topografi agak landai

4.4.2 Pergerakan Intra Kawasan

a. Jembatan Penyeberangan

Dalam perspektif jangka panjang dan untuk kepentingan aktivitas ekonomi, maka pembangunan jembatan penyeberangan Lowu-Lowu – Pulau Makasar merupakan salah satu alternatif untuk memperlancar pergerakan manusia dan barang dalam kawasan maupun ke luar dalam volume dan

(23)

intensitas yang besar. Di samping itu, jembatan penghubung tersebut dapat menjadi daya tarik bagi pengembangan kawasan ini, sejalan dengan rencana pengembangan Kota Satelit Lowu-Lowu. Gambaran dasar dari rencana Jembatan Penyeberangan tersebut disajikan pada Bagian tersediri dalam Masterplan ini.

b. Jalan Bypass

Jalan Bypass (sebagaimana dijelaskan sebelumnya) disamping memperlancar pergerakan antar kawasan juga akan memudahkan akses intra kawasan, yakni antara pusat-pusat permukiman yang ada dalam kawasan yang direncanakan.

c. Jalan Arteri Sekunder dan Kolektor Primer 

Saat ini, jalan yang menghubungkan antara Liabuku dan Kalia-Lia, serta Lowu-Lowu dan Palabusa merupakan jalan Kolektor primer. Mengingat perkembangan yang cukup pesat di kawasan ini, jalan-jalan tersebut perlu ditingkatkan menjadi jalan arteri sekunder, terutama Liabuku-Kalia-Lia dan dari simpangannya ke Lowu-Lowu.

d. Simpangan LIWULISA

Simpangan LIWULISA (LIabuku, Lowu-LoWU, KaLIa-Lia, PalabuSA), merupakan pertemuan jalan poros yang saat ini masih merupakan dua titik pertigaan (Alt-1 dan Alt-2). Dua pertigaan tersebut perlu dijadikan satu perempatan simpangan, yang diberi nama LIWULISA (istilah yang digunakan oleh Bapak Walikota). Sehingga, dalam penggabungan diperlukan pembuatan jalan baru melalui salah satu dari 2 alternatif (lihat garis putus-putus dalam Gambar 4.3). Alternatif 1 (Alt-1) adalah sepanjang 110 meter, sedangkan Alt-2 sepanjang 230 meter.

(24)

Gambar 4.3. Simpangan LIWULISA

e. Jalan Lokal

Di kawasan yang dikembangkan, terbuka kesempatan untuk mengembangkan jalan lokal dengan pola, hierarki, geometrik, dan alinement yang sesuai. Dalam masterplan ini, tidak dibuat secara spesifik rencana jalan lokal namun dirancang pola umum sebagaimana terlihat pada Peta Rencana Jalan. Pedoman tentang pengembangan sistem transportasi darat dijelaskan secara rinci pada bagian berikut ini.

4.4.3 Sistem Transportasi Darat

Sistem transportasi yang direncanakan meliputi aspek-aspek jaringan jalan, pusat-pusat pelayanan transportasi, serta moda angkutan transportasi darat. Strategi pengembangannya sebagai berikut:

• Penataan moda-moda transportasi yang menjadi prasarana/sarana

(25)

• Melakukan penataan fungsi dan hirarki jalan, rencana

pengembangan fisik jalan dan pusat-pusat pembangkit lalu lintas.

• Penataan distribusi fungsi dan lokasi pusat-pusat kegiatan

transportasi lokal maupun regional, sekaligus penataan rute yang disesuaikan dengan hirarki fungsi dan kapasitas jalan yang ada.

• Untuk mendukung berfungsinya pusat-pusat pelayanan yang

mempunyai skala pelayanan satu lingkungan atau lebih, perlu peningkatan daya hubung antar kawasan yang antara lain perlu peningkatan kondisi ruas-ruas jalan.

a. Pengembangan Jaringan Jalan Raya

Jaringan jalan adalah penghubung antar komponen-komponen kegiatan kawasan dan komponen kegiatan dengan kawasa lain. Di samping itu,   jaringan jalan suatu kawasan akan sangat mempengaruhi bentuk struktur 

tata ruang kawasan. Perencanaan jaringan jalan yang akan dikembangkan, harus didukung oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan jaringan jalan itu sendiri yaitu:

Pola Jaringan Jalan. Rencana pola jaringan jalan merupakan penelaahan terhadap pola jaringan jalan yang ada dibandingkan de-ngan kecenderungan pergerakan penduduk dan kawasan lainnya. Dari studi ini dapat ditentukan kelayakan pola jaringan, penggal-penggal jalan penunjang pola jaringan jalan, serta arahan bagi bentukan jaringan jalan baru. Pada saat ini pola jaringan jalan utama di Kota Mahalona berbentuk linier membentang sepanjang kawasan kota. Untuk rencana pengembangan jalan baru, arahan pengembangannya yaitu tetap mem-pertahankan jalan yang sudah ada karena adanya kendala topografi dan morfologi wilayah perencanaan serta bentuk wilayah yang relatif datar pada wilayah perkotaan.

(26)

Pola Pergerakan Penduduk . Pola pergerakan penduduk akan bergantung pada lokasi fasilitas, baik fasilitas yang sudah ada maupun fasilitas yang direncanakan, karena fasilitas tersebut akan merupakan tumpuan bagi pergerakan penduduk tiap harinya. Dengan demikian, pola pergerakan penduduk dan pola penggunaan lahannya dapat diketahui. Dengan mengetahui pola pergerakan penduduk yang ada saat ini dan di masa datang, maka dapat diketahui pola khusus pergerakan penduduk yaitu dengan melihat intensitas penggunaan lahan. Dengan demikian, pola pergerakan penduduk tersebut merupakan masukan bagi penentuan pola  jaringan jalan.

Hirarki Jalan. Untuk menunjang pola pergerakan kendaraan, maka diperlukan jaringan jalan yang berfungsi sebagai prasarana angkutan manusia dan barang. Jaringan jalan tersebut harus ditunjang dengan hirarki  jalan yang ditentukan berdasarkan fungsi jalan tersebut sebagai lintasan

pergerakan lokal kawasan dan regional.

Geometri jalan. Geometri jalan merupakan bentuk fisik kelengkungan, kecuraman, jari-jari tikungan dan sebagainya. Bentuk geometri jalan mempengaruhi desain kecepatan kendaraan di suatu jalan. Semakin tinggi hirarki fungsi jalan, semakin tinggi pula tingkat pelayanannya (semakin tinggi desain kecepatan).

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan, maka sistem jaringan jalan yang akan dikembangkan terdiri dari:

• Sistem jaringan primer yang meliputi jalan arteri, kolektor dan lokal.

Sistem jalan primer adalah jalan yang berfungsi menghubungkan antara pusat-pusat pe-mukiman dan kawasan-kawasan strategis dalam lingkup wilayah.

(27)

• Sistem jaringan sekunder yang meliputi jalan arteri, kolektor dan

lokal adalah jaringan jalan yang berfungsi menghu-bungkan antara pusat kegiatan dalam lingkup Kawasan.

Pengertian dari masing-masing fungsi jalan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan adalah sebagai berikut:

• Jaringan primer ; jaringan primer pada dasar-nya merupakan jalan

yang menghubungkan antar pusat-pusat pemukiman dan kawasan-kawasan strategis dalam lingkup wilayah. Adapun pengertian masing-masing tingkatan adalah:

 Jalan arteri primer berfungsi menghu-bungkan antar Kawasan

  jenjang satu dengan Kawasan jenjang dua tau antar kawasan strategis dengan jenjang satu.

 Jalan kolektor primer berfungsi menghu-bungkan antar Kawasan

 jenjang dua atau antar Kawasan jenjang dua dengan Kawasan  jenjang tiga

 Jalan lokal primer berfungsi meng-hubungkan antar Kawasan

  jenjang tiga, antar persil atau antar persil dengan Kawasan-Kawasan lainnya (jenjang satu, dua dan tiga).

• Jalan sekunder ; jalan sekunder merupakan jalan yang

menghubungkan pusat-pusat pelayanan dalam lingkup Kawasan dan antar ka-wasan kegiatan regional dalam Kawasan. Adapun pengertian masing-masing fungsi adalah sebagai berikut:

 Jalan arteri sekunder berfungsi menghubungkan antar pusat

Kawasan dengan kawasan kegiatan regional atau antar pusat Kawasan dengan pusat jenjang dua dengan lebar badan jalan 12-18 m.

 Jalan kolektor sekunder berfungsi menghu-bungkan antar pusat

(28)

 Jalan lokal sekunder berfungsi menghubungkan antar pusat

pelayanan jenjang tiga atau antar persil dengan perumahan dengan lebar badan jalan 5 meter.

b. Pertimbangan Pengembangan Jalan

Dasar pembentukan pola jaringan jalan di Kawasan KIPPT adalah:

• Bentuk dan kemiringan lahannya • Efisiensi pemanfaatan lahan • Kemudahan dalam sistem utilitas

• Aksesibilatas yang ditimbulkan lebih baik.

Tujuan utama dan prinsip-prinsip tersebut adalah terciptanya suatu jaringan  jalan yang terstruktur sehingga nyaman, bagi lalu lintas regional, internal

Kawasan, dan antar pusat lingkungan.

c. Rencana Geometrik Jalan

Rencana geometrik jalan diperlukan terutama dalam pembuatan rencana   jalan sehing-ga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan

yang optimal kepada pengguna jasa lalu lintas sesuai dengan fungsinya. Adapun dasar penentuan geometrik jalan adalah terutama hirarki jalannya yang dikutip dari peraturan geometri jalan. Hal-hal umum yang perlu diketahui berkaitan dengan geometrik jalan antara lain:

Penampang Melintang. Penampang melintang yang digunakan harus sesuai dengan klasifikasi jalan dan kebuthan lalu lintas yang bersangkutan. Juga harus diperhatikan lebar jalan yang sudah ada dan kemungkinan pelebaran di kemudian hari. Komponen penampang melintang ini meliputi lebar perkerasan jalan, lebar bahu, drainase dan penimbangan utilitas lain seperti adanya jaringan listrik, air minum dan limbah.

(29)

Pen

Penampampang ang HorHorisoisontantal.l. PePenanampmpanang g hohorisrisonontatal l ditditetetapapkakan n memem- m-per

perhithitungungkan kan penpenyedyediaaiaan n air air yanyang g cukcukup up serserta ta memempemperkerkecil cil pekpekerjerjaanaan tanah. Disamping itu perlu dipertimbangkan juga jari lengkung tikungan tanah. Disamping itu perlu dipertimbangkan juga jari lengkung tikungan (semakin besar jari lengkung untuk kecepatan yang sama, maka miring (semakin besar jari lengkung untuk kecepatan yang sama, maka miring tikungan yang diperlukan makin kecil) dan lebar perkerasan pada tikungan. tikungan yang diperlukan makin kecil) dan lebar perkerasan pada tikungan.

 Alinemen Vertikal.

 Alinemen Vertikal. Alinemen vertikal erat hubungannya dengan besarnyaAlinemen vertikal erat hubungannya dengan besarnya bi

biayaya a pepengnggugunanaan an kekendndararaaaan n sesertrta a jujumlmlah ah kekececelalakakaan an lalalu lu lilintntasas.. Meng

Mengingat ingat jalan menuju jalan menuju sebasebagian gian wilaywilayah ah KawaKawasan san KIPPT mempunyKIPPT mempunyaiai kelerengan yang relatif curam, maka rencana alinemen vertikal bagi jalan kelerengan yang relatif curam, maka rencana alinemen vertikal bagi jalan tersebut perlu diperhatikan.

tersebut perlu diperhatikan.

d. Rencana Penyediaan Fasilitas Transportasi d. Rencana Penyediaan Fasilitas Transportasi

Prasarana pengangkutan lainnya yang penting adalah terminal. Adapun Prasarana pengangkutan lainnya yang penting adalah terminal. Adapun fun

fungsi gsi dardari i terterminminal al adaadalah lah memeruprupakaakan n loklokasi asi bagbagi i penpengumgumpulpulan an dandan penyebaran penumpang dalam jumlah yang cukup besar dalam melayani penyebaran penumpang dalam jumlah yang cukup besar dalam melayani kebutuhan pergerakan penduduk. Ada dua alternatif pertimbangan lokasi kebutuhan pergerakan penduduk. Ada dua alternatif pertimbangan lokasi terminal pelayanan angkutan umum yaitu:

terminal pelayanan angkutan umum yaitu:

• Terminal yang berlokasi dekat dengan pusat kegiatan atauTerminal yang berlokasi dekat dengan pusat kegiatan atau •

• TerTerminminal al yayang ng berberloklokasi asi jaujauh h dardari i loklokasasi i puspusat at kegkegiatiatan, an, dimdimanaana

pusat lokasi terminal tersebut dibuat rute yang tumpang tindih untuk pusat lokasi terminal tersebut dibuat rute yang tumpang tindih untuk melayani kebutuhan pergerakan dari segala arah.

melayani kebutuhan pergerakan dari segala arah.

Ked

Kedua ua altalternernatiatif f pempemilihilihan an loklokasi asi tertersesebut but di di ataatas s perperlu lu digdigunaunakan kan jugjugaa pad

pada a penpenententuan uan loklokasi asi terterminminal al di di KawKawasaasan n KIPKIPPT. PT. AlteAlternarnatif tif perpertamtamaa digunakan untuk menetapkan lokasi terminal pembantu,

digunakan untuk menetapkan lokasi terminal pembantu, haltehalte dan terminaldan terminal ba

bararang ng ununtutuk k bobongngkakar r mumuat at babararang ng di di kakawawasasan n ininduduststri. ri. SeSemementntaraara alternatif kedua digunakan untuk menemukan lokasi terminal penumpang alternatif kedua digunakan untuk menemukan lokasi terminal penumpang Kawasan.

Kawasan.

Termi

(30)

Kawasan ke luar Kawasan dan sebaliknya. Sehingga di dalam terminal Kawasan ke luar Kawasan dan sebaliknya. Sehingga di dalam terminal akan terdapat pemisaha

akan terdapat pemisahan n fungfungsi si pelaypelayanan, satu anan, satu bagiabagian n termterminal inal untukuntuk angkutan Kawasan dan bagian lainnya untuk angkutan antar Kawasan. angkutan Kawasan dan bagian lainnya untuk angkutan antar Kawasan. Seperti telah dijelaskan di depan, terminal penumpang (antar Kawasan) Seperti telah dijelaskan di depan, terminal penumpang (antar Kawasan) be

belulum m tetersrsededia ia di di KaKawawasasan n KIKIPPPPT. T. UnUntutuk k ititu u peperlrletetakakan an tetermrminainal l didi kawasan darat dialokasikan di pusat Kawasan Lowu-Lowu, sedangkan di kawasan darat dialokasikan di pusat Kawasan Lowu-Lowu, sedangkan di Pulau Makasar dialokasikan dekat Jembatan Penyeberangan (yang saat Pulau Makasar dialokasikan dekat Jembatan Penyeberangan (yang saat iniini ada

adalah lah PasPasar ar SukSukanaanaeyoeyo) ) (li(lihat hat PetPeta a PolPola a PemPemanfanfaataatan an RuaRuang)ng). . YanYangg terakhir ini mengintegrasikan antara terminal dan pasar.

terakhir ini mengintegrasikan antara terminal dan pasar.

Pangk

Pangkalan alan Ojek.Ojek. PanPangkagkalan lan ojeojek k berberfunfungsi gsi untuntuk uk memmembanbantu tu tertermiminalnal Kawasan dalam melayani perjalanan dalam Kawasan. Terminal ini hanya Kawasan dalam melayani perjalanan dalam Kawasan. Terminal ini hanya merupakan titik stop dari jangkauan pelayanan terminal Kawasan, yang merupakan titik stop dari jangkauan pelayanan terminal Kawasan, yang lokasinya ditentukan pada titik-titik tertentu.

lokasinya ditentukan pada titik-titik tertentu.

e. Pedoman Pengaturan Rute

e. Pedoman Pengaturan Rute Transportasi KawasanTransportasi Kawasan

Dalam jangka panjang, tingkat pergerakan penduduk harus ditunjang oleh Dalam jangka panjang, tingkat pergerakan penduduk harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai oleh karena mobilatas yang tinggi sarana dan prasarana yang memadai oleh karena mobilatas yang tinggi s

sececaara ra titimmbbal al bbalalik ik aakakan n mmeneniningkgkatatkakan n ssekektotor r kkeegigiaatatan n ututamamaa pe

perKrKawawasasanananan, , yayaitu itu peperdrdagaganangagan n dadan n jajasasa, , ininduduststriri, , peperkrkanantotorarann pemerintahan dan lain-lain.

pemerintahan dan lain-lain. Konsentrasi kegiatan serta kondisi fisik jalanKonsentrasi kegiatan serta kondisi fisik jalan meny

menyebabebabkan kan adanyadanya a konskonsentraentrasi si pergepergerakan rakan kendkendaraan araan pada pada penggpenggalal   ja

  jalan lan tertertententu. tu. Hal Hal ini ini memenyenyebabbabkan kan volvolume ume lallalu u linlintas tas memeninningkagkat t dadann sebagai akibatnya terjadi kemacetan lalu lintas pada penggal jalan tertentu. sebagai akibatnya terjadi kemacetan lalu lintas pada penggal jalan tertentu. Kemacetan lalu lintas maupun keterlambatan lalu lintas secara timbal balik Kemacetan lalu lintas maupun keterlambatan lalu lintas secara timbal balik menjadi kendala perkem-bangan kegiatan sektor

menjadi kendala perkem-bangan kegiatan sektor perKawasanan.perKawasanan.

Per

Perencencanaanaan an jaljalan an sehseharuarusnsnya ya diradirancancang ng ununtuk tuk dadapat pat memenannangguggulanlangigi beba

beban n yang setara yang setara dengdengan an kemakemampuampuan n geomgeometeri dan eteri dan konskonstrukstruksi i jalanjalan supaya jalan itu dapat berfungsi dengan baik.

(31)

Sar

Saranana a dan dan praprasasaranrana a yanyang g memenunnunjanjang g perpergergerakakan an penpendudduduk uk adaadalahlah te

tersrsedediaianynya a kekendndararaaaan n pepenunumpmpanang g sesertrta a jajarinringagan n jajalalan. n. DaDaya ya cacapapaii an

angkgkututan an umumum um dadapapat t didiatatur ur dedengngan an memenanata ta rurute te anangkgkututan an umumumum seh

sehingingga mudaga mudah h dijdijangangkau kau oleh oleh konkonsumsumen dari setiaen dari setiap p puspusat-pat-pusausatt permukiman dan fasilitas umum. Rute angkutan umum dipertimbangkan permukiman dan fasilitas umum. Rute angkutan umum dipertimbangkan ber

berdadasarsarkan kan loklokasi asi pempembanbangkgkit it lallalu u linlintastas, , yaiyaitu tu kawkawasaasan n perperumaumahanhan,, perkan-toran, industri, perdagangan, pendidikan dan lain-lain. Disamping perkan-toran, industri, perdagangan, pendidikan dan lain-lain. Disamping itu, agar rute kendara

itu, agar rute kendaraan an umum dapaumum dapat melayani seluruh t melayani seluruh segmen Kawassegmen Kawasan,an, per

perlu lu dimdimanfanfaataatkan kan kebkeberaeradaadaan n termterminainal, l, yanyang g daldalam am perperencencanaanaan an iniini dialkokasikan di Lowu-Lowu dan di Pulau Makasar (Kelurahan Sukanaeyo). dialkokasikan di Lowu-Lowu dan di Pulau Makasar (Kelurahan Sukanaeyo).

4.4.4.

4.4.4. Rencana Jembatan Rencana Jembatan PenyeberangPenyeberangan (Lowu-Lowu-P. Makan (Lowu-Lowu-P. Makassar)assar)

Pen

Pengemgembanbangan gan kawkawasaasan n yanyang g potpotensensil il dardari i berberbagbagai ai asaspek pek sepsepertertii Pul

Pulau au MakMakasaasar r memmembutbutuhkuhkan an suasuatu tu peperenrencancanaan aan yanyang g mamatantang g dandan dal

dalam am perperspespektiktif f janjangka gka panpanjanjang. g. KawKawasaasan n yanyang g beberkerkembmbang ang harharusus s

seeggeerra a mmeemmiilliikki i ppeerreennccaannaaaan n pprraassaarraanna a wwiillaayyaah h ddeennggaann me

mempempertirtimbmbangangkan kan berberbagbagai ai asaspekpek, , baibaik k linlingkugkungangan n fisfisik, ik, ekekonoonomimi wilayah, sosial (dalam bentuk preferensi dan aspirasi masyarakat), dan wilayah, sosial (dalam bentuk preferensi dan aspirasi masyarakat), dan kec

kecenenderderungungan an perpergergerakaakan n mamanusnusia ia dan dan barbaranang, g, baibaik k intintra ra maumaupunpun antar kawasan.

antar kawasan.

Selat Lowu-Lowu – Pulau Makasar merupakan suatu segmen perairan Selat Lowu-Lowu – Pulau Makasar merupakan suatu segmen perairan yang patut mendapat perhatian, terutama bagi rencana pengembangan yang patut mendapat perhatian, terutama bagi rencana pengembangan pr

prasasararanana a pepenynyebebereranangagan n (j(jemembabatatan) n) kakarerena na bebebeberarapa pa hahal. l. YaYangng  pertama

 pertama, Kota Bau-Bau yang cenderung akan berkembang ke arah utara, Kota Bau-Bau yang cenderung akan berkembang ke arah utara (Lowu-Lowu dan sekitarnya) membutuhkan suatu rekayasa ruang agar  (Lowu-Lowu dan sekitarnya) membutuhkan suatu rekayasa ruang agar  terdapat daya tarik pada kawasan itu, sehingga percepatan distribusi terdapat daya tarik pada kawasan itu, sehingga percepatan distribusi pemanfaatan ruang ke kawasan-kawasan dengan aksesibilitas rendah pemanfaatan ruang ke kawasan-kawasan dengan aksesibilitas rendah dapat dimulai sedini mungkin.

dapat dimulai sedini mungkin. KeduaKedua, jumlah manusia yang bermukim di, jumlah manusia yang bermukim di Pulau Makasar saat ini

Pulau Makasar saat ini cukup besar (4.316 jiwa), cukup besar (4.316 jiwa), dengan kecenderungandengan kecenderungan per

(32)

Maka kepadatan pulau ini akan menjadi 29 jiwa/ha tahun 2012 dan 36 Maka kepadatan pulau ini akan menjadi 29 jiwa/ha tahun 2012 dan 36  jiwa/ha tahun 2017.

 jiwa/ha tahun 2017. KetigaKetiga, pertumbuhan kawasan akan meningkatkan, pertumbuhan kawasan akan meningkatkan mobilitas perekonomian bagi penduduk dengan jumlah tersebut di atas, mobilitas perekonomian bagi penduduk dengan jumlah tersebut di atas, dan pada saat

dan pada saat yang bersamaan maka pertimbanganyang bersamaan maka pertimbangan efisiensi pergerakanefisiensi pergerakan aka

akan n memenjanjadi di hal hal yayang ng utautama ma babagi gi pelpelakaku u bisbisnisnis.. Keempat Keempat , , adaadanyanya kemu

kemungkingkinan nan berkberkembaembangnyngnya a kawakawasan san ini ini menmenjadi jadi pusapusat t pendpendidikaidikann perikanan dan kelautan pada tataran wilayah Sultra, karena posisinya perikanan dan kelautan pada tataran wilayah Sultra, karena posisinya yang begitu strategis, baik dari segi aksesibilitas darat dan laut, maupun yang begitu strategis, baik dari segi aksesibilitas darat dan laut, maupun po

potetensnsi i peperirikakananan n yayang ng adada a di di sesekikitatarnrnyaya.. Kelima,Kelima, sasaat at inini i cucukukupp ber

berkemkembanbang g aspaspirairasi si mamasyasyarakrakat at seksekitaitar r tententantang g perperencencanaanaan an dadann realisasi jembatan

realisasi jembatan penyeberangan.penyeberangan.

Dengan demikian, dalam masterplan KIPPT Pulau Makasar, dibuat suatu Dengan demikian, dalam masterplan KIPPT Pulau Makasar, dibuat suatu ra

rancncanangagan n umumum um tetentntanang g pepembmbanangugunanan n jemjembabatatan n pepenynyebebereranangagan,n, ditambah dengan perspektif 3D (lihat Gambar 4.4 - 4.6 berikut). Diharapkan ditambah dengan perspektif 3D (lihat Gambar 4.4 - 4.6 berikut). Diharapkan rancangan tersebut akan menjadi dasar bagi rencana teknis detail (

rancangan tersebut akan menjadi dasar bagi rencana teknis detail (detailed detailed  engineering desain

engineering desain) dan studi ) dan studi analisis mengenai dampak lingkungan. Lebar analisis mengenai dampak lingkungan. Lebar  selat ini sekitar 900 meter (Gambar 4.4)

(33)

Gambar 4.4. Rencana jembatan penyeberangan

Gambar 4.5. Rencana jembatan penyeberangan (view dari atas)

Pasir Putih P. Makasar  Kawasan Rekreasi  Terminal & Pasar  Dermaga Lowulowu  R e n c a n  a J e m b  a t a n  P e n y e b  e r a n g a  n Pasar Lowulowu Pasir Putih Lowulowu Jembatan Penyeberangan (900 m) P. Makasar

(34)
(35)

4.5 Arahan Pengembangan dan Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang KIPPT Pulau Makasar dan Sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini, dan lebih jelasnya disajikan pada Buku Album Peta.

Dalam rencana pengembangan kawasan, alokasi komponen ruang utama KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya dibagi atas:

• Sub Kawasan Permukiman

• Sub Kawasan Rekreasi

• Sub Kawasan Perkantoran KIPPT

• Sub-Kawasan Olahraga

• Sub-Kawasan Pendidikan Pulau Makassar  • Zona (Sub Kawasan) Industri Perikanan • Sub Kawasan Budidaya Perikanan

• Zona Alur 

• Kawasan Terbuka Hijau

• Sub Kawasan Konservasi/Lindung

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen ruang dari rencana alokasi/pola pemanfaatan ruang tersebut.

(36)
(37)

Gambar 4.7. Pola pemanfaatan ruang KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya

Masterplan KIPPT Pulau Makasar dan Sekitarnya IV– 36

Laporan Akhir 

4.5.1 SubKawasan Permukiman

a. Jenjang Lingkungan Permukiman

Dalam perencanan kawasan, jumlah penduduk yang ditampung akan dibagi ke dalam beberapa lingkungan permukiman secara berjenjang. Pembagian lingkungan permukiman ini didasarkan pada standar pelayanan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dikeluarkan Departemen PU.

Berdasarkan jenjang tersebut, wilayah terbangun Kota Baubau telah dibagi ke dalam 6 BWK (Bagian Wilayah Kota) dengan penduduk pendukung antara 20.000 – 25.000 penduduk. Setiap BWK ini terdiri dari 4 – 5 lingkungan permukiman yang besarnya kira-kira setingkat dengan 4 RW

(38)

4.5.1 SubKawasan Permukiman

a. Jenjang Lingkungan Permukiman

Dalam perencanan kawasan, jumlah penduduk yang ditampung akan dibagi ke dalam beberapa lingkungan permukiman secara berjenjang. Pembagian lingkungan permukiman ini didasarkan pada standar pelayanan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang dikeluarkan Departemen PU.

Berdasarkan jenjang tersebut, wilayah terbangun Kota Baubau telah dibagi ke dalam 6 BWK (Bagian Wilayah Kota) dengan penduduk pendukung antara 20.000 – 25.000 penduduk. Setiap BWK ini terdiri dari 4 – 5 lingkungan permukiman yang besarnya kira-kira setingkat dengan 4 RW (Rukun Warga). Kawasan KIPPT Pulau Makasar dan sekitarnya merupakan bagian dari jenjang setingkat ini. Unit permukiman adalah unit lingkungan terkecil dalam kawasn setingkat RT yang menampung persil-persil berisi bangunan rumah dan pekarangan penduduk. Kepadatan wilayah terbangun/efektif rata-rata adalah sekitar 60 ji wa/ha.

b. Tinjauan Mengenai Pusat-Pusat Pelayanan

Pada pusat-pusat ini ditempatkan bangunan fasilitas sosial ekonomi untuk melayani penduduk kota/kawasan sesuai dengan wilayah pelayanan pusat tersebut. Fasilitas yang disediakan meliputi fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, pariwisata dan lain-lain. Jenis fasilitas yang disediakan pada tiap jenis pusat pelayanan adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 4.5 berikut.

(39)

Tabel 4.5

Jenis fasilitas yang dialokasikan di BWK IV dan V dan Kawasan KIPPT Pulau Makasar 

Skala Pusat Pelayanan

Fasilitas Kota

Jenis Fasilitas Keterangan Bagian

Wilayah Kota (BWK)

Pelayanan umum Kantor kelurahan, kantor pos pembantu, parkir umum dan MCK Puskesmas + BKIA, apotik

Pusat perbelanjaan

Tempat ibadah Mesjid, gereja, pura Lingkungan

permukiman

Pelayanan umum Taman bermain, pos hansip, balai pertemuan, parkir umum dan MCK SLTA Sudah tersedia di Kawasan KIPPT dalam bentuk SMK Perikanan dan Kelautan

SLTP Sudah tersedia Puskesmas pembantu Tersedia

Mesjid lingkungan Tersedia Pertokoan Belum ada

Sub-lingkungan Permukiman

Pelayanan umum Taman bermain, pos hansip, balai pertemuan, parkir umum dan MCK SD Tersedia di Kawasan KIPPT

TK Tersedia di Kawasan KIPPT Langgar Tersedia

Posyandu Tersedia Pertokoan Belum Unit

permukiman

Taman Cukup luas lahan untuk pengembangan

Warung Ada dalam jumlah yang sangat terbatas

Secara garis besar pengembangan sarana/fasilitas kota di Kota Baubau yang didasarkan pada jenjang/hirarki pelayanan kota terdiri dari:

• Fasilitas untuk skala pelayanan kota, di Pusat Kegiatan Kota,

dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 100.000 jiwa

• Fasilitas untuk skala pelayanan Bagian Wilayah Kota dengan jumlah

penduduk yang dilayani sebesar 20.000 jiwa – 25.000 jiwa

• Fasilitas untuk skala Lingkungan Permukiman dengan jumlah

penduduk yang dilayani sebesar 5.000 – 6.000 jiwa

• Fasilitas untuk skala pelayanan Sub-Lingkungan Permukiman

(setara RW) dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 1.500 – 2.000 jiwa

(40)

• Fasilitas dengan skala pelayanan Unit Permukiman (setara RT)

dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 150 – 250 jiwa

Pengelompokkan fasilitas ini dilakukan sebagai pertimbangan dalam penyebaran lokasi fasilitas tersebut. Fasilitas dengan skala pelayanan kota dan sub pusat kota harus ditempatkan di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau oleh penduduk, sedangkan fasilitas dengan skala pelayanan lingkungan ditempatkan sesuai dengan pola persebaran perumahan.

c. Kebutuhan Lahan untuk Permukiman

Sebagaiman ditunjukkan pada Peta Penggunaan Lahan, saat ini pemukiman di Pulau Makasar meliputi areal seluas 35 ha (Kelurahan Liwuto dan Kelurahan Sukanaeyo). Luasan tersebut hanya berbeda sedikit dengan hasil hitungan ideal luas lahan yang harus ditempati oleh penduduk sejumlah 4.316 jiwa untuk dua kelurahan tersebut (Tabel 4.6).

Tabel 4.6

Kebutuhan Perumahan di tiap Kecamatan Kawasan KIPPT (Tahun 2007)

Nama Kelurahan

Tahun 2007 Penduduk

Kav. Kecil Kav. Sedang Kav. Besar   Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Lowu-Lowu 1,830 220 7 110 7 37 3 Kolese 961 115 3 58 3 19 2 Kalia-Lia 2,000 240 7 120 7 40 4 Sukanaeyo 2,263 272 8 136 8 45 4 Liwuto 2,053 246 7 123 7 41 4 Total 9,107 1,093 33 546 33 182 16

Total Luas Lahan 82 Total Jumlah Kapling 1,821 Sumber: Hasil Analisis Tim Konsultan 2007 Keterangan Asumsi:

Rata-rata anggota keluarga 5 orang Satu keluarga menempati satu rumah

Proporsi jumlah kavling kecil : sedang : besar = 6 : 3 : 1

Gambar

Gambar 4.1  Pola pergerakan dan hubungan antar pusat-pusat di Wilayah Kota Bau-Bau (Sumber: Laporan Masterplan Kotamara, 2005)
Gambar 4.2. Jalan rencana jalur Bypass Liabuku – Lowu-Lowu
Gambar 4.3. Simpangan LIWULISA
Gambar 4.4. Rencana jembatan penyeberangan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian Rangkaian Sensor MPX5050 Pengujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembacaan sensor MPX5050 terhadap perubahan tekanan yang diberikan dengan penambahan volume

tugas yang telah diberikan oleh guru. Analisis Peran kepala sekolah danGuru Dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat dari-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul Analisis

Teknis pembinaan dengan rekaman video yaitu observasi rekaman video pembelajaran yang dilakukan melibatkan beberapa guru, dan pihak lain yang berkepentingan

Dari hasil analisis cooking properties mie kering dari campuran tepung mocaf-tepung gandum dapat diketahui bahwa cooking yield dan swelling indeks meningkat hingga

Berdasarkan praktikum derajat kerut tanah yang telah dilakukan, diperoleh hasil derajat kerut untuk tanah Andisol 0,034%; tanah Vertisol 0,058% ; Inceptisol -0,435%; Ultisol

Maintainability suatu peralatan dapat didefinisikan sebagai probabilitas dari komponen atau sistem yang gagal tersebut untuk bisa dipulihkan atau diperbaiki pada suatu kondisi

Dibutuhkanlah mekanisme penyimpanan data yang terorganisir dengan baik dan murah, dimana seluruh data terintegrasi dalam satu file server yang memliki kapasistas