• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.BAB II pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "5.BAB II pembahasan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup , tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak

proposional. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 11)

2.2 Pengertian Lanjut Usia (merawat 2)

Ada beberapa definisi tentang lanjut usia dan tergantung dari cara berpikir seseorang. Seorang ayah berusia tiga puluh tahun dapat dianggap tua bagi

anaknya dan muda bagi orang tuanya. Bagi orang yang sehat dan aktif , usia 65 tahun belum dianggap tua dan menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia. Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang

(2)

pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI,

batas lanjut usia adalah usia 65 tahun atau lebih. (Fatimah, 2010: 2)

2.3 Pengertian Asuhan Keperawatan Lanjut Usia (Lansia) Asuhan10

asuhan keperawatan lanjut usia (lansia) adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditunjukkan kepada usia lanjut. Kegiatan tersebut

meliputi pengkajian dengan memerhatiakan kebutuhan biologis atau fisik, psikologis, kultur, dan spiritual, menganalisa suatu masalah kesehatan atau

keperawatan dan membuat diagnosis keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan evaluasi.

Adapun pendapat lain, Asuhan keperawatan lanjut usia merupakan

kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan atau bimbingan serta pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu,

kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga, Panti Werdha atau Puskesmas yang diberikan oleh perawat (R. Siti Maryam, 2010: 10 ).

2.4 Tujuan Pemberian Asuhan Pada Perawatan Lanjut Usia (Lansia) Gerontik 71

 Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawat dan

pencegahan.

 Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien

lanjut usia.

(3)

 Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan, dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini.

 Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotiv, preventin, dan rehabilitatif.

 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang

menderita suatu penyakit dapat merasakan kebebasan yang maksimal. (Wahjudi Nugroho, 2008: 71)

2.5 Sasaran Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia (Asuhan 11)

Sasaran asuhan keperawatan pada lanjut usia adalah klien usia lanjut yang

berada dikeluarga, panti (sebagai individu atau kelompok), maupun kelompok masyarakat (Posyandu Lansia atau Posbindu atau Karang Werdha). (R. Siti

Maryam, 2010: 11 ).

2.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia (Gerontik hal96)

Pendekatan fisik

Perawatan dengan pendekatan fisik memperhatikan kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai

dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik pada klien lanjut usia dibagi menjadi dua

(4)

1. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang

masih mampu bergerak tanpa bantuan oarang lian sehingga untuk kebutuhan sehari-hari, ia masih mampu melakukannya

sendiri.

Klien lajut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut

usia ini, terutama tentang hal yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)

Pendekatan psikis

Perawat mempunyai peran penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian

dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar klien merasa puas. Perawat harus sabar mendengarkan

cerita masa lampau klien yang membosankan. Jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia yang lupa atau melakukan kesalahan. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)

Pada dasarnya, klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberi perawatan. Oleh

(5)

membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi

yang dimilinya. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)

Pendekatan sosial

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan

untuk berkumpul bersama sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahkluk sosial yang

membutuhkan orang lain. Pelaksanaanya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia dengan sesamanya maupun lanjut

usia dengan perawat. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)

Pendekatan spiritual

Perawat harus memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lanjut usia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama

bila lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam kaitannya dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian. Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut

usia akan memberi reaksi yang berbeda, bergantung pada kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup. Oleh karena itu perawat harus meneliti

(6)

2.7 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Memberi Asuhan Keperawatan Lansia (Asuhan 11)

Asuhan keperawatan pada lansia merupakan proses yang kompleks dan

menantang. Oleh karena itu, ada faktor-faktor yamg harus dipertimbangkan:

a. Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial dari lansia. Aspek dan psikososial saling berhubungan dan saling mempengaruhi. b. Efek dari penyakit dan disability (ketidakmampuan atau keterbatasan)

pada status fungsional.

c. Menurunnya efisiensi dari mekanisme homeostatis.

d. Kurang atau belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien. e. Perubahan respon terhadap penyakit dimana tanda dan gejalanya tidak

spesifik.

f. Kerusakan fungsi kognitif. (R. Siti Maryam, 2010:11)

2.8 Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam menjalin hubungan dengan Lansia (asuhan 12)

lingkungan (fisik dan psikologis)

- siapkan space (area) yang adekuat. Contoh: klien di kursi roda.

- Suasana tenang, tidak ribut atau bising.

- Nyaman, tidak panas.

- Gunakan cahaya agak redup, hindari cahaya langsung.

- Tempatkan pada posisi nyaman bila berganti posisi atau apakah ingin

di tempat tidur.

- Sediakan waktu yang cukup dan air minum.

- Privasi harus dijaga.

- Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien.

- Sabar, rileks dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab

pertanyaan.

- Perhatikan tanda-tanda kelelahan pada klien.

- Rencanakan apa yang akan dikaji.

(7)

Interviewer (Sikap Perawat: perasaan, nilai, kepercayaan)

- Mitos-mitos seputar lansia harus disadari.

- Menjelaskan tujuan wawancara.

- Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebutuhan

pengumpulan data dengan kepentingan klien

- Mencatat data harus seizin klien.

- Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara

yang paling efektif dan nyaman.

- Menggunakan sentuhan.

- Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara.

Klien

Beberapa kultur yang mempengaruhi kemampuan klien untuk

berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan:

o Hereditas. o Nutrisi.

o Status kesehatan. o Pengalaman hidup. o Lingkungan. o Stress.

2.9 Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Membuat Strategi Merawat Lansia. (merawat 25)

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat strategi merawat

(8)

keluarga, peran anggota keluarga, kesetiaan lansia, kemandirian dan stressor

pemberi layanan.

Selanjutnya kita melihat dorongan keluarga untuk merencanakan

kebutuhan yang akan datang seperti melihat kesempatan untuk berbicara, bicara tentang “seandainya”, membicarakan tentang rencana alternatif jika keluarga yang merawat lansia sakit atau meninggal, cara mengekspresikan intervensi dan

keinginan yang baik.

Strategi lain adalah dengan membantu anggota keluarga untuk

mengkomunikasiakn hal-hal yang menjadi perhatiannya terhadap lansia secara jujur dan positif, mengikutsertakan lansia dalam pengambilan keputusan, validasi perasaan,mencatat perasaan bersalah, dan menekankan keuntungan diadakannya

tindakan.

Strategi terakhir adalah mengenalkan peran anda sebagai pemberi

perawatan dengan menjaga diri sendiri, mempertahankan kontak dengan teman dan aktivitas luar, menanamkan pengertian bahwa merawat orang dewasa lebih stres dari pada merawat anak-anak, tidak harus sayang atau cinta pada lansia yang

dirawat, mencari pertolongan bukan berarti kelemahan, mempunyai hak untuk mengatakan tidak, mulailah mengambil istirahat merawat.

2.10 Proses Keperawatan Pada Lansia (kep lanjut 36)/ mengenal 78 Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal di bawah ini:

(9)

Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa terjadi

dilingkungan tradisional rumah, rumah sakit, atau institusi perawatan jangka panjang, serta situasi non-tradisional seperti pusat-pusat senior,

gedung-gedung, apartemen, atau kelompok praktik keperawatan (Luecknotte, 2008, h.1).

Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar

untuk memebuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui

wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA: comperhensive geriatric assesment).

Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di

panti ataupun dimasyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas

kesehatan.

Diagnosis keperawatan

Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun diagnosis

keperawatan pada kelompok lansia.

- Diagnosis Fisik atau Biologis

(10)

b. Gangguan presepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai

dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.

c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat perawatan diri.

d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fugsi tubuh. e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.

f. Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas.

g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.

- Diagnosis Psikososial

a. Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.

b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.

c. Depresi sampai dengan isolasi sosial. d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak.

e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan mengemukakan perasaan secara tepat.

f. Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas. g. Spiritual.

h. Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan. i. Penolakan terhadap proses penuaan sampai engan ketidak siapan

menghadapi kematian.

(11)

untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas,

sesuai dengan respons atau kebutuhan klien. Rencana keperawatan meliputi:

a. Melibatkan klien dan keluarganyan dalam perencanaan. b. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.

c. Menentukan prioritas.

d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian. e. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.

f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.

g. Mencegah timbulnya masalah-masalah.

h. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau pemasukan.

i. Menulis semua rencana dan jadwal.

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:

a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara

memanggil nama klien.

b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan cahaya yang silau.

c. Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.

d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto.

e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengubah posisi, dukungan melakukan aktifitas.

f. Memberi perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan

latian nafas dalam.

g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil

(12)

h. Memberikan perawatan kulit: mandi dengan menggunakan sabun yang

baik, hindari menggosok kulit dengan keras.

i. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah Osteoporosis dengan latian. j. Memberi perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitas pembicaraan, serta bersikap empati.

k. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur tetap

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kecemasan akan dirasakan oleh klien apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat diatasi akan muncul respon fisiologis dimana secara fisik tubuh akan memberikan

Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk  mencapai nilai normal, diantaranya adalah impuls saraf dari pusat peningkatan panas yang merangsang

Lansia (lanjut usia) adalah periode penutup rentang kehidupan seseorang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis seperti perubahan pada sel-sel tubuh, sikap

Faktor fisik dan psikis sangat menunjang, saling melengkapi dan sama- sama penting. Kondisi fisik yang sehat, dalam keadaan segar, organ tubuh lengkap dan berfungsi

Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh: kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan

Telah dilakukan penelitian tentang kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang menyebabkan pasien usia lanjut dirawat di ruang perawatan penyakit dalam Instalasi Rawat

Seseorang yang mempunyai kejadian traumatik akan mengalami gangguan fisik, seperti tubuh bereaksi secara otomatis terhadap ancaman bahaya, yang ditandai dengan.. kewaspadaan

Individu yang hardiness memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan kejadian-kejadian hidupnya dengan keterlibatannya dalam pekerjaan maupun orang-orang didalam