• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN

MEDIA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

Ni Putu Yuni Setyaningsih

1

, I Gusti Agung Oka Negara

2

,

Ida Bagus Gede Surya Abadi,

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: yunisetyaningsih0406@gmail.com, okanegaragustiagung@gmail.com suryaabadi31@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas melalui penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkretkelas VA SDN 22 Dauh Puri tahun ajaran 2015/2016 (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret kelas VA SDN 22 Dauh Puri tahun ajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 22 Dauh Puri yang berjumlah 33 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Instrumen pengumpulan data aktivitas belajar yang digunakan adalah lembar observasi dan instrumen pengumpulan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang digunakan adalah tes bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terjadi peningkatan aktivitas dari rata-rata persentase aktivitas siswa 70,28% yang tergolong sedang pada siklus I, meningkat menjadi 80,06% yang tergolong tinggi pada siklus II; dan (2) terjadi peninggatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yakni perentase rata-rata siklus I sebesar 71,39% yang berada pada kategori sedang dengan ketuntasan belajar secara klasikal 48,48%. Sedangkan pada siklus II persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 82,75% yang berada pada kategori tinggi dengan ketuntasan belajar secara klasikal 93,93%, atau sebanyak 31 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 33 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis menggunakan media konkret dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA SDN 22 Dauh Puri tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci: inkuiri, akivitas,kompetensi pengetahuan IPA

Abstract

The purposes of this classroom action research were: (1) to improve activity through the application of media-based inquiry learning concrete model of the VA grade students of SDN 22 Dauh Puri in academic year 2015/2016 (2) to improve the mastery of competence through the application of knowledge science inquiry learning model based concrete media classes VA SDN 22 Dauh Puri in academic year 2015/2016. Subjects in this study were students of VA of SDN 22 Dauh Puri and the total of the students were 33 students consist of 14 male students and 19 female students. Data collection methods that used in this research were observation methods and test methods. Learning activity data collection instruments that used were observation sheet and data collection instruments, mastery of knowledge competence Science used was multiple choice test. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method.The results of this study showes that: (1) an improvement in activity from an average percentage of 70.28% of student activity isclassifie as being

(2)

2

in the first cycle, improve to 80.06%, which is high on the second cycle; and (2) improvement mastery of competence Science knowledge that the average percentage of first cycle of 70,57%, which is in the category with the classical learning completeness 48.48%. While on the second cycle the average percentage of Science knowledge mastery of competence at 85,30%, which is at the high category with classical learning completeness 93.93% or 31 students complete from total of the students were 33 students. Based on these results it can be concluded that the application of the based inquiry learning concrete media model can be improved the activity of knowledge and mastery of competence Science of the VA grade students of SDN 22 Dauh Puri in academic year 2015/2016.

Keywords: Inquiry, activity, knowledge competence Science.

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia tercermin melalui sebuah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan yang meliputi pendidikan formal, informal dan non formal. Di dalam kegiatan pembelajaran formal di sekolah erat kaitannya dengan beberapa hal seperti pengajar, siswa, metode pembelajaran, rancangan pembelajaran, strategi, model dan kurikulum.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah dasar telah mengalami beberapa kali penyempurnaan. Dari kurikulum

KTSP yang sekarang telah

disempurnakan menjadi kurikulum 2013. Penyempurnaan kurikulum tidak sekedar untuk memperbaiki kesalahan atau menyempurnakan kekurangan, tetapi juga mencoba hal-hal baru, yaitu hal-hal yang secara konseptual, prosedural, dan kualitatif berbeda dengan yang biasa digunakan, inovasi tidak selalu berkenaan dengan sesuatu yang asing. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran dipayungi oleh sebuah tema yang mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pemisahan antar mata pelajaran tidak terlalu jelas terlihat. Kurikulum 2013 pembelajaran dilaksanakan memalui pendekatan saintifik untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan

seperti mengamati, menanya, menalar,

mengasosiasikan dan

mengkomunikasikan atau

mendemontrasikan. “Dalam

melaksanakan proses-proses tersebut bantuan guru sangat diperlukan, oleh karena itu kondisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diharapkan dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu” Daryanto, (2014:51).

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 diterapkan melalui pembelajaran berbasis tematik integratif pada seluruh jenjang kelas. Proses pembelajaran berangkat dari suatu tema yang menjadi acuan dasar. Tema tersebut merupakan gabungan dari beberapa muatan pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Salah satu muatan pelajaran yang diintegrasikan adalah muatan materi IPA. IPA merupakan salah satu muatan materi yang harus dikuasai oleh siswa secara optimal. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah pelajaran yang penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam masyarakat. “Sains atau IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan” Susanto, (2013:167). Tujuan muatan materi IPA dalam Kurikulum 2013 terangkum dalam 4 (empat) Kompetensi Inti yaitu Kompetensi Spritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan dan

(3)

3 Kompetensi Keterampilan. Untuk mencapai tujuan muatan materi IPA tersebut maka diperlukan pendekatan, strategi, model dan metode khusus yang nantinya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dalam mempelajari IPA

Menurut Trianto (2010 : 148) yang menyatakan bahwa Dengan pendekatan keterampilan proses, siswa dapat mempelajari IPA sebanyak yang dapat dipelajari dan ingin diketahui, Keterampilan proses dilatihkan atau dikembangkan dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peranan, (1) membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (3) meningkatkan daya ingat, (4) memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu, dan (5) membantu siswa mempelajari konsep - konsep sains. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membelajarkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang meneliti dengan suatu hal yang lebih kritis. Kompetensi merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan ketrampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Kosasih (2014:14) menyatakan kompetensi merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya mengandung banyak aspek (ranah). Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kosasih (2014:14) membagi kompetensi tersebut ke dalam beberapa ranah, yakni (1) kompetensi pengetahuan (kognitif), (2) kompetensi afektif, dan (3) kompetensi psikomotorik.

Kunandar (2013:159) menyatakan “Pengertian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang

meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Kegiatan pembelajaran harus di arahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah di rancang dalam kurikulum agar setiap siswa mampu menjadi pembelajaran mandiri sepanjang hayat. Kompetensi yang dijabarkan dalam kurikulum yakni dalam kurikulum 2013 adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Sedangkan menurut Kosasih (2014:16) “Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam keseluruhan mata pelajaran dalam satu tingkatannya”. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Dalam kurikulum 2013 patokan untuk menilai keberhasilan suatu pembelajaran yaitu ranah sikap, pengetahuan, serta keterampilan.

Tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dikatakan berhasil ditandai dengan pencapaian siswa terhadap indikator - indikator yang ditentukan serta adanya perubahan tingkah laku yang dicerminkan dari hasil belajar siswa serta pengalaman belajar siswa yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut Sani, (2014:76) “model, strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik, antara lain: pendekatan berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning), dan

pembelajaran berbasis proyek (project based learning)”. Pemilihan model atau metode pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dari siswa dan materi yang dipelajari. Pada umumnya, siswa menggunakan keterampilan yang berbeda-beda dalam model atau metode pembelajaran untuk pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning).

(4)

4 Salah satu model dalam pendekatan saintifik yang menekankan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran berbasis penelitian. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan ketrarmpilan serta perilaku lainya termasuk sikap dan nilai. Aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas Sardiman, (2011:96). Melihat betapa pentingnya aktivitas dalam suatu proses pembelajaran, maka hendaknya

dilakukan pembelajaran yang

memungkinkan siswa melakukan aktivitas belajar sehingga pembelajaran menjadi efektif bagi siswa.Seperti diungkapkan

Hamalik (2005:171) bahwa,

“Pembelajaran yang efektif adalah

pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar, dengan demikian disekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai jenis aktivitas yang dapat dilakukan siswa dalam membangun pengetahuannya. Sadirman, (2011:101) menggolongkan aktivitas siswa menjadi 8 yaitu : 1) Visual activites, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral

activities, seperti: menyatakan,

merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mendengarkan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. 4) Writing activities, misalnya: menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin. 5)

Drawing activities,

misalnya:memnggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut salah satu model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan hal-hal di atas adalah model Inkuiri. Menurut Abidin (2014:149) “model pembelajaran inkuiri salah satu model yang dikembangkan

agar siswa menemukan dan

menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman meraka tentang masalah, topik, atau isu tertentu”. Sebagaimana yang ditulis oleh Sanjaya (2008:196) menyatakan “model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kristis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik”. Adapun sintak model pembelajaran inkuiri yaitu (a) fase 1 menetapkan masalah, (b) fase 2 merumuskan hipotesis, (c) fase 3 melaksanakan eksperimen/penelitian, (d) fase 4 mengolah dan Menganalisis Data, (e) fase 5 menguji hipotesis, (f) fase 6 membuat simpulan umum, (g) fase 7 menyajikan hasil.

Penggunaan model ini menuntut siswa untuk mampu tidak hanya sekedar

menjawab pertanyaaan atau

mendapatkan jawaban yang benar. Model ini menuntut siswa untuk melakukan serangkaian investigasi, eksplorasi, pencarian, eksperimen, penelusuran dan penelitian. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang melibatkan minat dan menantang siswa untuk menghubungkan dunia nyata dengan kurikulum. Investigasi ini di fokuskan untuk memahami konsep-konsep IPA dan meningkatkan aktivitas siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari

(5)

5 proses ilmiah tersebut. Pembelajaran dengan model inkuiri merupakan model

pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan model inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan Setiap model atau metode memiliki keunggulannya masing-masing, begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri yang memiliki keunggulan. Menurut (Abidin, 2014:153) menyatakan bahwa keuggulan model inkuiri sebagai berikut 1) Dapat mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa secara mendalam dan menyeluruh. 2)

Menjembatani siswa dalam

mengonstruksi pengetahuannya sendiri. 3) Menghubungkan dan memerdekakan pembelajaran dan penelitian.4) Merupakan sarana mentransfer keterampilan dan pengetahuan ke dalam proses penelitian serta membina kemampuan berpendapat secara lebih kreatif. 5) Mengembangkan kepedulian, empati, dan toleransi para siswa.6) Memfasilitasi sharing keahlian antara anggota kelompok. 7) Mewadahi pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan. 8) Memberikan pengalaman yang luas bagi siswa dan sekaligus meningkatkan pemahaman yang luas dalam berbagai materi pembelajaran.

Hal tersebut akan membuat pembelajaran menarik dari suasana

pembelajaran maupun materi

pembelajaran karena siswa dihadapkan pada kegiatan percobaan yang membuat siswa tersebut merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan sehingga berdampak pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang akan meningkat.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan wali kelas VA yang

dilakukan pada tanggal 23 November 2015 di SDN 22 Dauh Puri mendapatkan informasi bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA cukup rendah. Dikatakan cukup rendah karena 63,06% siswa mendapat nilai yang kurang dari skala penilaian sesuai dengan ketuntasan minimal. Berbeda halnya apabila materi pelajaran yang disajikan berhubungan dengan percobaan atau penelitian secara langsung, siswa akan lebih tertarik dan mudah memahami materi pelajaran tersebut dan jika proses pembelajaran tersebut dibantu dengan media konkret maka akan lebih menarik perhatian dan mempercepat daya serap siswa dalam memahami pelajaran. Kurniawan (2011:135) media konkret atau media nyata merupakan media berupa objek sebernya dari materi yang dipelajari. Contoh implementasi menggunakan media konkret ketika menjelaskan materi tentang magnet. Bukan gambar magnet yang dilihat oleh siswa, tetapi magnet asli yang harus di bawa oleh guru untuk membantu menjelaskan mengenai magnet. Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai ( 2001:125) menyatakan bahwa media konkret terdiri dari makhuk hidup dan benda tak hidup, sehingga dapat dikatakan media konkret adalah media berupa benda dalam keaadaan sebenarnya dan seutuhnya.

Berdasarkan beberapa pengertian media konkret yang telah dikemukakan sebelumnya makan dapat di simpulkan bahwa media konkret adalah suatu media

berupa benda dalam keadaan

sesungguhnya yang terdiri dari benda hidup dan tak hidup, yang secara langsung dapat diamati, diraba, diresapi pada waktu berlangsungnya proses belajar.

Model pembelajaran inkuri menggunakan media konkret memiliki sebuah keterkaitan dalam proses pembelajaran dimana siswa belajar mengenai muatan materi IPA yang kegiatan tersebut berhubungan dengan percobaan sehingga siswa diminta untuk melakukan pembelajaran secara mandiri atau dengan bekerja dalam sistem kelompok yang diberikan suatu masalah dan dipecahkan dengan berbagai cara

(6)

6 menggunakan perantara media langsung/ benda nyata. Sehingga nantinya pengetahuan siswa dapat dibangun sendiri serta dapat meningkatkan aktivitas

dan penguasaan pengetahuan

kompetensi dengan menggunakan berbagai cara, contoh nya dengan mengguna media konkret sebagai sarana dan prasaraan saat proses pembejaran,

dimana media konkret dapat

menumbuhkan minat siswa dan memberi hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata.

Berdasarkan uraian tersebut, diadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Media Konkret untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kompetensi Pengetahuan IPA Kelas VA SDN 22 Dauh Puri Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 22 dauh puri dengan subyek penelitian adalah 33 orang siswa kelas VA yang terdiri dari 19 orang perempuan dan 14 orang laki-laki. Kelas VA dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang masih rendah. Hal ini terjadi karena di kelas tersebut terungkap permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan pada bagian latar belakang. Di samping itu, di sekolah belum pernah diadakan penelitian terkait dengan permasalahan tersebut, sehingga dirasa perlu melakukan penelitian di tempat ini. Objek penelitian ini adalah Aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas VA SDN 22 Dauh Puri ajaran

2015/2016 melalui penerapan

pembelajaran model inkuiri menggunakan media konkret.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara bersiklus. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Banyaknya siklus yang dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Setiap siklus dalam penelitian ini dirancang untuk empat kali pertemuan diantaranya tiga kali pertemuan untuk

melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiridan mengukur aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta satu kali pertemuan akhir siklus diadakan tes objektif. Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode tes. Data aktivitas belajar siswa di kumpulkan dengan mengunakan lembar observasi dan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa di kumpulkan dengan menggunakan tes. Data yang telah di kumpulkan baik data aktivitas maupun

data penguasaan kompetensi

pengetahuan IPA siswa dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dengan menggunakan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) serta metode Analisis deskriptif kuantitatif dengan cara analisis pengelolaan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilaksanakannya

penelitian, terlebih dahulu dilakukan wawancara serta pencatatan kondisi kelas. Untuk data pra siklus penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA SDN 22 Dauh Puri, dilakukan wawancara dengan wali kelas VA yang

menyatakan bahwa penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA siswa masih tergolong rendah. Karena pada setiap proses pengerjaan tugas baik individu atau kelompok hanya sedikit siswa yang mengeluarkan idenya yang orisinil. Hasil wawancara serta pencatatan menunjukkan bahwa terdapat masalah mengenai aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang rendah. Adapun hasil analisis pada refleksi awal sesuai dengan ketuntasan belajar menunjukan bahwa dari 33 siswa hanya 42,42% siswa berhasil mencapai kategori tuntas dan sebanyak 63,06% siswa berada pada kategori tidak tuntas.

Hasil analisis data aktivitas belajar IPA siswa pada siklus I diperoleh rata-rata aktivitas belajar pada pertemuan pertama sebesar 68,87 dengan persentase 68,87%. Pada pertemuan

(7)

7 kedua rata-rata aktivitas belajar mencapai 69,30 dengan persentase 69,30%. Terjadi peningkatan aktivitas belajar dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua sebesar 0,43%. Pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas belajar adalah 72,81 dengan persentase rata-rata sebesar 72,81%. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari pertemuan kedua ke pertemuan ketiga sebesar 3,51%. Persentase rata-rata aktivitas belajar pada setiap pertemuan kemudian ditentukan rata-ratanya untuk mengetahui persentase rata-rata aktivitas belajar pada siklus I. Diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 70,32%. Hasil tersebut kemudian dikonversikan ke dalam kriteria penggolongan aktivitas belajar IPA. Setelah dikonversikan ke pap skala lima persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa berada pada rentang 65-70 berarti termasuk kriteria cukup aktif.

Hasil analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I, diperoleh persentase nilai rata-rata (M) yaitu 71.39 yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 65-74 dengan kriteria sedang . Untuk nilai tengah (Me) dari data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa adalah 69,5 sedangkan nilai yang memiliki frekuensi terbanyak (Mo) adalah 67,55. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 48.48% dimana 16 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 33 siswa. Karena hasil analisis data siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA di kelas VA pada sisklus I belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II.

Berdasarkan kekurangan yang ada pada siklus I yaitu (1) persiapan pelaksaan pembelajaran yang masih kurang. (2) masih banyak siswa yang belum aktiv dalam mengerjakan tugas dan proses pelaksanaan pembelajaran (3) siswa belum terbiasa belajar menggunakan model inkuri berbais. (4) kurangnya media pembelajaran yang menyebabkan siswa merasa bosan saat menerima pembelajaran. (5) dalam

mengerjkan percobaan secara

berkelompok, dapat dikatakan siswa

belum mampu mengkoordinasi

kelompoknya dengan baik, terbukti

dengan kelompok yang hanya

mengandalkan siswa yang dianggap pandai di kelompoknya untuk mengerjakan tuga. Pelaksaan tindakan siklus II diupayakan untuk lebih baik lagi dan mengadakan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan pada siklus II, lebih diberikan motivasi untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, serta memeberikan pengawasan dan arahan kepada seluruh siswa agar mampu bekerja kelompok dengn baik.

Berdasarkan hasil analisis data aktivitas belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh rata-rata aktivitas belajar pada

pertemuan pertama mengalami

peningkatan. Pada pertemuan pertama mencapai 74,75 dengan persentase 74,75%. Pada pertemuan kedua rata-rata aktivitas belajar mencapai 79,90 dengan persentase 79,90%. Terjadi peningkatan aktivitas belajar dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua sebesar 5,15%. Pada pertemuan ketiga rata-rata aktivitas belajar adalah 85,54 dengan persentase rata-rata sebesar 85,54%. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari pertemuan kedua ke pertemuan ketiga sebesar 5,64%. Persentase rata-rata aktivitas belajar pada setiap pertemuan kemudian ditentukan rata-ratanya untuk mengetahui persentase rata-rata aktivitas belajar pada siklus II. Diperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah 80,06%. Hasil tersebut kemudian dikonversikan ke dalam kriteria penggolongan aktivitas penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Setelah dikonversikan, persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa berada pada rentang 80-89 dan termasuk kriteria aktif. Hasil analisis data aktivitas belajar IPA pada siklus II ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Hasil analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II, diperoleh persentase

(8)

8 nilai rata-rata (M) yaitu 84,87 yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 80-89. Untuk nilai tengah (Me) dari data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa adalah 86,44 sedangkan nilai yang memiliki frekuensi terbanyak (Mo) adalah 87,56. Ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 93,93% dimana 31 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu

33 siswa. Karena hasil analisis data siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian dapat dihentikan. Secara hasil analisis data yang dilakukan mengenai perolehan nilai aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. 1 Tabel Data Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Dari Siklus I Dan Siklus II

Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan

Aktivitas belajar 70,32 % 80,06% 9,74% Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 71,39% 84,87% 13,48% Ketuntasan klasikal 48,48% 93,93% 45,45%

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi

pengetahuan IPA pada siswa kelas VA SDN 22 Dauh Puri. Data peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat juga dilihat dalam bentuk grafik di bawah ini.

Persentase

4.1 Grafik Peningkata Aktivitas Belajar, Prasiklus dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VA SD Negeri 22 Dauh Puri

Mencermati peningkatan yang terjadi baik ditinjau dari aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan model pembelajaran

Inkuiri berbasis menggunakan media konkret memberikan kemajuan yang positif untuk peningkatan keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktivitas Belajar IPA penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Ketuntasan Klasikal siklus I siklus I2

(9)

9 pendidikan yang baik. Model pembelajaran Inkuiri berbasis media dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA karena pembentukan

kelompok secara heterogen

memungkinkan siswa untuk bertukar ide maupun pendapat sehingga siswa yang lebih mampu dapat membantu siswa yang kurang dalam memahami suatu muatan materi.

Dari uraian diatas, terdapat beberapa temuan yang menonjol dan berpengaruh langsung dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbasisi menggunakan media konkret dapat dibahas secara singkat sebagai berikut. (a) Dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbasis menggunakan media konkret dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA di kelas VA karena, siswa diberikan kesempatan untuk membangun sikap percaya diri untuk melakukan suatu penemuan melalui percobaan bersama kelompok. (b) Adanya kegiatan diskusi kelompok sebelum melaksanakan tes, dapat memudahkan siswa untuk lebih memahami muatan materi IPA yang dipelajari. Hal tersebut disebabkan adanya berbagai pendapat positif dalam interaksi siswa dengan siswa maupun dengan kelompok.

Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian temuan penelitian Sunarti (2013) yang berjudul “penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Karya Putra surabaya” Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Santiasih yang berjudul “pengaruh penerapan model inkuiri terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No 1 kerobokaan”. Menyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa.

Dari uraian yang telah di paparkan adanya peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang di peroleh pada siklus II sudah

mencapai indikator keberhasilan yang di tetapkan yaitu 80%. Maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya penelitian yang dilakukan ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan 4 kali pertemuan sudah berhasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret pada muatan materi IPA secara efektif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 22 Dauh Puri. Hal ini terlihat dari nilai persentase rata-rata aktivitas pada siklus I mencapai 70,32% berada pada kriteria cukup aktif dan nilai rata-rata aktivitas pada siklus II mencapai 80,06% berada pada kriteria aktif. Hal ini berarti, bahwa model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret sangat baik diterapkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret pada muatan materi IPA secara efektif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA SDN 22 Dauh Puri. Hal ini terlihat dari nilai persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I mencapai 71,39% dari 33 siswa sudah 16 siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar dan nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus II mencapai 84,87% dari 33 siswa sudah 31 siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini berarti, bahwa model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret sangat baik diterapkan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA.

Berdasarkan perolehan data hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA serta peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal, maka diajukan saran-saran sebagai berikut. a) Kepada Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan menerapkan model pembelajaran Inkuiri menggunakan media

(10)

10 konkret sebagai salah satu alternatif untuk mencapai hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi yang optimal dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik. b) Kepada Sekolah, Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi Sekolah dengan pengambil kebijakan dalam memotivasi guru agar selalu melakukan perbaikan pembelajaran dan mengangkat predikat nama sekolah di lingkungan sekolah-sekolah lainnya. c) Kepada Peneliti Lain, Bahwa Penerapan model pembelajaran inkuiri menggunakan media konkret dapa meningkatkan aktivitas belajar dan penguasan kompetensi pengetahuan IPA bisa digunakan sebagai tolak ukur untuk melakukan penelitian yang relevan selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Yunus 2014 .Desain Sistem

Pembelajaran Dalam Konteks

Kurikulum 2013.Bandung

:RefikaAditama.

Daryanto.2014. Pendekatan

Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media

Hamalik Oemar. 2005 .Proses Belajar

Dan Pengajaran .Jakarta :PT

BumiAksara

Kunandar.2013LangkahMudahPenelitianT indakanKelasSebagaiPengembang

Profesi Guru. Jakarta: Raja

GrafindoPersada

Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran

Terpadu Teori, Praktik, dan

Penelitian, Bandung: Pustaka

Cendekia Utama

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya

Sani, Ridwan Abdullah. 2014.

Pembelajaran Saintifik Untuk

Implementasi Kurikulum 2013 . Jakarta. Bumi Aksara

Sardiman. 2011. Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada

Sanjaya,Wina 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan (Jakarta

:Kencana ,2008)

Susanto, Ahmad.2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Kencana Prenada Media

Grup.Jakarta

Sudjana, Nana dan Rival Ahmad 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru bandung

Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif Dan Kontektual , (Jakarta : Kencana ,2014 )

---, 2010. Model Pembelajaran Terpadu , (Kencana Prenada Media Grup.Jakarta )

Gambar

Tabel 1. 1 Tabel Data Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Kompetensi  Pengetahuan IPA Dari Siklus I Dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan Biaya Aktivitas Produksi Ribbed Smoked Sheet untuk Mencapai Efisiensi dengan Pendekatan Metode Aktivity Based Manajement (ABM) pada PT, Perkebunan Nusantara VII

[r]

Rumah sakit dengan komitmen sumber daya manusia yang tidak kuat, maka peran pemimpin dalam proses penyusunan rencana strategis menjadi penting.. Peranan Pemimpin

Salah satunya adalah dengan melakukan transfer pricing.Ketika perusahaan asing menjadi pemegang saham pengendali, pemegang saham pengendali asing dapat menjual

PENGEMBANGAN ALAT UKUR VERTICAL JUMP TEST BERBASIS SENSOR Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 54

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS RETURN ON ASSETS, RETUR ON

Dari segi layanan kepada wakif agar dapat berwakaf uang, KJKS BMT AL-FATTAH menempuh dua layanan: pertama layanan secara langsung yaitu dengan cara wakif datang

Pada malakah ini, dikembangkan konsep dasar antena array fasa 10 x 10 elemen dengan mengoptimasi arah pancaran utamanya (elevasi dan azimuth) ke satelit komunkasi yang dituju,