• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI TANAMAN PENGHASIL PATIDI PEKARANGAN TANÈYAN LANJHÂNGUNTUK MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI TANAMAN PENGHASIL PATIDI PEKARANGAN TANÈYAN LANJHÂNGUNTUK MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI MADURA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI TANAMAN PENGHASIL PATIDI PEKARANGAN

TANÈYAN LANJHÂNGUNTUK MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH

TANGGA PETANI MADURA

Eko Setiawan1 dan Setiani2

1 Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2 Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Jl. Raya Telang, PO Box 2 Kamal, Bangkalan Telp. : 085608382887

Email: e_setiawan@trunojoyo.ac.id Abstrak

Pekarangan sangat berkontribusi bagi perekonomian rumah tangga petani karena mampu menyediakan kebutuhan sehari-hari, dan bahkan jika bisa dioptimalkan akan mampu meningkatkan ksejahteraan pemiliknya. Sampai saat ini penelitian tentang pemanfaatan tanaman pekarangan di Madura masih sangat terbatas. Keragaman pekarangan sangat besar atardaerah terutama disebabkan oleh faktor ekologi, tanah, iklim, dan budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan pekarangan di Madura. Penelitian dilakukan di empat kabupaten yang ada di Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep) pada pada periode 2014-2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman penghasil pati yang mendominasi pekarangan pada empat kabupatenadalah singkong dan talas. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di pekaranganlainnyaadalah kacang tanah dan kacang hijau. Hasil panen tanaman pangan sebesar 77.7 % dikonsumsi sendiri dan sisanya 18.2 % dijual.

Kata kunci: pekarangan tanèyan lanjhâng, tanaman pangan, Madura A. PENDAHULUAN

Pekarangan adalah areal yang mengitari tempat mengerjakan pekerjaan sehari-hari yang berkenaan dengan pengelolaan lanjutan hasil pertanian seperti menjemur kayu bakar dan padi, menumbuk padi serta dapat pula berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak. Pekarangan atau halaman di depan rumah dapat menunjukkan identitas suatu budaya masyarakatnya, yang dilihat dari jenis vegetasi yang sering mereka pergunakan dan pola pembagian pekarangan atau halamannya. Kondisi geografis Madura yang gersang menciptakan karakteristik asli masyarakatnya yang cenderung mandiri. Salah satu pola permukiman yang masih banyak ditemui pada saat ini adalah tanèyan lanjhâng yang secara harfiah berarti permukiman berhalaman panjang. Tanèyan lanjhâng adalah halaman yang dikelilingi oleh rumah dan bangunan yang lain (langgar, dapur, dan kandang). Pekarangan sering ditanami pohon buah-buahan, sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman hias, kayu, bambu, jagung, talas, ubi, dan tanaman belukar (Akuba and Mahmud, 1991; Kubota et al., 2003; Setiawan, 2015). Pola permukiman ini adalah suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluarga-keluarga yang mengikatnya. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapan (Sasongko, 2001).

Air di kawasan berkapursangat terbatas sehingga usaha bidang pertanian tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi secara cepat dan layak. Di Madura pada umumnya pekarangan masih dikelola dengan sederhana dan kurang mendapat perhatian. Padahal apabila pekarangan dimanfaatkan dengan baik, maka akan dapat memenuhi kebutuhan pangan (diversifikasi konsumsi) dan menambah penghasilan keluarga. Diversifikasi konsumsi pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya untuk meningkatan perbaikan gizi serta untuk mendapatkan

(2)

manusia yang berkualitas. Martianto, (2005) menunjukkan bahwa manusia untuk dapat hidup aktif dan sehat memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, dimana dapat dipenuhi melalui diversifikasi konsumsi pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan pekarangan terutama tanaman penghasil pati atau tanaman pangan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga petani di Madura.

B. METODE PENELITIAN

Pemanfatan pekarangan untuk kebutuhan penunjang rumah tangga di Madura pada sistem tanèyan lanjhâng dilakukan dengan pencatatan jenis tanaman yang tumbuh atau sengaja ditanam di pekarangan dan hasilnya dimanfaatakan untuk kebutuhan konsumsi secara langsung ataupun dijual untuk ditukar dengan barang kebutuhan lainnya. Penelitian survey ini dilaksanakan di kabupaten yang ada di Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep)pada tahun 2014-2016. Pada masing-masing kecamatan terpilih tiap kabupaten tersebut di ambil sampel sebanyak 12 pekarangan tanèyan lanjhâng. Tanaman yang terdapat di pekarangan tanèyan lanjhângdicatat jenisnya, kegunaan dan peranannya dalam menunjang pendapatan keluarga. Metode yang digunakan yaitu pendataan, wawancara, pada rumah warga yang terpilih yang dilakukan secara acak menurut metode Arifin (2013) dan Setiawan (2014). Pemilik dan pekarangan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu yang sudah mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada dipekarangan serta pembagian ruangan pada lahan.Penelitian ini menghitung indeks keragaman tanaman atau indeks biodiversitas dengan menggunakan rumus Shanon Weaver yaitu:(H) = - ∑ (ni/N) ln e (ni/N), dimana H: Indeks diversitas; N: Jumlah individu semua jenis; dan Ni : Jumlah individu setiap jenis. Dimana jika: H < 1 maka keanekaragaman rendah dan keadaan komunitas rendah; jika 1 < H < 3 artinya keanekaragaman sedang; dan jika H > 3 artinya keanekaragaman tinggi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa tanaman pangan yang diusahakan pada pekarangan tanèyan lanjhâng sebanyak 9 jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman lebih banyak variasi jenisnya pada pekarangan tanèyan lanjhâng kabupaten Sampang yaitu sebanyak 8 jenisdiikuti Kabupaten Sumenep dengan 7 jenis tanaman pangan (Tabel 1). Kabupaten Bangkalan paling rendah ragam atau species tanaman yang ditanam yaitu hanya 3 jenis, sedangkan kabupaten Pamekasan sebanyak 5 jenis. Di Kabupaten Sampang selain padi, pekarangan banyak ditanami kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau (Vigna radiata), dan singkong (Manihot esculenta) sebagai penyedia karbohidrat dan serat bagi keluarga tanèyan lanjhâng. Pada pekarangan tanèyan lanjhâng yang ada di Kabupaten Pamekasan petani lebih memilih komoditi pangan dari jenis singkong, kacang hijau dan talas. Sedangkan pada Kabupaten Sumenep petani hampir sama dengan Kabupaten Pamekasan mengusahakan 3 komoditi di atas ditambah kacang tanah. Dari Tabel 1 tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman singkong dan talas menjadi tanamanpilihan petani yang diusahakan di pekarangan tanèyan lanjhâng di semua kabupaten yang ada di Madura. Ubi jalar juga banyak diusahakan petani kecuali di Kabupaten Pamekasan. Tanaman jagung yang selama ini banyak dikenal sebagai tanaman khas Madura justru tidak ditemukan pada pekarangan tanèyan lanjhâng di Kabupaten Bangkalan. Beragamnya jenis tanaman pangan di kabupaten yang ada di Pulau Madura tersebut merupakan bentuk diversifikasi pangan.

Total sebanyak 81 tanaman pangan diusahakan di pekarangan Kabupaten Bangkalan dengan nilai indeks biodiversitas sebesar 0.93, yang berarti keragaman tanaman pangan penghasil pati di pekarangan Kabupaten Bangkalan rendah. Indeks biodiversitas di Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep tergolong sedang dengan nilai sekitar 1.28 – 1.55; dengan jumlah tanaman secara berurutan sebanyak 2659, 1558, dan 998 tanaman.

(3)

Tabel 1. Keanekaragaman Tanaman Pangan di empat kabupaten yang ada di Madura

N

o Nama ilmiah daerah Nama

Bangkalan Sampang Pamekasa

n Sumenep Ʃ Tan H Ʃ Ta n H Ʃ Ta n H Ʃ Ta n H 1 Arachis hypogaea Kacang tanah - - 400 0.32 65 0.13 388 0.37 2 Colocasia esculenta Talas 18 0.33 96 0.14 28 5 0.31 102 0.23 3 Dioscorea hispida Gadung - - 17 0.04 - - - - 4 Dioscorea alata Uwi - - - 14 0.06 5 Ipomoea batatas Ubi jalar 13 0.29 30 0.06 - - 40 0.13 6 Manihot esculenta Singkon g 50 0.30 336 0.30 718 0.36 78 0.20 7 Oryza sativa Padi - - 100 0 0.35 - - - - 8 Vigna radiata Kacang hijau - - 600 0.34 431 0.36 300 0.36 9 Zea mays Jagung - - 18

0 0.21 59 0.12 76 0.20

Jumlah 81 0.93 265

9 1.42 1558 1.28 998 1.55

Di Madura pola penanaman untuk halaman samping adalah tanaman ubi-ubian dan jenis tanaman pangan lainnya (Setiawan, 2016). Perbedaan yang jelas terlihat dari pola penanaman tanaman pekarangan yang diterapkan di pulau Madura dan di luar pulau Madura, dapat dilihat dari tingkat keanekaragaman jenis tanamannya, arah posisi rumah, tata letak dan penyebaran tanamannya. Di Pulau Madura umumnya pekarangan banyak ditanam dengan tanaman buah dan obat (Setiawan, 2015)sehingga menjadi ciri khas tata ruang pekarangan tanèyan lanjhâng Madura. Masyarakat Madura adalah masyarakat yang memiliki kekhususan. Secara geografi Madura adalah bagian dari wilayah propinsi Jawa Timur, tetapi Madura adalah satu wilayah budaya yang berbeda dengan Jawa. Pemikiran asal usul, posisi arah dan logika musim menjadi pertimbangan yang sangat mendasar pada penempatan struktur hunian dan pekarangan serta pemanfaatannya untuk kehidupan sehari-harinya.

Tanaman pekarangan memiliki struktur yang berbeda dari suatu tempat dengan tempat lain. Keragaman pekarangan pada tiap-tiap wilayah bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor edafik dan agroklimatnya. Faktor edafik salah satunya akan menentukan tingkat kesuburan dan ketersediaan hara yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Faktor agroklimat akan berpengaruh terhadap keragaman spesies tanaman yang dapat beradaptasi sehingga mampu menghasilkan sesuai potensinya. Kajian mengenai karakteristik biodiversitas tanaman di pekarangan pada beberapa jenis tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung lingkungan edafik terhadap keberlanjutan budidaya tanaman di pekarangan guna pengembangan komoditas.

Di daerah terpencil hasil pekarangannya biasanya digunakan untuk keperluan sendiri, keperluan sehari-hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun ternak, ditanam atau

(4)

diusahakan sendiri di pekarangan. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil produksi dari tanaman pangan sebagian besar dikonsumsi sendiri sebesar 77.7% dan sisanya dijual sebanyak18.2% dan sebanyak 4.2% membiarkan saja untuk dijadikan pagar atau tanaman peneduh.

Daerah maju dan perekonomian sudah lancar biasanya hasil pekarangan sebagian dijual, bahkan di kota-kota besar pekarangan dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan dengan menanam komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi yaitu buah-buahan, sayuran dan tanaman hias baik usaha pembenih tanaman maupun tanaman produksi. Pertimbangan dalam pemilihan dan pengembangan komoditas di lahan pekarangan harus disesuaikan pada kesesuaian tanah dan iklim, kebutuhan, nilai ekonomi, kecukupan air dan permodalan, supaya produktivitas dari masing-masing komoditas optimal sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan sebuah keluarga.

Tabel2. Pemanfaatan tanaman pangan hasil dari pekarangan

Kabupaten

Pemanfaatan Tanaman pangan

Jual Konsumsi dan Pagar Peneduh

Bangkalan 13.8 69.5 16.7

Sampang 20.0 80.0 0

Pamekasan 0 100.0 0

Sumenep 38.8 61.2 0

Rata-rata 18.2 77.7 4.2

Becker (1965) dalam formulasinya menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumah tangga yaitu proses produksi rumah tangga dan proses konsumsi rumah tangga. Produksi rumah tangga yang berasal dari pekarangan mempunyai pengaruh bagi konsumsi rumah tangga. Singh, et al., (1986) lebih lanjut menyatakan bahwa konsumsi pangan rumah tangga ada yang diperoleh dari produksi sendiri dan pembelian.Semakin beragam indeks berarti semakin beragam produksi pangan dan obat yang dihasilkan oleh rumah tangga petani. Keragaman produksi inilah yang diharapkan dapat meningkatakan keragaman konsumsi pangan dan peningkatan pendapatan.

Pulau Madura yang beriklim kering dan bertanah kapur menurut Rifai (2013) tanahnya mempunyai derajad kesuburan yang rendah akan menghasilkan tutupan vegetasi tanaman yang berwanda khas karena bernuansa kegersangan. Madura memiliki tanah yang tandus dimana air sulit diperoleh terutama pada saat musim kemarau. Air hujan yang ditampung pada bak, wadah serta kamar mandi merupakan solusi yang hingga saat ini diterapkan. Permukaan tanahnya didominasi oleh hamparan batu kapur putih. Karena keterbatasan air tersebut maka pengembangan pertanian di Madura mengalami kesulitan. Humaidi (2013) melaporkan bahwa tegal merupakan tipe utama pada pertanian di Madura. Desa di Madura dikelilingi atau tertutup oleh tegal. Sehingga salah satu wujud dari ekologi tegal tersebut adalah pola pemukiman penduduk yang berbentuk tanèyan lanjhâng. Di areal tegal tersebut orang akan tinggal dengan kelompok yang terdiri empat atau lima keluarga dalam sebuah pekarangan yang tersendiri, dikelilingi oleh dinding atau pagar. Unit dalam pekarangan tersebut terdapat tanaman dan ternak milik keluarga. Hampir seluruh kawasan pedesaan Madura terdapat banyak pemukiman tanèyan

lanjhâng, dimana satu pemukiman dengan pemukiman lainnya saling berjauhan atau terisolasi.

Keragaman tanaman pekarangan dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi tanaman, memiliki struktur tanaman dari pohon yang sangat tinggi hingga rerumputan yang menjadi penutup tanah. Keistimewaan struktur tanaman pekarangan dalam multi strata ini yaitu: pemanenan

(5)

matahari yang efisien, sinar matahari yang menerobos ke lapisan lebih bawah tetap dapat ditangkap oleh dedaunan pada kanopi strata yang lebih rendah. Selain itu penyerapan karbon yang lebih baik daripada struktur monokultur pada satu strata tanaman. Pengendalian erosi tanah lebih baik karena tajuk berlapis dapat menahan jatuhnya butir air hujan secara bertahap, oleh karena itu air hujan sampai di permukaan tanah dengan tekanan yang lebih lemah (Arifin, 2013). Keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan keragaman jenis dan pemanfaatan tanaman, hewan ternak dan jenis ikan. Berdasarkan fungsinya tanaman pekarangan dikelompokkan menjadi: 1) tanaman buah, 2) tanaman sayur, 3) tanaman hias, 4) tanaman obat, 5) tanaman rempah, 6) tanaman penghasil pati, 7) tanaman-tanaman lain seperti penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan dan peneduh (Arifin, 2013). D. PENUTUP

Perlu pengembangan pekarangan untuk kesejahteraan masyarakat petani dengan memanfaatkan tanaman pekarangan untuk dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual ke pasar. Upaya pengembangan pekarangan kedepan perlu dilakukan, yaitu denganintensifikasi pekarangan, penguatan kelompok wanita dalam intensifikasi pekarangan, dan peningkatan pengetahuan gizi wanita pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Akuba, R.H. and Z. Mahmud. 1991. Coconut based farming systems at homegarden. Industrial Crop

Res. J. Bogor. 4: 33-42.

Arifin, H.S. 2013. Pekarangan Kampung untuk Konservasi Agro-Biodiversitas dalam Mendukung Penganekaragaman dan Ketahanan Pangan di Indonesia. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Becker, Gary. S. 1965. A Theory Allocation of Time. The Economic Journal 75: 493-517.

Humaidi, Z. 2013. Model Budaya dan Pandangan Dunia Orang Madura: Tafsir Struktural atas Permukiman Tanean Lanjeng di Madura dalam Seserpih Garam Madura. UTM Press. Bangkalan.

Kubota, N., H.Y. Hadikusumah, O.S. Abdoellah and N. Sugiyama. 2003. Changes in Homegardens in West Java for Twenty Years (2) Changes in the Utilization of Cultivated Plants in the Homegardens.Prosiding.Sustainable Agriculture in Rural Indonesia: 123-137.

Martianto, D. 2005. Pengembangan Diversifikasi Pangan. Seminar Pengembangan Diversifikasi

Pangan. 21 Oktober. Bappenas. Jakarta.

Rifai, M.A. 2013. Memadurakan Pembangunan Madura dalam Seserpih Garam Madura. UTM Press. Bangkalan.

Sasongko, W. 2001. Perubahan Perumahan dan Permukiman Madura Perantauan Akibat Pembangunan, Studi Kasus: Dusun Alas Gedhe, Gunung Buring, Kabupaten Malang. Tesis. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Setiawan, E. 2014. Budaya Menanam Tanaman Buah-buahan di Pekarangan pada Masyarakat Madura dan Pemanfaatannya. Prosiding.Seminar Nasional: ‘Kacamata Sosial, Budaya,

Ekonomi, Agama, Kebahasaan dan Pertanian’ LPPM Universitas Trunojoyo Madura: 300-309.

Setiawan, E. 2015. Pemanfaatan Pekarangan di Madura untuk Menunjang Ketahanan Pangan dan Energy. Prosiding Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan II: 319-324.

Setiawan, E. 2016. Pemanfaatan Pekarangan Dengan Penanaman Tanaman Obat Dan Pangan Untuk Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Sampang. Prosiding Seminar Nasional

Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan III: 112-118.

Singh,I. L. Squire and J. Staruss. 1986. Agricultural Household Models. Extensions Aplications and

(6)

Gambar

Tabel 1. Keanekaragaman Tanaman Pangan di empat kabupaten yang ada di Madura

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang

T pada anak-anak di desa Boyongpante Dua 1,53 termasuk kategori rendah dan nilai rerata kadar fluor air sumur di desa Boyongpante Dua 3,54 ppm,dari hasil

Prosedur khitan wanita di Rumah Herbal sejalan atau sesuai dengan hadis Nabi dan medis yaitu memotong sebagian kecil dari selaput yang menutupi klitoris.. Tidak semua

Pengetahuan adalah kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penjodohan pola, yaitu dengan membandingkan data pola peran Humas atau aktivitas yang senyatanya terjadi di Biro

Dalam bukunya Hukum Perdata Indonesia, mencoba memberikan penjelasan secara rinci tentang ketentuan pasal-pasal dalam UU Perkawinan termasuk di dalamnya tentang kuasa asuh,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah di Bank Syariah ( non performing financing / NPFs) adalah suatu kondisi terjadinya penyimpangan dalam pengembalian

Adat istiadat sebagai bagian dari kearifan lokal masih dipegang dengan sangat kukuh oleh masyarakat Baduy, dan adat istiadat tersebut telah menjadi benteng diri bagi masyarakat