• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4 2.1.1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan. b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secaa lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahua dan ketrampilan berbahasa. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai kasabah budaya dan intelektual manusia Indonesia. c. Ruang Lingkup 1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis

2.1.1.1 Hasil Belajar Bahasa

Belajar bahasa merupakan perubahan perilaku manusia yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar. (Robert M.Cagne, 1984, the condition of learning and theory of intruction). Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Faktor yang mempengaruhi

(2)

keberhasilan belajar adalah berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar yakni kondisi eksternal dan kondisi internal.

2.1.1.2 Fungsi Bahasa

Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia. Santono dkk (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : (1) fungsi informal, (2) fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi dan integrasi, (4) fungsi kontrol sosial. Sejalan dengan pendapat diatas, Hallyday, (1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut : (1) fungsi instrumental, yakni digunakan untuk memperoleh sesuatu, (2) fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan perilaku orang lain, (3) fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, (4) fungsi personal, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain, (5) fungsi heuristic, bahasa digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu, (6) fungsi imaginative, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi, (7) fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

Secara khusus, bahasa indonesia dalam kedudukanya sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa negara memiliki fungsi khusus, yakni sebagai : (1) bahasa pemersatu dan sebagai bahasa perhubungan antar suku bangsa, (2) memberi identitas bangsa, (3) bahasa resmi kenegaraan, (4) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (5) bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah, (6) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.1.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah mnguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar.

Dalam menyajikan materi pembelajaran guru jangan terpaku pada satu jenis teknik saja.

Beberapa ciri metode mengajar yang baik, yaitu : 1. Mengundang rasa ingin tahu siswa. 2. Memotivasi siswa untuk belajar.

(3)

3. Mengaktifkan mental, fisik dan psikis siswa. 4. Mengembangkan kreatifitas siswa.

5. Mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Beberapa metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi pembelajaran bahasa yaitu : diskusi, sosiodrama atau bermain peran, tanya jawab, penugasan, latihan, bercerita, pemecahan masalah dan karya wisata. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran Scramble.

2.1.2 Model Pembelajaran Scramble

1. Pengertian Metode Pembelajaran Scramble

Istilah Scramble berasal dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan. Metode Scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat bahwa metode Scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakekatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh ketrampilan tertentu dengan cara menggembirakan.

Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosa kata. Sesuai dengan sifat jawabanya Scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni :

Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakana, misalnya :

1) Alpjera = Pelajar 2) Ktursurt = Struktur

a. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan benar. Contoh :

1) Datang selamat di Bandung kota = Selamat datang di kota Bandung 2) Komme Ich aus bandung = ich komme aus Bandung

(4)

b. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis dan bermakna. Melalui pembelajaran kooperatif metode Scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat atau wacana yang acak susunanya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih dari susunan aslinya.

2. Prosedur ( langkah-langkah) pembelajaran metode Scramble

Pembelajaran kooperatif metode Scramble memiliki kesamaan dengan model-model pembelajarn kooperatif lainya, yaitu siswa dikelompokan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut kedalam kartu-kartu kalimat.

b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut.

c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa. d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu

yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.

Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpualn bahwa pembelajaran metode Scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kretivitas serta kerjasama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak kata dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.

3. Manfaat Metode Scramble 1. Bagi Peserta Didik

a. Mengurangi beban dalam mengingat istilah yang sulit. b. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.

c. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan bersosialisasi. 2. Bagi Guru

(5)

a.Mendapatkan pengalaman langsumg dalam pelaksanaan pembelajaran.

b.Sebagai motivasi meningkatkan ketrampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.

c. Guru dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. 4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble

1. Kelebihan

a. Setiap individu akan aktif karena dalam kelompok mempunyai tanggung jawab keberhasilan kelompoknya.

b. Siswa belajar sambil bermain, rekreasi sekaligus belajar dan befikir. Mempelajari sesuatu dengan santai dan tidak membuatnya stres dan tertekan.

c. Menimbulkan kegembiraan, melatih ketrampilan tertentu dan dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.

d. Mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju. 2. Kekurangan

a.Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakanya, karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

b. Dalam mengimplementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikanya dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Dalam permainan biasanya menimbulkan suara gaduh dan mengganggu kelas yang berdekatan

2.1.3 Hasil belajar 2.1.3.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologi (Anni, 2005: 2).

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

(6)

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku (Ahmadi, 2006: 128).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2000: 13).

Menurut Hamalik (2004), belajar adalah ”Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresisasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Sedangkan menurut Morgen (dalam Suprijono 2011:3) belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan tahapan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotorik. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi dan pengalaman serta latihan, sedangkan perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai belajar.

Beberapa tokoh pendidikan (Winataputra, 2008:1.8.) mendefinisikan belajar sebagai berikut:

1) Hilgard dan Bower, mengemukakan bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh insting, kematangan atau kelelahan, dan kebiasaan.

2) Gagne, menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan”.

3) Morgan, mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. 4) Witherington, mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

(7)

Beberapa definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: 1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai tanda seorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut. Akan tetapi, perubahan yang terjadi akibat proses kematangan seseorang tidak dianggap sebagai hasil belajar.

Menurut Anni (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: a) Faktor internal

Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh: kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungannya. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Misalnya peserta didik yang mengalami kelemahan di bidang fisik, seperti membedakan warna akan menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan di dalam belajar melukis, atau belajar menggunakan bahan-bahan berwarna. Peserta didik yang bermotivasi rendah, akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar, lebih-lebih dalam proses belajar. Peserta didik yang sedang mengalami ketegangan emosional, misalnya takut pada guru, maka akan mengalami kesulitan di dalam mempersiapkan diri untuk memulai belajar baru

(8)

karena selalu teringat oleh perilaku guru yang ditakuti. faktor faktor internal ini dapat terbentuk sebagian akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar, dan perkembangan. b) Faktor eksternal

Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Pesrta didik yang akan mempelajari materi belajar yang memiliki kesulitan tinggi misalnya, sementara itu dia belum memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan untuk mempelajarinya, maka dia akan mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu agar peserta didik berhasil dalam memepelajari materi belajar baru, dia harus memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan anak yang belajar perkalian, misalnya memiliki kemampuan internal tentang penjumlahan dan pengurangan. Tempat belajar yang kurang memenuhi syarat, iklim atau cuaca yang panas, menyengat, dan suasana lingkungan bising akan mengganggu konsentrasi belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar yang efektif dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (meliputi kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungannya) dan faktor eksternal (meliputi: variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat). Dengan kata lain belajar yang efektif adalah belajar yang mempersyaratkan kemampuan internal peserta didik dan memperhatikan kondisi luar yang ada di lingkungan peserta didik.

2.1.3.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menunjuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa : a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

(9)

Keterampilan intelektual terdiri atas kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c) Stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua jenis yaitu bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dan bersumber dari luar diri manusia yang belajar. (Sutrisno : 2008)

a) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni : faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat diklasifikasikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

Benyamin Bloom menyebutkan tiga hasil pembelajaran yaitu : 1. Ranah kognitif

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. Penggolongan tujuan ranah kognitif oleh bloom mengemukakan adanya 6 kelas / tingkat yakni :

(10)

a. Pengetahuan. b. Pengalaman. c. Penerapan / penggunaan. d. Analisis. e. Sintesis. f. Penilaian / evaluasi. 2. Ranah Afektif

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Ranah afektif meliputi 5 kelas yakni :

a. Menerima. b. Merespons / menjawab. c. Menilai. d. Organisasi. e. Karakterisasi. 3. Ranah Psikomotorik

Tujuan ranah psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan. Ranah psikomotorik meliputi 6 kelas yakni

a. Gerakan tubuh yang mencolok / gerakan reflex. b. Gerakan fundamental yang dasar.

c. Kemampuan Perseptual. d. Kemampuan fisik. e. Gerakan terampil. f. Komunikasi nondiskusif.

Yang harus diingat, bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmatis atau terpisah, melainkan secara komperehensif (Sutrisno : 2008). Perubahan sebagai hasil dari belajar ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

(11)

2. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan yang bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan yang bersifat relative permanen dan bukan yang bersifat kontemporer serta bukan karena proses kematangan / perkembangan.

5. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan atau kemampuan yang dimilki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oelh banyak faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Slameto,2010).

1) Faktor Intern

Adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajara yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor intern terbagi menjadi 3 yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. a. faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

1. faktor kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah dan kelainan-kelainan fungsi alat indera lainnya.

2. faktor cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang cacat maka belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, maka ia harus belajar pada lembaga pendidikan khusus.

b. Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : 1. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

(12)

mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Dalam situasi yang sama siswa memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang memiliki tingkat intelegensi lebih rendah.

2. Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar.

3. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.

4. Bakat

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dan pada akhirnya akan mencapai pada hasil belajar yang memuaskan.

5. Motif

Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajarnya.

6. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siapuntuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak siap (matang)

7. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar. Jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya lebih baik.

(13)

Faktor kelelahan meliputi : kelelahan Jasmani dan Kelelahan Rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2). Faktor Ekstern, meliputi : a. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga

1. Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak-anak mereka, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan dan kebutuhan anak-anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak dapat menyebabkan anak kurang dalam belajar.

2. Relasi Antar Anggota Keluarga

Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh kasih sayang dan perhatian, apakah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga.

3. Suasana Rumah Tangga

Suasana rumah tangga yang tegang, rebut, sering cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain dapat menyebabkan anak bosan dirumah, suka keluar rumah. Akibatnya anak malas belajar.

4. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak. Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, pakaian, perlindungan, kesehatan juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, alat tulis, buku-buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat terpenuhi jika keluarga memiliki uang yang cukup.

(14)

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, gedung sekolah, dan standar metode mengajar guru.

c. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : kesiapan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.3.3 Teori Belajar

Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.

Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.

Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semangat belajar siswa.

(15)

Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga murid yang belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.

Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori belajar ilmu jiwa gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya yang ada pada manusia bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh adalah melatih daya ingat dengan menghafal istilah asing atau angka.

Sedangkan pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt adalah belajar secara keseluruhan lebih penting dan pada belajar bagian atau unsur. Berdasarkan aliran ini belajar dimulai pada saat diperoleh insight dengan melihat hubungan tertentu berbagai unsur dalam situasi tertentu. Insight ini tergantung pada pengalaman, kesanggupan, kompleksitas suatu situasi, latihan dan kesalahan.

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-belajar.html

2.2 Kajian Hasil penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan metode Scramble antara lain:

1. Septyana (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep matematika melalui pembelajaran Scramble pokok bahasan segi empat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model ini, dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

2. Sulistyowaty (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramblepada pokok bahasan bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini, motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama pada pokok bahasan bilangan bulat.

3. Azizah (2010) dalam penelitiannya tetang implementasi cooperative learning metode Scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkanya model pembelajaran ini, motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran matematika.

(16)

Dari hasil penelitian di atas ternyata metode Scramble Dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian diatas, penulis menggunakan metode Scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS didalam penelitian ini.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif khususnya bagi guru sebagai pengajar dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/ atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian ini dilakukan tahap awal untuk penelitian ini dilakukan tahap awal untuk mengetahui masalah yang terjadi di kelas seperti rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia. Sedangkan observasi sebagai upaya menemukan fakta-fakta yang digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan menyusun rencana tindakan yang tepat dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Tindakan kelas yang dilakukan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui pendekatan pembelanjaan yang tepat. Modul pembelajaran Scramble. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di depan kelas dengan model pembelajaran Scramble ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 1 SD Kasepuhan 01 Kecamatan Batang.

(17)

Gambar 1

Skema Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan model pembelajaran Scramble dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca dan menulis diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 01 Kecamatan Batang Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014.

Pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca dan menulis

Pembelajaran menggunakan Scramble

siswa pasif komunikasi satu arah, hanya guru yang aktif. Pembelajaran

tidak efektif

Penerapan metode scramble

siswa dan guru aktif (sebagai

pelaku demontrasi) siswa

memahami, konsep pembelajaran KBM lebih intensif Hasil belajar siswa meningkat Hasil belajar siswa lebih meningkat Pemantapan penerapan metode Scramble siswa semakin aktif, guru hanya

sebagai fasilisator, siswa menemukan konsep pembelajaran tentang suku

kata

Hasil belajar siswa rendah

Referensi

Dokumen terkait

Cottage adalah sejenis akomodasi yang berlokasi di sekitar pantai atau danau dengan bentuk bangunan-bangunan terpisah, disewakan untuk keluarga,perorangan yang dilengkapi

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan penggunaan alat peraga modifikasi pacing layak digunakan dalam pembelajaran penjaskes materi pencak silat hal tersebut

CAESAR II.5.10 merupakan salah satu program versi lanjutan dari program CAESAR II dengan basis fenite element yang mampu melakukan analisis tegangan baik pada

Karya tulis ilmiah berupa skripsi ini dengan judul “Preparasi Elektroda Perovskite BaTiO3 Dan CaTiO3 Serta Pengukuran Kinerjanya Pada Baterai Litium” telah dipertahankan di

• Memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, yaitu mengenai peradaban manusia, teori gelombang, kecepatan perubahan secara eksponensial, lima perbedaan generasi

Ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu pertanian, peternakan, atau perikanan. • Dengan

Baik disengaja ataupun tidak disengaja semut hitam turut membantu dalam menyebarkan nimfa kutu putih serta melindunginya dari serangga lain karena adanya manfaat yang dirasakan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tinospora crispa Dibandingkan Dengan Kloroquin Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Swiss Yang Diinfeksi Plasmodium berghei.. ARTIKEL KARYA