Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Didukung
ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN &
INVESTASI
DAFTAR ISI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ... 1
PENGANTAR ... 1
I. ANALISIS HORIZONTAL ... 1
II. ANALISIS VERTIKAL ... 2
III. ANALISIS RASIO ... 2
IV. KATEGORI RASIO KEUANGAN ... 3
IV.1. Rasio Likuiditas ... 3
IV.2. Rasio Pembiayaan: ... 4
IV.3. Rasio Aktivitas: ... 4
IV.4. Rasio Kinerja: ... 5
V. EVALUASI RASIO KEUANGAN ... 6
VI. ANALISIS DUPONT ... 6
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Learning Objectives:
Peserta dapat memahami kegunaan Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan untuk menghasilkan keputusan investasi yang terbaik dengan belajar menerapkan langkah-langkah beberapa metode analisis.
PENGANTAR
Setelah mengenal akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan pada sub modul sebelumnya, dalam sub modul ini kita akan mengenal lebih jauh bagaimana cara menganalisa data keuangan tsb agar dapat menilai kondisi perusahaan untuk menghasilkan keputusan investasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan analisa laporan keuangan perusahaan, seperti analisa horizontal, vertikal, serta penggunaan beberapa rasio. I. ANALISIS HORIZONTAL
Disebut juga dengan Trend Analysis. Adalah metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan suatu pos (akun) pada laporan keuangan di dalam satu periode terhadap pos yang sama di periode sebelumnya. Periode yang menjadi patokan biasanya adalah tahunan atau kuartalan. Contoh:
Berdasarkan contoh Neraca Keuangan diatas, apabila digunakan metode analisis horizontal, kita dapat mengetahui bahwa peningkatan Aset (Total Assets) perseroan yang mencapai 15% lebih banyak disebabkan oleh peningkatan Laba ditahan (Retained Earning), karena jumlah Hutang (Long Term Liabilities) mengalami penurunan 1,9%. Metode ini juga dapat diterapkan pada Laporan Laba Rugi untuk melihat pertumbuhan Penjualan, Laba, dst. II. ANALISIS VERTIKAL
Disebut juga Common Size Analysis. Adalah metode analisis dengan membandingkan 2 pos (akun) dalam periode yang sama. Pos (akun) Total Aset dan Pendapatan Penjualan biasanya menjadi faktor pembagi utama dalam metode ini. Contoh:
Dari contoh Laporan Laba Rugi diatas, kita dapat mengetahui bahwa Marjin Laba Kotor dan Laba Bersih yang mengalami peningkatan menunjukkan perseroan sedang mengalami pertumbuhan bisnis yang positif dan menguntungkan. Metode ini juga dapat digunakan pada Neraca Keuangan, misalnya dengan membandingkan Hutang Jangka Panjang terhadap Modal (Ekuitas).
III. ANALISIS RASIO
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan (emiten) dalam suatu periode tertentu. Aktivitas ini kemudian dituangkan dalam angka, baik dalam mata uang Rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka ini menjadi lebih berarti apabila diperbandingkan antara satu pos (akun) dengan yang lainnya. Setelah melakukan perbandingan, kemudian dapat diperoleh kesimpulan mengenai posisi keuangan suatu emiten untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama Analisis Rasio Keuangan.
Apabila analisis Horizontal dan Vertikal terbatas pada satu emiten atau beberapa periode saja, maka Analisis Rasio dapat membandingkan kinerja keuangan antar emiten, maupun terhadap sektor industrinya. Rasio menghubungkan pos-pos yang terdapat pada laporan keuangan, baik itu antara laporan laba rugi dengan laporan laba rugi, laporan laba rugi dengan neraca, ataupun antar pos yang ada di dalam neraca. Analisis rasio memberikan pemahaman yang lebih baik dalam membandingkan kinerja keuangan emiten untuk tiap periodenya.
Seorang manajer harus berhati-hati dalam menilai apakah suatu rasio baik atau buruk dalam menyimpulkan penilaian atas suatu perusahaan berdasarkan suatu perangkat rasio-rasio. Apabila analisis rasio keuangan suatu perusahaan menunjukkan pola yang berbeda dengan norma-norma sektor industrinya, tidak berarti hal ini menunjukkan ada yang kurang beres dengan perusahaan tersebut. Sebaliknya, kesamaan dengan rasio-rasio sektor industri bersangkutan tidak menjamin bahwa perusahaan berjalan dengan normal dan dikelola dengan baik.
IV. KATEGORI RASIO KEUANGAN
Banyaknya jumlah pos pada laporan keuangan perusahaan yang dapat diperbandingkan satu sama lain untuk menampilkan kinerja perusahaan pada akhirnya juga menghasilkan banyak rasio keuangan. Berikut ini adalah pembagian rasio keuangan berdasarkan 4 kategori besar, yaitu: Rasio Likuiditas, Pembiayaan, Aktivitas, dan Kinerja.
Sumber: Investopedia
Tautan: http://www.investopedia.com/university/ratio-analysis/using-ratios.asp
IV.1. Rasio Likuiditas: mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar pokok kewajiban jangka pendek dan bunga kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi rasionya, maka perusahaan dianggap memiliki margin of safety yang cukup tinggi pula. Disebut juga Liquidity Warning Ratio, terdiri dari:
a. Acid Test: mengukur kecukupan aset lancar perusahaan (yang dianggap likuid) untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Dikenal juga dengan quick ratio. Dianggap lebih baik dari current ratio, karena mengeluarkan
Inventory, yang dianggap kurang likuid, dari perhitungan asset lancar.
b. Interest Coverage: menjelaskan tingkat kemudahan suatu perusahaan untuk membayar bunga atas pinjamannya. Disebut juga times interest earned.
c. Working Capital: dapat mengukur kecukupan aset lancar suatu perusahaan yang dapat menutupi kewajiban lancarnya.
Cash + Acc Rcvbl + ST Investments Current Liabilities
Acid Test =
EBIT
Interest Expense Interest Coverage Ratio =
Current Assets Current Liabilities Working Capital Ratio =
IV.2. Rasio Pembiayaan: menunjukkan besarnya pembiayaan terhadap modal atau penghasilan perusahaan, sehingga dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya. Disebut juga Financing Ratio, atau Financial Leverage Ratio. Terdiri dari:
a. Debt to Equity Ratio: mengindikasikan besarnya hutang yang digunakan perusahaan untuk permodalannya dalam menjalankan bisnis. Mencakup
short-term dan long-short-term debt. Debt-to-equity ratio yang meningkat
mengindikasikan pembayaran bunga yang meningkat, sehingga pada suatu titik tertentu dapat mempengaruhi peringkat kredit perusahaam, dan membuatnya semakin mahal untuk memperoleh pinjaman baru (berupa obligasi atau pinjaman bank).
b. Debt to Asset Ratio: menunjukkan besarnya asset yang diperoleh dari hutang. Semakin besar rasionya dapat diartikan perusahaan memiliki resiko keuangan yang juga besar.
c. Solvency Ratio: mengukur kecukupan Cash Flow perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang dan jangka pendeknya. Dianggap dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan masalah (solvency), terutama yang terkait dengan hutang.
IV.3. Rasio Aktivitas: mengukur kemampuan perusahaan untuk merubah aset dan modal yang dimiliki untuk dijadikan Kas atau Penjualan. Terdiri dari:
a. Asset Turnover: mengukur besarnya pemanfaatan aset oleh perseroan untuk dijadikan pendapatan penjualan.
b. Average Collection Period: memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh perseroan untuk menerima pembayaran atas piutangnya.
Total Debt Total Equity Debt to Equity = Total Debt Total Asset Debt to Asset =
Net Income + Depreciation ST Liab + LT Liab
Earning After Tax + Depreciation ST Liab + LT Liab Solvency Ratio = Solvency Ratio = Revenue Total Assets Asset Turnover =
Days x Avg Amount of Acc Receivables Net Credit Sales During The Period Avg Collection Period =
Rata-rata piutang dihitung dari rata-rata saldo piutang pada awal dan akhir tahun.
c. Inventory Turnover: menunjukkan berapa kali persediaan dapat dijual dalam suatu periode tertentu.
Rata-rata Persediaan dihitung dari rata-rata saldo Persediaan pada awal dan akhir tahun.
IV.4. Rasio Kinerja: mengukur kinerja perseroan pada suatu periode tertentu, terhadap periode sebelumnya. Rasio ini tidak akan banyak berguna apabila tidak dibandingkan terhadap perseroan lain yang ada di dalam satu sektor industri. Pada dasarnya memiliki metode yang sama seperti pada Analisa Vertikal. Terdiri dari:
a. Earnings Per Share =
b. Price to Earnings =
c. Book Value Per Share =
d. Price to Book Value =
e. Return on Assets =
f. Cash Return on Assets =
g. Dividend Payout Ratio =
h. Dividend Yield =
i. Gross Profit Margin =
Sales Inventory COGS Avg Inventory Inventory Turnover = Inventory Turnover = Net Income Outstanding Shares Share Price EPS
Total Common Equity Outstanding Shares Share Price
BVPS Net Income Total Assets
Cash Flow from Operation ROA
Total Dividend Net Income Dividend Per Share
Share Price Gross Profit
j. Net Profit Margin =
k. Return on Equity =
V. EVALUASI RASIO KEUANGAN
Berikut ini adalah tabel yang menterjemahkan secara singkat bagaimana kinerja perusahaan apabila suatu rasio keuangan mengalami kenaikan atau penurunan.
VI. ANALISIS DUPONT
Persamaan DuPont memberikan cara lain dalam melakukan analisis terhadap ROE, di mana ROE dibagi-bagi berdasarkan komponen pembentuknya untuk kemudian dilakukan analisis terhadap masing-masing komponen tsb, agar dapat diketahui pada area mana kinerja perusahaan perlu untuk ditingkatkan.
Penjelasan:
Net Income Revenue
Net Income
Total Shareholder's Equity
Rasio Perubahan Kinerja
Perusahaan Rasio Likuiditas
Acid Test Naik Baik
Interest Coverage Naik Baik
Working Capital Naik Baik
Rasio Pembiayaan
DER Naik Kurang Baik
Debt to Asset Naik Kurang Baik
Solvency Naik Baik
Rasio Aktivitas
Asset Turnover Naik Baik
Average Collection Period Naik Kurang Baik
Inventory Turnover Naik Baik
Rasio Kinerja
EPS Naik Baik
P/E Naik Kurang Baik
BVPS Naik Baik
P/BV Naik Kurang Baik
ROA Naik Baik
Cash ROA Naik Baik
DPR Naik Baik
Div Yield Naik Baik
Gross Profit Margin Naik Baik
Net Profit Margin Naik Baik
Sumber: Alex Drost
Tautan: http://alexdrost.blogspot.co.id/2014/04/dupont-analysis.html
Bentuk yang paling sederhana dari metode analisis DuPont adalah membagi ROE menjadi dua bagian, yaitu ROA dan Financial Leverage Ratio. ROA dapat dilihat sebagai ukuran seberapa efisien perusahaan memanfaatkan aset yang mereka miliki sementara Financial Leverage Ratio menunjukkan porsi jumlah utang yang dapat membentuk atau mempengaruhi ekuitas perusahaan.
Ini menunjukkan bahwa perubahan dalam ROE dapat dihubungkan ke salah satu perubahan dalam ROA atau jumlah utang (leverage) yang digunakan dalam bisnis. Setelah mengetahui persamaan dasar ini, kita dapat melanjutkan untuk memecahnya. Berikutnya adalah memecah ROA menjadi dua faktor yang terpisah, yaitu Net Profit Margin dan Asset Turnover.
Dalam melakukan penjabaran ini, kita masih belum dapat dapat menentukan bahwa perubahan dalam ROE dapat dikaitkan dengan perubahan dalam marjin laba bersih, efisiensi aset (asset turnovers) dan penggunaan leverage (hutang).
Langkah terakhir dalam menjabarkan persamaan DuPont adalah melihat marjin laba bersih. Adapun marjin laba bersih dapat dipecah ke dalam 3 fungsi utama, yang pertama adalah marjin laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), biasa disebut juga dengan operating margin. Ini adalah pendapatan perusahaan yang Diperoleh dari operasi normal tanpa pertimbangan struktur permodalan. Faktor yang kedua adalah beban bunga, yang membagi laba sebelum pajak (setelah bunga) dengan EBIT. Hal ini akan menunjukkan
berapa banyak penghasilan perusahaan yang digunakan untuk membiayai hutang dalam struktur modal. Faktor terakhir yaitu beban pajak yang menunjukkan tingkat pajak perusahaan.
Ini memungkinkan kita untuk menganalisa perubahan pada marjin laba bersih perusahaan berdasarkan perubahan operasional (EBIT margin), perubahan utang biaya jasa keuangan (beban bunga) dan tarif pajak. Akhirnya, kita dapat menggabungkan semua perhitungan ini untuk berakhir dengan lima langkah analisis DuPont.
Terapkan perkalian silang sederhana pada persamaan diatas, maka kita akan memperoleh ROE. Dengan ini, kita dapat melihat ROE perusahaan dan menentukan faktor-faktor apa telah membantu perusahaan mencapai ROE tsb. Lebih penting lagi, kita dapat menganalisa serial data dan menentukan apa yang menyebabkan perubahan dalam bentuk ROE pada satu periode dengan yang lain. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki 10% peningkatan pada ROE yoy dan analisis DuPont menunjukkan bahwa perubahan ini disebabkan oleh peningkatan penggunaan leverage, maka akan jauh lebih menguntungkan untuk berinvestasi pada perusahaan lain yang juga memiliki pertumbuhan ROE 10% karena peningkatan efisiensi atau margin (asset turnover atau EBIT margin).
VII. LATIHAN SOAL
Dibawah ini adalah laporan keuangan terbaru dari PT XYZ PT XYZ
Neraca untuk Tahun 2014 dan 2015
(dalam jutaan)
Aset Utang dan Ekuitas
2014 2015 2014 2015
Kas 815 906 Utang Usaha 983 1292 Piutang
Usaha 2.405 2.510 Utang bank jangka pendek 720 840 Persediaan 4.608 4.906 Utang jangka pendek lainnya 105 188 Total Aset
Lancar 7.828 8.322 Total Utang Jangka Pendek 1.808 2.320 Utang Jangka Panjang 4.817 4.960
Aset Tetap Ekuitas
Gedung dan Bangunan
(net) 15.164 19.167
Saham Biasa dan
PIC 10.000 10.000
Laba Ditahan 6.367 10.209 Total Ekuitas 16.367 20.209 Total Aset 22.992 27.489 Total Utang dan Ekuitas 22.992 27.489
PT XYZ
Laporan Laba Rugi 2015
(dalam jutaan)
Penjualan 33.500
Beban Pokok Penjualan 18.970
Beban Depresiasi 1.980
Laba Operasi 12.550
Beban Bunga 486
Laba Sebelum Pajak 12.064
Beban Pajak (35%) 4.222
Laba Bersih 7.842
Dividend 4.000
Tambahan terhadap laba ditahan 3.842
Stock outstanding 1000.000 lembar
Harga saham Rp 15.000/lembar
Soal: Buatlah analisis Dupont PT. XYZ untuk periode tahun 2015.
Jawab: Analisis Du-pont dari PT. XYZ pada tahun 2015
ROE = Profit margin x total asset turnover x equity multiplier
𝑅𝑂𝐸 =𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑥 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑂𝐸 = 7842 33500𝑥 33500 27489𝑥 27489 20209= 0.388 = 38,8%